Anda di halaman 1dari 10

RESUME SNU

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. Resti Ulan
2. Nanda Nitasya
3. Rahmat Aidil
4. Riki Lesmana
5. Roy Kurniawan
6. Arian Saputra

Kelas :

Guru Pembimbing : Uliyatus Sholihan, S.Pd

MA AL-HIDAYAH SUNGAI BENGKAL


TAHUNAJARAN 2017 / 2018
I. PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

A. Interaksi Indonesia-Jepang pada Masa Penjajahan Belanda


 Minat Jepang terhadap Indonesia bangkit, alasannya yaitu ajaran shintoisme tentang
Hakko Ichi U yaitu kesatuan keluarga umat manusia.
 Di Indonesia, Jepang mampu menguasai pasar dengan cara menjalankan politik dumping,
yaitu menjual barang-barang kebih murah di luar negeri daripada di Jepang.
 Contingentering adalah pembatasan masuknya barang-barang tertentu dalam jumlah
tertentu, termasuk juga mengatur pembatasan masuknya orang-orang Jepang.
 Licentiering adalah ketentuan yang memberi hak kepada importir untuk memasukkan
sebagian barang-barang yang boleh diimpor.

B. Pendudukan Militer Jepang di Indonesia


1. Munculnya Pendudukan Militer Jepang di Indonesia
Jepang menyerang pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour,
Hawai pada 8 Desember 1941 dengan tujuan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika
Serikat yang diperkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi Jepang di Asia.
 Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada 10 Januari 1942.
 Tentara Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang pada 8 Maret 1942 di
Kalijati, Subang, Jawa Barat.
 Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi 3 wilayah yang dipimpin oleh
pemerintahan militer, yaitu:
a. Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara Keenambelas Angkatan Darat
(Rikugun) yang berpusat di Jakarta.
b. Sumatra diperintah oleh Tentara Keduapuluh Lima Angkatan Darat (Rikugun)
yang berpusat di Bukittinggi.
c. Indonesia bagian timur diperintah oleh Armada Selatan Kedua Angkatan Laut
(Kaigun) yang berpusat di Makassar.
 Kenpetai adalah polisi militer Jepang yang sangat kejam menyiksa atau membunuh
rakyat yang dianggap membantah perintahnya.
2. Organisasi Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
a. Gerakan 3A
Jepang mempropagandakan Gerakan 3A, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Mr.
Syamsudin.
b. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Pada 1943, MIAI dibubarkan karena perkembangannya yang sangat pesat dan dinilai
telah mengancam eksistensi pemerintah pendudukan Jepang.
c. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
Masyumi diketuai oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H. Hasyim Asyari.
d. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Didirikan pada Maret 1942 dan dipimpin oleh Empat Serangkai. Tugas Putera adalah
memimpin rakyat Indonesia untuk menghapuskan pengaruh Barat.
e. Cuo Sangi In
Badan Pertimbangan Pusat yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Badan Pertimbangan Pusat mempunyai tugas mengajukan usul dan menjawab
pertanyaan pemerintah Jepang.
f. Jawa Hokokai
Himpunan Kebaktian Jawa yang diorientasikan untuk memupuk semangat kebaktian,
yaitu kesediaan untuk mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan tugas untuk kepentingan pemerintah pendudukan Jepang.
g. Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan
- Seinendan yaitu barisan pemuda yang anggotanya berusia 14-22 tahun. Tujuan
dibentuknya Seinendan adalah mendidik dan melatih para pemuda untuk dapat
mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
- Fujinkai adalah perhimpunan wanita. Usia anggotanya harus 15 tahun ke atas.
- Keibodan adalah barisan pembantu polisi. Usia anggotanya antara 20-35 tahun.
h. Barisan Pelopor
Barisan Pelopor dilatih cara menggunakan senapan dari kayu, bambu runcing, serta
dikerahkan untuk mendengarkan pidato dari para pemimpin pergerakan nasional.
i. Heiho
Pembantu Prajurit Jepang yang dibentuk pada April 1943.
j. Pembela Tanah Air (PETA)
Dibentuk pada 3 Oktober 1943 oleh Panglima Tentara Jepang di Jawa.

C. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Pemerintah Pendudukan Jepang


1. Reaksi Berupa Perlawanan Bersenjata
a. Pemberontakan Cot Plieng di Aceh
Dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, guru ngaji di Cot Plieng.
b. Pemberontakan Rakyat Sukamanah
Dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustofa, pemimpin pondok pesantren di Sukamanah,
Singaparna, Tasikmalaya.
c. Pemberontakan di Indramayu
Dipimpin oleh H. Madriyas.
d. Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh
Dipimpin oleh seorang perwira Giyugun bernama Teuku Hamid.
e. Pemberontakan PETA di Blitar
Dipimpin oleh seorang komandan pleton PETA yang bernama Supriyadi.
2. Reaksi Berupa Perlawanan Nonbersenjata
a. Kelompok Sukarni
b. Kelompok Syahrir
c. Kelompok Kaigun
d. Kelompok Amir Syarifuddin

D. Dampak Pendudukan Jepang dalam Berbagai Aspek Kehidupan


1. Bidang Politik
- Segala organisasi yang telah ada dihapuskan dan diganti dengan lembaga-lembaga
bentukan Jepang.
- Memberi kesempatan pada golongan nasionalis Islam yang dinilai Jepang sangat anti-
Barat.
2. Bidang Pendidikan
- Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan dengan kepentingan perang.
- Siswa wajib mengikuti pelatihan dasar kemiliteran.
- Diwajibkannya penggunaan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai bahasa pengantar di
sekolah.
3. Bidang Ekonomi
- Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang Jepang dengan menguasai
sumber-sumber bahan mentah untuk industri Jepang.
- Rakyat harus menyerahkan sebagian hasil panen kepada pemerintah.
- Kaum pria yang muda dan sehat serta produktif diharuskan menjadi serdasu pekerja
(romusha).
4. Bidang Kebudayaan
- Menanamkan budaya disiplin, ulet, teguh, dan rela berkorban kepada masyarakat
Indonesia dengan memupuk semangat kebaktian bangsa Indonesia.
- Membentuk pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunka Shidoso.
5. Mobilitas Sosial
- Perpindahan penduduk dan perubahan struktur sosial masyarakat diakibatkan oleh
berbagai kebutuhan militer Jepang dalam menghadapi perang melawan Sekutu.
6. Birokrasi
- Jepang menyusun birokrasi pemerinahan di Indonesia yang meliputi sistem
ketatanegaraan, ideologi, politik, ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan.
- Orang Indonesia diperbolehkan memegang jabatan-jabatan tertentu di bidang politik.
7. Militer
- Para pemuda dididik untuk menjadi prajurit Jepang dan mendapat pelatihan militer.
8. Bahasa Indonesia
- Diperbolehkannya penggunaan bahasa Indonesia di samping bahasa Jepang.

E. Akhir Masa Pendudukan Jepang dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia


1. Masa-Masa Akhir Pendudukan Jepang
- Menggunakan taktik “kodok melompat” oleh Jenderal Douglas Mc Arthur, sehingga
satu per satu wilayah pendudukan Jepang jatuh ke tangan Sekutu.
- Kedudukan Jepang yang semakin terancam karena pihak angkatan udara Sekutu telah
memasuki wilayah udara Jepang dan melakukan serangan langsung dengan cara
menjatuhkan bom.
2. Janji Kemerdekaan dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia
a. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Junbi Cosakai
- Dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945.
- Diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat.
- Tugasnya yaitu menyelidiki dan mempelajari hal penting mengenai masalah tata
pemerintahan atau pembentukan negara Indonesia merdeka.
- Pada sidang pertama tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan
gagasannya yang kemudian diberi nama “Pancasila”.
- Pada 22 Juni 1945, dibentu panitia sembilan yang bertugas membentuk dan
merumuskan hasil sidang pertama.
b. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai
- Tugasnya adalah mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan sehubungan dengan akan diserahkannya kekuasaan pemerintah
dari Jepang kepada bangsa Indonesia.
- Diketuai oleh Ir. Soekarno. Wakil ketua adalah Drs. Moh. Hatta. Penasihat yaitu
Mr. Ahmad Subardjo.
II. SERANGAN JEPANG KE INDONESIA

Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut:


diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemudian Minahasa, Sulawesi,
Balikpapan, dan Ambon. Kemudian pada bulan Februari 1942 pasukan Jepang menduduki
Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat penting
dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat kedudukan Belanda di
Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris. Kemudian pasukan Jepang
melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara
Rembang dan Tuban). Selanjutnya menyerang pusat kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret
1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada
Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian,
seluruh wilayah Indonesia telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang.
Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik
simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah organisasi resmi seperti Gerakan Tiga A, Putera, dan
PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia.
Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan selanjutnya gerakan ini
tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943 Gerakan Tiga A dibubarkan dan
diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah pimpinan
"Empat Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas
Mansyur. Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian bangsa Indonesia agar
membantu pasukan Jepang dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Akan tetapi gerakan
Putera yang merupakan bentukan Jepang ini ternyata menjadi bumerang bagi Jepang. Hal ini
disebabkan oleh anggota-anggota dari Putera yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.
Pembela Tanah Air (PETA). PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan
keanggotaannya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para pemuda
bangsa Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang. Pemuda-pemuda inilah
yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.
Tujuan awal pembentukan organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Dalam perkembangan berikutnya, ternyata PETA justru
sangat besar manfaatnya bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan melalui perjuangan
fisik. Misalnya, Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution adalah dua orang tokoh militer
Indonesia yang pernah menjadi pemimpin pasukan PETA pada zaman Jepang. Namun karena
PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap sangat membahayakan kedudukan Jepang atas
wilayah Indonesia, maka pada tahun 1944 PETA dibubarkan. Berikutnya Jepang mendirikan
organisasi lainnya yang bernama Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih terkenal dengan
nama Jawa Hokokai (1944). Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah Komando Militer
Jepang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendudukan Jepang di bumi Indonesia tidak dapat
diterima. Jepang juga sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap masyarakat
dari lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini tidak kurang dari 20.000 orang
yang menjadi korban keganasan pasukan Jepang. Hanya sebagian kecil saja yang dapat
menyelamatkan diri dan lari ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak pula perlawanan-perlawanan
rakyat atas penindasan Jepang seperti antara lain :
1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng,
Lhokseumawe di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat dipadamkan,
dan dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi pemberontakan di Meureu di
bawah pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh pasukan Jepang.
2. Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di
daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawannya,
namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan sangat kejamnya.
3. Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu
kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini
Zaenal Mustafa berhasil membunuh kaki tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti ini, Jepang
melakukan pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan
Supriyadi (putra Bupati Blitar). Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak
sendirian dan dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo. Pada
pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di Blitar dibinasakan. Pemberontakan
heroik ini benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi pada saat itu Jepang terus menerus
mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Timur Raya dan Perang Pasifik. Kemudian
Jepang mengepung kedudukan Supriyadi, namun pasukan Supriyadi tetap mengadakan
aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan
agar para pemberontak menyerah saja dan akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi
segala tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut temyata berhasil dan akibatnya banyak anggota
PETA yang menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tidak luput dari hukuman Jepang dan
beberapa orang dijatuhi hukuman mati seperti Ismail dan kawan-kawannya. Di samping, itu
ada pula yang meninggal karena siksaan Jepang.

Menjelang tahun 1945, posisi Jepang dalam Perang Pasifik mulai terjepit. Jenderal Mac.
Arthur, Panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat Daya yang terpukul di Filipina mulai
melancarkan pukulan balasan dengan siasat “loncat kataknya”. Satu per satu pulau-pulau antara
Australia dan Jepang dapat direbut kembali. Pada bulan April 1944 Sekutu telah mendarat di Irian
Barat. Kedudukan Jepang pun semakin terjepit. Keadaan makin mendesak ketika pada bulan Juli
1944 Pulau Saipan pada gugusan Kepulauan Mariana jatuh ke tangan Sekutu. Bagi Sekutu pulau
tersebut sangat penting karena jarak Saipan - Tokyo dapat dicapai oleh pesawat pengebom B 29
USA. Hal itu menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang. Situasi Jepang pun semakin
buruk. Akibat faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut, menyebabkan jatuhnya Kabinet
Tojo pada tanggal 17 Juli 1944 dan digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Agar rakyat
Indonesia bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, maka pada tanggal 7 September 1944
Perdana Menteri Koiso mengumumkan janji pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di
kemudian hari. Janji ini dikenal sebagai janji kemerdekaan Indonesia.
Sebagai realisasi dari janji kemerdekaan yang diucapkan oleh Koiso, maka pemerintah
pendudukan Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret
1945 mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai). Tugas BPUPKI adalah untuk mempelajari
dan menyelidiki hal-hal yang penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut
pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPKI memiliki anggota sebanyak 67 orang bangsa
Indonesia ditambah 7 orang dari golongan Jepang. BPUPKI diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat dan dibantu oleh dua orang ketua muda yaitu R.P. Suroso dan Ichibangse dari
Jepang. Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In, Jalan
Pejambon Jakarta (sekarang gedung Departemen Luar Negeri).
Selama masa berdirinya, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama
berlangsung antara 29 Mei - 1 Juni 1945 membahas rumusan dasar negara. Sidang kedua
berlangsung tanggal 10 - 16 Juli 1945 membahas batang tubuh UUD negara Indonesia merdeka.
Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945
dan sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau Dokuritsu
Junbi Inkai). PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno.
Sementara itu, keadaan Jepang semakin terjepit setelah dua kota di Jepang dibom atom oleh
Sekutu. Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom yang dijuluki little boy dijatuhkan di kota
Hiroshima dan menewaskan 129.558 orang. Kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945 kota
Nagasaki dibom atom oleh Sekutu. Akibat kedua kota tersebut dibom, Jepang menjadi tidak
berdaya sehingga pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Dengan demikian berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia. Dan pada tanggal 17 Agustus
1945, Indonesia resmi memproklamirkan kemerdekaannya.

III. KEBIJAKAN PEMERINTAH PENDUDUK JEPANG DI INDONESIA

A. Kebijakan Pemerintah Jepang Pada Bidang Politik


Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah
melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan
yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8
September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
 Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia
dengan cara:
 Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
 Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung
Asia)
 Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
 Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
 Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
 Melancarkan politik dumping
 Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs.
M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan
Belanda.

Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan
badan-badan kerjasama seperti berikut:
 Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan
intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
 Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri
dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).

Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah,
Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah
penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia
Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
 Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas
denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
 Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai oleh
tentara keduapuluhlima.
 Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya
dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
 Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan
dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan
di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan
penasehat. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
 Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia
sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
 Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit
Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh
Jendral Tanabe.
 Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal
dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.

Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di


Dalat/Vietnam.
Pada masa pendudukan Jepang perjuangan untuk mencapai kemerdekan dilakukan secara
kooperatif (bekerja sama) serta dengan cara sembunyi-sembunyi atau bawah tanah. Adapun
organisasi-organisasi buatan Jepang yang digunakan untuk menanamkan nasionalisme
Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan April 1942, dengan ketuanya adalah Mr.
Syamsudin. Semboyan Gerakan Tiga A adalah:
1. Nippon Cahaya Asia,
2. Nippon Pelindung Asia, dan
3. Nippon Pemimpin Asia.

Tujuan Gerakan Tiga A adalah menanamkan kepercayaan rakyat bahwa Jepang


adalah pelindung dan pemimpin Asia. Namun, rakyat Indonesia telah mengetahui maksud
propaganda gerakan tersebut. Karena tidak mendapat sambutan dari rakyat, maka
Gerakan Tiga A dibubarkan.

b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)


Pusat Tenaga Rakyat dibentuk pada tanggal 1 Maret 1943. Pendirinya adalah Empat
Serangkai yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas
Mansyur. Tujuan Putera adalah memusatkan seluruh kekuatan rakyat untuk membantu
Jepang menghadapi Sekutu.

c. Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sang In)


Chuo Sang In dibentuk pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Perdana Menteri
Jenderal Hideki Tojo. Ketuanya adalah Ir. Soekarno sedangkan wakilnya adalah R.M.A.A
Koesoemo Oetojo dan dr. Boentaran Martoatmojo. Tugas badan ini adalah memberi
masukan dan pertimbangan kepada pemerintah Jepang dalam mengambil keputusan.

B. Kebijakan Pemerintah Jepang Pada Bidang Ekonomi


Pada kedua aspek ini, praktek eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang
terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial
dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan
ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
 Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber
daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang.
Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak
lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi
dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan
kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
 Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran
yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-
sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.
Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan
perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan
pertanian dan perkebunan merusak tanah.
 Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua
kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan
rakyat baik fisik maupun material.

Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan
akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah
Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran
melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi
pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan
makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya.
Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan
pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah
satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng) angka
kematian mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang
dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan
seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Kebijakan pemerintah pada pendudukan Jepang pada bidang social antara lain berupa
pengerahan tenaga rakyat untuk melaksanakan kerja paksa. Selain itu, para pemuda juga
diwajibkan untuk masuk menjadi anggota organisasi militer maupun semi militer yang
dibentuk Jepang.

 Romusha
Romusha adalah kerja paksa (tanpa dibayar) pada zaman penduduka Jepang.
Tujuannya adalah membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan rakyat Jepang.
Sarana dan prasarana tersebut antara lain jembatan, lapangan terbang, serta gua-gua
tempat persembunyian.
 Kinrohosi
Kinrohosi adalah kerja paksa (tanpa dibayar) untuk para pamong desa dan pegawair
rendahan. Mereka diperlakukan sebagai tenaga romusha yang lainnya. Para kinrohosi
banyak yag dikirim ke luar Jawa untuk membantu membuat pertahanan tentara Jepang.

C. Kebijakan Pemerintah Jepang Pada Bidang Militer


Pada aspek militer ini, badan-badan militer yang dibuat Jepang semata-mata karena
kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik
dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di
medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu
pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus ’42 –
Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang merupakan
basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial
yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.

Berikut ini wajib militer yang dibentuk untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu.

a) Seinendan (Barisan Pemuda), dibentuk tanggal 9 Maret 1943 dengan anggota para
pemuda usia 14-22 tahun.
b) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), dibentuk tanggal 29 April 1943 dengan anggota
para pemuda usia 23-25 tahun.
c) Fujinkai (Barisan Wanita), dibentuk pada bulan Agustus 1943, dengan anggota para
wanita usia 15 tahun ke atas.
d) Gakutotai (Barisan Pelajar), anggotanya terdiri dari murid-miridd sekolah lanjutan.
e) Heiho (Pembantu Pranjurit Jepang), dibentuk pada bulan April 1943 dengan anggota
pemuda berusia 18-25 tahun.
f) PETA (Pembela Tanah Air), dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 dengan tujuan
untuk memoertahankan tanah air Indonesia dari penjajahan bangsa Barat.
g) Jawa Hohokai (Kebaktian Rakyat Jawa), dibentuk pada tanggal 1 Maret 1944 dengan
tujuan untuk mengerahkan rakyat agar mau membantu atau berbakti kepada Jepang.
h) Suisyintai (Barisan Pelopor), dibentuk pada tanggal 24 September 1944 dan diresmikan
pada tanggal 25 September 1944. Tujuannya untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat.

D. Kebijakan Pemerintah Jepang Pada Bidang Sosial Budaya


Di bidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan
karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan sumber
daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa (Romusha) serta
dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer maupun semi militer.
Dibidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping bahasa
Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukkan badan kearah timur sebagai tanda hormat
kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari (Seikerei).

Anda mungkin juga menyukai