TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibeldimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon tracheadan bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan
manifestasi adanya penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
ubah baik secara spontan maupun hasil daripengobatan. ( The American Thoracic
Society ).
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari
3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya
misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering.
Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik
jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon
Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak
dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.2 Etiologi
Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-
serbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik;
– infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..
– Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi
faktor pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan
asma bronchial:
1. Faktor Predisposisi
– Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus.Selain itu
hipersentifisitas
2. Faktor Presipitasi
– Alergen
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
– Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
– Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
-Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Pencetus:
-Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping
itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper
reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu
rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah.
Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena
makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO 2 dan polutan
udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.
Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan
faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya
sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau
refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak
adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma
oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu
takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan
asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak
dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat
dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi
virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi
pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-
lari pada udara dingin.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Auskultasi :
– Diaphoresis
– Fatigue.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit
karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba
atau berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X
foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
2.4 Tanda dan gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-
gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat ,
gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan
kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma
seringkali terjadi pada malam hari.
1.Stadium dini
b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c.Whezing belum ada
b.Whezing
2.Stadium lanjut/kronik
a.Batuk, ronchi
g.Sianosis
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik
terhadap alergi.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
Menurut WOC
2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon
terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan
pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran
histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6
jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan
dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.
Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan
resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema
pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan
saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus,
CO2tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi
tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea).
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat
oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)
Asma
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.
– Foto rontgen
– Pemeriksaan alergi
– Pulse oximetri
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
eosinopil.
– Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
– Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
bertambah.
paru-paru.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
– perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
– Pengobatan
a. Memberikan penyuluhan
2) Pengobatan farmakologik
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :
– Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan
monitor efek samping obat.
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur
aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.
Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2
mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
Terapi awal
Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit,
contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.
Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan
agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg
Evaluasi responpasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau
tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis
diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik atau
malah memburuk maka berikan kortikosteroid
oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan
segera rujuk pasien ke rumah sakit.
Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma.
Berdasarkan berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan
asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten ,
penatalaksanaan asma persisten ringan, sedang dan berat.
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu kali
seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang dari dua
kali sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan
VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma intermiten ini, tidak diperlukan
pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang dipakai untuk menghilangkan
gejala yaitu
agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditambahka
n kortikosteroid oral.
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi kurang
dari 1x per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih dari 2x per
bulan dan nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%.Pengobatan
jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 200-
500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, dosis
kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung dengan
bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan agonis beta
2 kerja lama inhalasi atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk menghilangkan
gejala digunakan:agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan
obat pencegah setiap hari.6.
c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
•Kortikosteroid
•Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.
•Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.
3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
•Tes provokasi :
4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
•Pemeriksaan sputum.
Perencanaan Pemulangan
2.10 Komplikasi
1.Status asmatikus
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan
pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yangintensif.
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumotoraks
5. Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami kerusakan yang
luas.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering
terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya
orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik
dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma
kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan
lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi
setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan
laki-laki.
Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah
bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur
5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai
menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan
yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Dampak Hospitalisasi
– Sumber stressor : Perpisahan
Aktivitas
– Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
Sirkulasi
– Adanya peningkatan tekanan darah- Adanya peningkatan frekuensi jantung
Integritas ego
– Ansietas
– Ketakutan
– Peka rangsangan
– Gelisah
Asupan nutrisi
– Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
Hubungan sosial
– Keterbatasan mobilitas fisik
-bata
Pengkajian Persistem
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot
aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor,
pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng →
apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa
mulut kering.
Sistem integumen
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu seranganmenunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yangbertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
maka kelainan yang didapat adalah sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis,
maka bercak-bercak di hilus akan bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema
(COPD), maka gambaran radiolusen akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi,
maka terdapat gambaran infiltrat pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis
lokal- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapatmenimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
– Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
– Terdapat tanda
-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block)
– Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VESatau terjadinya
depresi segmen ST negatif
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruhpada
paru-paru.
e. Spirometri
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
1.Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.
Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif
dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif,
cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang
dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia
dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.
Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti
regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program
medik atau perawatan.
3.3 Intervensi
1. Intervensi :
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi
tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan ronchi
Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
3. Observasi TTV
Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada kondisi
pasien.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih
kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas
Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak
sehingga mudah dikeluarkan.
9. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan
mukolitik melalui inhalasi
10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
2. intervensi
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi,
dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
3. Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
kesimbangan aktivitas dan istirahat
3. intervensi
a. Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak), pengobatan
aerosol, dispnea berat dan nyeri
R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat
merangsang pusat pengaturan makanan di medulla oblongata
R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi
abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada saluran
gastrointestinal.
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau
makanan yang disukai pasien
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali
( sumber : http://jhu-lee.blogspot.com/2011/02/normal-0-false-false-false-in-zh-tw-x.html)
4. intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil
pengkajian berdasarkan masalah aktual,
masalahrisiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow.
4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang
empati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian obat-obatan.
5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu menambah pen
getahuan tentang proses asuhan keperawatanklien asma.