Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

1.2 LatarBelakang

Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan

tertentu. Fenomena yang terjadi adalah timbulnya masalah keagenan.

(Deviana,2008). Menyatakan bahwa manajemen perusahaan berusaha untuk

memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya.

oleh karena itu, manajer perusahaan kemudian berkeinginan untuk menaikkan

laba yang di laporkan kepada para pemegang saham dan pemakai eksternal

lainnya (Deviana,2008).Informasi laba merupakan hal yang krusial bagi pihak-

pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.

Banyak manajer yang memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka

laba(earnings management). Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tidak

hanya dengan cara menaikkan angka laba tetapi juga dengan menurunkan angka

laba pada perusahaanya dengan rekayasa akrual untuk mempengaruhi hasil akhir

dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus, dianggap kinerjanya

lebih baik atau meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus di bayar oleh

perusahaan (Suranggane,2007:526).Perusahaan di Indonesia dalam menyusun

laporan keuangan berpedoman pada PSAK dan peraturan perpajakan. Dalam

menyiapkan laporan keuangan manajemen membutuhkan penilaian dan perkiraan.

Hal ini memberikan manajemen fleksibilitas dalam menyusun laporan

1
2

keuangannya. Fleksibilitas penyusunan laporan keuangan diatur dalam pedoman

standar Akuntansi keuangan (PSAK) no.1 tentang penyajian laporan keuangan

dengan pendekatan akrual (accrual basic). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada

tahun 1997 menerbitkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) NO.46

yang mengatur tentang akuntansi pajak penghasilan (PPh) yang mulai diterapkan

pada tahun 2001.Sebelumnya diberlakukannya PSAK NO.46 tersebut, perusahaan

hanya menghitung dan mengakui besarnya beban pajak penghasilan untuk tahun

berjalan saja tanpa menghitung dan mengakui pajak tangguhan.

Pajak tangguhan (deferred tax) adalah efek pajak yang diakui pada saat

diadakan penyesuaian dengan beban pajak penghasilan periode yang akan datang

(Murhaban, 2003:66). Pengakuan pajak tangguhan ( deferred tax) dalam laporan

keuangan perusahaan adalah suatu hal yang relatif baru dalam dunia akuntansi

indonesia. Walaupun opsi penerapaan pajak tangguhan dalam akuntansi pajak

penghasilan telah diperkenankan, akan tetapi masiih banyak yang kurang

memahami tentang pajak tangguhan tersebut baik dari segi pengertian atau

pemahaman konseptual maupun aplikasinya kedalam laporan keuangan

perusahaan indonesia. Pemahaman masyarakat mengenai pajak tangguhan

(defereed tax) secara umum terkesan menimbulkan keraguan, masyaratkat

mengartikan bahwa telah terdapat pajak yang di tangguhkan untuk dibayarkan

kembali. Pemahaman masyarakat tersebut bertolak belakang dengan konsep pajak

tangguhan (defereed tax) setelah di aplikasikan yaitu pada waktu dikenakan pajak

tangguhan ternyata sama sekali tidak berkaitan dengan pembayaran pajak.

Beban pajak penghasilan dihitung dengan menggunakan aturan perpajakan

atas hasil usaha perusahaan selama periode tahun yang bersangkutan.Aturan-


3

aturan perpajakan tersebut mengharuskan perusahaan melakukan koreksi-koreksi

fiskaL. (perbedaan permanen) karena terdapat perbedaan konsep pendapatan, cara

pengukuran pendapatan,konsep biaya, cara pengukuran biaya, dan alokasi biaya

antara Standar Akuntansi keuangan (SAK) dan peraturan Perpajakan. Aturan

perpajakan tetap menggunakan data dan informasi akuntansi yang telah diatur

oleh standar akutansi keuangan sebagai dasar untuk menentukan koreksi-koreksi

tersebut berdasarkan aturan perpajakan yang berlaku. Selisih laba komersial dan

laba fiskal (book-tax differences) dapat menginforbmasikan tentang diskresi

manajemen dalam proses akrual. selisih tersebut dinamakan koreksi fiskal yang

serupa koreksi negatif dan koreksi positif. koreksi negatif akan menghasilkan

kewajiban pajak tangguhan sedangkan koreksi positif akan menghasilkan aktiva

pajak tangguhan(Djamaluddin,2008:58).

Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak

penghasilan yang terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya

perbedaan temporer kena pajak ( Purba, 2009:35), sedangkan aktiva pajak

tangguhan adalah aktiva yang terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan

koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih

kecil dibanding beban pajak menurut undang-undang pajak (Waluyo, 2008:217).

Beban pajak tangguhan dan aktiva pajak tangguhan memungkinkan perusahaan

untuk memanfaatkan celah dalam merekayasa laporan keuangan.

Menurut Philips, Pincus dan Rego (2003), ada tiga motivasi utama

mendorong perusahaan melakukan manajemen laba yaitu menghindari penurunan

laba,menghindari kerugian dan menghindari kegagalan peramalan yang dibuat

analisis. Motivasi pertama bertujuan untuk menghindari melaporkan penurunan


4

laba yang berhubungan dengan hipotesis perataan laba atau income Smoothing

Hypothesis. Motivasi kedua bertujuan untuk menghindari kerugian, dimana hal ini

dilakukan banyak alasan yang mendorong perusahaan dalam menghambat

perkembangan perusahaan, faktanya bahwa perusahaan mengalami kerugian juga

berpotensi menurunkan harga saham,menurunkan kepercayaan investor dan

kreditur serta mendorong dilakukannya pemeriksaan pajak oleh aparat pajak.

Motivasi ketiga bertujuan untuk menghindari kegagalan yang di buat analisis.

Beberapa penelitian dilakukan untuk mencoba mengkaji permasalahan

mengenai manajemen laba dalam hubungan dengan perpajakan perusahaan

dengan menggunakan beban pajak tangguhan, beban pajak kini, aktiva pajak

tangguhan dan akrual sebagai indikator dalam melakukan manajemen laba.

Penelitian yang dilakukan Yulianti (2005) misalnya, Menemukan bukti emipiris

bahwa beban pajak tangguhan memiliki hubungan positif signifikan dengan

probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba guna menghindari

kerugian perusahaan yang terdaftar di BEJ Penelitian tersebut menggunakan

variabel akrual dan beban pajak tangguhan sebagai prediktor manajemen

laba.Ketidakkonsistenan muncul dengan adanya Penelitian yang dilakukan

Subagyo et, al (2011), menunjukan bahwa beban pajak tangguhan tahun 2007

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, discretionary accrual pada tahun

2008 berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, beban pajak

tangguhan dan discretionary accrualpada tahun 2009 tidak berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

Banyak peneliti mengatakan bahwa diskresioner akrual ( discretionary

accrual) dapat dijadikan sebagai variabel penentu manajemen laba Suranggane


5

(2007), mengatakan bahwa diskresioner akrual mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen dapat memanfaatkan model

akrual untuk memainkan laba guna menghindari kerugian. Hal ini tidak konsisten

dengan penelitian Subagyo et al (2011) yang menyatakan bahwa diskresioner

akrual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan

perusahaan melakukan manajemen laba. Dalam penelitian terdahulu menyatakan

bahwa dalam mengukur keleluasaan manajer, beban pajak tangguhan lebih baik

dari pada akrual sebab perarturan akutansi memberikan lebih banyak keleluasaan

bagi manajer dibandingkan dengan peraturan pajak. Kesalahan pengukuran model

akrual dapat dikurangi dengan menfokuskan pada beban pajak tangguhan

dibandingkan dengan membagi total Accrual perusahaan menjadi komponen

Discretionary dan Non Discretionary.

Mengacu pada penelitian tersebut, Akuntan manajemen dan profesi akuntan

harus dapat meningkatkan kemampuan pertimbangannya dalam menentukan

penghasilan masa lalu dan masa yang akan datang yang akan berpengaruh pada

penilaian aktiva pajak tangguhan yang dimungkinkan dapat digunakan sebagai

indikator adanya manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, Suranggane

(2007) meneliti aktiva pajak tangguhan dan akrual sebagai prediktor manajemen

laba. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa hanya variabel akrual

(discretionary accrual) saja yang memiliki pengaruh signifikan pada terjadinya

manajemen laba, sedangkan aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh.

Beban pajak tangguhan mengakibatkan tingkat laba yang diperoleh

menurun dan aktiva pajak tangguhan yang jumlahhnya diperbesar oleh

manajemen memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan laba yang
6

lebih besar di masa yang akan datang sehingga mengurangi besarmya pajak yang

dibayarkan. Sedangkan, perekayasaan menaikan atau menurunkan akrual antara

lain dapat dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau mempercepat

beban. selain itu, ada kecendrungan para manajer untuk mengatur laba sedemikian

rupa dengan menerapkan income-increasing discreationary accruals ( artinya

usaha untuk merekayasa laba dengan menurunkan tingkat laba pada tingkat

tertentu untuk membalikkan kebijakan akrual yang dilakukan sebelumnya) (

Elingga,2008).Hubungan antara beban pajak tangguhan, beban pajak kini,aktiva

pajak tangguhan dan akrual sangat erat dalam mendeteksi perilaku dari earning

mangement yaitu untuk memaksimumkan bonus yang mereka dapatkan dengan

merekayasa angka akrual dan berusaha meminimalkan pajak yang mesti mereka

bayarkan, dengan cara meningkatkan akrual untuk menjadikan angka laba lebih

rendah.

Pengakuan pajak tangguhan dapat mengakibatkan bertambah atau

berkurangnya laba bersih karena adanya pengakuan beban pajak tangguhan atau

manfaat pajak tangguhan.pengakuan aktiva dan pajak tangguhan didasarkan pada

fakta adanya kemungkinan pemabayaran pajak pada periode mendatang lebih

besar atau lebih kecil. Hal ini, menjadi celah bagi manajemen untuk memanipulasi

jumlah dari laba bersihnya sehingga memperkecil jumlah pajak yang harus

dibayar. Untuk beban pajak kini alasan dimasukan karena bebanpajak kini

merupakan hasil rekonsiliasi laba menurut akuntansi yang telah disesuaikan

dengan koreksi fiskal yang tergolong dalam komponen beda tetap (permanent

differences) sekaligus beda waktu (temporary differences). Di samping itu,

manajemen laba juga dapat dilakukan dengan transaksi-transaksi yang


7

menghasilkan beda tetap (Philips et al., 2003) dan agar komponen beda tetap ini

juga dapat terwakili mengingat ketidaklengkapan pengungkapan mengenai

penghasilan kena pajak suatu periode, maka digunakanlah beban pajak kini.

Penelitian ini mencoba menguji kembali secara empiris pengaruh Beban pajak

tangguhan, Beban pajak kini, Aktiva pajak tangguhan dan Akrual terhadap

manajemen laba.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2005).

adapun perbedaan penelitian ini dengan peneltian sebelumnya yaitu Variabel

independen dalam penelitian ini menambahkan variabel aktiva pajak

tangguhan,beban pajak kini sebagai variabel independen. Variabel aktiva pajak

tangguhan sebelumnya pernah di teliti oleh suranggane (2007) yaitu menguji

aktiva pajak tangguhan sebagai prediktor manajemen laba dan untuk beban pajak

di teliti oleh Deviana (2008). Sampel penelitian berbeda pada penelitian

sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan sedangkan pada

penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek indonesia periode 2013-2015. alasan menggunakan perusahaan

manufaktur karena industri manufaktur target pertumbuhan terus meningkat dan

juga memberikan kontribusi yang positif pada penerimaan pajak khususnya pajak

penghasilan. Untuk Teknik penelitian penelitian ini menggunakan analisis regresi

logistik binary sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan teknik

peneltian regresi pooled data. Perbedaan hasil temuan oleh peneliti sebelumnya

mengenai Pengaruh beban pajak tangguhan, Beban pajak kini, Aktiva pajak

tangguhan, dan Akrual telah menghasilkan gap dalam topik ini. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji pengaruh Beban pajak tangguhan, Pajak kini, Aktiva
8

pajak, dan Akrual terhadap Manajemen laba untuk menghindari malaporkan

kerugian.Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul“Pengaruh

Beban Pajak tangguhan, Beban Pajak kini, Aktiva Pajak tangguhan, dan Akrual

terhadap Manajemen laba” Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Banyak penelitian terdahulu menyimpulkan hasil yang berbeda-beda.

Penelitian yang dilakukan Yulianti (2005) misalnya, Menemukan bukti emipiris

bahwa beban pajak tangguhan memiliki hubungan positif signifikan dengan

probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba guna menghindari

kerugian perusahaan yang terdaftar di BEJ Penelitian tersebut menggunakan

variabel akrual dan beban pajak tangguhan sebagai prediktor manajemen laba.

Ketidakkonsistenan muncul dengan adanya Penelitian yang dilakukan Subagyo,

et, al (2011) menunjukan bahwa beban pajak tangguhan tahun 2007 berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba, discretionary accrual pada tahun 2008

berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, beban pajak

tangguhan dan discretionary accrualpada tahun 2009 tidak berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba. Banyak peneliti mengatakan bahwa

diskresioner akrual ( discretionary accrual) dapat dijadikan sebagai variabel

penentu manajemen laba Suranggane (2007), mengatakan bahwa diskresioner

akrual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

Manajemen dapat memanfaatkan model akrual untuk memainkan laba guna

menghindari kerugian. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian Subagyo et al


9

(2011) yang menyatakan bahwa diskresioner akrual tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah Beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba

untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Beban pajak kini berpengaruh terhadap manajemen laba untuk

menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia?

3. Apakah Aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba

untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Akrual berpengaruh terhadap manajemen laba untuk menghindari

melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian,maka

penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Pengaruh Beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba untuk

menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.
10

2. Pengaruh Beban pajak Kini terhadap manajemen laba untuk menghindari

melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia.

3. Pengaruh Aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba untuk

menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.

4. Pengaruh Akrual terhadap manajemen laba untuk menghindari

melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ada di dalam penelitian ini di bagi menjadi manfaat teoritis

dan praktis sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk

memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dalam kajian

berikutnya khususnya tentang variabel beban pajak tangguhan sebagai faktor

manajemen laba sebagai implementasi PSAK No: 46 tentang Akuntansi Pajak

Penghasilan yang diberlakukan mulai tahun buku 1999 untuk perusahaan publik

di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Bagi manajemen memberikan petunjukan bagi manajemen perlunya

kemampuan manajemen mengelola perbedaan temporer sedemikian rupa sehingga

laba akuntansi tetap dipersepsikan berkualitas atau di respon positif oleh investor.
11

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menyajikan

pengungkapan dan penjelasan memadai tentang pajak tangguhan yang dilaporkan

suatu perusahaan.Dengan penelitian ini user atau pemakai laporan keuangan dapat

mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan berkualitas,

handal dan dapat dipercaya sehingga informasi yang didapat tidak menyesatkan.

Anda mungkin juga menyukai