Tugas Rifia
Tugas Rifia
DISUSUN OLEH:
1. RIFIA AZZAHRA
2. KHUNUZUL KAMILATUN N
3. DEVIE OKTAVIANI H
4. MIRA EKA SAPUTRI
A. TARIAN DAERAH
1. Tarian Bedhaya Ketawang dari Daerah Jawa Tengah
Tarian tradisional daerah yang pertama yaitu Bedhaya Ketawang. Nama tarian ini berasal dari
dua suku kata yang berbeda. Setiap kosakatanya juga mengandung arti yang berbeda yakni
“bedhaya” yang memiliki arti penari wanita sedangkan ketawang artinya langit. Apabila dua
suku kata tersebut disatukan maka makna yang dimaksud adalah penari wanita yang berasal
dari istana langit.
Biasanya tarian bedhaya ketawang di pertunjukkan hanya untuk acara resmi dengan tujuan
menghibur pada hadirin. Untuk sejarah dari tarian bedhaya ketwang ini bercerita tentang
hubungan Ratu Kidul atau yang biasa kita sebut sebagai Nyai Roro Kidul.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, apabila ada yang membawakan tarian bedhaya
ketawang maka Nyai Roro Kidul akan mendatangi tempat dimana tarian tersebut dibawakan
serta ikut menari. Pada umumnya tarian bedhaya ketawang dibawakn oleh sembilan orang
penari wanita.
Dimana angka sembilan yang dipilih ini untuk melambangkan Wali Songo. Namun ada juga
yang berpendapat bahwa sembilan ini berasal dari arah mata angin. Adapun busana yanng
dikenakan para penari adalah menggunakan busana pengantin Adat Jawa. Para penari memakai
gelung besar (konde) pada kepala mereka.
Selain konde para penari juga memakai aksesoris Jawa lainnnya seperti sisir jeram saajar,
garudha mungkur, centhung, cundhuk mentul dan tiba dhadha. Untuk mengikuti tarian ini pun
para penari wanita diusahakan tidak sedang keadaan haid.
Apabila tarian bedhaya ketawang sedang show biasanya diiringi dengan musik gendhing
ketawang gede atau bisa juga dengan memakai musik gamelan.
Tarian Gambyong merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Surakarta. Pada
awalnya tarian gambyong merupakan tarian rakyat untuk memeriahkan suasane ketika musim
panen padi. Namun untuk saat ini tarian gambyong juga dipakai untuk acara sakral dan
sekaligus sebagai penghormatan kepada tamu.
Untuk sejarahnya, nama Gambyong ini diambil dari salah satu nama penari wanita jaman dulu
yakni Sri Gambyong. Penari wanita tersebut memiliki suara emas dan tubuh yang lentur
sehingga dengan kedua bakat yang dimilkinya, nama Gambyong bisa cepat terkenal dan
diminati oleh banyak orang.
Hingga pada suatu hari nama gambyong itu terdengar di telinga Sultan Paku Buono IV dan
membuat ia diundang sang raja untuk menari di istana. Sesuai dengan ketenarannya, Sri
Gambyong berhasil membuat seluruh warga istana terpikat dengan tariannya. Tidak berhenti
disini, tariannya pun dipelajari dan dikembangkan di istana hingga akhirnya dinobatkan sabagai
tarian khas istana.
Untuk busana yang biasa digunakan ialah busana kembem sebahu yanng dilengkapi dengan
selendang. Sedangkan untuk jumlah penarinya tidak disyaratkan. Pada dasarnya tarian
gambyong sangat identik dengan warna hijau dan kuning. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, warna bukanlah sesuatu hal mendasar yang tidak dapat diubah
meskipun pada hakikatnya warna juga dapat menjadi iri khas.
Untuk musik yang biasa digunakan untuk mengiringi tarian gambyong ialah musik
gamelan seperti kendhang, gong dan kenong.
Pada awalnya tarian tradisional saman dari Aceh merupakan tarian etnis Suku Gayo. Dimana
Suku Gayo ini merupakan ras tertua di pesisir Aceh pada masa itu. Pada mulanya Tarian Saman
bertujuan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Seiring berjalannya waktu,
saat ini Tarian Saman bersifat hiburan dan lebih sering dibawakan untuk mengisi festival
kesenian bahkan sampai ke luar negeri.
Berdasarkan dari beberapa referensi menyebutkan bahwa Tarian Saman pertama kali didirikan
dan dikembangkan oleh seorang ulama yang berasal dari Suku Gayo Aceh Tenggara Syaikh
Saman.
Tarian Nandak Ganjen untuk pertama kalinya diciptakan oleh seorang seniman dari Betawi
yang juga merupakan putra Betawi asli. Beliau adalah Sukirman atau lebih akrab dipanggil
Bang Ntong yang telah menekuni dunia sejak tahun 1970 khusunya kesenian Topeng Betawi
dan Gambang Kromong. Dalam kesehariannya Bang Ntong ini sebagai Ketua dari sebuah Grup
musik Gambang Kromong Ratna Sari. Selain sebagai ketua sebuah grup seni musik, Bang
Ntong juga seorang pemerhati kelestarian terhadap kesenian masyarakat Betawi.
Awal Bang Ntong menciptakan Tari Nandak Ganjen adalah inspirasi dari sebuah pantun.
Sinopsis dari pantun tersebut berbunyi kurang lebih seperti ini: “Buah cempedak buah durian,
sambil nandak cari perhatian”.
Bang Ntong melanjutkan bahwa Tarian Nandak Ganjen yang beliau ciptakan pada tahun 2000
tersebut adalah sebuah tarian yang bercerita tentang seorang gadis belia baru beranjak dewasa.
Dalam istilah gaul dan modern di Indonesia ialah seorang Anak Baru Gede (ABG).
Dimana ketika dalam proses peralihan masa tersebut mulai terlihat keceriaan seorang remaja
yang dibarengi dengan kecentilan. Akan tetapi kecentilan-kecentilan tersebut berujung pada
tindakan konyol dan lucu sehingga dapat membuat siapapun yang melihatnya tersenyum-
senyum sendiri.
Diantara beberapa kebudayaan tari tradisional daerah yang telah disebutkan, di Indonesia masih
ada banyak lagi kebudayaan lainnya. Dimana dari sekian banyaknya budaya tersebut pasti
memiliki manfaat keberagaman budaya tersendiri.
B. PAKAIAN ADAT
(Pakaian Adat
(Pakaian Adat
Tradisional Bundo
Tradisional Penghulu)
Kanduang)
.
13. Provinsi Banten - Pakaian Adat Tradisional Pangsi
Pakaian ini adalah pakaian yang digunakan sudah sejak dulu oleh
masyarakat Kalimantan Barat. Pakaian adat trasional
Kalimantan Barat berbahan kulit kayu yang diproses menjadi
kain. Untuk bahan utama yang digunakan sebagai bahan pakaian
adat tradisional Kalimantan Barat adalah kulit kayu kapuo atau
ampuro. Kulit kayu tersebut dipukul termasuk di pukul di dalam
air menggunakan pemukul yang berbentuk bulat. Kemampuan
mengolah kulit kayu menjadi kain oleh masyarakat merupakan
kemampuan yang secara turun temurun diturunkan oleh nenek
moyang.
.
22. Provinsi Kalimantan Selatan - Pakaian Adat Pengantin Bagajah Gamuling Baular
Lulut
.
24. Provinsi Sulawesi Utara - Pakaian Adat Tradisional Kulavi (Donggala)