(PUERPERIUM)
A. PENGERTIAN
§ Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas
(Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
§ Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang melalui periode puerperium disebut
puerpura.
§ Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan
laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
§ Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
§ Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi
dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya
adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu
atau 40 hari.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi
kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas dapat mencegah kematian dini.
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu: (Mitayani, 2009)
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam postpartum
C. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu
tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan
pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya.
Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu,
berbulan-bulan dan bertahun-tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya
involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya
laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mamma.
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi
perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan
lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi,
dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih
tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran
jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan
berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi
menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat
yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot
uterus.
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-
ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Involusi
TFU
Berat Uterus
Diameter Bekas Melekat Plasenta
Keadaan Cervix
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Sepusat
Tak teraba
Normal
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
12,5
7,5 cm
5 cm
2,5 cm
Lembik
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat
oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam
masa nifas.
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu
pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,
robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat
alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan
normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna
merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah
dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium.
Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
4) Lochea alba
5) Lochea purulenta
6) Lacheostatis
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6
minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran darah
yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan
diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini
terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering
kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan
penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V Ruth B, 1996: 230).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi produk
sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B,
1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan
payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu
oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise anterior bereaksi
pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin
terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran
estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini
merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan
oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem
LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh
bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan
sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat
tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD,
1983: 318 )
h. Tanda-tanda vital
Parameter
Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital
Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, mungkin bisa naik dari tingkat disaat persalinan 1 – 3 hari post
partum.
a) Suhu :
b) Nadi :
· 60 – 80 x/mnt
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1
jam
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi
dari persalinan.
Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari
febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10
minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau
pusing
· Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 380C (100,4F0
· Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat
perdarahan.
· Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid (spinal)
blok.
· Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari perdarahan,
bagaimana tanda
· terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis
Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang
lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap
bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi.(
Persis Mary H, 1995: )
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan
dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi
ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam pertama
sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan berbenjol-benjol)
Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit,
dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses)
Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit,
edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan
atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
Kjgn
Waktu
Tujuan
§ Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut.
§ Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
§ Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan BBL untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
· Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah pusat, tak
ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
· Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
· Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
Ø Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu maupun pada bayinya.
TINDAKAN
1. Kebersihan diri
· Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali dalam sehari.
· Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
· Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu menghindari menyentuh
daerah luka.
2.Istirahat
· Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta tidur
siang atau beristirahat saat bayinya tidur
· Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
merawat bayi dan dirinya.
3.Latihan
· Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan sangat membantu.
Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke
dalam dan angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
· Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai
hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4. Gizi
· Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
· Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
5.Perawatan Payudara
· Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh terlalu ketat atau kendor.
· Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap kali menyusui.
· Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan
dengan memakai sendok.
ü Payudara dikeringkan.
6.Hubungan perkawinan atau Rumah Tangga
§ Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
§ Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan hubungan seksual setelah 40
hari.
7.Keluarga Berencana
· KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan tentang KB adalah sebagai
berikut:
· Efek samping
· Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.
TINDAKAN
1.Kebersihan
Ø Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai tali pusatnya kering dan
pangkalnya telah sembuh.
Ø Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal dengan air dan sabun serta kering dengan
baik.
2.Menyusui
3.Tidur
Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).
Ø Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas kesehatan bila tali pusat
berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau mengeluarkan cairan.
5.Imunisasi
Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin Polio oral dan Hepatitis B.
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan.
Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli.
Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat
perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih
terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan
pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak
perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya
yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang
air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan
sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB
cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang kadang
wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing
sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan
obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan
klisma.( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui
bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya
menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat
antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu. Sebagian
besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3
bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk
menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat
dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
L. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus. Pemberian obat
obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan
resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin,
demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K
untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
Pemeriksaan Diagnostik
Hasil:
3. Pengeluaran lochea.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi terhadap penyimpangan
cardiovaskuler.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang;
trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat
berlebihan.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Rencana Intervensi
Rasional
Nyeri akut b/d agen injuri fisik (peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid;
pembengkakan payudara).
NOC :
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
RR : 16 – 24 x/mnt
T : 36,5o C – 37,5 o C
Pain Management
§ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
§ Tingkatkan istirahat
§ Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik
· Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap
3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
· Mengetahui tingkat pengalaman nyeri klien dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk
mengurangi nyeri
· Reaksi terhadap nyeri biasanya ditunjukkan dengan reaksi non verbal tanpa disengaja.
· Penanganan nyeri tidak selamanya diberikan obat. Nafas dalam dapat membantu mengurangi
tingkat nyeri
Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat
berlebihan.
v Fluid balance
v Hydration
Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Pasien dapat mendemostrasikan status cairan membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, haluaran urine di atas 30 ml/jam,
kulit kenyal/turgor kulit baik.
Fluid management
· Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
· Lakukan terapi IV
· Berikan cairan
· Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang
normal, urine gelap atau encer gelap.
· Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi kelebihan cairan yang beresiko terjadinya oedem paru.
Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.
Kriteria hasil: eleminasi BAK lancar, disuria tidak ada, bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.
· Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.
· Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk pengeluaran urine dan pengosongan bladder.
· Membasahi bladder dengan air hangat dapat mengurangi ketegangan akibat adanya luka pada
bladder.
· Menerapkan pola berkemih secara teratur akan melatih pengosongan bladder secara teratur.
· Minum banyak mempercepat filtrasi pada glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine.
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang;
trauma persalinan.
Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Pola eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria hasil: pola eleminasi teratur, feses lunak dan warna khas feses, bau khas feses, tidak ada
kesulitan BAB, tidak ada feses bercampur darah dan lendir, konstipasi tidak ada.
· Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
· Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau.
· Cairan dalam jumlah cukup mencegah terjadinya penyerapan cairan dalam rektum yang dapat
menyebabkan feses menjadi keras.
Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara
adekuat.
Kriteria hasil:
· Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek
nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat,
pusing atau pinsan.
· Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas
senggang yang tidak berat.
· Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak
pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
· Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat
penagruh kelebihan kerja jnatung.
· Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
· Komsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
· Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
· Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas
berlebihan.
Kriteria hasil: tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB
tidak ada.
· Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti
PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak.
· Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat
payudara, merawat bayi).
· Keadaan luka perineum berdekatan dengan daerah basah mengakibatkan kecenderunagn luka
untuk selalu kotor dan mudah terkena infeksi.
Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Gangguan proses parenting tidak ada.
Kriteria hasil: ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui).
· Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.
· Perawatan payudara secara teratur akan mempertahankan produksi ASI secara kontinyu
sehingga kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.