BAB VII
(G – U)
Disusun oleh:
Klompok 8
1. Nur Azizah C.111.14.0211
2. Agung Setiawan C.111.15.0014
3. Rimma Yunita Rahmasari C.111.15.0064
4. Annisa Febri Zarina C.111.15.0088
5. Prakas Kurniawan C.111.15.0072
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Resume Pendidikan Pancasila Bab VII dengan judul
Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia (G – U) dengan lancar. Kami
mengucapkan terima kasih kepada DRS. JFR. SOEDJENDRO, SH., selaku dosen pengampu
dan dosen pembimbing Pendidikan Pancasila dan teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan resume pendidikan pancasila ini.
Kami berharap resume pendidikan pancasila ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis. Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan resume ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan resume pendidikan
pancasila ini sehingga dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Semarang, 2017
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................................. 11
iii
BAB VII
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
(G – U)
1
Presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Atas usul pemberhentian
Presiden dan Wakil Presiden oleh DPR kepada MPR, Mahkamah Konstitusi wajib
memeriksa, mengadili dan memutuskannya dan hanya dapat dilakukan apabila
didukung 2/3 anggota sidang yang memenuhi kuorum (2/3).
Apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan
kewajibannya maka akan digantikan oleh Wakil Presiden. Sebelum memangku
jabatannya Presiden dan Wakil Presiden bersumpah atau berjanji dihadapan MPR atau
DPR atau pimpinan MPR yang disaksikan Pimpinan MA (pasal 9). Hak dan
kewenangan lain dari Presiden selaku kepala negara adalah adalah memiliki hak
prerogatif, yang diantara lain:
- Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10).
- Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi negara (pasal 11).
- Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU
(pasal 12).
- Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (pasal 13).
- Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA dan memberikan amnesti
dan abolisi dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
- Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU
(pasal 15).
- Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan
pertimbangan kepada Presiden (pasal 16).
2
6. Mahkamah Agungn (MA)
MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan dibawah UU terhadap UU. Calon Hakim Agung diusulkan komisi yudisial
kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan ditetapkan oleh Presiden.
H. Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kota dan kabupaten
memeiliki DPRD. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan
kota diatur menurut UU dengan memperhatukan khususan dan keragaman daerah, sedang
hubungan lainya diatur secara adil dan selaras berdasarkan UU.
I. Pemilihan Umum
Indonesia adalah Negara demokrasi, sebagai Negara demokrasi UUD menentukan
adanya pemilihan umum (pemilu). Pelaksanaan pemilu diselenggarakan oleh KPU yang
bersifat nasional, tetap dan mandiri. Pemilu yang berasaskan LUBER dan JURDIL
dilakukan setiap lima tahun sekali untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden, Wakil
Presiden dan DPRD.
J. Hal Keuangan
APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan tiap tahun dengan
UU yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat.
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
berdasarkan UU, demikian juga macam dan harga mata uang ditetapkan dengan UU.
K. Wilayah Negara
3
Negara kesatuan RI adalah sebuah Negara kepulauan yang bercirikan nusantara
dengan wilayah yang berbatas dan hak – haknya ditetapkan dengan UU. NKRI dibagi atas
daerah provinsi, kabupaten dan kota, yang tiap daerah memiliki pemerintahan dan hak
mengatur berdasarkan asas otonomi.
Pendahuluan
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan
martabat mahluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya
sebagai mahluk pribadi dan juga mahluk social, sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 1945.
Landasan
1. Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai hak asasi
manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai
luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945.
4
tersebut terlihat jelas dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah
sebagai berikut :
Dengan demikian substansi hak asasi manusia meliputi : hak untuk hidup,
hak berkeluarga, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan.
2. Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa
membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia, pandangan
politik, status social, dan bahasa serta setatus lain.
5
3. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat historis dan dinamis
yang pelaksanaanya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
O. Pendidikan Nasional
Sesuai dengan tujuan negara sebagaimana dalam Pembukaan, pemerintah Indonesia
berkewajiban mencerdaskan kehidupan bansa. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia.
S. Perubahan UUD
Ketentuan perubahan UUD tertuang pasal 37 UUD 1945. Perubahan UUD sebaiknya
tidak dilakukan dengan cara mudah sebab perubahan terhadap UUD akan membawa
konsekuensi yang sangat luas bagi suatu bangsa.
Sejauh ini UUD 1945 telh mengalami Perubahan (amandemen) oleh MPR RI
sebanyak empat kali, yaitu:
1. Amandemen pertama terjadi dalam ST MPR RI Tahun 1999 meliputi Pasal-pasal: 5,
7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 21
2. Amandemen kedua terjadi dalam ST MPR RI Tahun 2000 meliputi Pasal-pasal: 18,
19, 20, 22, 25, 26, 27, 28, 30, 36
3. Amandemen ketiga terjadi dalam ST MPR RI Tahun 2001 meliputi Pasal-pasal: 1,
3, 6, 7, 11, 17, 22, 23, 24
4. Amandemen keempat terjadi dalam ST MPR RI Tahun 2002 meliputi Pasal-pasal:
3, 6, 8, 11, 16, 23, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 37, Aturan Peralihan Pasal I, II, III, IV, dan
Aturan Tambahan Pasal I dan II
Kewenangan melakukan perubahan UUD 1945 sebagaimana oleh pasal 37 tidak
berlaku menyangkut bentuk bentuk Negara Kesatuan Indonesia. MPR juga sepakat tidak
melakukan perubahan Pembukaan UUD 1945 namun hanya melakukan perubahan
terhadap pasal-pasalnya. Usul perubahan UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
diajukan sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR. Diajukan secara tertulis
ditujukan dengan jelas dan disertai dasar alasannya. Sidang MPR juga harus dihadiri
minimal 2/3 dari jumlah anggota MPR. Putusan hanya dapat diambil apabila disetujui oleh
50% ditambah 1 dari jumlah seluruh anggota MPR.
Amandemen terhadap UUD 1945 yang terakhir, menetapkan 3 pasal aturan peralihan
sebagai berikut : segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetep berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini (pasal I), Semua lembaga Negara
yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan UUD dan belum
7
diadakan yang baru menurut UUD ini (pasal II), Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-
lambatnya 17 agustus 2003 (pasal III)
Sedangkan Aturan Tambahan menjadi dua pasal yaitu : MPR ditugasi untuk
melakukan peninjauan terhadap mentri dan status hokum ketetapan MPRS untuk diambil
putusan pada sidang MPRS tahun 2003 (pasal I), dan Dengan ditetapkanya UUD ini, UUD
Negara RI tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal (pasal IIIAT)
8
dan UUD 1945. Kegagalan dalam merumuskan UUD baru dan ketidak mampuan
dalam menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945 telah mendorong Presiden
Soekarno pada tanggal 5 juli 1959 mengeluarkan “Dekrit Presiden”.Tindak lanjut dari
Dekrit Presiden pada tanggal 5 juli 1959 adalah pembentukan kabinet baru yang diberi
nama Kabinet Karya.
Dalam prakteknya ( atau orde lama ) lembaga-lembaga Negara yang ada belum
dibentuk berdasarkan UUD 1945 sehingga sifatnya masih semetara dalam masa ini,
Presiden selaku dalam pemegang kekusaan eksekutif dan pemegang kekuasaan
legeslatif (barsama-sama dengan DPRGR) telah mengunakan kekuasannya dengan
tidak semestinya. Keberhasilan Presiden Soekarno membubarkan DPR dan
diterimanya DPRGR merupakan kemenangan yang strategis, sekaligus menunjukan
akan kekuatanya. Disamping itu, pidato kenegaraan Presiden Soekarno yang dikenal
dengan “Penemuan Kembali Revolusi Kita” telah dinyatakan sebagai “Manifesto
Plotik Republik Indonesia”
Pemerintahan antara tahun 1959-1965 ditandai oleh berbagai penyelewengan
wewenang dan penyimpangan terhadap pancasila dan UUD 1945 sehingga disebut
masa orde lama. Hampir semua kebijakan yang dibuat pemerintah sangat
menguntungkan PKI. Sejak tahun 1964 dan berjalan selama tahun 1965 sikap dan
tindakan PKI semakin agresif, puncak dari semua kegiatan PKI adalah pemberontakan
G30S. Pemberontakan G30S akhirnya dapat digagalkan berkat kewaspadaan dan
kesiagapan ABRI dengan dukungan kekuatan rakyat. Pristiwa ini telah mendorong
lahirnya ORDE BARU yang bertekad melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Keadaan ini mengantarkan tercetusnya Tri Tuntutan Rakyat
atau “Tritura” yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan Kabinet dari Unsur-unsur PKI
3. Turunkan Harga/Perbaiki Ekonomi
Dalam keadaan seperti itu, pada tanggal 11 maret 1966 Presiden Soekarno
mengelurkan surat perintah (kemudian lebih dikenal “SUPERSEMAR”) kepada
Letnan Jendral TNI Soeharto. Dengan berlandaskan kepada supersemar itu,
pengemban supersemar telah membubarkan PKI dan ormas-ormasnya yang
ditanggapi dan disambut dengan penuh kelegaan oleh masyarakat.
9
Upaya dalam menegakan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 ,
maka dibentuk front Pancasila oleh beberapa partai politik dan organisasi masa. Front
Pancasila dimaksudkan sebagai persatuan dan kesatuan rakyat yang mendukung
Pancasila. Front Pancasila muncul sebagai pendukung orde baru dan mempelopori
tuntutan yang lebih luas yang menyangkut kembali kekehidupan dan kenegaraan
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
4. Masa reformsi
Apa yang telah dicapai oleh pemerintah ole horde baru dengan berbagai kelebihan
dan kekurangan telah melahirkan ketidakpuasan rakyat dan seluruh masyarakat
Indonesia. Atas keadaan itu, maka munculah gerakan protes, pengeroyokan dan
demonstrasi dimana semuanya menuntut adanya reformasi di segala aspek kehidupan.
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11