Anda di halaman 1dari 14

METODOLOGI PENELITIAN

1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada uji kimia antara lain:
1) Beaker glass
2) Erlenmeyer
3) Gelas ukur
4) Cawan porselin
5) Krus porselin
6) Krus platina
7) Buret
8) Corong
9) Kaca arloji
10) Spatula
11) Pipet tetes
12) Neraca analitik
13) Hot plate
14) Furnace
15) Penjepit

Alat-alat yang digunakan pada uji kimia antara lain:


1) Seperangkat alat X-Ray Diffraction (XRD)
2) Seperangkat alat X-Ray Fluoroscence (XRF)
3) Mesin Penggiling

2. Bahan
1) Trass Cigading
2) Trass Pasuruan
3) Blast Furnace Slag PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
4) Fly ash PT. Jawa Power
5) Fly ash PT. IPMOMI
6) Kertas saring Whatman No. 40
7) Kertas saring Whatman No. 42
8) Aquadest
9) NH4NO3 2%

-1-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

10) (NH4)2HPO4 10%


1) NH4OH 1:1
2) NH4OH 1:20
3) (NH4)2C2O4
4) HF pekat
5) H2SO4 pekat
6) H2SO4 1:1
7) HCl 1:1
8) KMnO4
9) K2Cr2O7
10) NaOH 1%
11) Na2CO3
12) SnCl2
13) H3PO4
14) HgCl jenuh.
15) Indikator Barium diphenyl sulfonat
16) Indikator methyl red

3. Sampel
1) Trass Cigading
2) Trass Pasuruan
3) Blastfurnace Slag PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk
4) Fly ash PT. Jawa Power
5) Fly ash PT. IPMOMI

4. Metode
Penelitian ini dilakukan dalam dua metode, pertama metode uji secara kimia di
laboratorium, dan kedua metode uji secara fisika mengggunakan alat X-Ray Diffraction
(XRD) dan X-Ray Fluoroscence (XRF).
Prosedur Uji Bagian Tak Larut (Insoluble)
1. Timbang 1 gr sampel, masukkan ke dalam beaker glass 250 ml, tambahkan 25 ml
aquadest dan 10 ml HCl 1:1.
2. Tekan-tekan dan aduk sampel dengan spatula hingga terurai sempurna.

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-2-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

3. Encerkan larutan hingga 50 ml dengan aquadest panas, kemudian panaskan di atas hot
plate hingga mendidih agar sampel benar-benar terurai sempurna.
4. Saring dengan kertas saring Whatman No. 40 ke dalam beaker glass 400 ml.
5. Cuci endapan 10 kali dengan aquadest panas sebanyak 10 kali. Filtrat selanjutnya
digunakan untuk analisa SO3.
6. Pindahkan kertas saring dan endapan ke dalam beaker glass semula.
7. Tambahkan 100 ml NaOH 1% panas dan panaskan hingga mendidih.
8. Selama pemanasan, sekali-kali aduk larutan dan hancurkan kertas saring dengan batang
pengaduk.
9. Tambakan 3 tetes methyl red sebagai indikator perubahan warna.
10. Asamkan larutan dengan HCl 1:1 hingga warna larutan berubah menjadi merah muda.
11. Saring dengan kertas saring Whatman No. 40 untuk meyakinkan bahwa kertas saring
dan isinya tercuci sempurna.
12. Cuci endapan dengan NH4NO3 2% panas untuk mencegah bahan tak larut yang halus
lolos dari kertas saring minimum sebanyak 14 kali hingga warna merah muda pada
endapan hilang sempurna.
13. Masukkan kertas saring beserta isinya ke dalam krus porselin yang telah diketahui
beratnya.
14. Pijarkan dalam furnace pada suhu 600○C sampai hilang karbon (ditandai dengan warna
putih pada endapan), kemudian naikkan suhunya pada suhu 950○C minimal selama satu
jam atau hingga beratnya konstan.
15. Timbang berat endapan akhir.
16. Blanko. Lakukan penetapan blanko dengan pereaksi dan cara yang sama. Perhitungkan
hasilnya sebagai koreksi dalam perhitungan.
17. Hitung kadar bagian tak larut :
Hitung kadar bagian tak larut dengan ketelitian sampai 0,01%
W1 - B
% insoluble = x 100%
W
Keterangan :
W = berat awal sampel (gr)
W1 = berat endapan (gr)
B = berat penetapan blanko (gr)

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-3-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

Prosedur Uji Hilang Pijar (Lost of Ignition)


1. Timbang 1 gr sampel ke dalam krus porselin yang telah diketahui beratnya.
2. Pijarkan dalam furnace pada suhu 950○C minimal 17 menit.
3. Timbang berat akhir krus porselin yang masih terdapat sisa sampel hilang pijar.
4. Hitung kadar hilang pijar :
W1 - W2
% LOI = x 100%
W1
Keterangan :
W1 = berat awal sampel (gr)
W2 = berat sisa pijar sampel (gr)

Prosedur Uji SiO2 (kadar insoluble > 1)


1. Masukkan 1 sendok spatula Na2CO3 ke dalam krus platina, tambahkan 0,5 gr sampel,
tambahkan 1 sendok spatula Na2CO3 untuk memisahkan agar kandungan insoluble;
R2O3; CaO; dan MgO tidak terikut pada uji SiO2, aduk hingga bercampur homogen,
tutup lapisan atas dengan Na2CO3 agar sampel terlarut sempurna.
2. Pijarkan dalam furnace pada suhu 1100○C selama 20 menit untuk melarutkan
kandungan insoluble yang belum terlarut sempurna.
3. Ambil dan putar-putar krus platina untuk mempermudah penguraian yang sempurna
terhadap sampel.
4. Dinginkan dan masukkan krus platina ke dalam cawan porselin, kemudian larutkan
dengan HCl 1:1 hingga endapan larut.
5. Panaskan cairan hingga benar-benar kering untuk membentuk endapan SiO2, jika
pemanasan tidak kering akan mempengaruhi hasil kadar SiO2 yang lebih kecil dari
semestinya.
6. Tambahkan 10 ml HCl 1:1 dan luruhkan endapan dengan aquadest.
7. Tutup cawan dengan kaca arloji untuk mempercepat pemanasan dan panaskan hingga
mendidih.
8. Saring endapan dengan kertas saring Whatman No. 40 agar tidak ada endapan halus
yang lolos.
9. Cuci endapan dengan aquadest panas sebanyak 12-14 kali.
10. Masukkan endapan dan kertas saring ke dalam krus platina yang telah diketahui
beratnya pada suhu 600 ○C sampai hilang karbon, naikkan suhu pembakaran hingga
1150○C selama satu jam.

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-4-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

11. Timbang berat endapan sebagai SiO2 yang belum 100% murni.
12. Tambahkan aquadest secukupnya pada krus platina.
13. Tambahakan 3 tetes H2SO4 pekat dan HF pekat secukupnya untuk mendapatkan
endapan SiO2 murni.
14. Panaskan hngga kering.
15. Pijarkan pada suhu 1050○C selama 5 menit.
16. Timbang berat endapan sebagai SiO2 murni.
17. Blanko. Lakukan penetapan blanko dengan pereaksi dan cara yang sama. Perhitungkan
hasilnya sebagai koreksi dalam perhitungan.
18. Hitung kadar SiO2 :
W1 - W2 - B
% SiO2 = x 100%
W
Keterangan :
W = berat awal sampel (gr)
W1 = berat endapan sebelum ditambah HF pekat (gr)
W2 = berat endapan setelah ditambah HF pekat (gr)
B = berat penetapan blanko (gr)

Prosedur Uji Fe2O3 (kadar insoluble > 1)


1. Masukkan 1 sendok spatula Na2CO3 ke dalam krus platina, tambahkan 0,5 gr sampel,
tambahkan 1 sendok spatula Na2CO3 untuk memisahkan agar kandungan insoluble;
R2O3; CaO; dan MgO tidak terikut pada uji Fe2O3, aduk hingga bercampur homogen,
tutup lapisan atas dengan Na2CO3 agar sampel terlarut sempurna.
2. Pijarkan dalam furnace pada suhu 1150○C selama 20 menit.
3. Masukkan krus platina ke dalam beaker glass 250 ml, kemudian larutkan dengan HCl
1:1 hingga krus platina bersih dari endapan.
4. Panaskan cairan hingga mendidih.
5. Tambahkan SnCl2 hingga cairan berwarna jernih (jangan berlebih).
6. Dinginkan, kemudian tambahkan 10 ml H3PO4 dan 10 ml HgCl jenuh.
7. Tambahkan 2-3 tetes Barium diphenyl sulfonat sebagai indikator perubahan warna
untuk titrasi.
8. Titrasi dengan K2Cr2O7 hingga larutan berwarna ungu.
9. Catat volume K2Cr2O7 yang dibutuhkan pada saat titrasi.

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-5-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

10. Blanko. Lakukan penetapan blanko dengan pereaksi dan cara yang sama. Perhitungkan
hasilnya sebagai koreksi dalam perhitungan.
11. Hitung kadar Fe2O3 :
(V - B) x 0,004
% Fe2 O3 = x 100%
W
Keterangan :
V = volume K2Cr2O7 (ml)
W = berat awal sampel (gr)
B = berat penetapan blanko (gr)

Prosedur Uji R2O3


1. Filtrat dari uji SiO2 diuapkan hingga 150 ml di atas hot plate.
2. Tambahkan 3-5 tetes methyl red sebagai indikator perubahan warna
3. Endapkan larutan dengan NH4OH 1:1 hingga warnanya berubah menjadi kuning.
4. Saring dengan kertas saring Whatman No. 40 agar tidak ada endapan yang lolos.
5. Cuci endapan dengan NH4NO3 2% panas sebanyak 4-5 kali untuk melarutkan endapan.
6. Masukkan endapan dan kertas saring ke dalam krus porselin yang telah diketahui
beratnya.
7. Pijarkan pada suhu 600○C sampai hilang karbon (±1 jam), naikkan suhu hingga 1075○C
selama 30 menit (jangan sampai >30 menit karena kandungan ferri bisa berubah menjadi
ferro).
8. Timbang berat endapan akhir.
9. Blanko. Lakukan penetapan blanko dengan pereaksi dan cara yang sama. Perhitungkan
hasilnya sebagai koreksi dalam perhitungan.
10. Hitung kadar R2O3 :
W1 - B
% R2 O3 = x 100%
W

Keterangan :
W = berat awal sampel (gr)
W1 = berat endapan (gr)
B = berat penetapan blanko (gr)

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-6-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

Prosedur Uji CaO


1. Filtrat dari uji R2O3 diuapkan hingga 100 ml di atas hot plate.
2. Tambahkan 30 ml (NH4)2C2O4 untuk membentuk endapan oksalat.
3. Larutkan dengan HCl 1:1 panas hingga larut (ditandai dengan warna merah muda).
4. Endapkan larutan dengan NH4OH 1:1 hingga warnanya berubah kembali seperti semula.
5. Tunggu hingga timbul endapan (±30 menit).
6. Saring dengan kertas saring Whatman No. 42 agar tidak ada endapan yang lolos.
7. Cuci endapan dengan aquadest panas sebanyak 4 kali.
8. Masukkan endapan dan kertas saring ke beaker glass semula dengan posisi tegak agar
endapan mudah dilarutkan, kemudian semprot dengan aquadest panas hingga endapan
larut sempurna.
9. Tambahkan 10 ml H2SO4 1;1 atau HCl 1:1 untuk melarutkan endapan.
10. Tambahkan dengan aquadest hingga volumenya 200 ml, kemudian panaskan hingga
mendidih.
11. Titrasi dengan KMnO4 hingga warnanya berubah menjadi merah lembayung.
12. Catat volume KMnO4 yang dibutuhkan pada saat titrasi.
13. Blanko. Lakukan penetapan blanko dengan pereaksi dan cara yang sama. Perhitungkan
hasilnya sebagai koreksi dalam perhitungan.
14. Hitung kadar CaO :
% CaO = E x (V - B)
Keterangan :
E = kesetaraan CaO terhadap larutan KMnO4 dalam %CaO/ml didasarkan pada 0,5 gr
sampel
V = volume KMnO4 (ml)
B = berat penetapan blanko (gr)

Prosedur Uji MgO


1. Filtrat dari uji CaO ditambahkan 10 ml (NH4)2HPO4 10% untuk membentuk endapan
magnesium ammonium fosfat.
2. Tambahkan 30 ml NH4OH 1:1.
3. Aduk dengan pengaduk stirrer ±20 menit, kemudian diamkan minimal 8 jam.
4. Saring dengan kertas saring Whatman No. 42 agar tidak ada endapan yang lolos.
5. Cuci dengan NH4OH 1:20 sebanyak 4 kali.

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-7-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

6. Masukkan endapan dan kertas saring ke dalam krus porselin yang telah diketahui
beratnya.
7. Pijarkan pada suhu 600○C sampai hilang karbon (Pemijaran harus dilakukan dengan
hati-hati. Endapan fosfat dapat tereduksi jika kontak dengan karbon pada suhu tinggi.
Ada kemungkinan berbahaya terperangkapnya karbon oleh endapan pada proses
pemijaran yang terlampau cepat), naikkan hingga suhu 1100○C selama 45 menit.
8. Timbang endapan sebagai Magnesium pirofosfat (Mg2P2O7).
9. Blanko. Lakukan penetapan blanko dengan pereaksi dan cara yang sama. Perhitungkan
hasilnya sebagai koreksi dalam perhitungan.
10. Hitung kadar MgO :
% MgO = 72,4 x W - B
Keterangan :
W = berat endapan Mg2P2O7 (gr)
72,4 = perbandingan molekul 2 MgO terhadap Mg2P2O7 (0,362) dibagi berat sampel
yang digunakan (0,5 gr) dikali 100%
B = berat penetapan blanko (gr)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Kimia
Tabel 1. Hasil Pengujian secara Kimia
Trass Trass Fly ash Fly ash
Parameter Cigading Pasuruan BFS PT. Jawa PT. Ipmomi
yang diuji (%) (%) PT. KS (%) Power (%) (%)
Insoluble 80,95 71,60 3,36 29,95 24,15
LOI 2,50 3,97 1,00 0,54 0,45
SiO2 40,20 31,66 31,94 24,88 22,50
Fe2O3 4,46 7,60 1,39 20,32 13,17
R2O3 22,00 27,72 15,40 34,78 33,86
Al2O3 17,54 20,12 14,01 14,46 20,69
CaO 3,02 5,36 43,89 23,30 18,13
MgO 1,72 1,77 1,38 9,10 6,00

Hasil Uji XRD


Tabel 2. Hasil Analisa XRD pada sampel Trass Cigading
Senyawa Rumus kimia Kadar (%)
Andesine (Rb0,811Al0,062)(Al0,997Si3,003O8) 32,17
Kaolinite Al4(OH)8(Si4O10) 8,13
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
-8-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

Cristobalite SiO2 1,02


Dolomite CaMg(CO3)2 0,44
Quartz SiO2 1,8
Hydrosodalite 0,02
Sanindine Na0,1K0,83AlSi3O8 1,19
hkl_phase 55,23

Tabel 3. Hasil Analisa XRF pada sampel Trass Cigading


Parameter Kadar
uji (%)
Al2O3 18,2029
CaO 3,7088
Fe2O3 4,4813
K2O 2,0679
MgO 0,5165
Na2O 3,2036
P2O5 0,1479
S 0,0045
SiO2 70,8172
SiO2 + R2O3 93,5013
Berdasarkan uji XRD, dapat dihitung kandungan Ca, Si, Mg dan Al secara beturut-
turut sebesar 0,0956%; 12,1991%; 0,0580%; dan 4,7796%. Sedangkan berdasarkan uji XRF,
dapat dihitung kandungan Ca, Si, Mg dan Al secara beturut-turut sebesar 2,6506%;
33,1024%; 0,3115%; dan 9,6339%. Sehingga, didapatkan nilai kandungan Ca, Si, Mg dan
Al aktif sebesar 2,5550%; 20,9033%; 0,2535%; dan 4,8543%.

Tabel 4. Hasil Analisa XRD pada sampel Trass Pasuruan


Senyawa Rumus kimia Kadar (%)
Quartz SiO2 1,05
Maghemite Fe2O3 0,83
Anhydrite CaSO4 0
Cristobalite SiO2 0,46
Arcanite K2SO4 2,17
Andesine (Rb0,811Al0,062)(Al0,997Si3,003O8) 21,67
hkl_phase 73,82

Tabel 5. Hasil Analisa XRF pada sampel Trass Pasuruan


Parameter Kadar
uji (%)
Al2O3 16,4037
CaO 6,2335

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-9-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

Fe2O3 8,6331
K2O 2,2649
MgO 1,8748
Na2O 2,1662
P2O5 0,4503
S -1,359
SiO2 58,8301
SiO2 + R2O3 83,8669
Berdasarkan uji XRD, dapat dihitung kandungan Ca, Si, Fe dan Al secara beturut-turut
sebesar 0%; 6,5973%; 0,5805%; 1,9959%. Sedangkan berdasarkan uji XRF dapat dihitung
kandungan Ca, Si, Fe dan Al secara beturut-turut sebesar 4,4550%; 27,4992%; 6,0382%;
8,6817%. Sehingga, didapatkan nilai kandungan Ca, Si, Fe dan Al aktif sebesar 4,4550%;
20,9020%; 4,0423%; dan 6,6857%.

Tabel 6. Hasil Analisa XRD pada sampel BFS PT. Krakatau Steel
Senyawa Rumus kimia Kadar (%)
Calcite CaCO3 1,46
Quartz SiO2 3,01
Thenardite Na2SO4 0,14
Magnesite MgCO3 0,2
Spurrite Ca5(SiO4)2CO3 0,56
hkl_phase 94,63

Tabel 7. Hasil Analisa XRF pada sampel BFS PT. Krakatau Steel
Parameter Kadar
uji (%)
MgO 1,410
Al2O3 13,52
SiO2 37,33
P2O5 0,028
S 0,336
K2O 0,385
CaO 43,93
TiO2 0,63
V2O5 0,005
Cr2O3 0,028
MnO 0,13
Fe2O3 1,25
NiO 0,004
CuO 0,003
ZnO 0,003
WO3 0,012
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
-10-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

LOI 1

Berdasarkan uji XRD, dapat dihitung kandungan Ca, Si dan Mg secara beturut-turut
sebesar 0,8371%; 1,4777%; dan 0,0577%. Sedangkan berdasarkan uji XRF, dapat dihitung
kandungan Ca, Si dan Mg secara beturut-turut sebesar 31,3964%; 17,4493%; dan 0,8503%.
Sehingga, didapatkan nilai kandungan Ca, Si dan Mg aktif sebesar 30,5593%; 15,9716%;
dan 0,7926%.

Tabel 8. Hasil Analisa XRD pada sampel Fly ash PT. Jawa Power
Senyawa Rumus kimia Kadar (%)
Quartz SiO2 3,85
Periclase MgO 8,09
Brownmillerite (Ca2Fe1,2Mg0,4Si0,4O5) 7,59
Maghemite Fe2O3 1,67
Anhydrite CaSO4 1,49
Magnetite Fe3O4 1,1
Cristobalite SiO2 0,15
Arcanite K2SO4 1,01
Hematite Fe2O3 1,29
Spurrite Ca5(SiO4)2CO3 3,92
Lime CaO 1,8
hkl_phase 68,04

Tabel 9. Hasil Analisa XRF pada sampel Fly ash PT. Jawa Power
Parameter Kadar
uji (%)
Al2O3 18,3963
CaO 23,6129
Fe2O3 5,8755
K2O 1,1565
MgO 7,6841
Na2O 0,4625
P2O5 2,0857
SiO2 29,2333
SiO2 + R2O3 53,5051
SO3 2,1998
Berdasarkan uji XRD, dapat dihitung kandungan Ca, Si, Mg dan Fe secara beturut-
turut sebesar 5,9440%; 2,7087%: 5,1760%; dan 4,9162%. Sedangkan berdasarkan uji XRF,
dapat dihitung kandungan Ca, Si, Mg dan Fe secara beturut-turut sebesar 16,8759%;

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-11-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

13,6647%; 4,6338%; dan 4,1095%. Sehingga, didapatkan nilai kandungan Ca, Si, Mg dan
Fe aktif sebesar 10,9319%; 10,9560%; -0,5422%; dan -0,8067%.

Tabel 10. Hasil Analisa XRD pada sampel Fly ash PT. IPMOMI
Senyawa Rumus kimia Kadar (%)
Quartz SiO2 2,97
Calcite CaCO3 1,01
Periclase MgO 3,22
Brownmillerite (Ca2Fe1,2Mg0,4Si0,4O5) 3,92
Maghemite Fe2O3 1,51
Anhydrite CaSO4 0,32
Magnetite Fe3O4 0,4
Cristobalite SiO2 0,09
Arcanite K2SO4 0,15
Magnesite MgCO3 0,44
Hematite Fe2O3 0,79
Spurrite Ca5(SiO4)2CO3 0,56
Lime CaO 0,76
hkl_phase 83,87

Tabel 11. Hasil Analisa XRF pada sampel Fly ash PT. IPMOMI
Parameter Kadar
uji (%)
Al2O3 29,5097
CaO 18,0432
Fe2O3 9,2869
K2O 0,8331
MgO 3,5431
Na2O 2,5289
P2O5 1,6888
SiO2 33,9217
SiO2 + R2O3 72,7183
SO3 1,1813
Berdasarkan uji XRD, dapat dihitung kandungan Ca, Si, Mg dan Fe secara beturut-
turut sebesar 2,5606%: 1,6786%; 2,2222%; dan 2,9568%. Sedangkan berdasarkan uji XRF,
dapat dihitung kandungan Ca, Si, Mg dan Fe secara beturut-turut sebesar 12,8953%;
15,8562%; 2,1366%; dan 6,4955%. Sehingga, didapatkan nilai kandungan Ca, Si, Mg dan
Fe aktif sebesar 10,3347%; 14,1776%; -0,0856%; dan 3,5387%.

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-12-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

Pembahasan

Hubungan antara Kandungan


Insoluble terhadap Silika Aktif

80.95
71.60

29.95
20.90 20.90 24.15
3.36 15.97 10.96 14.18

1 2 3 4 5

Kadar Insoluble Kadar Silika Aktif

Gambar 1. Hubungan antara Kandungan Insoluble terhadap Silika Aktif


Gambar 1 memperlihatkan bahwa kandungan insoluble fluktuatif terhadap kandungan
silika aktif. Hal ini terlihat pada hasil pengujian untuk sampel 1 dan 2, dimana besaran nilai
kandungan insoluble berbanding lurus dengan besaran nilai kandungan silika, sedangkan
pada hasil pengujian untuk sampel 3, 4 dan 5 terlihat bahwa besaran nilai insoluble
berbanding terbalik dengan besaran nilai silika aktif yang terkandung pada material.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini, kandungan insoluble tidak selalu
berbanding lurus dan tidak dapat dikaitkan dengan kandungan silika aktif.

Hubungan antara Kandungan


Insoluble terhadap hkl_phase

94.63
80.95 83.87
71.60 73.82 68.04
55.23

29.95
24.15
3.36

1 2 3 4 5

Kandungan Insoluble amorf

Gambar 2. Hubungan antara Kandungan Insoluble terhadap hkl_phase

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-13-
Laporan Kerja Praktek tanggal 02 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.

Gambar 2 memperlihatkan bahwa kandungan insoluble fluktuatif terhadap kandungan


hkl_phase. Hal ini terlihat pada hasil pengujian untuk seluruh sampel, dimana besaran nilai
kandungan insoluble berbanding terbalik dengan besaran nilai hkl_phase yang terkandung
pada material. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini, kandungan insoluble
tidak selalu berbanding lurus dan tidak dapat dikaitkan dengan kandungan hkl_phase.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dalam penelitian ini, kandungan insoluble tidak ada kaitannya dengan kandungan
silika aktif dan amorf.
Saran
Sebaiknya dalam pengujian secara kimia dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti,
karena akan sangat mempengaruhi hasil pengujian yang didapat, selain itu teknik pengujian
duplo maupun triplo juga sangat baik dilakukan untuk mendapat hasil yang jauh lebih akurat.

Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS


-14-

Anda mungkin juga menyukai