Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL KAJIAN TEKNIS

INSTALASI BIOGAS MENGGUNAKAN DIGESTER


PLASTIK POLYETHELINE
TIPE BALOON PLAN

Oleh :

Agung Kurniawan
NIRM : 06 2 4 14 543

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN
2018
PROPOSAL KAJIAN TEKNIS

INSTALASI BIOGAS MENGGUNAKAN DIGESTER


PLASTIK POLYETHELINE
TIPE BALOON PLAN

Oleh :
Agung Kurniawan
NIRM : 06 2 4 14 543

Disetujui : 2018

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nirboyo Soeharso, BA, S.Pd, MM Dra. Suharti, MP


NIP. 19550303 198203 1 003 NIP. 19591004 199203 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Penyuluhan Peternakan

Gatot Adiwinarto, S.Pt., M.Si.


NIP. 19620730 198603 1 002

ii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
kajian ini dengan baik.
Penulisan proposal ini tentunya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari dosen maupun dari pihak lain sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ali Rachman, M.Si. selaku Ketua STPP Magelang.
2. Gatot Adiwinarto, S.Pt., M.Si. selaku Dosen dan Ketua Jurusan Penyuluhan
Peternakan STPP Magelang.
3. Nirboyo Soeharso, S.Pd. MM. Selaku Dosen dan Pembimbing Utama.
4. Dra. Suharti, MP. selaku Dosen dan Pembimbing Pendamping.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini.
Penulis menyadari penulisan proposal ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak.

Magelang, 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PRAKATA.........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Kajian.........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
A. Biogas....................................................................................................................3
B. Proses Pembentukan Biogas...................................................................................4
C. Digester Biogas......................................................................................................5
D. Bahan Penghasil Biogas.........................................................................................7
E. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas.......................................................10
III. METODOLOGI.................................................................................................13
A. Lokasi dan Waktu.................................................................................................13
B. Alat dan Bahan.....................................................................................................13
C. Jalannya Pengkajian.............................................................................................13
D. Rancangan Instalasi Biogas..................................................................................15
IV. DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

iv
1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan bahan bakar yang sering


digunakan masyarakat dalam kebutuhan rumah tangga. LPG ukuran 3 kg saat ini
sulit dicari, sehingga banyak masyarakat mengeluhkan hal tersebut. Menurut
Ahmad Bambang (2017), Wakil Direktur Utama Pertamina dalam acara Forum
LPG Indonesia, menuturkan saat ini penggunaan gas LPG sudah meningkat
menjadi 7 juta ton, dari tahun sebelumnya yaitu 1 juta ton. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut terdapat alternatif yaitu memanfaatkan limbah peternakan atau
feses ternak sapi sebagai bahan baku pembuatan biogas.
Biogas dibentuk dari hasil fermentasi anaerobik yang merupakan proses
perombakan suatu bahan menjadi bahn lain yang lebih sederhana dengan bantuan
mikroorganisme tertentu dalam keadaan tidak berhubungan langsung dengan
udara bebas. Menurut Buren (1979) biogas dapat dibuat dari bahan-bahan antara
lain kotoran hewan dan manusia, limbah pertanian, sampah kota, limbah industri
pertanian dan bahan-bahan lain yang memiliki kandungan bahan organik.
Biogas merupakan campuran dari metana, karbondioksida, sedikit gas
hidrogen, hidrogen sulfida dan atau nitrogen. Menurut Price dan Paul (1981) gas
metana atau CH4 yang terkandung dalam biogas besarnya 60 sampai dengan 70
%, sedang sisanya berupa gas CO2, H2S, gas nitrogen dan hidrogen. Penggunaan
biogas telah mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai akibat dari
pengurangan penggunaan energi fosil. Penggunaan hutan juga ikut mendukung
kebijakan pembangunan berkelanjutan khususnya di sektor pertanian dan
kelestarian hutan. Penyediaan air bersih masyarakat juga terjamin disebabkan
biogas mampu mereduksi dampak pencemaran air oleh limbah peternakan dan
rumah tangga. Instalasi Biogas Menggunakan Digester Plastik Polyetheline Tipe
Baloon Plan merupakan salah satu reaktor biogas yang relatif murah dan mudah
dalam pembuatannya.

B. Rumusan Masalah
2

1. Kurangnya pengetahuan petani tentang pemanfaatan kotoran sapi sebagai


bahan dasar pembuatan Biogas rumah tangga.
2. Bagaimana supaya pembuatan unit biogas dengan biaya yang murah dan
mudah untuk diterapkan dilingkungan masyarakat pedesaan khususnya
peternak.
3. Perlunya kesabaran petani dalam merawat rangkaian biogas menggunakan
digester plastic polyetheline.

C. Tujuan Kajian

Tujuan dari pengkajian tentang instalasi biogas menggunakan digester plastic


polyetheline ini yaitu :
1. Penulis bisa membuat instalasi biogas menggunakan digester plastic
polyetheline untuk skala kepemilikan ternak 2 ekor sapi dewasa
menggunakan bahan isian/slurry dari feses sapi, hasil rancangan tersebut
nantinya akan disuluhkan pada peternak.
2. Kotoran ternak lebih berdaya guna, selain untuk pupuk juga menghasilkan
biogas.Kajian ini dilakukan untuk merubah perilaku masyarakat dalam
pemanfaatan limbah peternakan sebagai kebutuhan masyarakat sehingga
tercapai kemandirian masyarakat dalam penggunaan biogas sebagai
pengganti bahan bakar keperluan rumah tangga.
3
4

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Biogas

Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan - bahan
limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri Anaerob
(bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen) (Wahyuni, 2013).
Nilai kalor pada biogas 4800–6200 kkal/m3 nilai ini sedikit lebih rendah
dari nilai kalor gas metana murni 8900 kkal/m3(Surono, 2014). Kandungan biogas
didominasi oleh gas metana (CH4) yang merupakan hasil sampingan dari proses
degradasi bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia, sampah, dan sisa-sisa
limbah lainnya. Pemanfaatan kotoran ternak selain dapat menghasilkan biogas
untuk bahan bakar, juga membantu kelestarian lingkungan dan memperoleh
manfaat-manfaat lain seperti pupuk yang baik untuk tanaman, mencegah lalat, dan
bau tidak sedap yang berarti ikut mencegah sumber penyakit (Wibowo dkk.,
2013). Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas dipaparkan pada
tabel 1 berikut.

Table 1. Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas
No Komponen %
1 Methana (CH4) 55-75
2 Karbondioksida (CO2) 25-45
3 Nitrogen (N2) 0-0,3
4 Hydrogen (H2) 1-5
5 Hydrogen Sulfida (H2S) 0-3
6 Oksigen (O2) 0,1-0,5
Sumber : (Fadli dkk., 2013)

Konsentrasi kotoran (metana, karbon dioksida, air, hidrogen sulfida,


nitrogen, oksigen, amonia, siloxanes dan partikel) tergantung pada komposisi
substrat dari mana gas itu berasal. Ketika mengalir keluar dari digester, biogas
bersifat jenuh dengan uap air, dan air ini menyebabkan korosi di pipa. Air dapat
dihilangkan dengan pendinginan, kompresi, absorpsi atau adsorpsi. Dengan
meningkatkan tekanan atau penurunan suhu, air akan kondensat dari biogas dapat
dihilangkan. Pendinginan dapat hanya dicapai dengan menanam saluran gas
dilengkapi dengan perangkap kondensat dalam tanah. Air juga bisa dihilangkan
5

dengan menggunakan adsorpsi saringan molekuler, SiO2, atau karbon aktif.


Bahan ini biasanya diregenerasi dengan pemanasan atau penurunan tekanan
(Surata dkk., 2013).

B. Proses Pembentukan Biogas

Biogas secara karakteristik fisik merupakan gas, karena itu proses


pembentukannya membutuhkan ruangan dalam kondisi kedap atau tertutup
agar stabil. Pada prinsipnya biogas terbentuk melalui beberapa proses yang
berlangsung dalam ruang yang anaerob atau tanpa oksigen. Proses yang
berlangsung secara anaerob dalam tempat tertutup ini juga memberikan
keuntungan secara ekologi karena tidak menimbulkan bau yang menyebar
kemana-mana (Wahyuni, 2013).
Apabila diuraikan dengan terperinci, secara keseluruhan terdapat tiga
proses utama dalam pembentukan biogas, yaitu proses hidrolisis, pengasaman
(asidifikasi), dan metanogenesis. Keseluruhan proses ini tidak terlepas dari
bantuan kinerja mikroorganisme anaerob.
1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini
merupakan penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang
memiliki sifat mudah larut seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Tahap ini juga dapat diartikan sebagai
perubahan struktur dari bentuk polimer menjadi bentuk monomer. Senyawa
yang dihasilkan dari proses hidrolisis diantaranya senyawa asam organik,
glukosa, etanol, CO2 dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan
dimanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan
aktivitas fermentasi.

2. Pengasaman (Asidifikasi)
Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan dijadikan
sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya, yaitu
6

pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini bakteri akan menghasilkan


senyawa-senyawa asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam
butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO2,
hydrogen, dan zat ammonia.
3. Metanogenesis
Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina, dan methano
bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengasaman menjadi
gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan kamponen penyusun
biogas (Wahyuni, 2013).

C. Digester Biogas

Digester atau reaktor adalah tempat untuk produksi biogas. Prinsip


bangunan digester adalah menciptakan suatu ruang kedap udara (anaerobik) yang
menyatu dengan saluran atau pemasukan (input) serta saluran atau bak
pengeluaran (output). Bak pemasukan berfungsi untuk melakukan homogenisasi
dari bahan baku limbah cairdan padat. Apabila limbah padat dalam kondisi
menggumpal maka diperlukan pengadukan supaya lebih mudah masuk kedalam
digester dan proses perombakan lebih mudah. Pada dasarnya kotoran ternak yang
ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam beberapa waktu tertentu dengan
sendirinya akan membentuk gas metan. Namun, karena tidak ditampung, gas itu
akan hilang menguap ke udara. Oleh karena itu, untuk menampunggas yang
terbentuk dari bahan organik dapat dibuat beberapa model kontruksi alat penghasl
biogas (Wahyuni,2015). Menurut aliran masukan material organik, digester biogas
dibedakan menjadi dua jenis yaitu tipe bak (batch) dan tipe aliran (continuous).
1. Tipe Batch
Pada tipe batch bahan organik ditempatkan di tangki tertutup dan proses
secara anaerobik selama periode tertentu tergantung pada jumlah bahan yang
dimasukan. Bahan organik digester biasanya dipertahankan pada temperatur
tertentu. Selain itu terkadang dilakukan pengadukan untuk membantu
melepaskan gelembung gas dari sludge. Digester tipe batch umum digunakan
pada tahap eksperimen, yaitu untuk mengetahui potensi dari bahan yang
7

diproses sebelum unit yang besar dibangun. Miniatur tipe batch dirancang
oleh Henry Doubleay Research Association. Digester ini memiliki kapasitas
10 liter dan cocok digunakan sebagai percobaan di laboratorium (Fry, 1973).
Digester tipe batch memiliki kelebihan lain, yaitu dapat digunakan
ketika bahan tersedia pada waktu – waktu tertentu dan bila memiliki
kandungan padatan tinggi (sekitar 20%). Bila bahan berserat/sulit diproses,
tipe batch lebih cocok digunakan dibandingkan tipe aliran kontinyu
(continuous flow), karena lama proses dapat ditingkatkan dengan mudah.
Bila saat proses terjadi kesalahan, misalnya karena bahan beracun, proses
dapat dihentikan dan dimulai dengan yang baru.
2. Tipe Aliran Kontinyu (Continuous Flow)
Pada tipe aliran kontinyu, bahan organik dimasukan ke dalam digester
secara teratur pada satu ujung dan setealh memulai fermentasi, keluar di
ujung yang lain. Tipe ini mengatasi masalah pada proses pemasukan dan
penggosongan pada tipe batch. Terdapat dua jenis dari tipe aliran kontinyu,
diantaranya:

a. Vertikal, dikembangkan oleh Gobar Gas Institute, India.

b. Horizontal, dikembagkan oleh Fry di Afrika Selatan dan California, AS.


Selain itu dikembagkan oleh Biogas Plan Ltd. dengan digester yang
terbuat dari karet butyl (butyl rubber bag). (Andianto. 2011)

Selain itu terdapat beberapa jenis digester biogas yang biasa


digunakan. Digester ini dibuat dengan bahan dasar batu bata dan semen,
digester tersebut yaitu Fixed Dome dan Floating Drum. Jenis fixed dome ini
terdiri dari bagian pencerna yang berbentuk kubah tertutup yang tidak dapat
dipindah-pindah, penahan gas kaku dan baskom pemisah substat
(keseimbangan). Bagian silinder pencerna terbuat dari beton, walaupun
demikian efektifitas penggunaan gasnya rendah karena fluktuasi tekanan yang
tidak dapat konstan. Selain itu bahan beton tidak kedap air, sehingga pada
penyimpanan gas harus dicat dengan bahan yang kedap udara seperti lateks
atau cat sintetis. (Shikun, dkk. 2014)
Unit pencerna jenis dixed dome sebaiknya dibenamkan di dalam tanah,
8

hanya bagain penahan gas yang menonjol di permukaan tanah. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kestabilan temperatur. Keuntungan unit
pencerna ini adalah umur pakai yang panjang (sekitar 20 tahun), rancangan
stabil, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja lokal. Kesulitan yang
dihadapi tidak kedap air karena terbuat dari beton, tekanan gas tidak konstan,
hanya dapat dibuat dengan baik apabila dikerjakan oleh tenaga ahli. Digester
floating drum terdiri dari ruang pencerna berbentuk silinder atau kubah yang
dapat bergerak, penahan gas mengapung atau drum. Pergerakan penahan gas
dipengaruhi oleh proses fermentasi dan pembentukan gas. Bagian drum
sebagai tempat tersimpannya gas yang terbentuk mempunyai rangka pengarah
agar pergerakan drum stabil Keuntungan unit pencerna floating drum adalah
mudah dioperasikan, produksi gasnya dapat dimonitor dan tekanan konstan.
Kerugiannya adalah umur pakai pendek (<5 tahun), karena drum terbuat dari
logam mudah berkarat dan bersifat inhibitor terhadap pertumbuhan
bakteri/mikroorganisme. Bila substratnya mengandung bahan berserat,
pengeluaran gas akan terhambat, karena pembentukan buih yang banyak.

D. Bahan Penghasil Biogas

Semua bahan organik yang terdapat dalam tanaman, karbohidrat, selulosa


adalah salah satu bahan yang disukai sebagai bahan untuk dicerna. Selulosa secara
normal mudah dicerna oleh bakteri, tetapi selulosa dari beberapa tanaman sedikit
sulit didegradasikan bila dikombinasikan dengan lignin. Lignin adalah molekul
komplek yang memiliki bentuk rigid dan struktur berkayu dari tanaman, dan
bakteri hampir tidak dapat mencernanya. Jerami mengandung lignin dan dapat
menjadi masalah karena akan mengapung dan membentuk lapisan keras
(Meynell,1976).

Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat gas bio karena
ketersediaannya yang sangat besar di seluruh dunia. Bahan ini memiliki
keseimbangan nutrisi, mudah diencerkan dan relatif dapat diproses secara biologi.
Kotoran sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai sumber
9

pembuat gas bio, karena substrat tersebut telah mengandung bakteri penghasil gas
metan yang terdapat dalam perut hewan ruminansia. Potensi produksi gas dari per
kg feses Sapi/kerbau mencapai 0,023 – 0,040 m3 (Meylinda Mulyati. 2010).
Keberadaan bakteri di dalam usus besar ruminansia tersebut membantu
proses fermentasi, sehingga proses pembentukan gas bio pada tanki pencerna
dapat dilakukan lebih cepat. Walaupun demikian, bila kotoran tersebut akan
langsung diproses di dalam tangki pencerna, perlu dilakukan pembersihan terlebih
dahulu. Kotoran tersebut harus bersih dari jerami dan bahan asing lainnya untuk
mencegah terbentuknya buih (Sufyandi, 2001).

Tabel 2 Kotoran Yang Dihasilkan Ternak Per Hari


Jenis Ternak Kotoran Padat (kg) Kotoran Cair (liter)

Sapi 25,00 9,07


Kuda 16,10 3,63
Babi 2,72 1,59
Domba 1,13 0,68
Ayam 0,05 -
Sumber: Wahyuni, 2009.

Untuk kotoran 1 ekor sapi/kerbau akan didapatkan kotoran hewan


sebanyak 25 kg/hari. Jika kotoran ini dikonversikan menjadi biogas maka dapat
3 3
menghasilkan biogas sebanyak kurang lebih 2 m /hari, dan 1 m biogas setara
dengan 0,62 liter minyak tanah. Sehingga reaktor biogas sring kita jumpai di
dandang ternak sapi. Tidak semua reaktor menggunakan slurry dari feses sapi, ada
yang mencampurkan dengan kotoran ternak lain. Sedangkan untuk konversi jenis
kotoran hewan lain seperti pada tabel berikut.

Tabel 3. Produksi Gas Dari Kotoran Hewan


Jenis Kotoran Produksi gas per Kg kotoran
Sapi atau kerbau 0,023– 0,04 m3
Babi 0,04– 0,0059 m3
Ayam 0,065– 0,0116 m3
Manusia 0,02– 0,028 m3
Sumber: Wahyuni, 2011.
10

Dengan menggunakan data perbandingan dari banyaknya kotoran yang


dapat dihasilkan oleh hewan-hewan ternak tersebut, maka dapat dibuat tabel
berikut.

Tabel 4. Konversi Kotoran Hewan Ternak Ke Biogas

Jumlah hewan ternak Konversi ke minyak


Hasil biogas (m3)
(Ekor) (liter)
1 sapi/kerbau 2 1,24
2 kuda 2 1,24
8 babi 2 1,24
20 kambing/domba 2 1,24
620 ayam 2 1,24
Sumber: Said, 2007.

Dengan tabel tersebut diketahui untuk bahan pembentukan biogas lebih


efisien menggunakan kotoran sapi, karena dengan 1 ekor sapi didapatkan feses
sebanyak 2,5 kg per harinya dan dapat menghasilkan biogas 2 meter². Dengan
hasil yang sama, bila menggunakan ternak yang lain seperti kuda, babi, kambing,
domba, dan ayam memerlukan penambahan kapasitas populasi.
Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran
ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada
tanaman/budidaya pertanian. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah
hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-
unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti
protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiia.

E. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas


Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor
pendukung untuk mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan bakteri perombak. Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap produksi biogas sebagai berikut (Simamora dkk, 2006), yaitu:

1. Kondisi anaerob atau kedap udara


11

Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh


mikroorganisme anaerob. Karena itu, intalasi pengolah biogas harus kedap
udara (keadaan anaerob).
2. Bahan baku isian
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak,
limbah pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku isian ini
harus terhindar dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik, dan
beling.
Bahan isian ini harus mengandung bahan kering sekitar 7-9%.
Keadaan ini dapat dicapai dengan melakukan pengenceran
menggunakan air yang perbandingannya 1:1 (bahan baku:air).
3. Imbangan C/N
Imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam
bahan organik sangat menetukan kehidupan dan aktivitas
mikroorganisme. Imbangan C/N yang ptimum bagi mikroorganisme
perombak adalah 25-30.
4. Derajat keasaman
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap mikroorganisme,
derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah
6,8-7,8. Pada tahap awal fermentasi bahan organik akan terbentuk asam
(asam organik) yang akan menurunkan pH. Mencegah terjadinya
perunan pH dapat dilakukan dengan menambahkan larutan kapur (Ca
(OH)2) atau kapur (CaCO3).
5. Suhu
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan
suhu yang mendadak di dalam instalasi pengolah biogas. Upaya praktis
untuk menstabilkan suhu adalah dengan menempatkan instalasi biogas
di dalam tanah. Biasanya, suhu optimum untuk produksi biogas adalah
32-37 º C. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan digester rentan
mengalami kerusakan , sehingga dibutuhkan pemeliharaan yang
saksama. Penggunaan digester yang kedap udara seperti fiber glass
12

dapat membantu mengatasi perubahan suhu karena selama proses


fermentasi tidak akan terpengaruh oleh suhu udara luar.
6. Loading rate (laju pengumpanan)
Loading rate adalah jumlah bahan pengisi yang harus
dimasukkan ke dalam digester per unit kapasitas per hari. Agar
fermentasi berlangsung dengan optimal, perlu pengisian bahan organik
yang kontinu setiap hari dengan memperhitungan waktu tiggal dan
volume digester. Jumlah bahan pengisi yang terlalu banyak dapat
mengganggu proses akumulasi asam dan produksi metana, sebaliknya
bila terlalu sedikit maka produksi biogas menjadi rendah.
7. Zat toksin
Zat toksin yang terkandung dalam bahan organik atau alat
produksi biogas dapat menjadi penghambat pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menurunkan produksi biogas. Zat toksin
tersebut di antaranya ion mineral dan logam berat, seperti tembaga,
detergen, pestisida, kaporit, dan antibiotik yang bersifat racun. Ion
mineral dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan mikroorganisme
dalam digester. Namun, jika terlalu banyak dapat menjadi racun bagi
mikroorganisme tersebut. Untuk mengurangi pencampuran bahan baku
organik dengan zat toksin, sebaiknya tidak menggunakan air campuran
yang mengandung toksin, seperti air sawah yang telah disemprot
pestisida, campuran air sabun, dan sumber air yang teremari oleh bahan
kimia lainnya.
8. Pengadukan
Pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan bahan baku
pembutan biogas. Pengadukan dilakukan sebelum bahan tersebut ke
dalam digester dan setelah berada di dalam digester. Selain untuk
mencampur bahan, pengadukkan juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya pengendapan di dasar digester yang dapat menghambat
pembentukan biogas. Pengendapan terjadi jika bahan yang digunakan
berasal dari kotoran kering. Setelah ditambahkan air sampai kekentalan
13

yang diinginkan, pengadukan mutlak diperlukan agar kotoran tidak


mengendap.
9. Waktu retensi
Waktu retensi adalah rata-rata periode saat bahan masukan
masih dalam digester dan selama proses fermentasi oleh bakteri
metanogen. Waktu retensi sangat dipengaruhi oleh faktor lainnya,
seperti suhu, pengenceran, dan laju pemasukan bahan. Waktu retensi
atau waktu tinggal yang dibutuhkan di dalam digester sekitar 29-60
hari, tergantung pada jenis bahan organik yang digunakan. Waktu
retensi akan semakin singkat jika suhu lebih dari 35ºC.
10. Starter
Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan
organik hingga menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme
perombak yang telah dijual komersial. Bisa juga menggunakan lumpur
aktif organik atau cairan isi rumen.
14

III. METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu

Kegiatan kajian dengan judul “Instalasi Biogas Menggunakan Digester Plastik


Polyetheline Tipe Baloon Plan” dilaksanakan di Kebun Rumput STPP Magelang lebih
tepatnya di Jl. Kyai Abdurrahman, Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupatan
Magelang.
Pengkajian ini dilakukan selama 30 hari dari tanggal 07 Januari 2018 sampai
dengan tanggal 04 Februari 2018.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan untuk membangun unit biogas adalah parang,
cangkul, sekop, meteran, gergaji kayu, pisau raut, gergaji besi/pralon, palu,
gunting, dan cutter.
Alat yang digunakan untuk pengujian biogas yaitu termometer digital, pH
meter/pH digital, manometer U dan stop watch, korek gas, kompor gas bio serta
alat masak.

2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu : plastik polyethilen 0,8 mm merk Tomat, pipa PVC
0.5 inch merk Wafin, PVC sambungan L 0.5 inch, PVC sambungan T 0.5 inch, PVC ulir
luar dan dalam 0.5 inch, lem PVC, stop kran 0,5 inchi, pipa PVC 4 inchi, selang water
pass, ember, gorong-gorong diameter 0,6 m, tali karet ban dalam, bambu, tali tambang
plastik, paku. Serta bahan sebagai masukan kedalam digester (slurry) yaitu kotoran sapi
dan air.

C. Jalannya Pengkajian

Kegiatan pengkajian pembuatan instalasi biogas menggunakan plastik PE


dilakukan dengan awalan identifikasi lokasi yang akan dijadikan tempat yang
cocok untuk ditempatkan reaktor biogas menggunakan plastik, syarat lokasi
15

tersebut diantaranya : a) bertempat tidak jauh atau disekitar kandang, b) lokasi


cukup tinggi dari lingkungan sekitar agar pada saat hujan air tidak menggenangi
unit biogas, c) disekitar lokasi tidak ada pohon besar, dikawatirkan nantinya akar
pohan akan mampu menembus digester plastik.
Sesudahnya ditetapkan lokasi, dilanjutan dengan membersihkan lokasi
yang akan didirikan reaktor biogas, dibuat atap dari plastik transparan dengan
tujuan agar digister plastik terhindar dari kerusakan mekanis akibat jatuhnya
benda dari atas dan atap plastik transparan dimaksudkan agar sinar matahari tetap
bisa masuk kedalam digester untuk menghangatkan proses fermentasi dalam
digester.
Setelah atap di pasang, penggalian tanah dengan kedalaman dan panjang
tertentu sesuai dengan kebutuhan yang sudah ditentukan, penggalian tanah
memiliki maksud sebagai dudukan digester agar digester berada tetap atau tidak
goyang. oleh karena plastik yang digunakan berdiameter 0,64 m maka kedalaman
tanah yang digali sekitar 0,5 m, sehingga ada bagian plastik yang muncul
dipermukaan tanah.
Sebelum plastik sebagai degester diposisikan di galian tanah, lapissi
terlebih dahulu menggunakan pastik. Pemasangan digester dilakukan setelah
plastik dilubangi dan dipasang pipa sebagai inlet, out let, dan sudah di pasang
shok drat untuk pemasangan instalasi keluarnya gas. Pada Pipa inlet dipasang bak
pencampur yang berfungsi sebagai tempat untuk mencampur feses sapi dengan
air, ketinggian alas bak pencampur disesuaikan dengan ketinggian permukaan
digester.
Setelah semua terpasang dengan benar selanjutnya dilakukan pengisian
digester dengan slurry. Slurry merupakan campuran feses sapi dengan air dengan
perbandingan 1:1 dan jika diaduk sampai homogen akan berbentuk lumpur,
pengisian mencapai 90 % dari volume digester.
Dalam kurang lebih 2 minggu slurry yang sudah ada dalam digester
didiamkan untuk difermentasi, jika digester mulai mengembang menandakan
bahwa gas sudah terbentuk dan itu mengindikasikan fermentasi berhasil, sebab ini
adalah poin yang paling penting dan yang diperhatikan dalam pembuatan unit gas
16

bio. Selanjutnya dipasang selang beserta perlengkapannya seperti stopkran,


sambungan, plastik penampung gas dan manometer untuk mengatahui ada
tidaknya tekanan gas, pemasangan disesuaikan dengan keinginan pengguna, yang
penting adalah tidak adanya kebocoran dalam setiap sambungan atau pada pipa itu
sendiri
Setelah penampungan gas mengembang dan manmeter menununjukan
adanya tekanan gas, dilakukan uji api atau nyala api. Biasanya pada awal
pembentukan gas dari proses permulaan dari fermentasi lebih banyak dihasilkan
gas karbon dioksida (CO2) dari pada gas Metana (CH4) sehingga gas tidak bisa
dibakar. Dari beberapa penelitian sebelumnya, setelah melalui mengamatan dan
pengukuran, komposisi ideal biogas tercipta setelah 30 hari setelah fermentasi,
dalam kondisi ideal tersebut, suhu, pH dan produksi gas juga sudah stabil. Hal itu
juga nantinya yang akan dilakukan, setelah diuji coba penyalaan biogas nantinya
juga akan diukur temperatur dan pH didalam digester, pengukuran volume gas
yang dihasilkan dalam satu hari dan berapa lama gas yang dihasilkan dalam satu
hari tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak.

D. Rancangan Instalasi Biogas

Dari beberap jenis dan tipe reaktor biogas, yang mudah dan terjangkau
harga dalam pembuatan adalah menggunakan digester plastik POLYETHELINE
(PE) dengan jenis Continuous Flow dengan tipe Baloon Plan.

1. Digester
Peternak pedesaan umumnya memiliki ternak sapi 1-3 ekor, dan dirata-
ratakan memiliki 2 ekor. Setiap satu ekor sapi dewasa menghasilkan kotoran
ternak ±25 kg/hari. Dari kepemilikan 2 ekor feses yang dihasilkan setiap
harinya adalah 50 kg. Setiawan (1996), menyebutkan untuk pengisian kotoran
ternak kedalam biogas dengan volume 400 ltr (2 buah drum) diperlukan isian
setiap hari sebanyak 22 ltr, yang berasal dari kotoran sapi 10 kg/ltr dan air 12
liter. Jika dihitung kedalam persen (%) maka jumlah isian tersebut adalah :
17

V = 22/400 x 100 %
= 5,5 %
Jadi jumlah 5,5% per hari dari total slurry yang ada didalam drum .

Dari kepemilikan peternak 2 ekor sapi menghasilkan 50 kg feses/hari,


kemudian pencampuran dengan air 1 : 1, maka akan dihasilkan Slurry 100 liter
untuk dimasukan kedalam digester.
Jika merujuk pada pendapat Setiawan, slurry 100 liter merupakan 5,5%
dari total seluruh slurry yang ada dalam digester, sehingga Volume total digester
yang akan dibuat untuk pengkajian KIPA dapat dihitung.

= 100/5,5 x 100
= 1.818 liter, atau 1,8 m³

Digester yang dibuat untuk pengkajian KIPA terbuat dari Plastik


Polyetiline yang berbentuk silinder/tabung dengan Diameter 0,64 m, volume
digester yang sudah ditetapkan yaitu 1,8 m³, untuk mengetahui panjang
silinder/tabung agar mencukupi kapasitas Volume tersebut yaitu :

Rumus Volume tabung V = πr² . t

1,8 = 3,14 x 0,322 x t

1,8 = 3,14 x 0, 1024 x t

1,8 = 0,32 x t

t = 1,8 / 0,32

t = 5,6 m

Jadi tinggi atau panjang digester untuk pengkajian KIPA untuk memenuhi
kapasitas 1,8 m3 adalah 5,6 m.

Digester berfungsi sebagai tempat pencernaan bahan oleh bakteri


anaerobic dan kemudian diubah menjadi biogas. Posisi digester yang ditempatkan
didalam lobang dengan posisi sedikit miring dengan bagian inlet yang lebih tinggi
18

dari pada bagian outlet, tujuannya agar slurry yang masuk dapat mengalir
kelobang outlet. Sebelum penempatan digester terlebih dahulu dilapisi dengan
plastik.

2. Penampung Gas

Potensi produksi gas dari per kg feses Sapi/kerbau mencapai 0,023 – 0,040
m3. Bahan isian per hari yang dimasukan kedalam digester terdiri dari 50 kg feses
dan 50 liter air, berarti potensi gas yang dihaslkan dari 50 kg feses adalah 1,1 m 3 –
2 m3. Banyak factor yang mempengaruhi produksi biogas, diantaranya : suhu,
pakan ternak, dan pH, angka diatas merupakan kisaran untuk menentukan panjang
plastic yang dibutuhkan untuk penampung gas.

Penampung gas juga terbuat dari bahan plastic PE dengan diameter 0,96
m. Dengan diketahui produksi setiap satu kilogram feses menghasiklan 0,023 –
0,040 m3, sementara total feses yang dimasukan nantinya adalah 50 kg, maka
dibuat penampung gas dengan volume 1.1 m3 dengan rumus Volume tabung V =
πr² . t

1,1 = 3,14 x 0,482 x t

1,1 = 3,14 x 0,23 x t

1,1 = 0,72 x t

t = 1,1 / 0,72

t = 1,5

Jadi tinggi atau panjang penampung gas untuk pengkajian KIPA untuk memenuhi
kapasitas 1,1 m3 adalah 1,5 m.

Penampung gas berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas yang


dihasilkan dari digester sebelum digunakan. Gas yang terkumpul pada digester
akan mendorong gas untuk menuju tempat penampung gas yang memiliki tekanan
19

yang lebih rendah. Penampung gas terbuat dari plastik polyethylene seperti halnya
pada bahan pembuat digester. Penampung gas dirancang horisontal berada tepat
diatas digester, namun penempatan penampung gas bisa didalam rumah atau
tempat lainnya yang dirasa tepat dan aman, tergantung keinginan pengguna.

3. Bak Pencampur

Total isian slurry yang masuk kedalam digester setiap harinya berjumlah
100 liter, maka bak pencampur yang dipasang dalam instalasi biogas volumenya
harus diatas 100 liter agar ada dinding penyangga untuk menjaga tertumpahnya
slurry pada saat pengadukan.

Bak pencampur yang dipilih berbentuk silinder berupa gorong-gorong dari


campuran pasir dan semen, dengan isi diameter 0,6 m, dan panjang atau tinggi 0,5
m, sehingga dengan menggunakan rumus volume silinder dapat diketaui volume
gorong-gorong tersebut yaitu 140 liter. Dengan isian 100 liter maka masih ada
ruang/dinding dari bak pencampur untuk menahan slurry dari tertumpah pada saat
pengadukan.

Bak pencampur berbentuk silinder dan terletak sebelum inlet digester, bak
pencampur berfungsi sebagai tempat mencampur bahan/feses dengan air (1:1)
sebelum dimasukkan ke dalam digester.

4. Pipa Inlet dan Outlet

Inlet berfungsi sebagai jalan masuk bagi bahan baru yang akan diproses
menjadi biogas. Mekanisme kerjanya yaitu bahan segar yang akan dimasukkan
dialirkan melalui inlet dan dengan bantuan gaya gravitasi masuk kedalam digester.
Bahan yang digunakan sebagai inlet berupa pipa PVC 4”. Bahan yang telah
diaduk diusahakan secepat mungkin masuk ke dalam biodigester. Untuk itu inlet
diatur dengan kemiringan 45°, dengan adanya gaya gravitasi bahan akan turun ke
dalam digester.
20

Outlet berfungsi sebagai jalan keluar untuk bahan yang telah diproses atau
sludge yang selanjutnya dimanfaatkan untuk pupuk. Mekanisme pengeluaran
adalah memanfaatkan ketinggian outlet yang sama dengan permukaan bahan di
dalam digester, ujung outlet memiliki ketinggian yang sama dengan permukaan
bahan yang terdapat di dalam digester. Dengan adanya bahan segar yang masuk
dan tekanan dari gas yang dihasilkan di dalam digester sludge akan mengalir
keluar. Bahan yang digunakan untuk selang outlet berupa pipa PVC 4”.

5. Pipa penyalur gas

Pipa penyaluran gas berfungsi untuk menyalurkan gas dari digester


ketempat penyimpanan gas. Gas yang terkumpul di dalam digester menimbulkan
tekanan, dengan adanya pipa penyalur gas akan terdorong menuju tekanan yang
lebih rendah. Penyaluran gas menggunakan pipa PVC berdiameter 0,5 inchi. Pada
pipa penyalur gas dipasang stop kran, T, L dan Shock drat luar dan dalam serta
sebuah Manometer yang berfungsi untuk mengetahui tekanan gas yang dihasilkan
digester. Instalasi pipa dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna,
namun yang perlu mendapat perhatian adalah jangan sampai terjadi kebocoran
disetiap sambungan.

6. Manometer
Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara
atau gas didalam ruang tertutup. Prinsip kerjanya dimana adanya perbedaan
ketinggian air yang menandakan adanya tekanan. Air dimasukan kedalam selang
bening yang berbentuk U, ujung selang pertama dihubungkan kedalam pipa
biogas kemudian ujung selang yang satunya dibiarkan terbuka berhubungan
dengan udara luar
Manometer dibuat sendiri dengan bahan dari potongan bambu kemudian
dibuat skala dalam sentimeter (cm), dan selang water pass yang diisi air.

7. Atap
Atap berfungsi melindungi digester dari kerusakan mekanis akibat
jatuhnya benda dari atas, atap dibuat dari plastik transparan dengan tujuan agar
21

sinar matahari tetap bisa masuk kedalam digester untuk menghangatkan proses
fermentasi.
8. Luas Unit Biogas

Luas lahan yang dibutuhkan untuk unit biogas berukuran panjang 4 meter dan
lebar 3 meter. Kebutuhan panjang didasarkan pada panjang digester 2,5 m + panjang
pipa inlet dan outlet 0,7 m dan total diameter gorong-gorong 0,8 m, sedangkan
kebutuhan lebar didasarkan pada lebar kuda-kuda atap 2 m dan lebar sisi-sisi kanopi
masing-masing 0,5 m.
22

IV. DAFTAR PUSTAKA

Andianto. 2011. Aliran Slurry di dalam Digester Biogas Tipe Aliran Kontinyu.
Skripsi Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin Universitas
Indonesia. Depok
Ahmad B. 2017. Forum LPG Indonesia. http://www.pertamina.com/news-
room/siaran-pers/lpg-sebagai-energi-alternatif-pengganti-bbm/. Diakses
pada tamggal 30 Desember 2017.
Fry, L.J. 1973. Practical Building of Methane Power Plant For Rural Energy
Independence, 2nd edition. Chapel River Press, Hampshire-Great Britain
Price, dkk. 1981. Biogas production and utilization. Michigan: Ann Arbor Science
Publishers, Inc.
Said. 2007. Membuat Biogas dari Kotoran Hewan. Indocamp. Jakarta.
Shinkun, dkk. 2014. Development And Application Of Prefabricated Biogas
Digesters In Developing Countries. Renewable and Sustainable Energy
Reviews. Vol 34. China
Wahyuni, Sri. 2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah. Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka. 104 hal
___________. 2012. Menghasilkan biogas dari Aneka Limbah. P.T. Agromedia
Pustaka. Yogyakarta.
___________. 2013. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta
___________. 2013. Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas, dan Listrik.
PT. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 117 hlm.
___________. 2015. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta Timur.
116 hlm.
23

Rancangan Anggaran Biaya

No Alat dan Bahan Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)


1 Digester
Plastik tabung (diameter 0,63 m) 17 m 7500 127500
Paralon 4” 1 batang 85000 85000
Paralon 1/2” 12 batang 15000 180000
Stop kran 7 buah 8000 56000
Klep pipa 2 buah 2500 5000
Shock drat dalam 2 buah 2000 4000
Shock drat luar 1 buah 2000 2000
Sambungan T 2 buah 2000 4000
Sambungan L 11 buah 2000 22000
Sambungan Lurus 8 buah 2000 16000
Gergaji pipa 1 buah 5000 5000
Lem paralon 2 buah 8000 16000
Lem fox 1 buah 9000 9000
Lak ban 5 lingkar 1000 5000
2 Penampung gas
Plastik tabung (diameter 0,63 m) 3m 7500 22500
3 Kompor Gas 1 Mata 1 buah 150000 150000
4 Pemberdayaan 300000
TOTAL 1009000

Anda mungkin juga menyukai