Anda di halaman 1dari 46

LOMBA RUANG KELAS

AMAN, NYAMAN DAN MENYENANGKAN


‘ANYANANG’

MODEL PELIBATAN KELUARGA


DALAM
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
SMPN 1 KARAWANG BARAT – JAWA BARAT

20 APRIL 2017

1
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Yang Berjudul “Lomba Ruang Kelas Aman, Nyaman Dan
Menyenangkan ‘Anyanang’ Model Pelibatan Keluarga Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan Smpn 1 Karawang Barat – Jawa Barat” Telah Disyahkan
Dan Disetujui Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 19 Juni 2017

Penulis

RUKMANA, S.Pd., M.Pd.


NIP 196706271994121001

Disetujui oleh :

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang


Kepala Bidang SMP
Pengawas Pembina

Drs. Nandang Mulyana H. Nana Supriatna, S.Pd.


NIP. 196701091992031005 NIP. 1960022819880310

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini telah kami susun dengan mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak sehingga dapat diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan, untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Tiada yang gading yang tak retak berigu kata pepatah demikian juga
dengan penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat beberapa kekurangan. Kritik dan saran kami perlukan untuk
perbailkan makalah ini selanjutnya agar lebih bermakna,

Akhir kata kami berharap makalah Lomba Ruang Kelas Aman,


Nyaman Dan Menyenangkan ‘Anyanang’ Model Pelibatan Keluarga Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

3
umumnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan; semoga cita-cita besar :
Peningkatan mutu pendidikan, dari karya kecil ini dapat terwujud, Aamiin

Karawang, 09 Juli 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

4
HALAMAN DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang masalah

Pendidikan adalah senjata yang bisa digunakan untuk mengubah


dunia," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat mengisi kuliah umum
dengan tema 'Peran Perguruan Tinggi Dalam Memelihara Pertahanan dan
Ketahanan RI' di Universitas Indonesia (UI), Depok, (Republika Online
Selasa 20/5)) . kalimat yang sering kita dengar tadi adalah salah satu bukti
begitu para pengambil kebijakan umumnya menganggap pendidikan begitu
penting, seperti pandangan umumnya semua orang di dunia dari generasi
ke generasi.
Beberapa nukilan sejarah yang dapat kita baca tentang pentingnya
pendidikan di antaranya adalah riwayat bagaimana tanggapan Kaisar
Hirohito pada tahun 1945 di Jepang ketika dua kota terbesar di Jepang kala
itu Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan dengan bom atom oleh pasukan
tentara sekutu di pimpin oleh Jenderal Mac. Athur dari Amerika Serikat,
Kaisar Hirohito bertanya kepada para menteri dan bawahannya yang
melaporkan peristiwa tersebut dengan berkata ; “ Berapa guru yang hidup
?”. Pertanyaan tersebut membuat sedikit terperangah para menteri dan
bahwahannya sekaligus agak tersinggung. Namun dengan kebijakannya

6
dia menjawab bahwa dengan banyaknya guru yang masih hidup dan
pendidikan di Jepang berjalan kembali maka Jepang akan segera bangkit
kembali.
Pentingnya pendidikan juga disampaikan oleh tokoh anti Apartheid
yang terkenal menposisikan sejajar bangsa kulit hitam Afrika dengan kulit
putih di Afrika Selatan-Nelson Mandela mengemukakan “ Pendidikan
adalah senjata paling mematikan karena dengan itu anda dapat mengubah
dunia “ . dan banyak lagi pendapat tokoh dunia tentang pendidikan bagi
perkembangan sumber daya manusia dan kemajuan peradaban dunia.
Berbicara dunia pendidikan sangat unik dan komplek, berbagai
permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia di
antaranya; sarana prasarana yang belum merata, tingkat keunggulan
pendidikan di Indonesia yang masih di peringkat bawah negara-negara di
dunia bahkan di banding negara-negara Asia Tenggara, tingkat
penguasaan kurikulum yang ditetapkan pemerintah dan lain-lain.
Salah satu yang paling fundamental dalam permasalahan
pendidikan di Indonesia adalah keterlibatan orang tua pada peningkatan
mutu pendidikan anak-anaknya di sekolah. Keluarga sebagai tempat
pendidikan yang pertama dan utama perlu ditingkatkan perannya dalam
proses pendidikan anak. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
membidangi urusan anak, Unicef, dalam laman resminya mengingatkan
pentingnya partisipasi orangtua dan komunitas dalam proses pendidikan
anak sejak dini.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah
berkorelasi positif dengan peningkatan prestasi anak-anaknya di sekolah,
berbagai penelitian sudah menyatakan kebenaran pendapat tersebut.
Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Kompas pada 22-24
April 2015 menunjukkan, mayoritas publik menyadari pentingnya peran
orangtua dalam pendidikan anak. Pengumpulan pendapat ini dilakukan
terhadap 326 responden yang di keluarganya terdapat anak usia sekolah.
Tak kurang dari 85 persen responden menyatakan bahwa orangtua dan

7
keluarga memiliki peran paling penting dalam proses pendidikan anak.
Hanya 15 persen responden yang menilai peran ini ada di tangan guru dan
lingkungan di luar keluarga.

Sejumlah upaya dilakukan keluarga untuk mendukung pendidikan


anak. Salah satunya dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
di rumah. Rata-rata dua dari tiga responden mengaku menerapkan waktu

khusus belajar bagi anak dan melakukan pendampingan saat anak


belajar. Lebih jauh, tak kurang dari 60 persen responden mengaku
mengalokasikan anggaran khusus untuk meningkatkan kemampuan anak,
seperti les tambahan untuk mata pelajaran sekolah, agama, ataupun hobi.

8
Minimnya keterlibatan orang tua dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah di buktikan dengan mayoritas (74 persen) orangtua
murid yang terjaring dalam jajak pendapat ini mengaku tidak mengetahui
pola pelajaran atau kurikulum yang diterapkan di sekolah.
Guru menurut merupakan sumber utama informasi terkait
perkembangan anak di sekolah jejak pendapat ini dari mayoritas
respondennya yang diteliti. Namun, hampir separuh responden (45 persen)
mengaku berkomunikasi dengan guru hanya satu atau dua kali dalam
setahun, yakni pada akhir semester atau pada awal tahun ajaran baru.
Persoalan lain, masih banyak orangtua yang belum menempatkan anaknya
sebagai mitra yang perlu didengarkan.
Ada 15 persen orangtua yang terdeteksi terbiasa menanyakan
perkembangan sekolah pada anaknya. Ini bagian dari komunikasi positif
dari orang tua-keluarga terhadap sekolah. Komunikasi seperti ini
memulakan sebuah keterlibatan orang tua dalam upaya peningkatan
pelayanan sekolah kepada peserta didik, transparansi kegiatan, perhatian
positif terhadap perkembangan peserta didik yang kesemua ujungnya
adalah peningkatan mutu pendidikan peserta didik khususnya.
Angka 15 persen di atas membuktikan masih rendahnya keinginan
orang tua dalam melibatkan diri mereka untuk bersama-sama dengan
sekolah mempersiapkan anak-anak mereka menuju masa depan yang lebih
baik melalui sekolah sebagai rumah kedua mereka menghabiskan hampir
1/3 hari yang dilalui dalam kehidupannya.
Informasi lebih lengkap disampaikan oleh para peneliti dari beberapa
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP se-Indonesia yang hadir
pada acara workshop pengembangan model pendidikan keluarga yang
membahas salah satunya tentang keterlibatan keluarga dalam peningkatan

9
mutu pendidikan anak-anak mereka di sekolah, ternyata diambil
kesimpulan umum : rendahnya keterlibatan keluarga dalam peningkatan
mutu pendidikan anak-anak mereka di sekolah.
Berpijak dari kenyataan-kenyataan di atas penulis menawarkan
pada pertemuan tersebut, model pelibatan keluarga yang menurut
keyakinan penulis akan lebih memungkinkan keterlibatan orang tua
(keluarga) dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan di
sekolah, dengan menyampaikan model pengembangan pendidikan
keluarga yang penulis beri istilah : Lomba Ruang Kelas Aman, Nyaman dan
Menyenangkan – Anyanang

B. TUJUAN
Penulisan makalah Lomba ruang kelas aman, nyaman dan
menyenangkan-anyanang model pelibatan keluarga dalam
peningkatan mutu pendidikan di SMPN 1 Karawang Barat – Jawa
Barat dan implementasinya yang sudah dilaksanakan bertujuan :
1. Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
2. Meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan wali
kelas dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
3. Mangajak orang tua menyiapkan ruang kelas aman,
nyaman dan menyenangkan sebagai rumah kedua untuk
anak-anak mereka
4. Mengajak orang tua untuk berpartisipasi membantu
sekolah menanamkan pendidikan karakter kepada anak-
anak mereka di sekolah.
5. Mengajak orang tua untuk berpartisipasi membantu
sekolah menanamkan budaya
berprestasi kepada anak-anak mereka di sekolah.

10
6. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat memfasilitasi
pentas seni
sebagai apresiasi karya kreasi peserta didik

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penulisan makalah : Lomba ruang
kelas aman, nyaman dan menyenangkan-anyanang model pelibatan
keluarga dalam peningkatan mutu pendidikan di SMPN 1 Karawang
Barat – Jawa Barat adalah ;
1. Apakah model lomba ruang kelas Anyanang dapat
meningkatkan keterlibatan orang tua dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah ?
2. Apakah model lomba ruang kelas Anyanang dapat
meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan wali
kelas dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah ?
3. Bagaimana orang tua menyiapkan ruang kelas aman,
nyaman dan menyenangkan sebagai rumah kedua anak-
anak mereka?
4. Bagaimana upaya orang tua membantu sekolah
menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak
mereka di sekolah?
5. Bagaimana upaya orang tua membantu sekolah
menanamkan budaya berprestasi kepada anak-anak
mereka di sekolah?
6. Apakah model lomba ruang kelas Anyanang dapat
memfasilitasi pentas seni sebagai apresiasi karya kreasi
peserta didik?

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. AMAN

Aman mempunyai arti bebas dari ancaman bahaya, gangguan dan


terlindungi, dan terhindar dari rasa takut (artikata.com, 2013). Sedangkan
rasa aman menurut Potter dan Perry mengatakan kondisi dimana
seseorang bebas dari cedera fisik dan psikologis dan dalam kondisi aman
dan tentram (Potter dan Perry, 2006). Dalam pemenuhan rasa aman
diharuskan terpenuhinya kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman
harus dilihat dalam arti luas, tidak sebatas pada keamanan fisik, melainkan
juga keamanan yang menyangkut psikologisnya yang didalamnya
berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas sistem yang
menghindarkan manusia dari rasa cemas, khawatir dan berbagai hal
lainnya Kretch dkk (dalam Krochin, 1976). Kretch dkk dalam Krochin (1976)
berpendapat faktor yang dapat membuat seseorang merasa aman adalah
faktor lingkungan dan faktor hubungan individu dengan orang lain yang
dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan berperan sangat besar dimana tiap individu


sepanjang hidupnya berinteraksi dengan orang lain dan juga
dipengaruhi adat istiadat, kebiasaan, dan peran - perannya didalam
masyarakat.

12
2. Faktor hubungan individu dengan orang lain sebagai mahluk sosial
manusia dalam kesehariannya dihadapkan pada membinaan
hubungan hingga akhir hidupnya dimana hubungan individu dengan
orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap kebutuhan
psikologis baik secara positif maupun negatif.

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Maslow (1970) dan Sullivan,


(1956) dimana dalam memenuhi kebutuhan rasa aman seseorang
memerlukan privasi dan respek, cinta dan penerimaan sosial. Yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Privasi adalah sebuah kontrol seleksi untuk berhubungan dengan diri
atau kelompoknya. Kontrol selektif ini merupakan suatu proses dinamis
yang aktif dan dinamis dimana privasi dapat berubah setiap saat sesuai
dengan kondisi yang terjadi (Altman, 1975).
2. Aspek, cinta dan penerimaan sosial adalah kehangatan yang
dirasakan individu dimana individu akan merasa terlibat dan memiliki
sehingga merasa bahwa dirinya bagian dari lingkungannya.

Lain halnya pendapat yang dikemukakan Lasiter (2013) bahwa


perasaan aman dapat dibangun

dengan empat kategori utama Jarak, pengawasan, prediktabilitas dan


inisiatif. Dalam meningkatkan perasaan aman diperlukan pengembangan
kedekatan yang didasarkan pada kebutuhan dan perasaan. (Bean, 1971;
Ehrlich & Graeven, 1971; Wood, 1971).
Pengertian rasa aman menurut Bowlby (1979;1988) adalah ketika
seseorang memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat.
Rasa aman terbentuk ketika tingkat kepercayaan meningkat dimana
komunikasi yang berkualitas antar individu (Hudson, 2013). Sependapat
dengan Bowlby, Newman (1981) mengatakan untuk membentuk perasaan
aman diperlukan membangun hubungan dengan komunitas yang saling
membantu sehingga dapat saling melindungi satu sama lain. Dari
pemenuhan kebutuhan rasa aman maka akan timbul perasaan aman

13
perasaan aman disini diartikan kondisi diri yang terbebas dari cedera fisik
yang didalamnya terdiri dari sehat jasmani baik dari sisi kesehatan, cedera
yang diakibatkan dari lingkungan dan psikologis yang mencakup kesehatan
mental, tidak memiliki gangguan psikologis, memiliki kehidupan sosial yang
baik dan stabilitas emosi (Potter & Perry, 2006).
Lain halnya pengertian rasa aman menurut Maslow (1987) mengatakan
rasa aman adalah perasaan terlindungi dari ancaman atau teror dari luar
dan dalam dirinya terkait dengan keamanan.
Dengan demikian pendapat yang telah dikemukakan oleh banyak pakar,
maka kita dapat memperoleh gambaran yang sedikit banyak membantu kita
dalam memahami rasa aman.

Persepsi yang berkaitan erat dengan perasaan aman pada


seseorang. Persepsi berasal dari

serapan bahasa Inggris yaitu perception yang diartikan penarikan suatu


kesimpulan bagaimana seseorang melihat atau memahami sesuatu (Leavit
dalam Sobur, 2003). Sedangkan menurut kamus lengkap psikologi,
persepsi adalah Proses mengetahui, mengenal objek melalui bantuan
indera (Chaplin, 2006:358). Persepsi dalam pengertian psikologi menurut
Sarwono (2009) adalah proses pencarian 9 informasi untuk dipahami
melalui kesadaran, penginderaan dan dilanjutkan dengan proses kognisi.
Persepsi adalah padangan seseorang yang berasal dari masukan informasi
dari ke-semua indra yang diproses menjadi informasi yang dapat di pahami
secara mendalam pada suatu objek ataupun subjek mati maupun hidup.
Ketika seseorang merasa aman, maka ia akan merasa tenang, nyaman dan
terlindungi sehingga menimbulkan persepsi positif.
Rasa aman pada tiap - tiap orang berbeda satu sama lain tergantung
pemikiran dan pengalaman masa lalunya. Seseorang menyadari keadaan
diri dengan lingkungannya lewat pengamatan yang di proses diotak yang
menghasilkan persepsi. Adams (1995) berpendapat sebagaian besar
manusia terlibat dalam beberapa jenis kegiatan yang berbahaya, Persepsi

14
rasa aman pada setiap orang berbeda – beda dimana seseorang
dihadapkan untuk berusaha mengelola risiko, dan mencoba menebaknya.
Karena, jika mereka tahu pasti mereka tidak akan mengambil resiko
tersebut. Risiko didefinisikan dalam beberapa cara, tetapi sering dianggap
sebagai kemungkinan bahwa seseorang akan mengalami efek bahaya
(Short Jr, 1984).

Dapat disimpulkan persepsi rasa aman dapat diartikan sebagai


pandangan yang dihasilkan dari

stimulus yang diproses dalam otak yang membuat seseorang merasa


tenang, nyaman dan merasa terlindungi yang menyangkut privasi,
kemudahan dalam mengatur keamanan, kesadaran pengguna dalam ber-
aktifitas dan keamanan data pribadi.
Dalam proses pembentukan persepsi rasa aman ini ada beberapa
tahapan yang berhubungan dengannya yaitu:

a) Attachment yaitu emosi yang dihasilkan dari hubungan yang dekat


dengan orang yang di kasihi yang dapat meningkatkan nyaman
sehingga seseorang merasa aman ketika memperoleh figur
attachment (Bowlby, 1988).
b) Empati yaitu perasaan yang dihasilkan dari dalam diri secara tidak
sadar yang membuat seseorang ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain sehingga individu merasa dihargai (Potter dkk, 2009). 10
c) Perhatian yaitu perlakuan khusus yang secara sadar biasanya
dilakukan kepada seseorang yang disayangi, kasihi dan cintai
menimbulkan rasa aman pada orang yang dituju (Potter dkk, 2009).
d) Kepedulian yaitu perlakuan ataupun perkataan yang dapat
membuat seseorang merasa senang, merasa aman dan merasa di
ringankan bebannya oleh orang yang membantu (Potter dkk, 2009).
e) Lingkungan yang Tidak Aman yaitu Keadaan lingkungan yang
sering terjadi kejahatan (Maslow, 1970).

15
Rasa aman terbentuk melalui beberapa tahapan meliputi keamanan
fisik, stabilitas, perlindungan

dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, keadilan,


ketentraman, dan keteraturan merupakan bagian dari kebutuhan akan
keamanan (Maslow, 1987).

Sependapat dengan Maslow, Bruce Schneier (2008)


menyatakan keamanan dapat berupa

perasaan atau memang terjadi secara nyata yang membuat seseorang


merasa tidak aman. Dalam penjelasan yang dikemukakan Bruce Schneier
(2008) mengenai persepsi rasa aman, dapat dilihat beberapa dimensi
mengenai hal tersebut, yaitu :

a) Rasa takut : Rasa takut tidak secara nyata terjadi


melainkan dikarenakan perasaan cemas dimana terlalu berfokus
pada sebagian kecil saja dan tidak cukup perhatian pada yang
utama.
b) Kontrol : Setiap manusia tidak dapat mengestimasi
kemungkinan bahwa mereka akan mengalami kejadian yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan lalulintas maka diperlukan jaminan
keselamatan yang merupakan kontrol yang berupa ketelitian dan
keahlian dalam berkendara.
c) Pengalaman : Beberapa orang sering berperilaku tidak
aman dikarenakan mereka belum merasakan akibat yang
ditimbulkan.
d) Kesadaran : Konsekuensi dari berperilaku tidak aman akan
hampir selalu menentukan perilaku yang tidak aman dimasa depan.
e) Kepercayaan : Merasa nyaman dan penyenangi aktifitas
yang dilakukan seperti merokok, menyelam dimana resiko yang
ditimbulkan sangat besar.

16
f) Privasi : Dimana resiko yang tidak terlihat lebih berbahaya
dibanding yang diketahui seperti ketika bertemu dengan teknologi
terbaru salah satunya internet.
Maslow (1970) mengatakan ketika seseorang telah terpenuhi
kebutuhan fisiologisnya,

mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan.


Kemananan yang dimaksud adalah keamanan fisik, stabilitas,
ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan
yang mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut,
kecemasan, bahaya, kerusuhan dan bencana alam termasuk juga
Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan keteraturan merupakan bagian
dari kebutuhan akan keamanan.
Kebutuhan akan keamanan berbeda dengan kebutuhan fisiologis
dimana kebutuhan keamanan tidak akan terpenuhi secara keseluruhan
dikarenakan ada hal yang diluar kendalinya seperti orang tidak akan bisa
menghindar dari bencana alam dan peristiwa berbahaya lainnya.
Kebutuhan rasa aman lebih termotivasi pada anak-anak ketimbang
orang dewasa karena mereka hidup dengan ketakukan akan gelap,
binatang, orang asing dan hukuman dari orang tua. Sementara sebagian
orang dewasa merasa cenderung tidak aman karena ketakutan tidak masuk
akal dari masa kecil yang terbawa hingga dewasa. Dibutuhkan orang yang
sehat untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan ketika tidak berhasil
memenuhi kebutuhan rasa aman tersebut, mereka akan mengalami
kecemasan dasar. Ketika kebutuhan rasa aman tidak dapat dipenuhi maka
seseorang akan merasa terancam bahaya, perasaan tidak aman dan
perasaan takut yang sangat besar.

B. NYAMAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah
segar; sehat. Kolcaba (2003)

17
menjelaskan bahwa nyaman sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan
terpenuhinya nyaman dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada diri
individu tersebut. Nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang
terhadap lingkungannya.
Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang
masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna
oleh otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik
biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain
rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan
memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak.
Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko,
2009).
Sanders dan McCormick (1993) menggambarkan konsep nyaman
bahwa nyaman merupakan suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung
pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui
tingkat nyaman yang dirasakan orang lain secara langsung atau dengan
observasi melainkan harus menanyakan langsung pada orang tersebut
mengenai seberapa nyaman diri mereka, biasanya dengan menggunakan
istilah-istilah seperti agak tidak nyaman, mengganggu, sangat tidak
nyaman, atau mengkhawatirkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nyaman
adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling
tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu
pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin
berbeda dengan individu lainnya.
Menurut Kolcaba (2003) aspek nyaman terdiri dari:

a. Nyaman fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan


oleh individu itu sendiri.

18
b. Nyaman psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri,
yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas
hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi.
c. Nyaman lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan
pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu,
pencahayaan, suara, dll.
d. Nyaman sosial kultural berkenaan dengan hubungan interpesonal,
keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan
kesehatan individu, kegiatan religius, serta tradisi keluarga).
Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
nyaman antara lain:

a. Sirkulasi Nyaman dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik,


seperti tidak adanya pembagian ruang yang jelas untuk sirkulasi manusia
dan kendaraan bermotor, atau tidak ada pembagian sirkulasi antara ruang
satu dengan lainnya. Sirkulasi dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi di
dalam ruang dan sirkulasi di luar ruang atau peralihan antara dalam dan
luar seperti foyer atau lobby, koridor, atau hall.
b. Daya alam atau iklim
1. Radiasi matahari Dapat mengurangi nyaman terutama pada siang
hari, sehingga perlu adanya peneduh.
2. Angin Perlu memperhatikan arah angin dalam menata ruang
sehingga tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan memberikan
nyaman. Pada ruang kelas yang luas perlu diadakan elemen-elemen
penghalang angin supaya kecepatan angin yang kencang dapat dikurangi.
3. Curah hujan sering menimbulkan gangguan pada aktivitas
manusia di ruang luar sehingga perlu di sediakan tempat berteduh apabila
terjadi hujan (shelter, gazebo).
4. Temperatur Jika temperatur ruang sangat rendah maka
temperatur permukaan kulit akan menurun dan sebaliknya jika temperatur
dalam ruang tinggi akan mengalami kenaikan pula. Pengaruh bagi aktivitas
kerja adalah bahwa temperatur yang terlalu dingin akan menurunkan gairah

19
kerja dan temperatur yang terlampau panas dapat membuat kelelahan
dalam bekerja dan cenderung banyak membuat kesalahan
c. Kebisingan Pada daerah yang padat seperti perkantoran atau industri,
kebisingan adalah salah satu masalah pokok yang bisa mengganggu
nyaman para pekerja yang berada di sekitarnya. Salah satu cara untuk
mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri
(ear muff, ear plug).
d. Aroma atau bau-bauan Jika ruang kerja dekat dengan tempat
pembuangan sampah maka bau yang tidak sedap akan tercium oleh orang
yang melaluinya. Hal tersebut dapat diatasi dengan memindahkan sumber
bau tersebut dan ditempatkan pada area yang tertutup dari pandangan
visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan atau semak ataupun
dengan peninggian muka tanah.
e. Bentuk Bentuk dari rencana konstruksi harus disesuaikan dengan ukuran
standar manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman.
f. Keamanan Keamanan merupakan masalah terpenting, karena ini dapat
mengganggu dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan
bukan saja berarti dari segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk
kekuatan konstruksi, bentuk ruang, dan kejelasan fungsi.
g. Kebersihan Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga
menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah ataupun bau-
bauan yang tidak sedap. Pada daerah tertentu yang menutut kebersihan
tinggi, pemilihan jenis pohon dan semak harus memperhatikan kekuatan
daya rontok daun dan buah.
h. Keindahan Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh nyaman karena mencakup masalah kepuasan batin dan
panca indera. Untuk menilai keindahan cukup sulit karena setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda untuk menyatakan sesuatu itu adalah
indah. Dalam hal nyaman, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk
ataupun warna.

20
i. Penerangan Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang
perlu memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan,
kualitas cahaya, daya penerangan, pemilihan dan perletakan lampu.
Pencahayaan alami di sini dapat membantu penerangan buatan dalam
batas-batas tertentu, baik dan kualitasnya maupun jarak jangkauannya
dalam ruangan.

C. MENYENANGKAN
Menyenangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti menjadikan senang; membuat bersuka hati. Menyenangkan
juga berarti membangkitkan rasa senang hati; memuaskan; menarik
(hati). Arti lain untuk kata menyenangkan berarti merasa senang
(puas dan sebagainya) akan; menyukai. Menurut Kartini Kartono
(1990:89-90) menjelaskan bahwa senang atau menyenangkan
adalah berhubungan dengan perasaan manusia, senang dan
selanjutnya perasaan menyenangkan terdapat pada ranah perasaan
psikis, dari empat perasaan sebagai berikut:
a. Perasaan-perasaan indrawi, yaitu perasaan yang dikaitkan
dengan perangsang-perangsang jasmaniah atau fisik seperti
rangsangan sakit, panas, dingin, berat dan sebagainya.
b. Perasaan vital yaitu yang bergantung pada kondisi jasmaniah
seseorang secara umum, hampir-hampir tidak bisa dilokalisir.
Misalnya perasaan nyaman, sedang, kurang enak, rasa kuat,
lemas dan sebagainya.
c. Perasaan-perasaan psikis, yaitu bisa diberi motivasi-motivasi
misalnya perasaan bahagia, senang, gembira, sedih, tertekan,
benci, simpati dan lain-lain.
d. Perasaan-perasaan pribadi yaitu yang erat kaitannya dengan
penilaian diri dan martabat yang sangat mendalam, misalnya
perasaan putus asa secara total, rasa tidak berdaya, rasa
bahagia dan sebagainya.

21
D. RUANG KELAS

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia : Ruang Kelas adalah


suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai
tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar
mengajar (KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri dari meja siswa,
kursi siswa, meja guru, lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris
ruangan lainnya yang sesuai.
Berbicara kelas maka tidak akan terlepas dengan penataan
ruang kelas. Beberapa pakar mengutarakan tentang pengertian
Tata Ruang Kelas, di antaranya adalah The Liang Gie menyatakan
sebagai berikut: Tata Ruang Ruang kelas adalah penentuan
mengenai kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara
terperinci dari ruang ini untuk menyiapkan suatu susunan yang
praktis dari faktor-faktor fisik yang di anggap perlu bagi
pelaksanaan belajar yang efektif.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod tata ruang ruang kelas berarti
membangun dan memelihara lingkungan ruang kelasyang kondusif
bagi pembelajaran dan prestasi siswa. Siswa dapat belajar lebih
banyak di beberapa lingkungan ruang kelasdibandingkan
lingkungan ruang kelas yang lainnya.
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu
diperhatikan pengaturan/penataan ruang ruang kelas belajar.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya
memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru
bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan:
1) Ukuran dan bentuk kelas
2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa

22
3) Jumlah siswa dalam kelas
4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5) Jumlah kelompok dalam kelas
6) Komposisi dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa
kurang pandai, pria dan wanita) 1
Tata ruang ruang kelas merupakan kegiatan yang
terencana dan sengaja dilakukan oleh guru atau dosen (pendidik)
dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat
berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa tata ruang ruang
kelasmerupakan kegiatan pengaturan untuk kepentingan
pembelajaran. 3
Sebagian besar kondisi fisik ruang ruang kelasmemiliki
pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan.
Temperatur ruangan yang terlalu dingin (terlalu panas) dan sistem
ventilasi yang kacau, misalnya, betul-betul dan terbukti mampu
menurunkan sebagian besar kemampuan para siswa dalam
berkonsentrasi terhadap materi-materi pendidikan, meskipun hal
tersebut seringkali luput dari perhatian para guru. Area untuk
kegiatan yang tenang jika ditata dengan cara yang berbeda dengan
area-area lain: pojok membaca misalnya, ada baiknya jika ditata
terpisah dari ruanganruangan lain, dengan karpet sebagai alas
duduk (yang secara otomatis mengharuskan mereka untuk selalu
tetap ditempat), ketimbang sambil berdiri, (yang sangat
memungkinkan mereka untuk membaca sambil bergerak kesana
kemari). Terkadang perabotan dan berbagai materi fisik yang
menunjang proses pembelajaran bisa ditata sedemikian rupa untuk
meminta para siswa memusatkan perhatian mereka

23
ketengahtengah ruangan: dengan tumpukan kursi di tengah kelas.
Benda-benda yang sering di pergunakan oleh para siswa kamus,
misalnya bisa disimpan di sebuah tempat yang mudah dijangkau
oleh para siswa, sehingga mereka tidak berpeluang untuk
mengganggu guru atau siswa lain. Meskipun para guru tidak bisa
mengendalikan seluruh kondisik fisik dalam ruang ruang kelas
mereka (misalnya, ruang yang terlalu penuh), para guru tetap bisa
mempengaruhi sebagian besar kondisi fisik tersebut, dan intruksi
akan mengalir denagn lebih mudah ketika para guru mampu
melakukan hal tersebut. 2
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang
diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam
proses belajar di ruang kelasdi sekolah formal. Maka siswa akan
merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan
ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam,ada yang satu
tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa,dan satu tempat
yang diduduki oleh beberapa orang siswa.Sebaiknya tempat duduk
siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan
kebutuhan kegiatan pembelajaran.Untuk ukuran tempat dudukpun
sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah
untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran
bentuk kelas.
Penataan ruang ruang kelassangat dipengaruhi oleh
falsafah dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penataan
ruang yang klasial dengan semua bangku menghadap kesatu arah
(guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah.
Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama,
atau mungkin juga satu-satunya. Metode ceramah dan penataan

24
ruang ruang kelasklasial bukan satu-satunya model yang bisa
dipakai dikelas.
Beberapa model tata tempat duduk yang biasa digunakan
dalam pembelajaran, diantaranya seperti:
1) Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
2) Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan
3) Meja Panjang
4) Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan
5) Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
6) Meja laboraturium
7) Klasial: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
8) Bangku individu dengan meja tulisnya: penataan terbaik
9) Meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja. 3

CONTOH MODEL PENATAAN TEMPAT DUDUK

Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangkan


pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa, dimana

25
menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau
rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai
kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper
aktif, suka melamun.
Dalam tata ruang ruang kelasguru dituntut untut memiliki
keterampilan dalam bertindak dalam memanfaatkan sesuatu
diantaranya:
a. Menata tempat duduk siswa
b. Menata alat peraga yang ada didalam kelas
c. Menata kedisiplin siswa
d. Menata pergaulan siswa
e. Menata tugas siswa
f. Menata ruang fisik kelas
g. Menata kebersihan dan keindahan kelas
h. Menata kelengkapan kelas
i. Menata pajangan kelas 4
Tata ruang ruang kelassendiri merupakan upaya yang
dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan
pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa
dan barang fasilitas. Selain itu, tata ruang ruang kelas
dimaksudkan untuk menciptakan, memelihara tingkah laku siswa
yang dapat mendukung proses pembelajaran.
b. Pentingnya Tata Ruang Kelas
1) Untuk mencapai hasil belajar yang efektif
2) Mempengaruhi semangat belajar siswa
3) Menciptakan kondisi belajar yang kondusif
c. Tujuan Tata Ruang Kelas
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang

26
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas secara perabot belajar
yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
lingkungan, sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam
kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 5
Tujuan pokoktata ruang kelasadalah untuk menciptakan
dan mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya
tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan
tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di
dalam kelas.
d. Prinsip-prinsipTata Ruang Kelas
1) Visibility (Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-
barang di dalam ruang kelastidak mengganggu pandangan
siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang
guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.Begitu
pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.
2) Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa
untuk meraih atau mengambil barang-barang yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak
antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa

27
sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak
mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3) Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam ruang kelashendaknya mudah
ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.Seperti penataan tempat duduk yang perlu
dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi, dan kerja kelompok.
4) Nyaman
Nyaman di sini berkenaan dengan temperatur
ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5) Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru
menata ruang ruang kelasyang menyenangkan dan kondusif
bagi kegiatan belajar. Ruangan ruang kelasyang indah dan
menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan
tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. 6
Ketika memikirkan tentang manajemen ruang kelasyang
efektif, guru yang tidak berpengalaman terkadang mengabaikan
lingkungan fisik, desain lingkungan fisik ruang kelasadalah lebih
sekedar penataan barang di kelas. Berikut empat prinsip dasar
untuk menata ruang kelas:
1) Kurangi kepadatan di tempat lalu- lalang, gangguan dapat
terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain
area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi
penyimpanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasinya.
Pisahkan area-area ini sejauh mugkin dan pastikan mudah
diakses.

28
2) Pastikan dengan mudah melihat semua murid. Tugas
manajemen yang penting adalah memonitor murid secara
cermat. Untuk itu, anda harus bisa melihat semua murid.
Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja anda, lokasi
intruksional, meja murid, dan semua murid. Jangan sampai
ada yang tidak kelihatan.
3) Materi pengajaran dan perlegkapan murid harus mudah
diakses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan
perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan
aktivitas.
4) Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua
presentasi kelas. Tentukan di mana anda dan murid anda
akan berada saat presentasi ruang kelasdiadakan. Untuk
aktivitas ini, murid tidak boleh mindahkan kursi atau
menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik
murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi
mereka. 7
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tata Ruang Kelas
1) Faktor internal
Faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, misalnya,
jika ada siswa yang fisiknya kurang sehat, kemungkinan siswa
itu konsentrasi belajrnya akan terganggu dan mungkin siswa
itu akan mengantuk atau malah tertidur dalam kelas.
2) Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (kondisi
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).
Jika siswa memiliki masalah-masalah eksternal dalam dirinya,
contohnya karena kondisi keluarganya yang tidak
harmonis,atau tidak mendapat perhatian dari orang tuanya

29
kemungkinan siswa itutidak akan menjadi usil atau menjadi
pendiam. Hal itu juga akan menjadi masalah dalam kelas.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Tata Ruang Kelas
Dalam menata ruang ruang kelasbanyak tahapan-
tahapan yang harus diamati agar penataan ruang ruang
kelasberjalan dengan baik. Adapaun tahapan itu adalah:
1) Pengaturan tempat duduk
2) Pengaturan Alat-alat Pengajaran
3) Penataan keindahan dan keberrsihan kelas
4) Vantilasi dan Tata Cahaya 8

E. KETERLIBATAN ORANG TUA


Pendidikan bagi anak yang pertama dan utama diperoleh
dalam keluarga. Keterlibatan orang tua dalam peningkatan mutu
pendidikan diyakini sangat berpengaruh besar . berbagai penelitian
tentang keterlibatan orang tua mendorong meningkatnya mutu
pendidikan bagi anak-anak mereka. Sekolah sebagai pendidikan
formal merupakan pembantu kelanjutan pendidikan
dalam keluarga. Menurut Slameto (2003) peralihan bentuk
pendidikan di dalam keluarga ke pendidikan formal tersebut
memerlukan kerjasama antara orangtua dan sekolah. Keterlibatan
semua pihak dan kerjasama yang baik antara guru, siswa, orangtua,
masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan. Sejalan dengan itu,
Epstein (Michigan Department of Education, 2002)
menyatakan bahwa semua anak
usia sekolah dasar (SD), menengah (SMP) dan atas (SMA),
menginginkan keluarga (orangtua) lebih memahami perlunya
kerjasama dan berperan aktif terkait dengan proses belajar dan
sekolah.

30
Tinjauan terhadap beberapa penelitian yang penulis lakukan
(Henderson (Wherry, 2004); Cotton dan Wikelund, 2001; Rhoda
(Nurkolis, 2003)) mengungkapkan bahwa keterlibatan orangtua akan
memberikan pengaruh positif pada anak. Keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak sangat berkaitan dengan tingkat prestasi
anak, kelulusan dan keputusan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Keikutsertaan dan partisipasi keluarga, khususnya
orangtua dan
masyarakat dalam pendidikan anak akan membantu pencapaian
yang signifikan pada akademik dan kognitif anak, orangtua dapat
mengetahui perkembangan anak dalam proses pendidikan di
sekolah, orangtua dapat menjadi guru yang baik di rumah dan
menerapkan strategi yang positif bagi pendidikan anak, sehingga
dengan kondisi tersebut, pada akhirnya akan menjadikan orangtua
memiliki sikap positif terhadap sekolah.

F. PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN


Menurut Crosby (dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:85) mutu
ialah conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan
atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, standar mutu tersebut
meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi (Crosby,
dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:85).
Menurut Deming (dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:85) mutu
ialah kesesuain dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Mutu ialah suatu kondidim dinamik yang berhubungan
dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan
perubahan mutu tersebut, diperlukan peningkatan atau perubahan
keterampilan tenaga kerja, proses produksi dan tugas, serta
perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi

31
dan melebihi harapan konsumen (Garvi dan Davis, dalam Hadis dan
Nurhayati, 2010:86).
Dalam pandangan Zamroni ( 2007:2 ) dikatakan bahwa
peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang
terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi
target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Berbagai bunga rampai teori tentang aman, nyaman,
menyenangkan, ruang kelas, keterlibatan orang tua dan peningkatan
mutu pendidikan dapat kita sintesiskan bahwa perlu diciptakan ruang
kelas yang aman: aman dari rasa takut, gangguan, berbahaya bagi
peserta didik, aman dari gangguan individu laiinya, aman dari zat-zat
berbahaya dan aman dari gangguan eksternal pada umumny. Ruang
kelas juga harus mewujudkan suasana nyaman : tata cahaya lembut
di mata, bersih dari debu, zat kimia atau bau yang tidak sedap, tata
warna yang sesuai dan penataan ruangan yang estetik. Ruang kelas
akan menyenangkan manakala dibangun suasana yang
membangkitkan perasaan senang peserta didik secara psikis salah
satunya dari penataan letak serta kelengkapan sebuah ruang kelas.
Unsur-unsur yang disebutkan sebelumnya dapat optimal
dilaksanakan apabila ada keterlibatan orang tua yang berujung
kepada peningkatan mutu pendidikan peserta didik dan umumnya
mutu pendidikan suatu bangsa.

G. SINTAKS LOMBA RUANG KELAS ANYANANG


Model pelibatan orang tua dengan lomba ruang kelas Anyanang
ini, ditawarkan untuk mengajak para orang tua agar mau berpartisipasi,
memotivasi untuk membantu peningkatan mutu pendidikan dan
mengarahkan para orang tua agar meyakini bahwa kelas/sekolah adalah
rumah kedua anak-anak mereka. Bentuk lomba yang ditawarkan agar
terdapat motivasi besar untuk “bersaing” menjadikan kelas anak –anak

32
mereka adalah “rumah kedua” yang harus disiapkan sebaik mungkin
sebaik rumah tinggal mereka.
Pola pikir di atas juga sesuai pendapat John P. Kotter (Harvard
Business Review) yang mengemukakan dalam bukunnya ” Establishing
Sense of Urgentcy” adalah langkah pertama untuk menggerakkan
perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman
terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum
mengkomunikasikan “VISI”. “Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang
tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah”.
Pakar pendidikan Vigotsky mengemukakan bahwa pada saat
manusia masuk dalam ZPD (Zone Proximal Development) , maka
seseorang sebenarnya bisa melakukan apa yang harus dilakukannya,
tetapi akan lebih optimal jika orang lain atau pendamping yang lebih tahu,
membantunya untuk mencapai tingkat perkembangan aktual.
Teori Stimulus-Respon salah satunya dalam ”bullet theory” (teori
peluru) lebih tegas menyatakan bahwa komponen-komponen
komunikasi karena komunikan dianggap secara pasif menerima
berondongan pesan-pesan komunikasi. Bila kita menggunakan
komunikator yang tepat, pesan yang baik atau media yang benar,
komunikan dapat diarahkan sekehendak kita (Jalaludin, 1998: 162).
Beragumentasi di atas maka penulis memperkenalkan Lomba
Ruang Kelas Aman, nyaman, dan Menyenangkan sebagai model
Pelibatan Orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan dengan
langkah-langkah/sintaks model sebagai berikut :
1. Rapat orang tua/komite sekolah/parenting membentuk paguyuban
kelas/persatuan orang tua murid dikoordinasikan oleh Komite
sekolah
2. Menyampaikan informasi kriteria penilaian lomba ruang kelas
“anyanang” saat parenting ; pada seluruh pengurus paguyuban kelas
yang sudah terbentuk bersama-sama dengan komite sekolah
3. Menentukan tema ruang kelas “Anyanang”

33
4. Menentukan jadwal lomba dari mulai persiapan, pelaksanaan
sampai penilaian
5. Menyampaikan rencana lomba kepada peserta didik agar terlibat
dengan orang tua mereka
6. Bila memungkinkan dapat ditentukan besaran dana/sumbangan
orang tua untuk lomba Anyanang maksimal yang akan diberikan
kepada kelas “rumah kedua” anak-anak mereka
7. Menyiapkan 3 kalimat berkarakter
Misal : “ Hormatilah Gurumu Pemandu Masa Depanmu”
8. Mendokumentasikan dalam bentuk video durasi 3 menit ( handycam,
kamera atau handphone) aktivitas kerjasama anggota paguyuban
ruang kelas ketika proses menyiapkan ruang kelas Anyanang
9. Penilaian oleh juri dengan observasi ruang kelas dan dokumentasi
video dibantu dengan instrumen penilaian yang sudah diketahui
bersama seluruh peserta lomba.
10. Ekspos juara pada parenting lanjutan dalam bentuk
presentasi/diskusi panel/seminar

34
BAB III
PEMBAHASAN

A. Keterlibatan orang tua pada lomba ruang kelas Anyanang


Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari penyusunan makalah
dan implementasinya di sekolah, diperoleh data sebagai berikut : lebih dari
80 % orang tua yang hadir sejak proses lomba ruang kelas Anyanang
dimulai. Kenyatan ini dibuktikan dengan kehadiran dalam bentuk foto-foto
dan video yang dibuat dan disampaikan kepada juri yang terdiri dari tim
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemdikbud jakarta ( 3 orang) di
antaranya Bapak Yanuar Jatnika serta 1 orang dari Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah raga Kabupaten Karawang, Bapak Amid Mulyana, SE,
M.M.
Selain itu ketika diminta perwakilan pengurus pada hari-h penilaian
dan diumumkan pada pentas seni saat itu juga, Kamis 20 April 2017 yang
seharusnya hadir orang tua siswa dari paguyuban kelas berjumlah 155
orang dari perhitungan 31 kelas terdiri dari 15 kelas VII dan 16 kelas VIII ,
masing-masing kelas diundang hadir 3 orang pengurus paguyuban kelas
dan 2 orang anggota paguyuban kelas, ternyata yang hadir berjumlah 299
orang sesuai absen terlampir. Bukti bahwa orang tua peserta didik antusias
sekali melibatkan diri dalam aktivitas peningkatan mutu di sekolah.

B. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat meningkatkan


komunikasi antara orang tua dengan wali kelas dalam peningkatan
mutu pendidikan di sekolah

Aktivitas persiapan, proses penyiapan ruang kelas Anyanang hingga


penilaian dilakukan oleh orang tua yang tergabung dalam paguyuban kelas
membuat para orang tua sering bolak-balik ke sekolah. Berbagai macam

35
ide dan kreasi hasil musyawarah paguyuban kelas di bawah binaan dan
koordinasi wali kelas dengan alat koordinasinya berupa aplikasi Whatsapp
atau lebih dikenal dengan nama WA mengakibatkan seringnya orang tua
bertemu dengan wali kelas anak-anak mereka. Rata-rata para orang tua
dari hasil wawancara dengan anggota paguyuban kelas bertemu dengan
wali kelas minimal 3 kali dalam seminggu ini jelas melebihi yang diharapkan
minimal bertemu 2 kali dalam satu semester.

C. Orang tua menyiapkan ruang kelas aman, nyaman dan


menyenangkan sebagai rumah kedua anak-anak mereka.

Ada yang menarik selain temuan di atas yaitu bagaimana orang tua
menyiapkan dan menata ruang kelas untuk anak-anak mereka agar aman,
nyaman dan menyenangkan ternyata memiliki heterogenitas tinggi.
Ada kelas yang disiapkan banyak bukunya sebagai perpustakaan
kelas karena anggota paguyuban kebetulan senang membaca dan banyak
buku bekas yang sudah tidak dibaca lagi namun aman bagi anak
disumbangkan ke kelas anak mereka. Ada juga orang tua yang menyiapkan
kelas dengan banyak lampunya pada langit-langit kelas karena kebetulan
di kelas tersebut terdapat orang tua yang punya toko lampu. Orang tua yang
kebetulan menjadi kontraktor membuat taman dengan desain dan material
di bawa sendiri.
Banyak kelas yang dilukis dan dibuatkan relief pohon buku (pohon
literasi) yang di Jawa Barat dengan gerakan literasinya memberi istilah
“pohon geulis”, pada pohon tersebut dilukiskan daun, bunga dan buah yang
menggambarkan jumlah buku yang telah dibaca oleh perserta didik. Para
orang tua yang sebagian dibantu oleh anak-anak mereka melukis dan
membuat relief pohon tersebut dengan aneka rupa dan warna.
Fasilitas yang mereka siapkan juga luar biasa menurut penulis.
Kelas-kelas di “sulap” oleh para orang tua tersebut menjadi ruang yang
bersih, indah, lengkap dengan fasilitas dan mendukung kegiatan belajar
mengajar. Semua kelas di tambah selain mebelair sekolah dan

36
kelengkapan standar kelas, mereka tambahkan kipas angin, rak-rak buku
dengan bukunya, rak-rak sepatu, pencuci tangan, sebagian pasang air
conditioner dengan pasang standar listrik/kwh meter sendiri, lcd projecktor
sampai ada yang berniat membuat toilet kelas sendiri ( yang ini belum dapat
dipenuhi karena keterbatasan lahan).
Empat juri yang bekerja menilai hasil lomba ruang kelas Anyanang
menetapkan juara ke-1 untuk kelas VIII B dengan skor nilai 24 ( lengkap
hampir sesuai harapan ) dari 25 skor maksimal yang diharapkan. Juara
kelas VII diperoleh oleh kelas VII E dengan skor 22 yang memiliki kriteria
hampir sama dengan kelas VIII B .

D. Upaya orang tua membantu sekolah menanamkan pendidikan


karakter kepada anak-anak mereka di sekolah.
Pada lomba ruang kelas Anyanang ini, salah satu kriteria yang
menjadi penilaian adalah adanya keharusan menyiapkan 3 kalimat
berkarakter pada dinding kelas masing-masing. Kalimat berkarakter ini
bertujuan menanamkan pendidikan karakter yang baik kepada warga kelas
melalui ide dan pilihan kalimat berkarakter hasil musyawarah paguyuban
kelas. Penulis menemukan berbagai macam kalimat penumbuh karakter
positif yang sangat kaya dari berbagai macam sisi. Latar belakang para
orang tua ini membuat mereka menggali kalimat-kalimat positif pendidikan
karakter menjadi lebih kaya dan variatif. Beberapa kalimat yang pernah
diucapkan tokoh-tokoh terkenal dunia seperti Bung Karno yang berisi
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” - mengajak untuk berbesar hati
dan bercita-cita tinggi. Jallaludin Rami-penyair sufi : “ada keberanian yang
terlibat jika anda ingin menjadi benar”- mendorong siswa untuk berani
berkata benar. Thomas A. Edison : “Saya belum gagal. Saya hanya
menemukan 10.000 cara yang tidak efektif.” –kerja kera, ulet dan tidak ada
kata putus asa dan yang banyak lagi yang lainnya.
Lomba ruang kelas Anyanang memberikan wahana bagi para
orang tua untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang tinggi melalui

37
kalimat-kalimat berkarakter. Para orang tua dapat menitipkan harapan
besar kepada anak-anak mereka melalui kalimat-kalimat tersebut.
E. Upaya orang tua membantu sekolah menanamkan budaya
berprestasi kepada anak-anak mereka di sekolah.
Kehadiran para orang tua yang terlingkup dalam wadah paguyuban
kelas dalam mengikuti lomba ruang kelas Anyanang ini, memacu semua
warga kelas untuk “bersaing” dengan kelas lain menimbulkan energi positif
untuk berusaha memenangkan lomba. “Energi” positif ini mendorong warga
kelas memenangkan lomba. Keinginan kuat untuk memenangkan ini
berimbas kepada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi yang muncul
saat kegiatan ini berlangsung jika dilakukan kontinyu seiring dengan
kegiatan lomba yang dilasanakan akan menjadi budaya berprestasi.

F. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat memfasilitasi pentas


seni sebagai apresiasi karya kreasi peserta didik.
Momen penjurian dan pengumuman pemenang lomba ruang kelas
Anyanang dapat digunakan sebagai ajang pentas seni. Pentas yang
mengapresiasi karya para peserta didik menjadi pentas apresiasi karya
para orang tua siswa-karya ruang kelas Anyanang. Sehingga lomba ruang
kelas Anyanang dapat digunakan untuk momen pentas seni sebagian dari
komponen sistem pendidikan keluarga.
Pada Lomba ruang kelas Anyanang inipun, dilaksanakan pentas
seni sebagai ajang apresiasi karya peserta didik dan orang tuanya dangan
karya yang berbeda; peserta didik dengan kreasi seninya-musik, tari, seni
suara dan karya sastra sedangkan orang tuanya mengekspos karya
penataan ruang kelas.

38
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka penulis mengambil kesimpulan


bahwa:

1. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat meningkatkan keterlibatan


orang tua dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
2. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat meningkatkan komunikasi
antara orang tua dengan wali kelas dalam peningkatan mutu pendidikan
di sekolah.
3. Orang tua menyiapkan ruang kelas aman, nyaman dan menyenangkan
sebagai rumah kedua anak-anak mereka dengan sebaik mungkin.
4. Ada upaya optimal orang tua membantu sekolah menanamkan
pendidikan karakter kepada anak-anak mereka di sekolah.
5. Ada upaya orang tua optimal membantu sekolah menanamkan budaya
berprestasi kepada anak-anak mereka di sekolah.
6. Model lomba ruang kelas Anyanang dapat memfasilitasi pentas seni
sebagai apresiasi karya kreasi peserta didik.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil, penelitian ini


memberikan pandangan tentang antusias keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak melalui lomba ruang kelas Anyanang. Antusias
keterlibatan tersebut muncul karena rasa tanggung jawab yang besar orang
tua kepada pendidikan anak-anaknya. Antusias juga muncul karena
motivasi ingin memenangkan lomba.

39
Jika motivasi positif ini terus diberi stimulus dalam bentuk lomba
ruang kelas Anyanang maka budaya berprestasi akan menjadi sebuah efek
positif yang signifikan.
Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari jenis
kelamin subjek penelitian. Perempuan (ibu) memiliki tingkat keterlibatan
yang paling tinggi. Hal ini berkaitan dengan masih dominannya peran dan
tanggungjawab ibu dalam keterlibatan peningkatan mutu pendidikan dan
dan waktunya cukup banyak pada hari kerja ( lebih banyak ibu rumah
tangga).

B. Saran

1. Orangtua

Bagi orang tua khususnya bapak disarankan untuk meningkatkan


keterlibatan dalam pendidikana anak. Orangtua harus bekerjasama, saling
menghargai, saling membantu antara bapak dan ibu dalam menjalankan
peran sebagi orangtua. Dengan demikian, ada proses pembagian peran
dan tanggungjawab akan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak.
Perlunya meningkatan dan mempertahankan keyakinan serta kemampuan
perencanan keterlibatan guna keberhasilan anak di sekolah. Bersinergi
dengan guru dan sekolah, akan semakin meningkatkan keterlibatan orang
dalam pendidikan anak. Selain itu perlunya peningkatan keterampilan,
pengetahuan orangtua yang akan membantu dalam setiap aktivitas
keterlibatan serta tersedianya waktu dan tenaga yang dimiliki berdasarkan
tuntutan aktivitas rutin orang tua.

2. Guru dan Sekolah


Untuk guru dan sekolah, penulis menyarankan agar terus
membangun hubungan dan komunikasi dengan orangtua dan masyarakat.
Menciptakan iklim dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi orangtua
untuk terlibat dalam pendidikan anak (siswa) guna membahas hal-hal
terkait dengan siswa, sekolah, proses belajar serta kegiatan yang diadakan

40
sekolah. Menggali terus model-model pelibatan keluarga dalam kegiatan
(Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama)

Proses adaptasi dan modifikasi alat ukur harus diperhatikan sesuai dengan
kontek budaya di Indonsia dan perlunya ketajaman penggunaan kalimat
dalam setiap aitem penyataan. Pengambilan subjek pada penelitian yang
dilakukan secara acak dengan memberikan kesempatan semua orangtua
yang memiliki anak usia SD. Proses pengambilan subjek pada penelitian
mendatang hendaknya dilakukan dengan memberikan kesempatan satu
pasang orang tua (yaitu bapak dan ibu) yang memiliki anak usia SD untuk
berpartisipasi menjadi subjek penelitian. Proses pengambilan data pada
penelitian mendatang hendaknya dilakukan secara langsung bertemu
dengan subjek penelitian sehingga data akan lebih akurat. Penelitian
mendatang hendaknya menggunakan pendekatan pada SSE yang berbeda
dengan penelitian ini yang belum menggunakan patokan tertentu.

41
DAFTAR PUSTAKA

Aslami, M. R. 2003. Pilih Ibu Jepang Atau Ibu Amerika?.


http://www.banjarmasinpost.co.id 31/12/05.

Children’s Aid Society. 2003. Fact Sheet on Parent Involvement in


Children’s Education.

http://www.childrensaidsociety.org/TA. 24/12/05
Cotton, Kathleen & Wikelund, K.R. 2001. Parent Involvement in Education.
School Improvement Research Series.

United States: Northwest Regional Educational Laboratory.

Ghozali, Abbas. 2000. Tinjauan Literatur: Effective School Research. Jurnal


Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-5 (021). 103-119.

Gunaryadi. 2004. Pendidikan Nasional, Globalisasi dan Peranan Keluarga.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit


Andi Offset.

Herlina, Lina. 2007 Membangun Komunikasi Orang Tua dan Guru.


http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/03/99forumguru.htm
20/02/07

Hoover-Dempsey, K. V., Bassler, O. C., & Brissie, J. S. 1992. Explorations


in Parent-School Relations. Journal of Educational Research, 85(5), 287-
294.

42
Hoover-Dempsey, K.V., Walker, J.M.T., Sandler, H.M., Wilkins, A.S.,
Dallaire, J.R. 2005. Parental Involvement: Model Revision through Scale
Development. The Elementary School JournaL, 106(2), 85-104.

Hoover-Dempsey, K.V., Walker, J.M.T., Sandler, H.M., Whetsel, D.R.,


Green, C.L., Wilkins, A.S., & Clossen, K. 2005. Why Do Parents Become
Involved? Research Findings and Implications. The Elementary School
JournaL, 106(2), 105-130.

Hoover-Dempsey, K. V., & Sandler, H. M. 2005. The Social Context of


Parental Involvement: A Path to Enhanced Achievement. Final Performance
Report for the Office of Educational Research and Improvement (Grant No.
R305T010673). Presented to Project Monitor, Institute of Education
Sciences. Maret 2005. United States: Department of Education. 39
Michigan Department of Education. 2002. What Recearch Says about
parent Involvement in Children’s Education. In Relation to Academic
Achievement.

http://www.michigan.gov/documents/Final_Parent_Involvement_Fact_She
et_ 14732_7.pdf 21/02/07

Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Teori, Model dan Aplikasi.


Jakarta: Penerbit Grasindo. Patmonodewo, Soemiarti .2003. Pendidikan
Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa


Hidup, Edisi 5, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Satijan. 2004. Peran Aktif
Orang Tua Dalam Kegiatan Belajar Anak.

http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=

43
20 &Itemid=27 04/03/07
Slamet P.H. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah.
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/manajemen_berbasis_sekolah.htm.
21/02/07

Wherry, John H..2004. Selected Parent Ivolvement. http://www.parent-


institute.com 24/12/05 http://www.antikorupsi.org/docs/crcmpp06.pdf.
09/02/07. Hasil Survey Citizen

https://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_kelas

44
LAMPIRAN
Lampiran berisi data-data hasil pengolahan data baik berupa tabel, grafik,
gambar dan sebagainya. Lampiran juga dapat diisi dengan gambar atau
foto kegiatan penulis dalam menyelesaikan makalah atau karya tulis
tersebut.

45
FOTO-FOTO AKTIVITAS
DALAM KONTEKS
LOMBA RUANG KELAS ANYANANG
SMPN 1 KARAWANG BARAT

46

Anda mungkin juga menyukai