Anda di halaman 1dari 14

RESUME PENDIDIKAN PANCASILA

BAB VII

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

(G – U)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


“PANCASILA“
Dosen Pembimbing dan Pengampu : DRS. JFR. SOEDJENDRO,SH

Disusun oleh:

Klompok 8
1. Nur Azizah C.111.14.0211
2. Agung Setiawan C.111.15.0014
3. Rimma Yunita Rahmasari C.111.15.0064
4. Annisa Febri Zarina C.111.15.0088
5. Prakas Kurniawan C.111.15.0072

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Resume Pendidikan Pancasila Bab VII dengan judul
Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia (G – U) dengan lancar. Kami
mengucapkan terima kasih kepada DRS. JFR. SOEDJENDRO, SH., selaku dosen pengampu
dan dosen pembimbing Pendidikan Pancasila dan teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan resume pendidikan pancasila ini.
Kami berharap resume pendidikan pancasila ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis. Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan resume ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan resume pendidikan
pancasila ini sehingga dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Semarang, 2017

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

BAB VII Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia (G – U) ............ 1


G. Kelembagaan Negara Menurut UUD 1945 ................................................................. 1
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ............................................................. 1
2. Presiden dan Wakil Presiden ................................................................................. 1
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ......................................................................... 2
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ........................................................................ 2
5. Badan Pengawas Keuangan (BPK)........................................................................ 2
6. Mahkamah Agung (MA) ....................................................................................... 3
7. Mahkamah Konstitusi (MK) ................................................................................. 3
8. Komisi Pemilihan Umum (KPU) .......................................................................... 3
9. Bank Sentral .......................................................................................................... 3
10. Komisi Yudisial .................................................................................................... 3
11. Kementrian Negara ............................................................................................... 3
12. Dewan Pertimbangan ............................................................................................ 3
13. TNI/POLRI ........................................................................................................... 3
H. Pemerintah Daerah ...................................................................................................... 3
I. Pemilihan Umum ......................................................................................................... 3
J. Hal Keuangan .............................................................................................................. 3
K. Wilayah Negara ........................................................................................................... 4
L. Hubungan Negara dan Warga Negara/Penduduk ....................................................... 4
M. Hak Asasi Manusia (HAM) ........................................................................................ 4
N. Pertahanan dan Keamanan Negara ............................................................................. 6
O. Pendidikan Nasional ................................................................................................... 6
P. Kebudayaan Nasional Indonesia ................................................................................. 6
Q. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial ..................................................... 6
R. Lambang-lambang Persatuan Indonesia dalam UUD 1945 ........................................ 6
S. Perubahan UUD .......................................................................................................... 7
T. Hal Peraturan Peralihan dan Aturan Tambahan ......................................................... 7
U. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 ............................................................................. 8
1. Masa Awal Kemerdekaan ..................................................................................... 8
2. Masa Orde Lama ................................................................................................... 8
3. Masa Orde Baru .................................................................................................... 9
4. Masa Reformasi .................................................................................................... 10

Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................................. 11

iii
BAB VII
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
(G – U)

G. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945


Lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan menurut Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut.
UUD 1945

BPK PRESIDEN DPR MPR DPD MA MK

KPU BANK Kementrian


KY
CENTRAL Wantim
TNI/POL

Memegang Kekuasaan Memegang Kekuasaan Memegang Kekuasaan


Pemerintahan Ps 4 (1) Membentuk UU Ps 20 (1) Kehakiman Ps 24 (1)

(Setjen MPR RI, 2007: 5)


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilu. Sidang MPR paling sedikit sekali dalam lima tahun di ibukota negara,
putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak (pasal 2). Kewenangan MPR adalah
mengubah dan menetapkan UUD, melantik Presiden dan atau Wakil Presiden, dapat
menghentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD (pasal 3). MPR ditugasi melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum TAP, MPRS dan MPR untuk diambil keputusan pada sidang MPR tahun 2003
(pasal 1 AT).

2. Presiden dan Wakil Presiden


Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD, dan dibantu oleh
seorang Wakil Presiden. (pasal 4) Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan
Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (pasal 5). Syarat menjadi calon Presiden
dan Wakil Presiden adalah WNI sejak kelahirannya, tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah menghianati negara
dan mampu secara rohani dan jasmani untuk melakukan kewajibannya dan syarat-
syarat lainnya diatur dengan UU pasal 6. Tata cara pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden diatur dengan UU pasal 6A.
Presiden memegang masa jabatannya selama lima tahun dan dapat dipilih
kembali hanya satu kali masa jabatannya. Dalam masa jabatannya, Presiden dan Wakil

1
Presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Atas usul pemberhentian
Presiden dan Wakil Presiden oleh DPR kepada MPR, Mahkamah Konstitusi wajib
memeriksa, mengadili dan memutuskannya dan hanya dapat dilakukan apabila
didukung 2/3 anggota sidang yang memenuhi kuorum (2/3).
Apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan
kewajibannya maka akan digantikan oleh Wakil Presiden. Sebelum memangku
jabatannya Presiden dan Wakil Presiden bersumpah atau berjanji dihadapan MPR atau
DPR atau pimpinan MPR yang disaksikan Pimpinan MA (pasal 9). Hak dan
kewenangan lain dari Presiden selaku kepala negara adalah adalah memiliki hak
prerogatif, yang diantara lain:
- Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10).
- Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi negara (pasal 11).
- Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU
(pasal 12).
- Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (pasal 13).
- Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA dan memberikan amnesti
dan abolisi dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
- Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU
(pasal 15).
- Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan
pertimbangan kepada Presiden (pasal 16).

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Keanggotaan DPR dipilih melalui pemilu dan bersidang setidaknya sakali dalam
setahun (pasal 19). DPR memegang kekuasaan membentuk UU, dan setiap RUU
dibahas oleh DPR dan Presiden secara bersama-sama dan selanjutnya disahkan oleh
Presiden. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, pengawasan dan memiliki hak-
hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu dan anggotanya tidak
lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. DPD dapat melakukan pengawasan terhadap UU
yang usulan dan pembahasannya dimiliki oleh DPD.

5. Badan Pengawas Keuangan (BPK)


Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan mempertimbangan DPD dan diresmikan
oleh Presiden. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara.

2
6. Mahkamah Agungn (MA)
MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan dibawah UU terhadap UU. Calon Hakim Agung diusulkan komisi yudisial
kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan ditetapkan oleh Presiden.

7. Mahkamah Konstitusi (MK)


MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang bersifat final
untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran parpol dan
perselisihan hasil pemilu. MK mempunyai 9 anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan Presiden yang masing-masing 3 orang diajukan oleh MA, DPR dan
Presiden.
Disamping 7 (tujuh) Lembaga Tertinggi Negara tersebut di atas, UUD 1945
menetapkan lembaga-lembaga sebagai berikut
1. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
2. Bank Sentral
3. Komisi Yudisial
4. Kementrian Negara
5. Dewan Pertimbangan
6. TNI/POLRI

H. Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kota dan kabupaten
memeiliki DPRD. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan
kota diatur menurut UU dengan memperhatukan khususan dan keragaman daerah, sedang
hubungan lainya diatur secara adil dan selaras berdasarkan UU.

I. Pemilihan Umum
Indonesia adalah Negara demokrasi, sebagai Negara demokrasi UUD menentukan
adanya pemilihan umum (pemilu). Pelaksanaan pemilu diselenggarakan oleh KPU yang
bersifat nasional, tetap dan mandiri. Pemilu yang berasaskan LUBER dan JURDIL
dilakukan setiap lima tahun sekali untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden, Wakil
Presiden dan DPRD.

J. Hal Keuangan
APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan tiap tahun dengan
UU yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat.
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
berdasarkan UU, demikian juga macam dan harga mata uang ditetapkan dengan UU.

K. Wilayah Negara

3
Negara kesatuan RI adalah sebuah Negara kepulauan yang bercirikan nusantara
dengan wilayah yang berbatas dan hak – haknya ditetapkan dengan UU. NKRI dibagi atas
daerah provinsi, kabupaten dan kota, yang tiap daerah memiliki pemerintahan dan hak
mengatur berdasarkan asas otonomi.

L. Hubungan Negara dan Warga Negara/Penduduk


Warga Negara Indonesia adalah orang-orang Indonesia asli dan bangsa lain yang
memenuhi syarat menurut UU. UUD 1945 menegaska tentang hak-hak yang dimiliki oleh
setiap warga Negara, yang tentunya wajib bagi Negara untuk memenuhinya. Warga
Negara sebagai pendukung hak dan kewajiban atas negaranya mempunya ha-hak yang
berupa jaminan dari Negara yang jauh lebih banyak dibandingkan yang hanya bersetatu
penduduk. Namun disisi lain, warga Negara harus mengemban berbagai kewajiban kepada
Negara, dan hal itu tidak berlaku bagi yang bersetatus sebagai penduduk. Apa yang
menjadi hak bagi setiap penduduk tentunya menjadi hak bagi setiap warga Negara, dan hal
tersebut tidak berlaku terbalik.

M. Hak Asasi Manusia (HAM)


HAM adalah salah satu tiang yang sangat penting untuk menopang terbangunya
sebuah Negara demokrasi. Bangsa Indonesia sejak awal mempunyai komitmen yang
sangat kuat untuk menjujung tingggi HAM, oleh karena itu karean itu bangsa Indonesia
selalu berusaha untuk menegakanya sejalan dan selaras.

Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia Terhadap Hak Asasi Manusia

 Pendahuluan
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan
martabat mahluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya
sebagai mahluk pribadi dan juga mahluk social, sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 1945.

 Landasan
1. Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai hak asasi
manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai
luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945.

2. Bangsa Indonesia sebagai anggota PBB mempunyai tanggung jawab untuk


menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan berbagai instrument
internasional lainya mengenai hak asasi manusia.

Sejarah, Pendekatan, dan Substansi


1. Sejarah
Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia sejak awal perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia sudah menuntut dihormatinya hak asasi manusia. Hal

4
tersebut terlihat jelas dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah
sebagai berikut :

a. Kebangkitan Nasional 20 mei 1908, yang diawali lahirnya berbagai pergerakan


kemerdekaan, menunjukaan kebangkitan bangsa Indonesia untuk bebas dari
penjajahan.

b. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928, membuktikan bahwa bangsa


Indonesia menyadari haknya sebagai satu bangsa dan menjujung satu bahasa
Indonesia.

c. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, merupaka


puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia diikuti penetapan
Undang Undang Dasar 1945 pada tnggal 18 agustus 1945.
2. Pendekatan dan Substansi

Perumusan substansi hak asasi manusia menggunakan penddekatan normative,


empiric,deskriptif, dan analitik sebagai berikut :
a. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa berfungsi untuk menjaga kelangsungan
hidup, kemerdekaan dan perkembangan masyarakat, yang tidak boleh
diabaikan atau di rampas oleh siapapun.

b. Masyarakat Indonesia yang berkembang sejak masih sederhana sampai


modern, pada dasarnya merupakan masyarakat kekeluargaan yang telah
mengenal pranata social menyangkut hak dan kewajiban masyarakat, yang
terdiri atas pranata religious mengakui bahwa manusia ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa dengan segala hak dan kewajibanya.

Dengan demikian substansi hak asasi manusia meliputi : hak untuk hidup,
hak berkeluarga, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan.

c. Bangsa Indonesia menyadari dan mengakui bahwa setiap individu adalah


bagian dari masyarakat dan sebaliknya masyarakat terdiri dari individu-
individu yang mempunyai hak asasi serta hidup di dalam lingkungan yang
merupakan sumber daya bagi kehidupan.

Pemahaman Hak Asasi Manusia bagi Bangsa Indonesia


1. Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan, maka
pengertian hak asasi manusia adalah hak sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa
yang melekat pada diri manusia.

2. Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa
membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia, pandangan
politik, status social, dan bahasa serta setatus lain.

5
3. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat historis dan dinamis
yang pelaksanaanya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

N. Pertahanan dan Keamanan Negara


Pasal 30 UUD 1945 menegaskan: Tiap warga negara berhak dan wajib ikut dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
Usaha dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan
utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Tentara Nasional Indonesia sebagai alat
negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
negara. Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan menegakkan
hukum.

O. Pendidikan Nasional
Sesuai dengan tujuan negara sebagaimana dalam Pembukaan, pemerintah Indonesia
berkewajiban mencerdaskan kehidupan bansa. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia.

Pemerintah memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai agama, persatuan


bangsa serta kesejahteraan umat manusia. Seperti dalam pasal 28C UUD 1945 yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan dan mendapat manfaat
IPTEKSB, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia

P. Kebudayaan Nasional Indonesia


Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
denganmenjamin kebebasan masyrakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budaya. Negara wajib menghormati dan memelihara bahasa daerah (pasal 32). Identitas
budaya dan hak masyarakat tradsional dihormati selaras dengan perembangan zaman
(pasal 28I ayat 3).

Q. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial


Pasal 33 yang menyatakan perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas dasar kekeluargaan. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, dan kemandirian. Mengenai fakir miskin dan anak yang terlantar negara
mengembangkan sistem jaminan sosial dan memberdayajan masyarakat sesuai pasal 34.

R. Lambang-lambang Persatuan Indonesia dalam UUD 1945


Pasal 35 menetapkan Bendera Negara Republik Indonesia yaitu Sang Merah Putih,
sedangkan pasal 36 menetapkan Bangsa Negara, ialah Bahasa Indonesia. Sesuai ST MPR
6
Tahun 2001 lambang-lambang persatuan Indonesia adalah BENDERA, BAHASA, DAN
LAMBANG NEGARA, SERTA LAGUKEBANGSAAN. Lambang negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (Pasal 36A). Lagu kebangsaan
Indonesia ialah Indonesia Raya (Pasal 36B).
Penguatan kehidupan berbangsa yang Bhineka Tunggal Ika melalui 4 persatuan bangsa:
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Negara Kesatua Republik Indonesia
4. Prinsip Bhineka Tunggal Ika

S. Perubahan UUD
Ketentuan perubahan UUD tertuang pasal 37 UUD 1945. Perubahan UUD sebaiknya
tidak dilakukan dengan cara mudah sebab perubahan terhadap UUD akan membawa
konsekuensi yang sangat luas bagi suatu bangsa.
Sejauh ini UUD 1945 telh mengalami Perubahan (amandemen) oleh MPR RI
sebanyak empat kali, yaitu:
1. Amandemen pertama terjadi dalam ST MPR RI Tahun 1999 meliputi Pasal-pasal: 5,
7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 21
2. Amandemen kedua terjadi dalam ST MPR RI Tahun 2000 meliputi Pasal-pasal: 18,
19, 20, 22, 25, 26, 27, 28, 30, 36
3. Amandemen ketiga terjadi dalam ST MPR RI Tahun 2001 meliputi Pasal-pasal: 1,
3, 6, 7, 11, 17, 22, 23, 24
4. Amandemen keempat terjadi dalam ST MPR RI Tahun 2002 meliputi Pasal-pasal:
3, 6, 8, 11, 16, 23, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 37, Aturan Peralihan Pasal I, II, III, IV, dan
Aturan Tambahan Pasal I dan II
Kewenangan melakukan perubahan UUD 1945 sebagaimana oleh pasal 37 tidak
berlaku menyangkut bentuk bentuk Negara Kesatuan Indonesia. MPR juga sepakat tidak
melakukan perubahan Pembukaan UUD 1945 namun hanya melakukan perubahan
terhadap pasal-pasalnya. Usul perubahan UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
diajukan sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR. Diajukan secara tertulis
ditujukan dengan jelas dan disertai dasar alasannya. Sidang MPR juga harus dihadiri
minimal 2/3 dari jumlah anggota MPR. Putusan hanya dapat diambil apabila disetujui oleh
50% ditambah 1 dari jumlah seluruh anggota MPR.

T. Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan


Terhadap pasal-pasal pada Aturan Pralihan dan Aturan Tambahan juga dilakukan
perubahan sesuai dengan tuntunan perkembangan. Hal tersebut juga disebabkan oleh
kedudukan dan fungsi aturan tambahan itu sendiri.

Amandemen terhadap UUD 1945 yang terakhir, menetapkan 3 pasal aturan peralihan
sebagai berikut : segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetep berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini (pasal I), Semua lembaga Negara
yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan UUD dan belum

7
diadakan yang baru menurut UUD ini (pasal II), Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-
lambatnya 17 agustus 2003 (pasal III)

Sedangkan Aturan Tambahan menjadi dua pasal yaitu : MPR ditugasi untuk
melakukan peninjauan terhadap mentri dan status hokum ketetapan MPRS untuk diambil
putusan pada sidang MPRS tahun 2003 (pasal I), dan Dengan ditetapkanya UUD ini, UUD
Negara RI tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal (pasal IIIAT)

U. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945


Setelah bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, bukan berarti
perjuangan dan cita-cita bangsa Indonesia telah sepenuhnya tercapai. Masih banyak
persoalan yang harus segera diselesaiakn, terutama yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Apalagi jika dikaji lebih jauh, bangsa Indonesia
telah berhasil menetapkan pancasila sebagai landasan UUD 1945 sebagi landasan
konstitusional, serta memilih Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 18 agustus 1945.
Dengan kata lain, bangsa Indonesia masih dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
sangat rumit dalam menyelenggarakan pemerintahan.

1. Masa Awal Kemerdekaan


Dengan ditetapkanya pancasila dan UUD 1945 oleh PPKI merupakan modal
berharga bagi terselenggaranya roda pemerintahan Negara RI. Namun, sebelum
semua alat perlengkapan Negara tersusun, bangsa Indonesia dihadapkan persoalan
eksternal yaitu kehadiran tentara Sekutu dan NICA ke wilayah Indonesia pada tanggal
29 september 1945 dengan mengatas namakan Palang Merah Internasional. Namun
dalam perkembangannya, orang-orang NICA terus berusaha menguasai wilayah
Indonesia secara de faktor.
Dalam masa-masa 1945-1949 segala perhatian bangsa dan Negara Indonesia
benar-benar tercurahkan untuk menuangkan perang kemerdekaan. Namun karena
kuatnya tekanan yang dilakukan orang-orang NICA, maka dalam rangka
mengoptimalkan semua kekuatan bangsa, Wakil Presiden Drs. Mochammad Hatta
mengeluarkan maklumat Wakil Presiden No. X pada tanggal 16 oktober 1945.
Sementara mengusir orang-orang NICA belum juga berhasil. Bagi bangsa
Indonesia hak untuk menentuakan nasib sendiri merupakan hak yang harus dibela dan
dipertahankan, serta harus diperjuangkan dengan segala konsekuensinya sebagi
Negara yang telah merdeka dan berdaulat. Munculnya perlawanan yang sangat sengit
oleh bangsa Indonesia, memaksa belanda untuk mengadakan perundinga dengan
pemerintah Indonesia. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya blanda
mengakui kedaulatan Indonesia, namun bangsa Indonesia harus menerima berdirinya
Negara yang tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 agustus 1945 dan tidak sesuai
kehendak UUD 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia terpaksa berubah menjadi
Negara Indonesia Serikat.

2. Masa Orde Lama


Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyambut suatu
priode pemerintahan yang ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap pancasial

8
dan UUD 1945. Kegagalan dalam merumuskan UUD baru dan ketidak mampuan
dalam menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945 telah mendorong Presiden
Soekarno pada tanggal 5 juli 1959 mengeluarkan “Dekrit Presiden”.Tindak lanjut dari
Dekrit Presiden pada tanggal 5 juli 1959 adalah pembentukan kabinet baru yang diberi
nama Kabinet Karya.
Dalam prakteknya ( atau orde lama ) lembaga-lembaga Negara yang ada belum
dibentuk berdasarkan UUD 1945 sehingga sifatnya masih semetara dalam masa ini,
Presiden selaku dalam pemegang kekusaan eksekutif dan pemegang kekuasaan
legeslatif (barsama-sama dengan DPRGR) telah mengunakan kekuasannya dengan
tidak semestinya. Keberhasilan Presiden Soekarno membubarkan DPR dan
diterimanya DPRGR merupakan kemenangan yang strategis, sekaligus menunjukan
akan kekuatanya. Disamping itu, pidato kenegaraan Presiden Soekarno yang dikenal
dengan “Penemuan Kembali Revolusi Kita” telah dinyatakan sebagai “Manifesto
Plotik Republik Indonesia”
Pemerintahan antara tahun 1959-1965 ditandai oleh berbagai penyelewengan
wewenang dan penyimpangan terhadap pancasila dan UUD 1945 sehingga disebut
masa orde lama. Hampir semua kebijakan yang dibuat pemerintah sangat
menguntungkan PKI. Sejak tahun 1964 dan berjalan selama tahun 1965 sikap dan
tindakan PKI semakin agresif, puncak dari semua kegiatan PKI adalah pemberontakan
G30S. Pemberontakan G30S akhirnya dapat digagalkan berkat kewaspadaan dan
kesiagapan ABRI dengan dukungan kekuatan rakyat. Pristiwa ini telah mendorong
lahirnya ORDE BARU yang bertekad melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Keadaan ini mengantarkan tercetusnya Tri Tuntutan Rakyat
atau “Tritura” yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan Kabinet dari Unsur-unsur PKI
3. Turunkan Harga/Perbaiki Ekonomi

Dalam keadaan seperti itu, pada tanggal 11 maret 1966 Presiden Soekarno
mengelurkan surat perintah (kemudian lebih dikenal “SUPERSEMAR”) kepada
Letnan Jendral TNI Soeharto. Dengan berlandaskan kepada supersemar itu,
pengemban supersemar telah membubarkan PKI dan ormas-ormasnya yang
ditanggapi dan disambut dengan penuh kelegaan oleh masyarakat.

3. Masa Orde Baru


Orde baru adalah konsep yang digunakan untuk menyebut suatu kurun waktu
peerintahan yang ditandai dengan keinginan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Benih lahirnya orde baru sudah muncul pada waktu BRI
bersama rakyat menumpas pemberontak G30S/PKI. Bahwa sejak dikeluarkanya
Dekrit presiden 5 juli 1959 telah terjadi penyimpangan yang mencapai puncaknya
dengan meletusnya G30S/PKI. Dalam waktu relatif singkat untuk menumpas
G30S/PKI telah berhasil. Pada tahun 1965 secara fisik militer, PKI telah dilumpuhkan
oleh ABRI bersama dengan rakyat.

9
Upaya dalam menegakan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 ,
maka dibentuk front Pancasila oleh beberapa partai politik dan organisasi masa. Front
Pancasila dimaksudkan sebagai persatuan dan kesatuan rakyat yang mendukung
Pancasila. Front Pancasila muncul sebagai pendukung orde baru dan mempelopori
tuntutan yang lebih luas yang menyangkut kembali kekehidupan dan kenegaraan
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Tuntutan untuk membubarkan PKI kemudian ditegaskan dengan tritura pada


tanggal 12 januari 1966. Tidak hanya terbatas dalam bidang politik saja, melainkan
juga dalam bidang pemerintah dan ekonomi juga.
Orde baru lahir sebagai jawaban atas kritis yang dialami bangsa Indonesia bertekad
untuk :
1. Menegakan atau tidak ingin mengubah Pancasila dan UUD 1945.
2. Melaksanakan Pancasila sebagai UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
3. Mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.

4. Masa reformsi
Apa yang telah dicapai oleh pemerintah ole horde baru dengan berbagai kelebihan
dan kekurangan telah melahirkan ketidakpuasan rakyat dan seluruh masyarakat
Indonesia. Atas keadaan itu, maka munculah gerakan protes, pengeroyokan dan
demonstrasi dimana semuanya menuntut adanya reformasi di segala aspek kehidupan.

Beberapa persoalan yang perlu dikaji sehubung dengan gerakan reformasi,


diantaranya: Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 1945 sebagai landasan
Konstitusional, serta seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pancasila
sebagai dasar negara, kiranya tidak banyak mendapat perhatian dari para aktifis
gerakan reformasi.

Sedangkan kedudukan UUD 1945 sebagai landasan konstitusioal negara republik


Indonesia pada dasarnya masih dapat diterima. Adanya tuntutan akan amandemen
terhadap UUD 1945 lebih disebabkan oleh adanya perbedaan interprestasi terhadap
setiap pasal UUD 1945.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

11

Anda mungkin juga menyukai