Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (PK)

OLEH
NI KADEK DWI WULANDARI
P07120016065
TINGKAT II.2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2017
STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
Data Klien
Nama : Ny. O
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 30 Tahun
Alamat : Desa Panglipuran, Bangli

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
Ny. O adalah seorang janda yang tinggal di desa Penglipuran Kabupaten
Bangli. Beliau pernah dirawat selama 3 bulan di RSUD Bangli karena mengalami
gangguan jiwa. Hal itu terjadi karena awalnya beliau ditinggal menikah dengan
suaminya terdahulu. Suaminya memilih pergi meninggalkannya dan menikah dengan
orang lain sehingga ia menjadi pribadi yang sedikit tempramen. Dari masalah
tersebut, ia tidak dapat mengontrol kemarahannya sehingga dibawa ke RSUD Bangli.
Namun, selang beberapa bulan ia sudah mengalami penurunan kondisi yang lebih
baik. Ny. O mengatakan ia masih memiliki perasaan dendam sehingga terkadang
ketika ia mengingat kejadian masa lalunya ia bisa marah dan kadang ia juga bisa
marah karena sebab yang lain. Biasanya ia sering mengomel dengan orang lain dan
kadang sampai melempar barang yang ada di sekitarnya ketika kemarahannya sudah
melunjak. Hasil observasi oleh perawat didapatkan bahwa suara Ny. O cukup keras
dan bernada tinggi, terdapat bekas luka pada paha yang diakibatkan karena terkena
barang yang dilempar saat ia marah.

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rencana tindakan:
 Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
 Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
 Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
SP 1 : Mendiskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara: verbal, terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, dan
terhadap lingkungan

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaannya

Fase Orientasi
1. Memberi salam dan tersenyum kepada klien
“Selamat pagi, Bu” sambil tersenyum.
2. Duduk berhadapan dan mempertahankan kontak mata
“Bolehkah saya duduk berhadapan dengan Ibu disini?”
3. Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif) … biasanya pada pertemuan
lanjutan
“Bagaimana keadaan Ibu saat ini dibandingkan kondisi sebelumnya, Bu?”
4. Memperkenalkan nama perawat
”Perkenalkan nama saya Dwi Wulandari, Ibu bisa panggil saya Wulan. Saya
mahasiswa Keperawatan dari Poltekkes Denpasar yang akan praktek disini selama 1
bulan. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00. Saya yang akan merawat
bapak selama Bapak di rumah sakit ini.”
5. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
“Ibu senang dipanggil siapa?”
6. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
“Baiklah Bu, disini saya memiliki tanggung jawab untuk merawat Ibu dengan penuh
perhatian namun Ibu juga harus ikut serta dalam perawatan yang diberikan sehingga
ibu cepat pulih ya.”
7. Menjelaskan peran perawat dan klien
“Kenapa saya menjelaskan ini kepada ibu, karena peran saya sebagai pemberi
asuhan juga dapat mendukung kesembuhan Ibu.”
8. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
“Hari ini saya akan mengajak Ibu untuk berbincang-bincang tentang perasaan
marah Ibu.”
9. Menjelaskan tujuan
“Tujuannya agar Ibu dapat menyebutkan cara Ibu dalam mengekspresikan
kemarahan.”
10. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
“Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
“Dimana enaknya kita duduk sambil berbincang-bincang ya Bu?Bagaimana kalau di
ruang tamu?
11. Menjelaskan kerahasiaan
“Ibu jangan ragu ataupun takut untuk menceritakan apa yang ingin ibu katakan
kepada saya, karena saya akan menjaga kepercayaan Ibu walaupun itu termasuk
rahasia Ibu. Disini kita akan berkomitmen untuk menjaga kerahasian satu sama lain,
ya Bu.”

Fase Kerja
1. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
“Sebelumnya ada yang kurang jelas Bu? Atau ada yang ingin Ibu tanyakan?”
2. Menanyakan keluhan utama/keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
“Apakah keluhan yang Ibu rasakan saat ini? Bagaimanakah suasana hati ibu
sekarang?”
3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
“Baik Ibu, karena suasana hati Ibu cukup baik jadi kita mulai saja ke topik
pembicaraan ini ya Bu.”
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
“Saat Ibu sedang marah, cara apa yang biasa Ibu lakukan untuk mengungkapkan
kemarahan Ibu?”
“Bisakah Ibu ekspresikan sekarang bagaimana cara Ibu untuk mengungkapkan
kemarahan Ibu?”
“Oh begitu, jadi cara Ibu mengekspresikannya ada 2 ya Bu, dengan cara verbal atau
mengomel dan terhadap orang lain yaitu dengan melempar barang?”
“Seperti inikah cara Ibu untuk mengungkapkan kemarahan dengan mengomel sambil
melempar barang? (misalnya ini adalah cara klien dalam mengungkapkan perilaku
kekerasan)”
“Apakah dengan cara yang dilakukan tersebut masalah Ibu dapat terselesaikan?”
“Jadi, bagaimana perasaan Ibu setelah mengungkapkan perasaan marah dengan
cara tersebut?”
“Begini Bu, kalau Ibu merasa cara yang Ibu lakukan dapat menyelesaikan masalah
Ibu alangkah lebih baik jika Ibu memperhatikan lingkungan sekitar baik itu orang
lain atau bahkan diri ibu sendiri agar tidak melukai/merugikan satu sama lain. Ibu
bisa melempar barang yang tidak membahayakan seperti bantal dan saat mengomel
lebih baik lagi jika Ibu tetap pada konteks yang baik dengan tidak mengeluarkan
kata-kata kasar yang dapat menyinggung perasaan orang lain sehingga tidak
menimbulkan masalah baru.”
“Jadi, Ibu bisa mencoba mengungkapkan kemarahan dengan lempar bantal pasti Ibu
merasa berbeda.” Sambil memberikan bantal dan melempar.
“Nah sebaiknya Ibu harus terbiasa mengontrol perilaku ibu bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul.”

Fase Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil
“Jadi, bisa saya simpulkan bahwa dalam mengungkapkan kemarahan Ibu ada 2 cara
yaitu dengan verbal seperti mengomel disertai dengan melempar barang ke orang
lain. Perasaan Ibu setelah melakukan cara tersebut adalah .... (sebutkan) serta
dengan cara tersebut masalah Ibu .... (terselesaikan atau tidak).
2. Memberikan reinforcement positif
“Baik Bu, Ibu tadi sudah mencoba marah dengan melempar bantal, saya sangat
apresiasi sekali dan alangkah baiknya bila Ibu dapat mengontrol perilaku tersebut
ya.”
3. Tersenyum pada saat yang tepat
4. Membungkuk kearah klien pada saat yang diperlukan
5. Mempertahankan sikap terbuka (tidak bersedekap, tidak memasukkan tangan
kekantong atau tidak melipat kaki)
“Baiklah Bu, karena perbincangan ini sudah selesai, saya akhiri pertemuan ini
dengan mengucapkan banyak terimakasih atas perhatian Ibu. Mohon maaf jika saya
ada salah kata.”
“Jika Ibu ada keperluan Ibu bisa mencari saya atau perawat lain di ruang Perawat.
Mari Bu, saya antar lagi ke ruangan Ibu.”

Anda mungkin juga menyukai