LIDIA NAFRATILOFA
1006823375
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners keperawatan
LIDIA NAFRATILOFA
1006823375
Karya I1miah Akhir ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik
Tanggal
Lt:Y
20 Juli 2013
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners
Keperawatan Jurusan Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada :
(1) Direktur RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta Dr. dr. C.H. Soejono,
SpPD-KGer, MEpid, FACP, FINASIM yang telah memberikan ijin praktik.
(2) Dewi Irawaty,M.A.,PhD. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(3) Kuntarti, SKp.,M Biomed Selaku Ketua prodi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(4) Riri Maria,SKp.,MANP selaku Koordinator Mata ajar Karya Ilmiah Akhir-
Nurse
(5) Tuti Nuraini,SKp.,M.Biomed dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini.
(6) Ns. Hepi Suprianti,Skep selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan.
(7) Jajaran manajemen RSCM Gedung A yang telah memberikan kemudahan
dalam praktek di Gedung A.
(8) Teman- teman di Rawat Inap Gedung A khususnya lantai 4 yang telah
memberikan support dan membantu selama praktik.
(9) Orang tua dan keluarga saya (kakakku) yang tercinta Ani, Iyie dan abangku
yang telah memberikan dukungan baik materil dan moril.
(10) Suami Tercinta saya M. Nurul Ikhsan yang telah menemani dalam
pembuatan karya akhir ilmiah ini dari awal sampai akhir.
iii
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iv
Kanker lambung adalah penyebab paling umum kedua kematian terkait kanker
secara global. kejadian global diprediksi naik sebagai akibat dari pertumbuhan
penduduk, ditandai dengan variasi geografis dalam kejadian kanker lambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian nutrisi melalui drip atau
continous feeding untuk menghindari gejala gastro-oesophageal reflux dapat
diterapkan pada pasien gastrektomi untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada
pasien. Metode studi kasus dengan pendekatan evidenced based practice yaitu
menggunakan penelitian sebagai dasar dalam praktik asuhan keperawatan pada
klien dengan gastrektomi dapat mengurangi gejala gastro-oesophageal reflux
yaitu mual dan muntah sehingga evidence based practice tersebut bisa diterapkan
pada pemberian nutrisi enteral pada klien gastrektomi sehingga
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
dapat teratasi.
Kata kunci : Kanker lambung, continous feeding, gastrektomi, gastro-
oesophageal reflux.
ABSTRACT
vi
vii
viii
ix
PENDAHULUAN
Kanker lambung adalah penyebab paling umum kedua kematian terkait kanker
secara global. Meskipun kejadian kanker lambung telah jatuh secara signifikan di
sebagian besar negara selama 70 tahun terakhir, kejadian global diprediksi naik
sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, ditandai dengan variasi geografis
dalam kejadian kanker lambung (Lochhead, 2008). Insiden tertinggi ditemukan di
Asia Timur (Jepang dan China), Eropa Timur dan Amerika Selatan dilaporkan
600 ribu kasus pertahun, 42% diantaranya di China (Parkin, 2002). Hampir 2.500
kasus kanker lambung didiagnosa setiap tahun di Australia dan Selandia baru.
Kanker lambung adalah peringkat kanker paling umum ke-10 (2,2% semua
kanker) dan di antaranya yang menyebabkan kematian (6,2% dari semua kanker
kematian terkait) di Australia. Kejadian kanker lambung dan tingkat kematian di
Australia dan Selandia Baru rendah dibandingkan dengan seluruh dunia
dibandingkan Kanada dan Inggris dan lebih tinggi daripada yang ditemukan di
Amerika Serikat.
Telah ada penurunan angka kejadian dari kanker lambung di seluruh dunia selama
15 tahun terakhir. Kejadian kanker lambung turun rata-rata 2,3% dan 1,6% per
tahun dan angka kematian menurun secara substansial sebesar 3,4% pada
perempuan dan 3,6% pada laki-laki dan perempuan rata-rata, per tahun selama
periode 1991-2001.Namun kanker lambung masih menjadi masalah kesehatan
yang signifikan baik di Australia dan Selandia Baru. Rata-rata tahunan 1203
(1998-2002) kematian dengan total tahunan 1902 kasus baru pada tahun 2001
tercatat di Australia. Relatif rata-rata tahunan 296 (1997-2007) dengan jumlah
kematian tahunan dari 382 kasus baru dilaporkan di Selandia Baru pada tahun
2001. (Australasian Association of Cancer Registries, 2008).
1 Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
2
seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal
dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi
untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki
dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama
untuk tujuan paliatif dan bukan radikal.
Angka kejadian pasien post laparatomi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM) khususnya di ruang rawat inap gedung A lantai 4 pada tiga bulan terakhir
ini berjumlah 162 orang, sedangkan yang mengalami operasi gastrektomi
berjumlah 2 orang dalam bulan mei. Menurut Brunner and Suddart (2002 ) gejala awal
dari tumor dan kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di
kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Pasien yang
sudah dilakukan pembedahan atau gastrektomi akan mengalami gangguan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena adanya anoreksia (muntah) atau efek
anastesi . Penelitian yang dilakukan oleh Bowling TE, Cliff B &Wright JW (2008)
untuk menghindari gastro-oesophageal reflux dalam memberikan nutrisi melalui
nasogatric tube sebaiknya diberikan secara drip atau continous feeding.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
3
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien. Oleh karena itu karya tulis ini untuk
mengaplikasikan evidence based dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastrektomi di ruang rawat inap gedung A lantai 4 RSCM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian nutrisi melalui drip atau
continous feeding untuk menghindari gejala gastro-oesophageal reflux dapat
diterapkan pada pasien gastrektomi untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada
pasien.
Manfaat bagi penulis sendiri yaitu sebagai pengalaman dalam menerapkan ilmu
berdasarkan evidence Based.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori, konsep dan evidence based. Penjelasan
yang akan di paparkan meliputi konsep dasar kanker lambung dan evidence based
yang terkait.
Kanker lambung atau tumor malignan perut adalah suatu adeno karsinoma kanker
ini menyebar ke paru-paru, nodus limfe dan hepar. Faktor risiko meliputi gastritis
atrofik kronis dengan metaplasia usus anemia pernisiosa, konsumsi alkohol tinggi
dan merokok (Nettina sandra , 2000).
Kanker perut juga disebut kanker lambung adalah kanker yang dimulai di perut
(stomach) (American Cancer Society, 2012).
4 Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
5
Lambung dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: lambung bagian kardia, fundus, dan
corpus disebut bagian proksimal. Beberapa sel di bagian-bagian lambung
membuat asam dan pepsin (enzim pencernaan), bagian dari asam lambung yang
membantu mencerna makanan. Mereka juga membuat protein yang disebut faktor
intrinsik, yang dibutuhkan tubuh untuk menyerap vitamin B12. Kelompok
berikutnya yaitu antrum, dan pilorus disebut bagian distal. Lambung memiliki 2
kurva, yang membentuk perbatasan luar dan dalamnya, kurvatura minor dan
kurvatura mayor (Gambar 2.2.1)
Universitas Indonesia
3. Propria muskularis, lapisan tebal otot yang bergerak dan mencampur isi
lambung.
Bagian luar terdiri dari 2 lapisan, subserosa dan serosa bagian luar, membungkus
perut. Lapisan penting dalam menentukan tahap (tingkat) dari kanker dan dalam
membantu menentukan prognosis seseorang (American Cancer Society, 2012).
Universitas Indonesia
- Adenoma Heterotropik
Anomali pankreas paling sering didapatkan. Kira-kira 0,5% dari autopsi. Lebih
sering ditemukan pada pria antara umur 22-55 tahun. Lokasi terbanyak di daerah
antrum dan pylorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil (diameter 1 cm).
Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis.
- Bruninoma
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tumor Primer
Tis : Carcinoma insitu
T1 : Invasi ke lamina propria atau submukosa
T2 : Invasi ke muskularis propria
T3 : Penetrasi ke serosa
T4 : Invasi ke organ sekitar
Metastasis Jauh
M0 : None
M1 : Metastasis jauh
Staging :
0 Tis N0 M0
I T1 N0-1
T2 N0 M0
II T1 N2 M0
T2 N1 M0
T3 N0 M0
III T2 N2
T3 N1-2 M0
T4 N0-1 M0
1V T4 N2 M0
T1-4 N1-2 M1
Kanker gaster dini jarang mempunyai keluhan dan sulit untuk dideteksi. Gejala
yang ditimbulkan oleh metastasis dapat berupa perut membesar (asites), ikterus
Universitas Indonesia
obstruktif, nyeri tulang, gejala neurologis dan sesak napas, dan dapat pula berupa
ileus obstruktif.
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai
berikut:
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubungan genetik.
Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-
cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga
anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi
genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi sekitar
5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30
tahun (Neugut, 1996).
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi
faktor utama peningkatan kanker lambung. Kandungan garam yang masuk
kedalam lambung akan memperlambat pengosongan lambung sehingga
memfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di
dalam lambung. Gabungan kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan
peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberi kontribusi
terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
Universitas Indonesia
H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80% tukak
lambung. Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak lambung melalui
interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari
glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009).
2.4.2.3 Sosioekonomi
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan dikombinasi
dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkat risiko kanker lambung
(Gonzales, 2003).
2.4.2.5 NSAIDs
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs
dalam jangkan waktu yang lama dan hal ini (polip lambung) dapat menjadi
prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung akan meningkatkan risiko
kanker lambung (Houghton, 2006).
2.5 Patofisiologi
Universitas Indonesia
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung masih
dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan
penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan
yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus
dalam menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi
yang akan mengalami penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal
inilah yang menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan
kebutuhan oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi.
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum, dan kelenjar
limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar menunjukkan
penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktif harus
dicurigai adanya penyebaran di porta hepatic.
Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untk tujuan kuratif memberikan
angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila telah ada metastasis ke kelenjar
limfe angka tersebut menurun menjadi 10 %. Kemoterapi diberikan untuk kasus
yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal. Kombinai sitostatik
memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif
dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan
mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain yang terkena. Sedangkan untuk
Universitas Indonesia
tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah
(Sjamsuhidajat , 1997).
Polip
Anemia pernisiosa
Ulkus lambung
Peningkatan asam
Menyebar ke lambung
lambung
Penatalaksanaan
Pembedahan: gastrektomi
Universitas Indonesia
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini
dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi lambung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang
hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala
penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia,
penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah,
disfagia, nausea, kelemahan, hematemesis, mudah kenyang, kram abdomen, darah
yang nyata atau samar dalam tinja, pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut
terutama sehabis makan (Davey, 2005).
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah endoskopi,
endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosa karsinoma gaster. Endoskopi dengan resolusi tinggi dapat
mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan permukaan mukosa
gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster.
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang sedikit
dan inti sedikit membesar. Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun
sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel membesar hiperkromatin dan
mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant nukleus .
Universitas Indonesia
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar, mempunyai nilai
keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi
lambung maka nilai keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas dua
golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan minute dan tumor
dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengan small.
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%),
curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%). Paling banyak
terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura minor bagian
antropyloric (Lumongga, 2008).
Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat ditemukan akibat perlukaan
pada dinding lambung. LED meningkat. Elektrolit darah dan tes fungsi hati
kemungkinan metastase ke hati.
2.6.4.1 Radiologi :
d. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis → melihat ekstensi tumor
transmural, invasi keorgan dan jaringan sekitar, metastasis kelenjar, asites. Untuk
menilai proses penyebaran tumor seperti : menilai keterlibatan serosa, pembesaran
KGB dan metastase ke hati dan ovarium.
Universitas Indonesia
2.8.1 Perforasi
perforasi akut yang terbuka dari karsinoma ventrikuli sering terjadi perforasi
yaitu: tipe ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat
pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang mirip dengan perforasi dari
ulkus peptikum. Perforasi ini sering dijumpai pada pria..
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya, misalnya oleh
omentum atau bersifat penetrasi. Biasanya lebih jarang dijumpai jika
dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus benigna. Penetrasi mungkin dijumpai
antara lapisan omentun gastrohepatik atau dilapisan bawah dari hati. Sering terjadi
yaitu perforasi dan tertutup oleh pankreas. Dengan terjadinya penetrasi maka akan
terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik, gastroenterik dan gastrokolik
fistula.
Universitas Indonesia
2.8.1.2 Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma ventrikuli yang
gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif maka banyak darah yang
hilang sehingga timbullah anemia hipokromik.
2.8.1.3 Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai
keluhan muntah-muntah.
2.8.1.4. Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi
dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut.
Universitas Indonesia
Perasaan penuh setelah makan dan merasa cepat kenyang dapat menurunkan
berat badan dengan mudah karena tidak menyerap semua nutrisi yang dibutuhkan
untuk tubuh.
Nafsu makan yang buruk dapat disebabkan oleh perubahan struktur lambung
setelah operasi dan merasa penuh setelah makan. Makan sedikit dan sering dapat
membantu untuk merangsang nafsu makan.
2.9.1.4 Gangguan pencernaan dan / atau refluks (ini dapat terus menerus)
Dumping syndrome adalah masalah yang terjadi pada beberapa pasien setelah
operasi bypass lambung. Ini adalah hasil dari makanan yang lewat terlalu cepat ke
Universitas Indonesia
dalam usus kecil. Hal ini biasanya disebabkan ketika pasien makan makanan
tertentu, seperti permen atau sumber karbohidrat tertentu. Gejalanya yaitu:
kram, diare, kelemahan umum, muntah, jantung berdebar (Carol, 2004).
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan
melalui selang ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau
jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (Dietitisan
Association of Australia, 2011)
2.9.2.2 Indikasi
2.9.2.3 Kontraindikasi
2.9.2.4 Manfaat
Universitas Indonesia
a. Continous feeding
Didefinisikan sebagai makan selama 24 jam terus menerus baik oleh tetes
gravitasi atau dengan pompa infus, dapat dimulai dengan 50 cc per jam selama 3-
4 jam , 1 jam istirahat jika toleransi baik dapat dapat ditingkatkan 100-200 cc/jam
- Keuntungan:
- Kekurangan:
b. Intermittent feeding
Nutrisi enteral dihentikan untuk jangka waktu 4-16 jam baik siang hari atau di
malam hari.
Universitas Indonesia
- Keuntungan:
- Kekurangan:
Dibandingkan dengan makan terus menerus, tingkat infus lebih tinggi diperlukan
untuk menyediakan volume yang sama. Ini mungkin kurang baik ditoleransi,
dengan risiko yang lebih tinggi dari masalah seperti refluks, aspirasi, distensi
abdomen, diare dan mual.
c. Bolus feeding
- Keuntungan:
Secara fisiologis mirip dengan pola makan yang khas, memungkinkan mobilitas
pasien yang lebih besar, nyaman untuk pemberian makan gastrostomy, dapat
digunakan untuk melengkapi asupan oral, dapat menjadi fleksibel sesuai dengan
gaya hidup pasien dan meningkatkan kualitas hidup, dapat memfasilitasi transisi
ke asupan oral, menghindari penggunaan peralatan mahal.
Universitas Indonesia
- Kekurangan:
Bolus yang besar mungkin buruk ditoleransi, terutama bagi usus kecil,
membutuhkan waktu perawat dibandingkan dengan pemberian melalui drip,
risiko tertinggi aspirasi, refluks, perut kembung, diare dan mual.
Universitas Indonesia
2.11.1 Pengkajian
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien yang memfokuskan pada isu seperti
masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran yang
rendah. Apakah pasien mengalami penurunan BB, jika ya seberapa banyak.
Apakah pasien perokok? Jika ya seberapa banyak sehari dan berapa lama? Apakah
pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok?
Apakah pasien minum alcohol? Jika ya seberapa banyak? perawat menanyakan
pada pasien bila ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila demikian anggota
keluarga dekat atau langsung atau kerabat jauh yang terkena? Apakah status
perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan
emosional?
2.11.1.1 Anamnesis:
Universitas Indonesia
1. Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal, gangguan impuls saraf lambung
2.12.3 Intervensi
Intervensi :
- Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui bahwa nyeri yang dirasakan adalah
nyata dan bahwa anda kan membantu pasien dalam mengurangi nyeri tsb.
Universitas Indonesia
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
R: makanan kesukaan yang dioleransi dengan baik dan tinggi kandungan kalori
serta proteinnya akan mempertahankan status nutrisi selama periode kebutuhan
metabolik yang meningkat.
- Berikan dorongan masukan cairan yang adekuat, tetapi batasi cairan pada waktu
makan.
Universitas Indonesia
R: makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih dapat ditoleransi dengan
baik dan tidak berbau dibanding makanan yang panas.
- Kolaboratif pemberian diet cair komersial dengan cara pemberian makan enteral
melalui selang, diet makanan elemental/makanan yang diblender melalui selang
makan sesuai indikasi.
Universitas Indonesia
3.1 Pengkajian
3.1.1 Informasi Umum
Nama : Tn. P ( MR.384-47-81)
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S-1
Alamat : Jambi
Suku : Batak
Pekerjaan : PNS
Masuk RS : 09 mei 2013, jam 10.00 WIB
Pengkajian : 13 mei 2013, jam 09.00 WIB
Diagnosa masuk: Post op laparatomi proximal gastrektomi
28 Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
29
Hasil kajian yang didapat di ruang 402 lantai 4 zona A : (13 mei 2013 jam 08.00
WIB )
Data Subjektif :
Klien menyatakan tidak memiliki riwayat hipertensi.
Klien mengeluh mual dan muntah, perut terasa kembung.
Klien post op gastrektomi hari ke 3.
Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit.
Universitas Indonesia
3.1.2.3 Sirkulasi
Gejala (subyektif)
Tidak ada Riwayat hipertensi
Tanda (Obyektif)
Tekanan darah tangan kanan 120/70 mmhg, tangan kiri.
Tekanan nadi radialis : 90 kali/menit.
Palpasi jantung bunyi dulnes.
Auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal, gallop (-), murmur-
murmur (-).
Bunyi nafas vesikuler.
Ektermitas : suhu 36,5°C, warna normal mengikuti warna kulit sawo matang,
pengisian kapiler <3”, penyebaran kualitas rambut kepala merata, warna hitam
mulai memutih.
Membran mukosa kering, bibir tampak pucat, punggung kuku tampak pucat,
konjungtiva tampak anemis, sklera warna putih.
Universitas Indonesia
3.1.2.5 Eliminasi
Gejala (Subyektif)
Pola BAB :
Klien mengalami perubahan BAB. Masih diare 4x, warna kecoklatan tidak ada
penggunaan laksatif , karakter feses encer, BAB sudah tidak hitam lagi.
Pola BAK : klien BAK dengan menggunakandower catheter.
Karakter urin : warna kuning jernih, diuresis 1,5 cc kgbb/jam
Riwayat penyakit ginjal : klien tidak menderita penyakit ginjal sekitar
Penggunaa deuritik : selama sakit klien tidak mendapat terapi diuretik
Tanda (Obyektif)
Abdomen
Nyeri tekan (+), perut tidak teraba keras, supel , bising usus 13 x/menit.
3.1.2.6 Makanan/Cairan
Gejala (Subyektif)
Selama dirawat diet klien adalah diet clear fluid via Ngt dengan jumlah 6x50 cc.
Klien mengalami kehilangan selera makan, mengeluhkan mual, muntah (+).
Tanda (Obyektif)
Berat badan Klien terakhir adalah 50 Kg, TB : 160 cm
Turgor kulit elastis dan kering.
Pemeriksaan vena jugularis normal (5+0).
Kondisi gigi dan gusi : masih lengkap, gigi terlihat bersih
Lidah tampak pucat.
Bising usus 13 x/menit.
Bunyi nafas vesikuler.
3.1.2.7 Higine
Gejala (Subyektif)
Aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, toiletening dibantu sebagian oleh
istrinya. Mobilitas terbatas terbatas di tempat tidur.
Universitas Indonesia
Tanda (Obyektif)
Cara berpakaian rapih, kulit kepala dan rambut bersih.
3.1.2.8 Neurologi
Gejala (Subyektif)
Klien tidak ada keluhan atau gangguan pendengaran.
Tanda (Obyektif)
Status mental stabil, orientasi waktu baik, orientasi tempat baik, orientasi orang baik,
tingkat kesadaran composmentis, kooperatif, status memori saat ini dan yang lalu baik.
Ukuran pupil kanan dan kiri isokor, reaksi pupil terhadap cahaya kanan kiri baik, reflek
menelan tidak mengalami gangguan, genggaman/lepas tangan ka/ki baik, dan refelek
tendon dalam normal (+2/+2).
3.1.2.9 Pernafasan
Gejala (Subyektif)
Klien tidak mengeluh sesak atau batuk.
Tanda (Obyektif)
Pernafasan : frekuensi 20 kali/menit, simetris, tidak ada penggunaan otot-otot bantu
pernafasan (otot sternoklodiomastoid),bunyi nafas vesikuler, sianosis (-).
3.1.2.10 Keamanan
Gejala (Subyektif)
Klen menyatakan tidak pernah mengalami cidera atau kecelakaan.
Tanda (Obyektif)
Temperatur suhu klien normal (36°C)
Integritas kulit kering.
Kekuatan umum baik: ektermitas atas (5555 / 5555) dan ekstermitas bawah (5555 /
5555), klien terobservasi untuk duduk.
Universitas Indonesia
Tanda (Obyektif)
Bicara klien jelas, bisa dimengerti, pola bicara biasa dan tanpa penggunaan alat bantu.
Universitas Indonesia
13 13 13 3 Normal n
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pantau Nilai Albumin dan elektrolit Nilai albumin dan elektrolit sebagai
evaluasi status nutrisi tubuh
Universitas Indonesia
Kolaborasi :
Diduga inflamasi peritoneal, yang
Berikan obat sesuai indikasi, mis., memerlukan intervensi medik cepat.
narkotik, analgesik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
P:
Lanjutkan intervensi
- Lanjutkan pengkajian
nutrisi
- Auskultasi bising usus
S:
Nyeri(akut) b.d 1. Mengukur TTV - klien mengatakan masih merasa
Kerusakan Jaringan 2. Mengkaji skala nyeri, faktor sakit di sekitar luka operasi, skala
pencetus, lama, lokasi dan nyeri 3
penyebaran - Nyeri hilang timbul dan muncul
3. Mengobservasi tanda-tanda saat klien mencoba bergerak
non verbal terkait nyeri - Klien mengatakan dengan napas
4. Bantu atau dorong dalam nyeri sedikit berkurang
penggunaan nafas dalam
5. Membantu memberikan posisi O : - VAS: 3, durasi 5 detik
yang nyaman pada klien - TTV TD= 120/80 mmhg
6. Kolaborasi: N = 84x/menit
Memberikan terapi framadol S = 36°c
3x1 gr RR= 18x/menit
- Wajah klien tampak meringis saat
nyeri muncul
- Klien mampu mempraktekkan
teknik napas dalam dengan baik
- Klien terlihat sering mengusap-
ngusap area perut
- Klien mendapat terapi framadol
drip 3x1 gr
P:
- Observasi TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Evaluasi ketidakefektifan napas
dalam yang dilakukan klien
Universitas Indonesia
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
- Ukur balance cairan
P:
- Observasi TTV
- Rawat luka 2x/hari
- Awasi suhu dan nilai leukosit
Universitas Indonesia
2 16//2013
Ketidakseimbangan nutrisi
1. Melakukan pengkajian nutrisi S:
kurang dari kebutuhan
dengan seksama. - klien mengatakan masih merasa
tubuh b.d mual dan 2. Mengauskultasi Bising usus. mual
3. Memberikan makan cairan
muntah
perlahan berikan dengan cara O:
drip atau continous feeding
- Klien masih terlihat lemah
- Klien sudah mulai belajar duduk
- Bising usus: 12x/mnt
- Residu NGT: 50 cc/24 jam, warna
hijau, Makanan cair susu 6 x 100
cc, melaui drip kembung(+)
- Muntah (-)
P:
Lanjutkan intervensi
- Lanjutkan pengkajian
nutrisi
- Auskultasi bising usus
S:
- klien mengatakan masih merasa
Nyeri(akut) b.d 1. Mengukur TTV
sakit di sekitar luka operasi, skala
Kerusakan Jaringan 2. Mengkaji skala nyeri, faktor
nyeri 2
pencetus, lama, lokasi dan
penyebaran
3. Mengobservasi tanda-tanda O : - VAS: 2, durasi hilang timbul
non verbal terkait nyeri - TTV TD= 130/80 mmhg
4. Bantu atau dorong N = 84x/menit
penggunaan nafas dalam S = 36°c
5. Membantu memberikan posisi RR= 18x/menit
yang nyaman pada klien - Wajah klien tampak meringis saat
nyeri muncul
6. Kolaborasi : Memberikan - Klien mampu mempraktekkan
terapi framadol 3x1 gr teknik napas dalam dengan baik
- Klien sudah terlihat miring kanan
dan kiri serta duduk
- Klien mendapat terapi framadol
drip 3x1 gr
P:
- Observasi TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Evaluasi ketidakefektifan napas
dalam yang dilakukan klien
Universitas Indonesia
S:
Risiko infeksi b.d insisi
pembedahan dan
O:
pemasangan alat invasif 1. Mempertahankan teknik
- VAS: 2, durasi hilang timbul
aseptik dan antiseptik dalam
melakukan tindakan - Luka tertutup kasa, daerah sekitar
keperawatan luka tidak tampak kemerahan,
panjang luka 8 cm, adanya
2. Mengobservasi t kondisi luka, rembesan(+)
catat karakteristik drainase dan - Terpasang drain disebelah kiri atas:
kulit area sekitar luka produksi serosa, 100 cc/24 jam
- Suhu 36 c, Leukosit 16.600/ul(Tgl
3. Melakukan perawatan luka 11/05/2013
2X/hari )
- Klien mendapat terapi antibiotika
Amikasin 1x1 gr, metronidazole
3x300 mg
P : - Observasi TTV
- Rawat luka 2x/hari
- Awasi suhu dan nilai leukosit
Universitas Indonesia
P:
Lanjutkan intervensi
- Lanjutkan pengkajian
nutrisi
- Auskultasi bising usus
S:
- klien mengatakan masih merasa
1. Mengukur TTV
Nyeri b.d trauma jaringan 2. Mengkaji skala nyeri, faktor sakit di sekitar luka operasi, skala
akibat pembedahan pencetus, lama, lokasi dan nyeri sudah berkurang, skala nyeri
1
penyebaran
3. Mengobservasi tanda-tanda
non verbal terkait nyeri
O : - VAS: 1, muncul ketika batuk
4. Bantu atau dorong
penggunaan nafas dalam - TTV TD= 120/70 mmhg
5. Membantu memberikan posisi N = 78x/menit
yang nyaman pada klien S = 36°c
RR= 18x/menit
6. Kolaborasi : Memberikan - Wajah klien sudah terlihat tidak
terapi framadol 3x1 gr meringis saat nyeri muncul
- Klien mampu mempraktekkan
teknik napas dalam dengan baik
- Klien sudah mulai duduk dan mulai
belajar turun dari tempat tidur
- Klien mendapat terapi framadol
drip 3x1 gr
P:
- Observasi TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Evaluasi ketidakefektifan napas
dalam yang dilakukan klien
Universitas Indonesia
S:
Risiko infeksi b.d insisi 1. Mempertahankan teknik aseptik
pembedahan dan dan antiseptik dalam melakukan
O:
pemasangan alat invasif tindakan keperawatan
- VAS: 1, durasi hilang timbul
- Luka tertutup kasa, daerah sekitar
2. Mengobservasi t kondisi luka,
luka tidak tampak kemerahan,
catat karakteristik drainase dan
panjang luka 8 cm, adanya
kulit area sekitar luka
rembesan(+)
3. Melakukan perawatan luka - Terpasang drain disebelah kiri atas:
2X/hari produksi serosa, 100 cc/24 jam
- Suhu 36 c, Leukosit 16.600/ul(Tgl
11/05/2013
)
- Klien mendapat terapi antibiotika
Amikasin 1x1 gr, metronidazole
3x300 mg
P : - Observasi TTV
- Rawat luka 2x/hari
Universitas Indonesia
4 18/5
/2013
Ketidakseimbangan nutrisi S:
1. Melakukan pengkajian nutrisi klien mengatakan masih merasa
kurang dari kebutuhan tubuh
dengan seksama. mual sdh tidak ada
b.d mual dan muntah 2. Mengauskultasi Bising usus. O:
3. Memberikan makan cairan perlahan
berikan dengan cara drip atau - Klien sudah bisa berjalan
continous feeding menggunakan kursi roda
- Bising usus: 12x/mnt
- Residu NGT: - cc/24 jam,
Makanan cair susu 6 x 100 cc
- Muntah (-), mual(-)
- Hasil Albumin (18/05/2013) 3.13
g/dl
- Klien sudah mulai minum via oral
A : masalah ketidakseimbangan nutrisi
teratasi ditandai dengan mual dan
muntah (-), albumin sudah
meningkat
P:
Tetap lanjutkan Lanjutkan
intervensi
- Lanjutkan pengkajian
nutrisi
- Auskultasi bising usus
dan belajar minum
secara bertahap
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan b.d intake S:
1. Mengobservasi TTV
yang tidak adekuat
2. Mencatat pemasukan dan
O:
pengeluaran cairan
- TTV TD= 120/80 mmhg
3. Mengevaluasi turgor kulit dan
N = 84x/menit
membran mukosa
S = 36°c
RR= 18x/menit
- Cvc: 10 cm H20, Residu Ngt -
cc/24 jam
- Balance cairan +100 cc/24 jam,
produksi drain 20 cc/24 jam .
warna serosa
- Urin berwarna kuning
- Klien sudah tidak mual(-) dan
muntah(-), mukosa mulut lembab
konjungtiva ananemis
- Klien mendapat terapi ivfd
combiflex: Lipofundin
- Hasil Lab(18/05/2013) 10.9 g/dl
A : risiko ketidakseimbangan cairan tidak
terjadi ditandai balance cairan
seimbang
P : Tetap Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
Ukur balance cairan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rumah Sakit RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan salah
satu rumah sakit tipe A dan merupakan pusat rujukan nasional. Rumah sakit yang
terletak di Jalan Diponegoro no.71 Jakarta pusat ini mempunyai tempat tidur 1220
dan terdiri dari berbagai pelayanan yang meliputi : pelayanan unit gawat darurat,
pelayanan jantung terpadu, RSCM Kencana, RSCM Kirana, rawat inap terpadu
gedung A serta pelayanan rawat jalan. RSUPN Dr. Cipto Mangukusumo
merupakan salah satu RS yang sedang berproses menuju akreditasi internasional
ISO 9001:2008 dan telah mendapat akreditasi Joint Comission International (JCI)
(RSCM, 2013).
Gedung A merupakan satu wujud komitmen peningkatan mutu Pelayanan Rawat
Inap Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusomo (RSCM) dengan pelayanan yang
terstandarisasi bertaraf Internasional. Sesuai namanya Pelayanan Rawat Inap
Terpadu ini merupakan Integrasi 9 Departemen di RSCM terdiri Kandungan dan
Kebidanan , Bedah, Bedah Syaraf, THT, Penyakit dalam, Anestesi, Mata, Kulit
dan Kelamin, Geriatri. Didukung oleh Peralatan dan Fasilitas Modern Rawat Inap
Terpadu, sesuai dengan konsepnya, seluruh kebutuhan pasien diupayakan
semaksimal mungkin dilayani dalam satu atap. Konsep pelayanan ini sangat
menolong pasien, karena tidak perlu bersusah payah pasien ditransfer dari unit
satu ke unit lainnya untuk memperoleh fasilitas pelayanan.
Gedung 8 lantai, terdiri dari 169 kamar rawat, dan total kapasitas 900 tempat
tidur menempati bangunan seluas 26.000 m2, menjadikan Gedung A sebagai Unit
Rawat Inap terbesar di Indonesia. Berorientasi pada Continous Quality
Improvement Public Wing menerapkan Dimensi Mutu Dalam Pelayanan.
Sebagai bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional, Gedung A memiliki
keunggulan dari aspek kualitas Sumber Daya Manusia baik Dokter Spesialis
maupun Perawat. Para Dokter Senior, Ahli dan Profesional berbagai disiplin ilmu
kedokteran siap melayani pasien dengan kemampuan terbaik yang dimilikinya.
Perawat merupakan partner para Dokter dalam merawat Pasien memiliki
49 Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
50
Gedung A Lantai 4 salah satunya merupakan ruang rawat bedah terdiri dari 21
ruangan yang terdiri dari bedah onkologi, urologi, digestif, ortopedi, bedah
plastik, bedah vaskuler, terdapat ruangan kelas 3 dan Intermediate Ward (IW)
laki-laki dan perempuan. Sisanya terdapat pada lantai yang berbeda. Lahan
praktik yang digunakan untuk pelaksanaan evidence based pada ruangan IW 402
adalah ruangan khusus untuk ruang bedah post operasi Laki-laki yang
mempunyai kapasitas 10 tempat tidur.
Masalah keperawatan utama yang akan dijadikan fokus utama dalam karya ilmiah
akhir ini adalah adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual dan muntah dilihat dari masalah tersebut diatas klien postop gastrektomy
dengan diagnosa tumor lambung 3 tahun sebelum masuk rumah sakit klien
mengeluh BAB hitam, muntah darah kemudian di endoskopi namun hasil tidak
jelas, kemudian 10 hari SMRS klien mengalami keluhan sama berat badan
menurun 20 kg sampai pasien demam dan tidak sadarkan diri , kemudian klien
dirawat di ICU Rs Theresia Jambi selama 2 hari mendapat transfusi darah, klien
kemudian dilakukan endoskopi didiagnosa tumor lambung dari hasil pengkajian
sebelumnya klien sering makan terlambat dan mempunyai riwayat penyakit maag
karena pekerjaan di kantor, klien juga merokok sebelumya sebungkus sehari dan
sering makan diluar (makanan tidak sehat) dari hasil kajian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kaitannya dengan keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan yaitu berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat dengan merokok,
makan- makanan yang tidak sehat yang seringkali terjadi pada masyarakat atau
individu tersebut yaitu Tn. P yang tinggal di kota Jambi yang mempunyai
pekerjaan di departemen pemerintahan yang selama ini tidak menjalankan pola
hidup sehat sehingga menyebabkan faktor terjadinya tumor lambung.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
51
4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
dilihat dari masalah tersebut diatas klien postop gastrektomi, dimana masalah
nutrisi pada pasien postop gastrektomi merupakan masalah utama yaitu klien
sering mengeluh perasaan penuh atau cepat kenyang, dumping syndrome yang
dapat menimbulkan gejala diare, muntah, serta kelemahan umun selain itu dapat
menyebabkan indegestion atau gastroeosafageal reflux yang ditandai dengan
mual dan muntah. Metode studi kasus dengan pendekatan evidenced based
practice yaitu menggunakan penelitian sebagai dasar dalam praktik asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh Bowling TE, Cliff B &Wright JW (2008) “The
effects of bolus and continuous nasogastric feeding on gastro-oesophageal reflux
and gastric emptying in healthy volunteers: a randomised three-way crossover
pilot study” dijelaskan bahwa Nasogastrik dapat mengakibatkan refluks gastro-
esofagus meningkatkan risiko aspirasi. lebih besar ketika feeding diberikan
melalui bolus dibandingkan dengan continous atau drip. diberi makanan cair
melalui bolus oral (OB), tabung bolus nasogastrik (TB) dan tabung tetes
nasogastrik (TD), didapatkan hasil Berarti (95% CI) T (50) mengosongkan
lambung kali untuk OB dan studi TB 41,3 (36,5-46,2) masing-masing menit dan
36,2 (30,6-41,8) min (p = 0,19). Perut dikosongkan pada tingkat sama dengan laju
infus dalam studi TD. Median (IQR) jumlah episode refluks untuk OB, studi TB
dan TD adalah 4,5 (2,0-6,0), 3.0 (2,0-4,75) dan 2.0 (0,25-6,25) masing-masing.
Median (IQR) total durasi refluks untuk OB, studi TB dan TD adalah 38 (20-242),
49 (17-71) dan 36 (1-125) s masing-masing (p = NS). Kesimpulan Kurangnya
perbedaan refluks gastro-oesophageal antara bolus dan continous menunjukkan
bahwa pada sukarelawan sehat kedua metode sama-sama aman sehubungan
dengan resiko aspirasi.
Sedangkan penelitian Nightingale, Jeremy (2001) Bolus vs continus feeding:
Metode bolus feeding sering dilaporkan terkait dengan tingginya insiden
komplikasi seperti mual, kembung dan diare, Ia telah mengemukakan bahwa
bahwa bolus feeding menyebabkan diare lebih sering daripada pemberian nutrisi
continous feedeing.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
52
Secara pelaksanaan hal ini dapat dilakukan oleh perawat diruangan walaupun
tidak menggunakan pump atau mesin infus yang bisa diatur kecepatnnya khusus
dalam memberikan makanan cair, tapi hal ini dapat diberikan dengan feeding bag
yang tersambung seperti selang infus dimana terdapat klem untuk mengatur
kecepatannya sehingga pemberian makan cair tidak terlalu cepat. Perlunya
Monitoring oleh perawat pada pemberian makanan enteral sangat penting untuk
mendeteksi komplikasi potensial dan untuk menilai terapi diet yang diberikan.
Hasil monitoring dievaluasi untuk menilai ada tidaknya masalah atau komplikasi
dalam pemberian makanan enteral sehingga dapat dilakukan tindakan dalam
upaya mengoptimalkan pemberian makanan enteral.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Kanker lambung adalah penyebab paling umum kedua kematian terkait kanker secara global.
kejadian global diprediksi naik sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, ditandai dengan
variasi geografis dalam kejadian kanker lambung (Lochhead, 2008). Kaitannya dengan
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan yaitu berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat
dengan merokok, makan-makanan yang tidak sehat yang seringkali terjadi pada masyarakat yang
merupakan penyebab dari tumor lambung Penatalaksanaan pada pasien dengan tumor lambung
adalah dengan pembedahan yaitu gastrektomi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk
mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Masalah yang sering
dihadapi pada pasien dengan post gastrektomi yaitu masalah nutrisi klien sering mengeluh
perasaan penuh atau cepat kenyang, dumping syndrome yang dapat menimbulkan gejala diare,
muntah, serta kelemahan umun selain itu dapat menyebabkan indegestion atau gastroeosafageal
reflux yang ditandai dengan mual dan muntah. Pemberian nutrisi melalui drip atau continous
feeding untuk menghindari gejala Gastro-oesophageal reflux pada klien postop gastrektomi yang
dilakukan pada klien Tn. P berhasil diterapkan sesuai evidence based yang dilakukan oleh
Bowling TE, Cliff B &Wright JW (2008) walaupun dari hasil penelitian tersebut kurangnya
perbedaan refluks gastro-oesophageal antara bolus dan continous menunjukkan bahwa pada
sukarelawan sehat kedua metode sama-sama aman sehubungan dengan resiko aspirasi, tapi
penelitian lain oleh Nightingale, Jeremy (2001) bahwa bolus feeding menyebabkan diare lebih
sering daripada pemberian nutrisi continous feedeing. Oleh karena itu intervensi yang terkait
pada kasus Tn. P yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan
muntah dapat teratasi.
5.2 Saran
Institusi dimana tempat peneliti melakukan penelitian merupakan rumah sakit pusat rujukan
nasional dengan dilakukannya penelitian ini dapat diterapkan metode pemberian nutrisi
continous atau drip feeding pada klien dengan post gastrektomi sehingga dapat menghindari
53 Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
54
gejala gastroeosefageal reflux yang dapat mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi pada
klien dengan post gastrektomi
sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dalam melakukan penelitian keperawatan mengenai pemberian nutrisi enteral dengan metode
continous feeding.
Hasil yang dilakukan dalam karya ilmiah ini dapat dikembangkan dengan desain penelitian
yang digunakan lebih variatif, misalnya dengan pemberian nutrisi enteral dengan continous
feeding pada pasien gangguan pencernaan.
Universitas Indonesia
Pemberian nutrisi ..., Lidia Nafratilofa, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2012).Cancer Facts & Figures 2012. Atlanta, Ga: American Cancer
Society.
American Joint Committee on Cancer. (2010).Stomach Cancer. In: AJCC Cancer Staging
Manual. 7th ed. New York, NY: Springer.
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3.
Jakarta : EGC
Bowling TE& Cliff B.( 2008) “The effects of bolus and continuous nasogastric feeding on
gastro-oesophageal reflux and gastric emptying in healthy volunteers: a randomised
three-way crossover pilot study”. Nottingham: Nottingham university.
Department of Nutrition Services University of Virginia Health System. (2011). Adult Enteral
and Parenteral Nutrition Handbook, 5th Ed. Charlottesville, Virginia.
Fucio, L Zagari RM minardi, Bazzoli F. (2007). Systematic review education for the prevention
gastric cancer. Aliment pharmacol.
Gonzales& Pera.(2003). Smoking and the risk of gastric cancer in the eeropian prospective
investigation into cancer and nutrition. Int J cancer.
Lehnert T, Buhl K. (2004). Techniques of reconstruction after total gastrectomy for cancer. Br J
Surg
Wim de Jong.( 2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.