20 APRIL 2017
1
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Yang Berjudul “Lomba Ruang Kelas Aman, Nyaman Dan
Menyenangkan ‘Anyanang’ Model Pelibatan Keluarga Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan Smpn 1 Karawang Barat – Jawa Barat” Telah Disyahkan
Dan Disetujui Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 19 Juni 2017
Penulis
Disetujui oleh :
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.
Tiada yang gading yang tak retak berigu kata pepatah demikian juga
dengan penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat beberapa kekurangan. Kritik dan saran kami perlukan untuk
perbailkan makalah ini selanjutnya agar lebih bermakna,
3
umumnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan; semoga cita-cita besar :
Peningkatan mutu pendidikan, dari karya kecil ini dapat terwujud, Aamiin
Penyusun
DAFTAR ISI
4
HALAMAN DAFTAR GAMBAR/GRAFIK
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
dia menjawab bahwa dengan banyaknya guru yang masih hidup dan
pendidikan di Jepang berjalan kembali maka Jepang akan segera bangkit
kembali.
Pentingnya pendidikan juga disampaikan oleh tokoh anti Apartheid
yang terkenal menposisikan sejajar bangsa kulit hitam Afrika dengan kulit
putih di Afrika Selatan-Nelson Mandela mengemukakan “ Pendidikan
adalah senjata paling mematikan karena dengan itu anda dapat mengubah
dunia “ . dan banyak lagi pendapat tokoh dunia tentang pendidikan bagi
perkembangan sumber daya manusia dan kemajuan peradaban dunia.
Berbicara dunia pendidikan sangat unik dan komplek, berbagai
permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia di
antaranya; sarana prasarana yang belum merata, tingkat keunggulan
pendidikan di Indonesia yang masih di peringkat bawah negara-negara di
dunia bahkan di banding negara-negara Asia Tenggara, tingkat
penguasaan kurikulum yang ditetapkan pemerintah dan lain-lain.
Salah satu yang paling fundamental dalam permasalahan
pendidikan di Indonesia adalah keterlibatan orang tua pada peningkatan
mutu pendidikan anak-anaknya di sekolah. Keluarga sebagai tempat
pendidikan yang pertama dan utama perlu ditingkatkan perannya dalam
proses pendidikan anak. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
membidangi urusan anak, Unicef, dalam laman resminya mengingatkan
pentingnya partisipasi orangtua dan komunitas dalam proses pendidikan
anak sejak dini.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah
berkorelasi positif dengan peningkatan prestasi anak-anaknya di sekolah,
berbagai penelitian sudah menyatakan kebenaran pendapat tersebut.
Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Kompas pada 22-24
April 2015 menunjukkan, mayoritas publik menyadari pentingnya peran
orangtua dalam pendidikan anak. Pengumpulan pendapat ini dilakukan
terhadap 326 responden yang di keluarganya terdapat anak usia sekolah.
Tak kurang dari 85 persen responden menyatakan bahwa orangtua dan
7
keluarga memiliki peran paling penting dalam proses pendidikan anak.
Hanya 15 persen responden yang menilai peran ini ada di tangan guru dan
lingkungan di luar keluarga.
8
Minimnya keterlibatan orang tua dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah di buktikan dengan mayoritas (74 persen) orangtua
murid yang terjaring dalam jajak pendapat ini mengaku tidak mengetahui
pola pelajaran atau kurikulum yang diterapkan di sekolah.
Guru menurut merupakan sumber utama informasi terkait
perkembangan anak di sekolah jejak pendapat ini dari mayoritas
respondennya yang diteliti. Namun, hampir separuh responden (45 persen)
mengaku berkomunikasi dengan guru hanya satu atau dua kali dalam
setahun, yakni pada akhir semester atau pada awal tahun ajaran baru.
Persoalan lain, masih banyak orangtua yang belum menempatkan anaknya
sebagai mitra yang perlu didengarkan.
Ada 15 persen orangtua yang terdeteksi terbiasa menanyakan
perkembangan sekolah pada anaknya. Ini bagian dari komunikasi positif
dari orang tua-keluarga terhadap sekolah. Komunikasi seperti ini
memulakan sebuah keterlibatan orang tua dalam upaya peningkatan
pelayanan sekolah kepada peserta didik, transparansi kegiatan, perhatian
positif terhadap perkembangan peserta didik yang kesemua ujungnya
adalah peningkatan mutu pendidikan peserta didik khususnya.
Angka 15 persen di atas membuktikan masih rendahnya keinginan
orang tua dalam melibatkan diri mereka untuk bersama-sama dengan
sekolah mempersiapkan anak-anak mereka menuju masa depan yang lebih
baik melalui sekolah sebagai rumah kedua mereka menghabiskan hampir
1/3 hari yang dilalui dalam kehidupannya.
Informasi lebih lengkap disampaikan oleh para peneliti dari beberapa
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP se-Indonesia yang hadir
pada acara workshop pengembangan model pendidikan keluarga yang
membahas salah satunya tentang keterlibatan keluarga dalam peningkatan
9
mutu pendidikan anak-anak mereka di sekolah, ternyata diambil
kesimpulan umum : rendahnya keterlibatan keluarga dalam peningkatan
mutu pendidikan anak-anak mereka di sekolah.
Berpijak dari kenyataan-kenyataan di atas penulis menawarkan
pada pertemuan tersebut, model pelibatan keluarga yang menurut
keyakinan penulis akan lebih memungkinkan keterlibatan orang tua
(keluarga) dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan di
sekolah, dengan menyampaikan model pengembangan pendidikan
keluarga yang penulis beri istilah : Lomba Ruang Kelas Aman, Nyaman dan
Menyenangkan – Anyanang
B. TUJUAN
Penulisan makalah Lomba ruang kelas aman, nyaman dan
menyenangkan-anyanang model pelibatan keluarga dalam
peningkatan mutu pendidikan di SMPN 1 Karawang Barat – Jawa
Barat dan implementasinya yang sudah dilaksanakan bertujuan :
1. Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
2. Meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan wali
kelas dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
3. Mangajak orang tua menyiapkan ruang kelas aman,
nyaman dan menyenangkan sebagai rumah kedua untuk
anak-anak mereka
4. Mengajak orang tua untuk berpartisipasi membantu
sekolah menanamkan pendidikan karakter kepada anak-
anak mereka di sekolah.
5. Mengajak orang tua untuk berpartisipasi membantu
sekolah menanamkan budaya
berprestasi kepada anak-anak mereka di sekolah.
10
6. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat memfasilitasi
pentas seni
sebagai apresiasi karya kreasi peserta didik
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penulisan makalah : Lomba ruang
kelas aman, nyaman dan menyenangkan-anyanang model pelibatan
keluarga dalam peningkatan mutu pendidikan di SMPN 1 Karawang
Barat – Jawa Barat adalah ;
1. Apakah model lomba ruang kelas Anyanang dapat
meningkatkan keterlibatan orang tua dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah ?
2. Apakah model lomba ruang kelas Anyanang dapat
meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan wali
kelas dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah ?
3. Bagaimana orang tua menyiapkan ruang kelas aman,
nyaman dan menyenangkan sebagai rumah kedua anak-
anak mereka?
4. Bagaimana upaya orang tua membantu sekolah
menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak
mereka di sekolah?
5. Bagaimana upaya orang tua membantu sekolah
menanamkan budaya berprestasi kepada anak-anak
mereka di sekolah?
6. Apakah model lomba ruang kelas Anyanang dapat
memfasilitasi pentas seni sebagai apresiasi karya kreasi
peserta didik?
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. AMAN
12
2. Faktor hubungan individu dengan orang lain sebagai mahluk sosial
manusia dalam kesehariannya dihadapkan pada membinaan
hubungan hingga akhir hidupnya dimana hubungan individu dengan
orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap kebutuhan
psikologis baik secara positif maupun negatif.
13
perasaan aman disini diartikan kondisi diri yang terbebas dari cedera fisik
yang didalamnya terdiri dari sehat jasmani baik dari sisi kesehatan, cedera
yang diakibatkan dari lingkungan dan psikologis yang mencakup kesehatan
mental, tidak memiliki gangguan psikologis, memiliki kehidupan sosial yang
baik dan stabilitas emosi (Potter & Perry, 2006).
Lain halnya pengertian rasa aman menurut Maslow (1987) mengatakan
rasa aman adalah perasaan terlindungi dari ancaman atau teror dari luar
dan dalam dirinya terkait dengan keamanan.
Dengan demikian pendapat yang telah dikemukakan oleh banyak pakar,
maka kita dapat memperoleh gambaran yang sedikit banyak membantu kita
dalam memahami rasa aman.
14
rasa aman pada setiap orang berbeda – beda dimana seseorang
dihadapkan untuk berusaha mengelola risiko, dan mencoba menebaknya.
Karena, jika mereka tahu pasti mereka tidak akan mengambil resiko
tersebut. Risiko didefinisikan dalam beberapa cara, tetapi sering dianggap
sebagai kemungkinan bahwa seseorang akan mengalami efek bahaya
(Short Jr, 1984).
15
Rasa aman terbentuk melalui beberapa tahapan meliputi keamanan
fisik, stabilitas, perlindungan
16
f) Privasi : Dimana resiko yang tidak terlihat lebih berbahaya
dibanding yang diketahui seperti ketika bertemu dengan teknologi
terbaru salah satunya internet.
Maslow (1970) mengatakan ketika seseorang telah terpenuhi
kebutuhan fisiologisnya,
B. NYAMAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah
segar; sehat. Kolcaba (2003)
17
menjelaskan bahwa nyaman sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan
terpenuhinya nyaman dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada diri
individu tersebut. Nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang
terhadap lingkungannya.
Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang
masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna
oleh otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik
biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain
rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan
memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak.
Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko,
2009).
Sanders dan McCormick (1993) menggambarkan konsep nyaman
bahwa nyaman merupakan suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung
pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui
tingkat nyaman yang dirasakan orang lain secara langsung atau dengan
observasi melainkan harus menanyakan langsung pada orang tersebut
mengenai seberapa nyaman diri mereka, biasanya dengan menggunakan
istilah-istilah seperti agak tidak nyaman, mengganggu, sangat tidak
nyaman, atau mengkhawatirkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nyaman
adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling
tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu
pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin
berbeda dengan individu lainnya.
Menurut Kolcaba (2003) aspek nyaman terdiri dari:
18
b. Nyaman psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri,
yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas
hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi.
c. Nyaman lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan
pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu,
pencahayaan, suara, dll.
d. Nyaman sosial kultural berkenaan dengan hubungan interpesonal,
keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan
kesehatan individu, kegiatan religius, serta tradisi keluarga).
Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
nyaman antara lain:
19
kerja dan temperatur yang terlampau panas dapat membuat kelelahan
dalam bekerja dan cenderung banyak membuat kesalahan
c. Kebisingan Pada daerah yang padat seperti perkantoran atau industri,
kebisingan adalah salah satu masalah pokok yang bisa mengganggu
nyaman para pekerja yang berada di sekitarnya. Salah satu cara untuk
mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri
(ear muff, ear plug).
d. Aroma atau bau-bauan Jika ruang kerja dekat dengan tempat
pembuangan sampah maka bau yang tidak sedap akan tercium oleh orang
yang melaluinya. Hal tersebut dapat diatasi dengan memindahkan sumber
bau tersebut dan ditempatkan pada area yang tertutup dari pandangan
visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan atau semak ataupun
dengan peninggian muka tanah.
e. Bentuk Bentuk dari rencana konstruksi harus disesuaikan dengan ukuran
standar manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman.
f. Keamanan Keamanan merupakan masalah terpenting, karena ini dapat
mengganggu dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan
bukan saja berarti dari segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk
kekuatan konstruksi, bentuk ruang, dan kejelasan fungsi.
g. Kebersihan Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga
menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah ataupun bau-
bauan yang tidak sedap. Pada daerah tertentu yang menutut kebersihan
tinggi, pemilihan jenis pohon dan semak harus memperhatikan kekuatan
daya rontok daun dan buah.
h. Keindahan Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh nyaman karena mencakup masalah kepuasan batin dan
panca indera. Untuk menilai keindahan cukup sulit karena setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda untuk menyatakan sesuatu itu adalah
indah. Dalam hal nyaman, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk
ataupun warna.
20
i. Penerangan Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang
perlu memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan,
kualitas cahaya, daya penerangan, pemilihan dan perletakan lampu.
Pencahayaan alami di sini dapat membantu penerangan buatan dalam
batas-batas tertentu, baik dan kualitasnya maupun jarak jangkauannya
dalam ruangan.
C. MENYENANGKAN
Menyenangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti menjadikan senang; membuat bersuka hati. Menyenangkan
juga berarti membangkitkan rasa senang hati; memuaskan; menarik
(hati). Arti lain untuk kata menyenangkan berarti merasa senang
(puas dan sebagainya) akan; menyukai. Menurut Kartini Kartono
(1990:89-90) menjelaskan bahwa senang atau menyenangkan
adalah berhubungan dengan perasaan manusia, senang dan
selanjutnya perasaan menyenangkan terdapat pada ranah perasaan
psikis, dari empat perasaan sebagai berikut:
a. Perasaan-perasaan indrawi, yaitu perasaan yang dikaitkan
dengan perangsang-perangsang jasmaniah atau fisik seperti
rangsangan sakit, panas, dingin, berat dan sebagainya.
b. Perasaan vital yaitu yang bergantung pada kondisi jasmaniah
seseorang secara umum, hampir-hampir tidak bisa dilokalisir.
Misalnya perasaan nyaman, sedang, kurang enak, rasa kuat,
lemas dan sebagainya.
c. Perasaan-perasaan psikis, yaitu bisa diberi motivasi-motivasi
misalnya perasaan bahagia, senang, gembira, sedih, tertekan,
benci, simpati dan lain-lain.
d. Perasaan-perasaan pribadi yaitu yang erat kaitannya dengan
penilaian diri dan martabat yang sangat mendalam, misalnya
perasaan putus asa secara total, rasa tidak berdaya, rasa
bahagia dan sebagainya.
21
D. RUANG KELAS
22
3) Jumlah siswa dalam kelas
4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5) Jumlah kelompok dalam kelas
6) Komposisi dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa
kurang pandai, pria dan wanita) 1
Tata ruang ruang kelas merupakan kegiatan yang
terencana dan sengaja dilakukan oleh guru atau dosen (pendidik)
dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat
berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa tata ruang ruang
kelasmerupakan kegiatan pengaturan untuk kepentingan
pembelajaran. 3
Sebagian besar kondisi fisik ruang ruang kelasmemiliki
pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan.
Temperatur ruangan yang terlalu dingin (terlalu panas) dan sistem
ventilasi yang kacau, misalnya, betul-betul dan terbukti mampu
menurunkan sebagian besar kemampuan para siswa dalam
berkonsentrasi terhadap materi-materi pendidikan, meskipun hal
tersebut seringkali luput dari perhatian para guru. Area untuk
kegiatan yang tenang jika ditata dengan cara yang berbeda dengan
area-area lain: pojok membaca misalnya, ada baiknya jika ditata
terpisah dari ruanganruangan lain, dengan karpet sebagai alas
duduk (yang secara otomatis mengharuskan mereka untuk selalu
tetap ditempat), ketimbang sambil berdiri, (yang sangat
memungkinkan mereka untuk membaca sambil bergerak kesana
kemari). Terkadang perabotan dan berbagai materi fisik yang
menunjang proses pembelajaran bisa ditata sedemikian rupa untuk
meminta para siswa memusatkan perhatian mereka
23
ketengahtengah ruangan: dengan tumpukan kursi di tengah kelas.
Benda-benda yang sering di pergunakan oleh para siswa kamus,
misalnya bisa disimpan di sebuah tempat yang mudah dijangkau
oleh para siswa, sehingga mereka tidak berpeluang untuk
mengganggu guru atau siswa lain. Meskipun para guru tidak bisa
mengendalikan seluruh kondisik fisik dalam ruang ruang kelas
mereka (misalnya, ruang yang terlalu penuh), para guru tetap bisa
mempengaruhi sebagian besar kondisi fisik tersebut, dan intruksi
akan mengalir denagn lebih mudah ketika para guru mampu
melakukan hal tersebut. 2
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang
diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam
proses belajar di ruang kelasdi sekolah formal. Maka siswa akan
merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan
ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam,ada yang satu
tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa,dan satu tempat
yang diduduki oleh beberapa orang siswa.Sebaiknya tempat duduk
siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan
kebutuhan kegiatan pembelajaran.Untuk ukuran tempat dudukpun
sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah
untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran
bentuk kelas.
Penataan ruang ruang kelassangat dipengaruhi oleh
falsafah dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penataan
ruang yang klasial dengan semua bangku menghadap kesatu arah
(guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah.
Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama,
atau mungkin juga satu-satunya. Metode ceramah dan penataan
24
ruang ruang kelasklasial bukan satu-satunya model yang bisa
dipakai dikelas.
Beberapa model tata tempat duduk yang biasa digunakan
dalam pembelajaran, diantaranya seperti:
1) Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
2) Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan
3) Meja Panjang
4) Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan
5) Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
6) Meja laboraturium
7) Klasial: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
8) Bangku individu dengan meja tulisnya: penataan terbaik
9) Meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja. 3
25
menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau
rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai
kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper
aktif, suka melamun.
Dalam tata ruang ruang kelasguru dituntut untut memiliki
keterampilan dalam bertindak dalam memanfaatkan sesuatu
diantaranya:
a. Menata tempat duduk siswa
b. Menata alat peraga yang ada didalam kelas
c. Menata kedisiplin siswa
d. Menata pergaulan siswa
e. Menata tugas siswa
f. Menata ruang fisik kelas
g. Menata kebersihan dan keindahan kelas
h. Menata kelengkapan kelas
i. Menata pajangan kelas 4
Tata ruang ruang kelassendiri merupakan upaya yang
dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan
pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa
dan barang fasilitas. Selain itu, tata ruang ruang kelas
dimaksudkan untuk menciptakan, memelihara tingkah laku siswa
yang dapat mendukung proses pembelajaran.
b. Pentingnya Tata Ruang Kelas
1) Untuk mencapai hasil belajar yang efektif
2) Mempengaruhi semangat belajar siswa
3) Menciptakan kondisi belajar yang kondusif
c. Tujuan Tata Ruang Kelas
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
26
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas secara perabot belajar
yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
lingkungan, sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam
kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 5
Tujuan pokoktata ruang kelasadalah untuk menciptakan
dan mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya
tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan
tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di
dalam kelas.
d. Prinsip-prinsipTata Ruang Kelas
1) Visibility (Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-
barang di dalam ruang kelastidak mengganggu pandangan
siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang
guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.Begitu
pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.
2) Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa
untuk meraih atau mengambil barang-barang yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak
antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa
27
sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak
mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3) Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam ruang kelashendaknya mudah
ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.Seperti penataan tempat duduk yang perlu
dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi, dan kerja kelompok.
4) Nyaman
Nyaman di sini berkenaan dengan temperatur
ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5) Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru
menata ruang ruang kelasyang menyenangkan dan kondusif
bagi kegiatan belajar. Ruangan ruang kelasyang indah dan
menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan
tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. 6
Ketika memikirkan tentang manajemen ruang kelasyang
efektif, guru yang tidak berpengalaman terkadang mengabaikan
lingkungan fisik, desain lingkungan fisik ruang kelasadalah lebih
sekedar penataan barang di kelas. Berikut empat prinsip dasar
untuk menata ruang kelas:
1) Kurangi kepadatan di tempat lalu- lalang, gangguan dapat
terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain
area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi
penyimpanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasinya.
Pisahkan area-area ini sejauh mugkin dan pastikan mudah
diakses.
28
2) Pastikan dengan mudah melihat semua murid. Tugas
manajemen yang penting adalah memonitor murid secara
cermat. Untuk itu, anda harus bisa melihat semua murid.
Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja anda, lokasi
intruksional, meja murid, dan semua murid. Jangan sampai
ada yang tidak kelihatan.
3) Materi pengajaran dan perlegkapan murid harus mudah
diakses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan
perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan
aktivitas.
4) Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua
presentasi kelas. Tentukan di mana anda dan murid anda
akan berada saat presentasi ruang kelasdiadakan. Untuk
aktivitas ini, murid tidak boleh mindahkan kursi atau
menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik
murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi
mereka. 7
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tata Ruang Kelas
1) Faktor internal
Faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, misalnya,
jika ada siswa yang fisiknya kurang sehat, kemungkinan siswa
itu konsentrasi belajrnya akan terganggu dan mungkin siswa
itu akan mengantuk atau malah tertidur dalam kelas.
2) Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (kondisi
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).
Jika siswa memiliki masalah-masalah eksternal dalam dirinya,
contohnya karena kondisi keluarganya yang tidak
harmonis,atau tidak mendapat perhatian dari orang tuanya
29
kemungkinan siswa itutidak akan menjadi usil atau menjadi
pendiam. Hal itu juga akan menjadi masalah dalam kelas.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Tata Ruang Kelas
Dalam menata ruang ruang kelasbanyak tahapan-
tahapan yang harus diamati agar penataan ruang ruang
kelasberjalan dengan baik. Adapaun tahapan itu adalah:
1) Pengaturan tempat duduk
2) Pengaturan Alat-alat Pengajaran
3) Penataan keindahan dan keberrsihan kelas
4) Vantilasi dan Tata Cahaya 8
30
Tinjauan terhadap beberapa penelitian yang penulis lakukan
(Henderson (Wherry, 2004); Cotton dan Wikelund, 2001; Rhoda
(Nurkolis, 2003)) mengungkapkan bahwa keterlibatan orangtua akan
memberikan pengaruh positif pada anak. Keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak sangat berkaitan dengan tingkat prestasi
anak, kelulusan dan keputusan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Keikutsertaan dan partisipasi keluarga, khususnya
orangtua dan
masyarakat dalam pendidikan anak akan membantu pencapaian
yang signifikan pada akademik dan kognitif anak, orangtua dapat
mengetahui perkembangan anak dalam proses pendidikan di
sekolah, orangtua dapat menjadi guru yang baik di rumah dan
menerapkan strategi yang positif bagi pendidikan anak, sehingga
dengan kondisi tersebut, pada akhirnya akan menjadikan orangtua
memiliki sikap positif terhadap sekolah.
31
dan melebihi harapan konsumen (Garvi dan Davis, dalam Hadis dan
Nurhayati, 2010:86).
Dalam pandangan Zamroni ( 2007:2 ) dikatakan bahwa
peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang
terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi
target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Berbagai bunga rampai teori tentang aman, nyaman,
menyenangkan, ruang kelas, keterlibatan orang tua dan peningkatan
mutu pendidikan dapat kita sintesiskan bahwa perlu diciptakan ruang
kelas yang aman: aman dari rasa takut, gangguan, berbahaya bagi
peserta didik, aman dari gangguan individu laiinya, aman dari zat-zat
berbahaya dan aman dari gangguan eksternal pada umumny. Ruang
kelas juga harus mewujudkan suasana nyaman : tata cahaya lembut
di mata, bersih dari debu, zat kimia atau bau yang tidak sedap, tata
warna yang sesuai dan penataan ruangan yang estetik. Ruang kelas
akan menyenangkan manakala dibangun suasana yang
membangkitkan perasaan senang peserta didik secara psikis salah
satunya dari penataan letak serta kelengkapan sebuah ruang kelas.
Unsur-unsur yang disebutkan sebelumnya dapat optimal
dilaksanakan apabila ada keterlibatan orang tua yang berujung
kepada peningkatan mutu pendidikan peserta didik dan umumnya
mutu pendidikan suatu bangsa.
32
mereka adalah “rumah kedua” yang harus disiapkan sebaik mungkin
sebaik rumah tinggal mereka.
Pola pikir di atas juga sesuai pendapat John P. Kotter (Harvard
Business Review) yang mengemukakan dalam bukunnya ” Establishing
Sense of Urgentcy” adalah langkah pertama untuk menggerakkan
perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman
terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum
mengkomunikasikan “VISI”. “Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang
tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah”.
Pakar pendidikan Vigotsky mengemukakan bahwa pada saat
manusia masuk dalam ZPD (Zone Proximal Development) , maka
seseorang sebenarnya bisa melakukan apa yang harus dilakukannya,
tetapi akan lebih optimal jika orang lain atau pendamping yang lebih tahu,
membantunya untuk mencapai tingkat perkembangan aktual.
Teori Stimulus-Respon salah satunya dalam ”bullet theory” (teori
peluru) lebih tegas menyatakan bahwa komponen-komponen
komunikasi karena komunikan dianggap secara pasif menerima
berondongan pesan-pesan komunikasi. Bila kita menggunakan
komunikator yang tepat, pesan yang baik atau media yang benar,
komunikan dapat diarahkan sekehendak kita (Jalaludin, 1998: 162).
Beragumentasi di atas maka penulis memperkenalkan Lomba
Ruang Kelas Aman, nyaman, dan Menyenangkan sebagai model
Pelibatan Orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan dengan
langkah-langkah/sintaks model sebagai berikut :
1. Rapat orang tua/komite sekolah/parenting membentuk paguyuban
kelas/persatuan orang tua murid dikoordinasikan oleh Komite
sekolah
2. Menyampaikan informasi kriteria penilaian lomba ruang kelas
“anyanang” saat parenting ; pada seluruh pengurus paguyuban kelas
yang sudah terbentuk bersama-sama dengan komite sekolah
3. Menentukan tema ruang kelas “Anyanang”
33
4. Menentukan jadwal lomba dari mulai persiapan, pelaksanaan
sampai penilaian
5. Menyampaikan rencana lomba kepada peserta didik agar terlibat
dengan orang tua mereka
6. Bila memungkinkan dapat ditentukan besaran dana/sumbangan
orang tua untuk lomba Anyanang maksimal yang akan diberikan
kepada kelas “rumah kedua” anak-anak mereka
7. Menyiapkan 3 kalimat berkarakter
Misal : “ Hormatilah Gurumu Pemandu Masa Depanmu”
8. Mendokumentasikan dalam bentuk video durasi 3 menit ( handycam,
kamera atau handphone) aktivitas kerjasama anggota paguyuban
ruang kelas ketika proses menyiapkan ruang kelas Anyanang
9. Penilaian oleh juri dengan observasi ruang kelas dan dokumentasi
video dibantu dengan instrumen penilaian yang sudah diketahui
bersama seluruh peserta lomba.
10. Ekspos juara pada parenting lanjutan dalam bentuk
presentasi/diskusi panel/seminar
34
BAB III
PEMBAHASAN
35
ide dan kreasi hasil musyawarah paguyuban kelas di bawah binaan dan
koordinasi wali kelas dengan alat koordinasinya berupa aplikasi Whatsapp
atau lebih dikenal dengan nama WA mengakibatkan seringnya orang tua
bertemu dengan wali kelas anak-anak mereka. Rata-rata para orang tua
dari hasil wawancara dengan anggota paguyuban kelas bertemu dengan
wali kelas minimal 3 kali dalam seminggu ini jelas melebihi yang diharapkan
minimal bertemu 2 kali dalam satu semester.
Ada yang menarik selain temuan di atas yaitu bagaimana orang tua
menyiapkan dan menata ruang kelas untuk anak-anak mereka agar aman,
nyaman dan menyenangkan ternyata memiliki heterogenitas tinggi.
Ada kelas yang disiapkan banyak bukunya sebagai perpustakaan
kelas karena anggota paguyuban kebetulan senang membaca dan banyak
buku bekas yang sudah tidak dibaca lagi namun aman bagi anak
disumbangkan ke kelas anak mereka. Ada juga orang tua yang menyiapkan
kelas dengan banyak lampunya pada langit-langit kelas karena kebetulan
di kelas tersebut terdapat orang tua yang punya toko lampu. Orang tua yang
kebetulan menjadi kontraktor membuat taman dengan desain dan material
di bawa sendiri.
Banyak kelas yang dilukis dan dibuatkan relief pohon buku (pohon
literasi) yang di Jawa Barat dengan gerakan literasinya memberi istilah
“pohon geulis”, pada pohon tersebut dilukiskan daun, bunga dan buah yang
menggambarkan jumlah buku yang telah dibaca oleh perserta didik. Para
orang tua yang sebagian dibantu oleh anak-anak mereka melukis dan
membuat relief pohon tersebut dengan aneka rupa dan warna.
Fasilitas yang mereka siapkan juga luar biasa menurut penulis.
Kelas-kelas di “sulap” oleh para orang tua tersebut menjadi ruang yang
bersih, indah, lengkap dengan fasilitas dan mendukung kegiatan belajar
mengajar. Semua kelas di tambah selain mebelair sekolah dan
36
kelengkapan standar kelas, mereka tambahkan kipas angin, rak-rak buku
dengan bukunya, rak-rak sepatu, pencuci tangan, sebagian pasang air
conditioner dengan pasang standar listrik/kwh meter sendiri, lcd projecktor
sampai ada yang berniat membuat toilet kelas sendiri ( yang ini belum dapat
dipenuhi karena keterbatasan lahan).
Empat juri yang bekerja menilai hasil lomba ruang kelas Anyanang
menetapkan juara ke-1 untuk kelas VIII B dengan skor nilai 24 ( lengkap
hampir sesuai harapan ) dari 25 skor maksimal yang diharapkan. Juara
kelas VII diperoleh oleh kelas VII E dengan skor 22 yang memiliki kriteria
hampir sama dengan kelas VIII B .
37
kalimat-kalimat berkarakter. Para orang tua dapat menitipkan harapan
besar kepada anak-anak mereka melalui kalimat-kalimat tersebut.
E. Upaya orang tua membantu sekolah menanamkan budaya
berprestasi kepada anak-anak mereka di sekolah.
Kehadiran para orang tua yang terlingkup dalam wadah paguyuban
kelas dalam mengikuti lomba ruang kelas Anyanang ini, memacu semua
warga kelas untuk “bersaing” dengan kelas lain menimbulkan energi positif
untuk berusaha memenangkan lomba. “Energi” positif ini mendorong warga
kelas memenangkan lomba. Keinginan kuat untuk memenangkan ini
berimbas kepada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi yang muncul
saat kegiatan ini berlangsung jika dilakukan kontinyu seiring dengan
kegiatan lomba yang dilasanakan akan menjadi budaya berprestasi.
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
39
Jika motivasi positif ini terus diberi stimulus dalam bentuk lomba
ruang kelas Anyanang maka budaya berprestasi akan menjadi sebuah efek
positif yang signifikan.
Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari jenis
kelamin subjek penelitian. Perempuan (ibu) memiliki tingkat keterlibatan
yang paling tinggi. Hal ini berkaitan dengan masih dominannya peran dan
tanggungjawab ibu dalam keterlibatan peningkatan mutu pendidikan dan
dan waktunya cukup banyak pada hari kerja ( lebih banyak ibu rumah
tangga).
B. Saran
1. Orangtua
40
sekolah. Menggali terus model-model pelibatan keluarga dalam kegiatan
(Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama)
Proses adaptasi dan modifikasi alat ukur harus diperhatikan sesuai dengan
kontek budaya di Indonsia dan perlunya ketajaman penggunaan kalimat
dalam setiap aitem penyataan. Pengambilan subjek pada penelitian yang
dilakukan secara acak dengan memberikan kesempatan semua orangtua
yang memiliki anak usia SD. Proses pengambilan subjek pada penelitian
mendatang hendaknya dilakukan dengan memberikan kesempatan satu
pasang orang tua (yaitu bapak dan ibu) yang memiliki anak usia SD untuk
berpartisipasi menjadi subjek penelitian. Proses pengambilan data pada
penelitian mendatang hendaknya dilakukan secara langsung bertemu
dengan subjek penelitian sehingga data akan lebih akurat. Penelitian
mendatang hendaknya menggunakan pendekatan pada SSE yang berbeda
dengan penelitian ini yang belum menggunakan patokan tertentu.
41
DAFTAR PUSTAKA
http://www.childrensaidsociety.org/TA. 24/12/05
Cotton, Kathleen & Wikelund, K.R. 2001. Parent Involvement in Education.
School Improvement Research Series.
42
Hoover-Dempsey, K.V., Walker, J.M.T., Sandler, H.M., Wilkins, A.S.,
Dallaire, J.R. 2005. Parental Involvement: Model Revision through Scale
Development. The Elementary School JournaL, 106(2), 85-104.
http://www.michigan.gov/documents/Final_Parent_Involvement_Fact_She
et_ 14732_7.pdf 21/02/07
http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=
43
20 &Itemid=27 04/03/07
Slamet P.H. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah.
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/manajemen_berbasis_sekolah.htm.
21/02/07
https://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_kelas
44
LAMPIRAN
Lampiran berisi data-data hasil pengolahan data baik berupa tabel, grafik,
gambar dan sebagainya. Lampiran juga dapat diisi dengan gambar atau
foto kegiatan penulis dalam menyelesaikan makalah atau karya tulis
tersebut.
45
FOTO-FOTO AKTIVITAS
DALAM KONTEKS
LOMBA RUANG KELAS ANYANANG
SMPN 1 KARAWANG BARAT
46