Pengaruh Jenis Nutrisi Bagi Mo Terhadap Kualitas Kimia Pada Pembuatan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Bioaktivator em
Pengaruh Jenis Nutrisi Bagi Mo Terhadap Kualitas Kimia Pada Pembuatan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Bioaktivator em
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
NUR FAUZIAH
NIM. 14 644 051
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
minyak sawit menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
sebesar 20-23% (Darnoko dan Sutarta, 2006), sehingga jumlah TKKS yang dapat
yang dibakar dapat meningkatkan polusi udara (Hasibuan dkk., 2012). Sementara
itu, TKKS mengandung berbagai hara yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu 0,7%
Nitrogen, 0,13% Fosfor dan 7% Kalium (Nasrul dan Maimun, 2009), oleh karena
1
itu TKKS lebih disarankan untuk dijadikan sebagai kompos, salah satu metode yang
yang dibutuhkan oleh tanaman dan prosesnya lebih ramah lingkungan, serta biaya
1.2.Rumusan Masalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Chasanah, Rahmawati, dan Iskarlia (2013)
memberikan hasil terbaik yaitu 2,68% N, 0,07% P dan 0,29% K pada variasi
volume 20 mL EM-4 dengan waktu pengomposan yang lebih cepat yaitu 14 hari.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Elvianita (2016) yaitu pengaruh waktu
pengomposan terhadap unsur hara kompos tandan kosong kelapa sawit dengan
diperoleh hasil terbaik dengan kompos berwarna coklat kehitaman dan berbau
tanah, serta waktu optimum pengomposan pada hari ke 11 yaitu 2,08% meliputi
sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian No.70/ Permentan/ SR.140/ 10/ 2011
2
glukosa, glukosa banyak terdapat dalam gula-gulaan. Dalam fermentasi, gula
sangat disukai oleh beberapa jenis bakteri sebagai sumber nutrisi (Purnomo, 1995).
Gula reduksi merupakan faktor penting bagi sel yeast Saccharomyces cerevisiae
Suryani, 1994).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sumber nutrisi bagi
kompos tandan kosong kelapa sawit ditinjau dari kandungan nitrogen, fosfor dan
kalium sesuai peraturan Menteri Pertanian No.70/ Permentan/ SR.140/ 10/ 2011.
pencemaran yang dapat disebabkan oleh limbah tandan kosong kelapa sawit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kelapa sawit menjadi minyak sawit menghasilkan beberapa jenis limbah padat yang
meliputi tandan kosong kelapa sawit, cangkang dan serat mesocarp. Tandan kosong
sebanyak 23 % dari tandan buah segar (Darnoko, 2006). TKKS merupakan bahan
sebagai kompos karena jumlahnya yang melimpah dan kadar haranya yang tinggi.
Tandan kosong kelapa sawit memiliki komposisi kimia berupa 45,95% selulosa,
22,84% hemiselulosa, 16,49% lignin, 2,41% minyak, dan 1,23% abu (Firmansyah,
2010). Kandungan unsur hara TKKS sebelum dikomposkan yaitu 66,30% karbon,
0,70% nitrogen, 0,13% fosfor dan 7% kalium (Nasrul dan Maimun, 2009).
Gula aren merupakan gula yang terbuat dari aren atau nira. Dalam fermentasi,
gula sangat disukai oleh beberapa jenis bakteri sebagai sumber nutrisi, salah satuya
4
karbon, sedangkan beberapa jenis lainnya dapat mengubah asam organik seperti
asam laktat dan asetat (Purnomo, 1995). Adapun beberapa komposisi kimia dari
1 Air 9,16
2 Sukrosa 84,31
3 Glukosa 0,53
4 Lemak 0,11
5 Protein 2,28
7 Kalsium 1,35
8 Fosfor 1,37
5
2.3. Molase
Molase merupakan salah satu produk utama setelah gula pasir, yang
besar gula, baik sukrosa maupun gula reduksi. Total kandungan gula berkisar 48-
56% dan pH sekitar 5,5-5,6. Gula reduksi merupakan faktor penting bagi sel yeast
(Mangunwidjaja dan Suryani, 1994). Molase pekat berasal dari cairan gula yang
diuapkan sehingga mengandung 70-80% gula yang terdiri dari 70% gula invert
(Purwani, Rofiq dan Hidayat, 2007). Adapun beberapa komposisi kimia dari molase
6
2.4. Gula Pasir
diubah menjadi energi. Gula pasir dipercaya mampu menambah energi dalam tubuh
2017).
miligram. Selain itu di dalam Gula Pasir juga terkandung vitamin A sebanyak 0
IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 gram Gula Pasir, dengan jumlah yang dapat
membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih
7
Effective microorganism memiliki kandungan mikroorganisme yang sangat
nitrogen serta menguraikannya dari bahan organik menjadi nitrat dan nitrit
(Azotobacter chocorum)
c. Ragi, berfungsi dalam pembentukan zat anti bakteri dan pertumbuhan tanaman
dari asam-asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintesis
ikatan fosfor menjadi P2O5 (Bacillus megaterium) dan kalium menjadi K2O
menjadi lebih baik. Effective microorganism juga menyuplai unsur hara yang
menjadi lebih subur, sehat dan relatif tahan terhadap serangan hama dan peyakit
8
2.6. Pengomposan
hasil akhir berupa humus atau kompos. Proses pengomposan melibatkan sejumlah
Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena
perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N
tanah. Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik
hingga sama dengan C/N tanah. Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka
mesofauna. Secara alami proses peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob
(dengan O2) maupun anaerob (tanpa O2). Proses penguraian aerob dan anerob
Mikroba Aerob
Bahan organik + O2 H2O + CO2 + hara + humus + energy
N, P, K
Mikroba Anaerob
9
2.6.2. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
tersebut. Laju dekomposisi bahan organik (bahan baku kompos) menjadi kompos
1. Rasio C/N, rasio C/N bahan organik (bahan baku kompos) merupakan
baik jika imbangan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25-55.
Suhu optimum bagi pengomposan adalah 40-60°C dengan suhu maksimum 75°C.
digantikan oleh mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai 60°C, fungi akan
(Murbandono, 2000).
10
Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena bahan organik yang
sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil pada pH netral.
jenis, yaitu psikrofil, mesofil, dan termofil. Mikroorganisme psikrofil hidup pada
suhu kurang dari 20°C, mikroorganisme mesofil dapat hidup pada suhu 25-40°C,
sedangkan mikroorganisme termofil hidup pada suhu di atas 65°C. Namun, yang
baik ke semua bagian tumpukan bahan kompos sangat penting untuk menyediakan
dioksida yang dihasilkan harus dibuang agar tidak menimbulkan zat beracun yang
dari sifat bahan yang akan didekomposkan. Sifat bahan tanaman tersebut
diantaranya jenis tanaman, umur, dan komposisi kimia. Semakin muda umur
11
tanaman, proses dekomposisi akan berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan
kadar airnya dan nitrogen tinggi, imbangan C/N yang kecil, serta kandungan
kecepatan proses pengomposan. Semakin kecil ukuran bahan baku (5-10 cm),
adalah pengadukan. Bahan baku kompos terdiri dari campuran berbagai bahan
organik yang memiliki sifat terdekomposisi berbeda (ada yang mudah dan sukar
kurang bagus. Karena itu, sebelum dan selama proses pengomposan, campuran
bahan baku kompos harus diaduk sehingga mikroba perombak bahan organik bisa
12
11. Nutrisi bagi Mikroorganisme, dalam fermentasi, gula sangat disukai oleh
beberapa jenis bakteri sebagai sumber nutrisi, salah satuya jenis khamir osmofilik
beberapa jenis lainnya dapat mengubah asam organik seperti asam laktat dan
asetat (Purnomo, 1995). Gula reduksi merupakan faktor penting bagi sel yeast
2.7.Kompos
Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik yang penting dan
Dalam kompos terdapat unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, unsur
hara penting yang sangat dibutuhkan oleh tanaman adalah sebagai berikut :
seperti batang, kulit dan biji. Nitrogen diambil dari dalam tanaman dalam bentuk
dalam tanah diambil dalam bentuk nitrat (NO3-) atau ammonium (NH4+), juga
tersedia pada kompos dan pupuk kandang dalam jumlah sedikit dari tanah. Nitrogen
penyusun protein dan ikut berperan dalam sebagian proses pertumbuhan dan
pembentukan produksi tanaman, seperti buah, daun dan umbi (Sutejo, 1990).
13
b. Fosfor, fosfor dibutuhkan untuk menyusun 0,1-0,4% bahan kering tanaman.
Unsur ini sangat penting dalam proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman.
Pospor juga dibutuhkan dalam pembelahan sel, pengembangan jaringan dan titik
tumbuh tanaman, serta memiliki peran penting di dalam proses transfer energi
(Sutejo, 1990). Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat
organik (pada tumbuhan dan hewan) dan anorganik (pada air dan tanah). Fosfor di
dalam bentuk terikat sebagai Ca3(PO4)2, Fe3(PO4)2, Al3(PO4)2, fitat atau protein
berperan penting dalam sintesis karbohidrat dan protein (Sutejo, 1990). Kalium
terikat dalam bentuk mineral di dalam tanah sebagai K-feldspar, K-mika, biotit dan
muskovit.
pupuk yang lainnya, keunggulan yang dimiliki kompos adalah sebagai berikut:
a. Pupuk kompos yang remah serta gembur akan memperbaiki pH dan struktur
tanah.
b. Walaupun kandungan unsur mikro dan makro di dalam kompos sedikit, tetapi
14
e. Mampu menyerap dan menampung air lebih banyak dibandingkan dengan
pupuk kimia.
ada di dalamnya, kadarnya sangat bergantung dari bahan baku atau proses
pengomposan.
1. Jika diraba, suhu tumpukan bahan yang dikomposkan sudah dingin, mendekati
suhu ruang.
Jika dianalisis, kompos yang sudah matang akan memiliki cirri sebagai berikut:
15
4. Daya absorbsi air tinggi
Kompos yang akan digunakan untuk memupuk tanaman sangat diajurkan berupa
kompos yang matang. Pemberian kompos yang kurang matang akan merugikan
tanaman. Apabila kompos yang belum matang memiliki suhu yang cukup tinggi,
akan menyebabkan kematian pada tanaman jika diaplikasikan. Selain itu, akan
terjadi persaingan nutrien antara tanaman dan mikroorganisme yang terlibat dalam
pertumbuhan tanaman terganggu atau tidak optimal (Simamora & Salundik, 2006).
ada di dalamnya. Kualitas kompos sangat variatif, tergantung dari bahan baku atau
unsur hara mikro dan makro), tetapi kadarnya kecil sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan tanaman. Karena itu, kualitas kompos akan lebih baik jika mutunya
Spesifikasi dan standar kualitas untuk pupuk organik padat berdasarkan peraturan
Menteri Pertanian No.70/ Permentan/ SR.140/ 10/ 2011 dapat dilihat pada tabel 3.
Standar Mutu
Granul/Pelet Remah/Curah
No Parameter Satuan
Diperkaya Diperkaya
Murni Murni
Mikroba Mikroba
1 C Organik % Min 15 Min 15 Min 15 Min 15
2 C/N Rasio - 15-25 15-25 15-25 15-25
16
3 Bahan Ikutan % Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2
4 Kadar Air % 8-20 10-25 15-25 15-25
5 Logam berat
Maks 10 Maks 10 Maks 10 Maks 10
As
Maks 1 Maks 1 Maks 1 Maks 1
Hg Ppm
Maks 50 Maks 50 Maks 50 Maks 50
Pb
Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2
Cd
Standar Mutu
Granul/Pelet Remah/Curah
No Parameter Satuan
Diperkaya Diperkaya
Murni Murni
Mikroba Mikroba
6 pH - 4-9 4-9 4-9 4-9
7 N + P2O5 + K2O % Min 4 Min 4 Min 4 Min 4
8 Mikroba Kontaminan
E.Coli MPN/g Maks 102 Maks 102 Maks 102 Maks 102
Salmonella Sp
9 Mikroba Fungsional
Penambat N Cfu/g - Maks 103 - Maks 103
Pelarut P
10 Ukuran Butiran 2-5 mm % Min 80 Min 80 - -
11 Hara Mikro
Maks 9000 Maks 9000 Maks 9000 Maks 9000
Fe Total
Maks 500 Maks 500 Maks 500 Maks 500
Fe Tersedia Ppm
Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000
Mn
Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000
Zn
12 Unsur Lain
La Ppm 0 0 0 0
Ce
Sumber: Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011
2.7.3.1.Metode Kjeldhal
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Sampel didestruksi menggunakan labu kjeldal dengan asam sulfat dan dikatalisis
Kemudian ammonia dibebaskan dengan menggunakan alkali kuat dan diikat oleh
suatu asam, sehingga dapat dilakukan titrasi asam basa dengan bantuan indikator.
17
Titrasi asam-basa adalah titrasi berdasarkan reaksi asam dengan basa atau
sebaliknya. Larutan peniter yang digunakan pada titrasi asam-basa yaitu HCl,
Pada titrasi asam-basa, tidak terlihat perubahan warna atau tanda-tanda lain
yang menunjukkan titik ekivalen. Oleh karena itu, untuk menentukan titik ekivalen
perlu digunakan penunjuk (indikator). Indikator asam-basa adalah suatu asam atau
basa organik yang mempunyai perbedaan warna dalam bentuk ion dan molekulnya
2.7.3.2.Metode UV-Vis
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-visible (tampak)
dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi pada panjang gelombang tertentu saat
terjadi absorbsi yang bergantung pada kekuatan elektron yang terikat dalam
molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan
18
molibdatvanadat membentuk senyawa kompleks molibdovanadat asam fosfat yang
berwarna kuning. Sehingga semua fosfor dalam suatu campuran dapat terukur
2.7.3.3.Metode AES
disebut dengan AES adalah suatu metode analisa yang digunakan untuk
seperti Na, K, dan Ca yang didasarkan pada proses pemancaran atau emisi oleh
atom-atom. Mekanisme yang terjadi adalah apabila atom logam dibakar, maka atom
logam akan menyerap energi dan tereksitasi, kemudian pada saat berubah kebentuk
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Oktober hingga Desember 2017.
Proses utama yang dilakukan adalah composting tandan kosong kelapa sawit yang
diperoleh dari pabrik PT.Telen Prima Sawit, Desa Sebulu, Kutai Kartanegara.
c. Volume EM-4 5 mL
d. Volume pelarut 50 mL
Nutrisi bagi mikroorganisme berupa gula aren, molase, dan gula pasir.
20
3.2.3 Variabel Respon
a. Kadar Nitrogen
b. Kadar Posfor
c. Kadar Kalium
3.3.1. Alat
A. Pembuatan Kompos
1. Toples plastik
2. Labu ukur
3. Neraca analitis
4. Bulp
6. Spatula
7. pH meter tanah
8. Termomether tanah
1. Neraca analitis
3. Pipet volumetrik 25 mL
4. Labu kjeldhal
5. Alat distilasi
6. Lumpang porselin
21
7. Buret 50 mL
8. Termometer 300oC
1. Neraca analitis
2. Oven
3. Lumpang porselin
5. Corong Ø 7 cm
7. Erlenmmeyer 500 mL
9. Pipet ukur 5 mL
10. Spektrofotometer
11. Pemanas
2. Neraca analitik
5. Pemanas listrik
22
3.3.2. Bahan
A. Pembuatan Kompos
1. Pereaksi molibdovanadat
2. Larutan standar fosfat
3. HClO4 70-72%
4. HNO3 p.a
23
3.4. Prosedur Penelitian
Penambahan 50 mL campuran
(5 g gula + 5 mL EM-4 + air)
Proses pengomposan
21 hari
Kompos
asam basa
24
3.4.2. Prosedur Penelitian
berukuran 18 mesh.
6. Mengukur suhu dan pH setiap hari dan dilakukan pengadukan setiap 2 hari
25
4. Menaikan suhu secara bertahap maksimum 300oC (sekitar 2 jam) dan
9. Menitrasi dengan larutan H2SO4 0,05 N sampai titik akhir titrasi tercapai
(warna hijau berubah menjadi merah jambu) dan melakukan hal yang sama
a. Preparasi Sampel
26
6. Menambahkan 50 mL air suling dan mendidihkan beberapa menit,
mendinginkan.
dalam erlenmeyer.
b. Prosedur Analisa
4. Mendiamkan larutan selama 10 menit dan melakukan hal yang sama pada
larutan blanko.
27
D. Analisa Kadar Kalium (SNI 2803:2010)
a. Preparasi Sampel
menit.
mL.
b. Prosedur Analisa
28
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko dan A. S. Sutarta. (2006). Pabrik Kompos di Pabrik Sawit. Tabloid Sinar
Tani
Djuarnani, N., Kristian & Budi, S. (2000). Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
29
Judoamidjojo,M., dan A,A, Darwis. (1992). Teknologi Fermentasi. 24-28. Jakarta:
Rajawali Pers
Swadaya
Jamur Pelapuk Putih (white Rot Fungi) Pada Proses Pengomposan Tandan
Jakarta: UI Press
Purwani, A. Rofiq, dan N, Hidayat. (2007). Simulasi Model Produksi Etanol dari
September 2017
30
Sofian. (2006). Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Tanggerang: AgroMedia
Pustaka.
Sutejo, M.M. (1990). Analisa Tanah, Air, dan Jaringan Pertanian. Jakarta: Rineka
Cipta.
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0510/21/113325.htm . Diakses
31