DI SUSUN OLEH :
RETNO WULANDARI
NIM. P13044
DI SUSUN OLEH :
RETNO WULANDARI
NIM. P13044
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Pemberian Latihan Slow Deep Breathing Terhadap Intensitas Nyeri
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat:
2. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
3. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
iv
6. Ns, Siti Mardiyah, S.Kep., selaku dosen penguji yang telah membimbing
8. Untuk kedua orangtua saya tercinta (bapak Suratman (alm) dan ibu Nursiyah),
pendidikan.
Winda Fitriyani, Siti Marya ulfa, Yesy Nugrahani, Indah Lestari, M. Huda,
Singgih Aris, Agin Ginanjar yang selalu memberi dukungan dan memberi
Husada Surakarta kelas 3A maupun 3B dan berbagai pihak yang tidak dapat
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................................... 56
B. Perumusan Masalah Keperawatan .................................................... 60
C. Perencanaan ....................................................................................... 61
D. Implementasi ..................................................................................... 64
E. Evaluasi ..............................................................................................67
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 69
B. Saran .................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 Jurnal
Lampiran 7 Pendelegasian
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
banyak 80% dibandingkan cidera kepala sedang 10% dan cidera kepala berat
dengan tingkat kerusakan awal otak dan patologi skunder yang terkait
tetapi disebkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar yang dapat
kepala akut. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan
1
2
menurunkan nyeri kepala akut pada pasien cidera kepala ringan adalah
Breathing adalah metode bernafas dan frekuensi nafasnya kurang atau sama
dengan 10 kali per menit dengan fase ekshalasinya panjang (Breathers, 2007).
Nafas lambat dan dan dalam dapat menurunkan stess yang mana pada saat
dan endokrin. Nafas dalam dan lambat merupakan jalan yang cepat untuk
sebagai efek relaksasi sehingga dapat mengurangi nyeri akut pada pasien
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
3
Breathing terhadap intensitas nyeri kepala akut pada pasien cidera kepala
ringan.
2. Tujuan Umum
ringan
ringan
ringan
3. Manfaat Penulisan
sebagai salah satu bentuk terapi mandiri untuk nyeri pada pasien nyeri
kepala ringan.
4
3. Bagi Pasien
4. Bagi Penulis
breathing untuk mengurangi intensitas nyeri kepala akut pada pasien cidera
kepala ringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
a. Definisi
(2009), cidera kepala adalah salah satu kerusakan pada kepala, bukan
serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
dan mobil.
5
6
berat sifatnya
benda tajam.
c. Klasifikasi
a) GCS >13.
a) GCS 9-13.
d. Patofisiologi
berat yaitu:
asidosis metabolik.
50-60 ml/ menit/ 100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari
cardiac output.
8
vebtrikel, takikardia.
b) Memar otak
c) Laserasi
a) Hipotensi sistemik
b) Hipoksia
c) Hiperkapnea
9
d) Udema otak
e) Komplikasi pernafasan
e. Manifestasi Klinis
setelah cidera.
cemas.
tingkah laku.
trauma ringan.
neurologik.
fraktur.
f. Pemeriksaan diagnostik
patologis.
perdarahan subarachnoid.
intrakranial.
g. Komplikasi
1) Edema pulmonal
lebih lanjut.
2) Peningkatan TIK
3) Kejang
atau telinga.
5) Infeksi
h. Penatalaksanaan
b) Tanda-tanda neurologis.
d) Intoksikasi alkohol.
2) Indikasi rawat
b) Fraktur tengkorak.
a) Fraktur tengkorak.
b) Kejang.
c) Kebingungan.
e) Terdapat pemburukan.
i. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian Primer
1. Airway (A)
2. Breathing (B)
3. Circulation (C)
4. Disability (D)
pupil
saturasi oksigen)
tertentu)
b. Head To Toe
1) Kepala
kepala.
2) Leher
3) Muka
4)Mata
5) Telinga
6) Hidung
cuping hidung
8) Toraks
dada simetris
1) Paru
a. Inspeksi
b. Palpasi
raba sama
c. Perkusi
d. Auskultasi
rongki
2) Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
9) Abdomen
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
10) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
b) Ekstremitas bawah
2) Diagnosa keperawatan
nafas (00031)
(00032)
penurunan TD sistematik/hipoksia
19
neurologis)
(00214)
3) Intervensi keperawatan
Nafas (00031)
(2) Intervensi :
pernafasan
klien
indikasi
halus/spsponsne bronkus
(00032)
x/menit).
PH darah = 7,35-7,45,
(3) Intervensi :
ventilasi mekanis.
efektif
atelektasis
penurunan TD sistematik/hipoksia
jaringan adekuat
(3) Intervensi :
menambah TIK
neurologis)
(3) Intervensi :
yang terjadi
kesadaran
persepsi sensori
cedera
(00214)
(3) Intervensi :
nyeri
dilakukan
proses relaksasi
2. Nyeri
a. Pengertian
b. Fisiologi nyeri
intemeuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf
berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan implus-
sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan
organ internal.
terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulus
c. Klasifikasi
1) Usia
fungsi.
2) Jenis kelamin
3) Kecemasan
e. Penanganan Nyeri
1) Terapi Farmakologi
dibuat klien pada garis tidak ada nyeri, kemudian diukur dan
0 10
(2015)
2) Skala Numerik
nyeri.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
33
(2015)
0 = tidak menyakitkan
1 = sedikit sakit
2 = lebih menyakitkan
(2015)
34
dan juga ada perbedaan yang bermakna rata-rata intensitas nyeri kepala
intensitas nyeri kepala pada kedua kelompok tersbut tidak terlepas dari
latihan Slow Deep Breathing lebih efektif menurunkan nyeri kepala akut
lambat dan dalam masih belum jelas, namun menurut hipotesisnya napas
dalam dan lambat yang disadari akan mempengaruhi sistem saraf otonom
bernafas kurang dari 10 kali permenit dengan fase ekhalasi yang panjang
melalui hidung.
bergerak ke bawah.
B. Kerangka teori
1. Tabrakan/kecelakaan
2. Terkena pukulan
3. Terkena peluru
Cidera
Peningkatan
intrakranial
nyeri
(Tarwoto, 2011)
Gambar 2
BAB III
Subjek aplikasi riset ini adalah Ny.S 62 Tahun dengan cidera kepala
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan adalah Lembar
D. Prosedur Tindakan
pertama selama 10-15menit tiga kali dalam satu hari untuk hari kedua selama
10-15 menit sebanyak satu kali dalam sehari dan untuk hari ketiga dilakukan
39
40
4. Tarik napas selama tiga detik, rasakan abdomen mengembang saat tarik
napas.
munggunakan numerik dan Skala Faces Pain Rating Scale (FPRS) untuk
tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri yang paling hebat. Skala ini
diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat atau
klien yang baru mengalami operasi. Tingkat angka yang ditunjukkan oleh
klien dapat digunakan untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa
nyeri.
Menurut Wong (1995) dalam Solehati dan Kosasih (2015), skala ini
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
enam tingkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari 0 sampai dengan 5.
Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur skala nyeri pada anak.
6 = tidak menyakitkan
7 = sedikit sakit
8 = lebih menyakitkan
(2015)
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
pendidikan SMP, bekerja sebagai ibu rumah tangga, status menkah dan
beragama Islam, pasien masuk Rumah Sakit pada tanggal 05 Januari 2015,
1. Pengkajian
dibawa ke IGD karanganyar karena terjatuh saat di kamar mandi saat itu
43
44
pasien sadar dan keluar darah dari hidung. Riwayat penyakit dahulu
sebelum masuk rumah sakit makan tiga kali sehari dengan menu nasi
sayur dan teh. Hasil pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan
tada vital sebagai berikut degan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
kali permenit, respirasi 26 kali permenit, suhu 36,7o celcius, SPO2 95%.
tidak anemis, sclera ikterik, pipil isokor, diameter kanan kanan kiri 2mm
terpasang gigi pasangan gigi seri sudah ompong. pemeriksaan leher tidak
palpasi vocal premitus kanan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi tidak
perkusi kuadran 1 redup dan kuaran 2 3 4 tympani dan tidak ada nyeri
kateter. Pada saat pemeriksaan ekstremitas atas kanan dan kiri melawan
gravitasi, kekuatan otot kanan kiri penuh, capilary refile kurang dari 2
detik dan pada ekstremitas bawah kanan dan kiri mampu melawan
gravitasi, kekuatan oto penuh capilary refile kurang dari 3 detik. Riwayat
Genogram : gambar 3
Ny.S 62 tahun
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
46
: meninggal
: pasien
08.10 WIB di IGD di dapatkan hasil hemoglobin 14,7 g/dl normal (12-
16), hematokrit 44,9 % normal (37-47), leoklosit 7,39 ribu/uL normal (5-
(0,0-0,1).
R: nyeri pada palpebra mata kiri, S: nyeri skala 5, T: nyeri hilang timbul.
tidak bisa keluar dan seperti ada cairan di hidung. Secara objektif pasien
jalan nafas berhubungan dengan sumbatan benda asing (sekret) dan nyeri
3. Perencanaan
menunjukan jalan nafas yang paten, jalan nafas klien bebas, tidak ada
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dengan tujuan
tanda vital pasen, kaji skala nyeri dengan rasieonal untuk mengetahui
skala nyeri yang di rasakan pasien, beri posisi yang nyaman menurut
obat.
4. Implementasi
ukur tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah: 120/90, nadi: 80 kali
obyktif pasang tampang terpasang selang O2 nasal kanul. Pada jam 07.50
agen cidera fisik dilakukan implementasi pada jam 08.30 mengkaji skala
nyeri skala 5, T: nyeri hilang timbul, dan pasien tampak menahan sakit.
50
Pada jam 08.45 memberikan posisi yang nyaman dengan respon pasien
tekhnik relaksasi nafas dalam dengan respon pasien tampak rileks setelah
dengan sumbatan benda asing (sekret) yaitu tindakan pada jam 09.30
rileks setelah diajarkjan tekhnik relaksasi nafas dalam. Pada jam 14.00
mata kiri, S: nyeri skala 5, T: nyeri hilang timbul, dan pasien tampak
menahan sakit.
untuk di ukur tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah: 120/60, nadi:
cidera fisik dilakukan implementasi pada jam 08.30 memberi posisi yang
Pada jam 08.35 mengajarkan tekhnik nafas dalam pasien bersedia untuk
di ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam dan pasien tampak rileks. Pada
cenut, R: nyeri pada palpebra mata kiri, S: nyeri skala 3, T: nyeri hilang
timbul, dan pasien tampak rileks. Pada jam 11.00 berkolaborasi dengan
dokter dengan respon pasien mau di suntik obat ketorolac. Pada jam
tekhnik relaksasi nafas dalam dan pasien tampak rileks. Pada jam 14.00
52
nyeri pada palpebra mata kiri, S: nyeri skala 2, T: nyeri hilang timbul,
dalam pasien bersedia untuk di ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam dan
pasien tampak rileks. Pada jam 08.20 dilakukan pengkajian skala nyeri
respon paien bersedia untuk mengeluarkan sekret dan sekret bisa keluar
bercampur darah.
hasil tekanan darah: 100/60, nadi: 82 kali permenit, suhu: 36,5oc rr: 26
5. Evaluasi
hari selasa tanggal 05 januari 2016 jam 15.10 Wib dengan menggunakan
intervensi observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, beri posisi yang
54
hari rabu tanggal 06 januari 2016 jam 14.00 Wib dengan menggunakan
benda asing (sekret) data subyektif pasien mengatakan dahak keluar, data
suara tambahan.
skala 3, T: nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak sedikit rileks,
intervensi kaji skala nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan tekhnik
nafas dalam.
hari kamis tanggal 07 januari 2016 jam 14.00 Wib dengan menggunakan
benda asing (sekret) data subyektif pasien mengatakan dahak keluar, data
55
suara tambahan.
tidak nyeri, data obyektif pasien tampak sedikit rileks, data assessment
PEMBAHASAN
antara teori dan praktik yang meliputi pengkajian, analisa data, intervensi,
implementasi dan evaluasi pada asuhan keperawatan Ny.S dengan cidera kepala
ringan. Pembahasan ini akan lebih ditekankan pada asuhan keperawatan Ny.S
A. Pengkajian
observasi dan pemeriksaan. Pasien masuk rumah sakit pada hari Selasa 05
Januari 2016 pukul 07.30 WIB di IGD RSUD Karanganyar post jatuh
pengkajian terkait kepatenan jalan nafas baik actual maupun potensial (benda
asing, darah, muntah, cairan, lidah, pembengkakan dsb) Dan dari hasil
56
57
palpasi nadi apikal dan perifer dalam pengkajian tidak ada masalah, disability
berisi pepemeriksaan GCS dalam pengkajian terdapat hasil GCS (glow com
scale) 15 E4 V5 M6, Exposure tidak ada masalah. Menurut Wijaya dan Putri,
(2013).
saat jatuh, Q: nyeri cenut-cenut, R: nyeri pada palpebra mata kiri, S: nyeri
skala 5, T: nyeri hilang timbul. Chayatin (2008). Nyeri adalah perasaan yang
cidera kepala yang disebabkan oleh benda tajam maupun tumpul dapat
menjelaskan bahwa cidera kepala memiliki tanda dan gejala seperti adanya
penurunan tanda-tanda vital yang tidak nomal dapat terjadi peningkatan atau
darah normal sistolik : 90-110 dan diastolik: 62-83 mmHg, nadi 60-100
pasien degan tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80kali permenit, respirasi
utama) dan hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri pada palpebra kiri, A:
sakit Gastritis, L: Last oral intake (Masukan oral terakhir : apakah benda
padat atau cair) pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari dengan
menu nasi, sayur, dan minum the serta air puih. E: Event (Riwayat masuk
kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara
59
mesochepal, kulit kepala bersih dan beruban. Hasil pemeriksaan muka dari
mata palpebra edema, konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik, pipil isokor,
diameter kanan kanan kiri 2 mm simetris, reflek terhadap cahaya positif (+),
cairan darah. Pemeriksaan mulut mukosa bibir kering. Hasil pemeriksaan gigi
tidak terpasang gigi pasangan gigi seri sudah ompong. pemeriksaan leher
palpasi vocal premitus kanan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi tidak ada
suara tambahan.
ispeksi, pada saat di auskultasi bising usus terdengar 18 kali permenit, perkusi
kuadran 1 redup dan kuaran 2 3 4 tympani dan tidak ada nyeri tekan saat di
60
palpasi. Pada pemerksaan genetalia bersih tidak terpasang kateter. Pada saat
pemeriksaan ekstremitas atas kanan dan kiri melawan gravitasi, kekuatan otot
kanan kiri penuh, capilary refile kurang dari 2 detik dan pada ekstremitas
bawah kanan dan kiri mampu melawan gravitasi, kekuatan otot penuh
B. Diagnosa keperawatan
pola interaksi aktual atau potensial dari individu atau kelompok tempat
diagnosa yang biasa muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, pola
nafas tidak efektif, perubahan perfusi jaringan serebral, dan nyeri akut (Adra,
atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Menurut Masari (2007) benda asing dalam jalan nafas adalah sumbatan pada
61
jalan nafas yang menyebabkan kebuntuan yang disebabkan oleh cairan seperti
bersihan jalan nafas adalah adanya suara nafas tambahan (ronki, mengi),
Diagnosa kedua yang diangkat adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (trauma kepala). Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan, nyeri ini timbul secara mendadak yang cepat menghilang
umunya nyeri ini berlangsung lebih dari 6 bulan, nyeri akut ditandai dengan
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
menghindari nyeri, melaporkan nyeri secara verbal, gangguan tidur dan fokus
C. Intervensi
masalah dengan efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan
62
2012).
dahak / sputum, menunjukan jalan nafas yang paten, jalan nafas klien bebas,
tidak ada suara tambahan. Intervensi / rencana yang akan dilakukan yaitu
fowler adalah suatu posisi dimana bagian kepala tempat tidur dinaikan 25-30
derajat, horizonta (Poter & Perry, 2005). Manfaat pemberian pisisi semi
dahak dan menjaga paru paru agar tetap bersih, disamping dengan
dengan rasional untuk mengeluarkan cairan yang menyumbat jalan nafas dan
dahak dapat keluar sedikit, auskultasi suara nafas tambahan dengan rasional
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dengan tujuan setelah
dengan agen cidera fisik berkurang dengan kriteria hasil: pasien mengatakan
dan endokrin tubuh (Perry dan Petter, 2005) pada pasien nyeri dengan
rasional untuk mengetahui tanda-tanda vital pasen, kaji skala nyeri dengan
menggunakan alat ukur intensitas nyeri. Adapun skala intensitas nyeri yang
dikemukan Perry dan Potter (2000) dalam Solehatin dan Kosasih (2015),
dengan rasional untuk mengetahui skala nyeri yang di rasakan pasien. Beri
posisi yang nyaman (setengah duduk) atau semi fowler manfaat pemberian
mengatur pernafasan secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek
setelah intervensi Slow Deep Breathing pada kelompok intervensi, dan juga
ada perbedaan yang bermakna rata-rata intensitas nyeri kepala sebelum dan
pada kedua kelompok tersbut tidak terlepas dari pengaruh pepmberian obat
menurunkan nyeri kepala akut pada pasien cidera kepala ringan dibandingkan
D. Implementasi
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil dalam rentang
yang diharapkan implementasi pada Ny.S selama 3X24 jam. hal ini di
65
merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru paru
agar tetap bersih (Nugroho, 2011) dengan rasional untuk mengeluarkan cairan
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
saluran pernapasan maupun mengatasi sesak napas akibat adanya lendir yang
maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada saluran
(Trabani, 2010).
ketubuh. Posisi semi fowler adalah suatu posisi dimana bagian kepala tempat
tidur dinaikan 25-30 derajat, horizonta (Poter & Perry, 2005). Manfaat
dengan agen cidera fisik yaitu pengkajian skala nyeri kaji skala nyeri dengan
menggunakan alat ukur intensitas nyeri. Adapun skala intensitas nyeri yang
dikemukan Perry dan Potter (2000) dalam Solehatin dan Kosasih (2015)
ditujukan untuk mengetahuai skala nyeri pada pasien dengan hasil P: pasien
pada palpebra mata kiri, S: nyeri skala 3, T: nyeri hilang timbul, dan pasien
tampak rileks.
tanda vital. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan
tubuh (Perry dan Petter, 2005) dengan hasil degan tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 80kali permenit, respirasi 26kali permenit, suhu 36,7o celcius.
sistolik : 90-110 dan diastolik: 62-83 mmHg, nadi 60-100 x/menit, suhu 36,5-
dalam sehari. Slow Deep Breathing merupakan tindakan yang disadari untuk
mengatur pernafasan secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek
kepala akut pada pasien cidera kepala ringan dibandingkan dengan hanya
E. Evaluasi
perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan
nyerinya sudah hilang, Q: nyeri cenut-cenut, R: nyeri pada palpebra mata kiri,
S: nyeri skala 1, T: sudah tidak nyeri, data obyektif pasien tampak sedikit
breathing selama tiga hari nyeri yang dirasakan pasien sudah berkurang dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ny.S dengan CKR di IGD RSUD Karanganyar selama tiga hari kelolaan
latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri pada pasien cidera
1. Pengkajian
Januari 2016 dengan keluhan nyeri pada palpebra kanan, mengeluh ada
suara tambahan saat bernafas dan saat batuk lendir susah untuk keluar.
2. Diagnosa
dengan sumbatan benda asing (sekret), diagnosa prioritas kedua nyeri akut
3. Intervensi
69
70
nafas klien bebas, tidak ada suara tambahan. Intervensi / rencana yang
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dengan tujuan
vital untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital pada pasien nyeri, kaji
skala nyeri dengan menggunakan skala numerik, beri posisi yang nyaman
akut.
71
4. Implementasi
deep breathing terhadap intensitas nyeri pada pasien cidera kepala ringan 2
5. Evaluasi
dalam 3 hari pengelolaan nyeri dapat berkurang dari nyeri skala 5 menjadi
skala 1.
72
B. Saran
kepala post jatuh maka penulis akan memberikan usulan dan masukan yang
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi dan Putri, Wijaya, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2.
Nuha Medika. Yogyakarta.
Bambang wahyudi. 2005. Manajemen suberdaya manusia. Edisi Revisi Jakarta: Bumi
Aksara.
Benny , 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. C Dengan Cedera Kepala Ringan (CKR)
Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Boyolali. www.ums.ac.id (diakses pada
tanggal 13 Maret 2013).
Breathesy. (2006). Blood Preassure Reduction : frequenty asked question, diakses pada
tanggal 14 Desember 2015 Http: www.control-your-blood-pressure.com.
Black, M. J, & Hawks, HJ. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcomes. 8th Edition. St Louis Missouri: Elsevier Saunder.
Dewanto, G. Suwodo, W, J. Riyanto, B. Taruna, Y. 2007. Panduan praktis Diagnosis & tata
laksana Penyakit Syaraf. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam praktik. Jakarta: EGC
M. Rendy & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
74
Potter, P.A & Perry. A.G (2005) Buku ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktek.
Jakarta:EGC.
Solehati, T dan Kosasih, C.E, 2015. Konsep dan Aplikasi Dalam keperawatan Maternitas. PT
Refika Aditama. Bandung.
Tarwoto. (2011). Pengaruh Latihan Slow Deep Beathing Terhadap Intensitas Nyeri Kepala
Akut pada Pasien Cidera Kepala Ringan.
Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Nuha
Medika. Yogyakarta