Anda di halaman 1dari 13

Pekerjaan Umum

Bertukar Pikiran dan pengetahuan mengenai Ilmu Ke_PU an Halaman Blogroll

HOME SEJARAH DOWNLOADS PARENT CATEGORY FEATURED HEALTH MUSIC POLITICS UNCATEGORIZED

Search
Pemeliharaan Jalan Raya
I.PENDAHULUAN
Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan
tingkat pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan
sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan. SUBSCRIBE TO OUR RSS FEED!

Bertitik tolak dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-
menerus/rutin dan berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan yang menggunakan
sistem perkerasan lentur (flexible pavement). Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya FOLLOW US ON TWITTER!

saja, namun mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-
sarana pendukungnya.
TOTAL TAYANGAN HALAMAN
Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah
menurun kekuatannya sebagai akibat dari melemahnya kepadatan lapisan pondasi dan terurainya
butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan saluran tepi di kiri-kanan badan jalan
66,198
menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air hujan akan
melemahkan struktur perkerasan secara menyeluruh. Sedangkan retak rambut pada lapisan
BLOGGER TEMPLATES
permukaan suatu perkerasan bila tidak segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air
hujan yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan
POPULAR POSTS
menjadi kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah lagi bila
beban lalulintasnya padat dan berat. Pemeliharaan Jalan Raya
I.PENDAHULUAN Tujuan pemeliharaan jalan
Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan
secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan
kemampuannya pa...
ketika kerusakan yang terjadi belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap
kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya Penggunaan Sistem Lapis Pondasi Jalan
yang relatif rendah dan cara memperbaikinyapun relatif mudah/ringan. Tanpa Penutup
Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala dengan melakukan pula peremajaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistim
pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan
terhadap bahan perkerasan maupun bahan lainnya. Selain itupun, dilakukan perataan kembali
sistim konstruksi perkerasan jalan yang tidak m...
terhadap permukaan jalan. Baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala, tidak
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan struktur. MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN
Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan pemeliharaan jalan perlu KONSTRUKSI
MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN
dilakukan secara rutin maupun berkala agar kerusakan jalan beserta bangunan pelengkap dan
KONSTRUKSI Guna meningkatkan kualitas
fasilitas pendukungnya sejak dini dapat diditeksi jenis dan volume serta cara penanganan yang pekerjaan konstruksi pada Dirjen Bina Marga
harus dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi kerusakannya, khususnya pada lokasi maka diterbitkan surat edara...
tertentu yang selalu terjadi kerusakan berulang.
Sistem Pelelangan Pengadaan Barang dan
Pengendalian dan pengawasan pekerjaan pemeliharaan jalan menjadi penting dalam upaya
Jasa Pemborongan
meningkatkan kemampuan dan pengembangan jaringan jalan yang telah mantap guna melayani Pada tahun 2012 ini Satker Pelaksanaan Jalan
lalulintas transportasi darat dan daerah=daerah yang berkembang. Nasional Wilayah II Lampung mengadakan Lelang
dengan fulleproc sebagaimana untuk menerapkan
sis...
II. KEGIATAN UTAMA PEMELIHARAAN JALAN
Kegiatan utama pemeliharaan jalan dibagi dalam beberapa kategori pemeliharaan sesuai dengan
peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu konstruksi jalan. Bagian-bagian dari konstruksi
BLOGGER NEWS
jalan yang perlu dipelihara antara lain adalah sebagai berikut:
1. Struktur Perkerasan Jalan.
2. Bahu Jalan.
3. Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar.
4. Fasilitas Drainase Jalan.
5. Perlengkapan Jalan.
6. Lereng/Talud Jalan.
7. Struktur Pendukung Jalan.

Selain itu, kegiatan yang perlu dilakukan dalam keadaan mendesak/darurat adalah apabila terjadi
bencana alam seperti tanah longsor, banjir, jalan dan jembatan terputus, pengaturan lalulintas, dan
lain-lain.
Forbidden

II.1. Struktur Perkerasan Jalan


Kerusakan pada struktur perkerasan jalan dapat terjadi dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai
dengan tingkat kerusakannya; berat, sedang, ataupun ringan. Disarankan pada saat kondisi
kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak
berkembang lebih lanjut atau semakin parah yang berakibat semakin mahal biaya untuk
perbaikannya. Sesuai dengan jenis perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka
kerusakan yang terjadi umumnya mengikuti jenis perkerasan itu masing-masing.
Pada perkerasan lentur dengan lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering timbul antara lain
adalah: Free Blog Content
1. Lubang.
2. Bergelombang/keriting. CATEGORIES
3. Alur.
4. Penurunan/Ambles. muchrahman (1)

5. Jembul.
6. kerusakan Tepi.
BLOG ARCHIVE
7. Retak Buaya.
8. Retak Garis.
▼ 2011 (4)
9. Kegemukan Aspal.
► Desember (3)
10. Terkelupas.
▼ November (1)
Pemeliharaan Jalan Raya
Pada perkerasan lentur tanpa lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering timbul antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Lubang-lubang. Diberdayakan oleh Blogger.
2. Bergelombang/keriting.
3. Alur. ARSIP BLOG
4. Penurunan/Ambles.
▼ 2011 (4)
Pada perkerasan kaku, jenis kerusakan yang sering timbul, antara lain adalah sebagai berikut:
1. kerusakan pengisi celah lubang. ► Desember (3)

2. Penurunan slab dan slab pecah/retak pada sambungan ▼ November (1)

Metode perbaikan pada perkerasan lentur dengan lapis penutup adalah; Pemeliharaan Jalan Raya

1. Penambalan lubang.
2. Perataan.
3. Pelaburan/Pengaspalan. MY LINK
4. Pengisian retak.
5. Penutupan retak.
6. Penebaran pasir. GET MONEY

Metode perbaikan pada perkerasan lentur tanpa lapis penutup adalah;


1. Penambalan lubang. SARAN DAN KRITIK
2. Perataan.
Baik 0 (0%)
3. Perbaikan kemiringan. Biasa Saja 0 (0%)
4. Penambahan kerikil. Perlu Ditingkatkan 0 (0%)
Tutup Saja 0 (0%)
Metode perbaikan pada perkerasan kaku adalah;
1. Perbaikan celah.
Votes so far: 0
2. Penyuntikan. Poll closed
3. Penambahan.

II.2. Bahu Jalan


Bahu jalan ditepi kiri dan kanan perkerasan jalan diperlukan guna memberikan rasa aman bagi
PENGIKUT
pengemudi dan melindungi struktur perkerasan jalan dari kerusakan tepinya masing-masing.
Kerusakan pada bahu jalan dapat dikategorikan sebagai berikut; Pengikut (1)
Dengan Lapisan Penutup;
1. Lubang-lubang pada bahu jalan.
2. Bergelombang dan keriting.
Ikuti
3. Jembul pada permukaaan bahu jalan.
4. Retak buaya. MENGENAI SAYA
5. Kegemukan aspal.
6. Permukaan bahu jalan terkelupas. RAHM AN
Tanpa Lapisan Penutup; Aq hanya manusia biasa yang
1. Letak setempat. banyak keinginan.... ingin cepet kaya
2. Ambles/terjadi alur dipermukaan. terutaman nya hehehe
L I HAT P RO F I L L E NG KA P K U
Bahu jalan dari tanah;
1. Retak setempat.
2. Kehilangan permukaan.
3. Rumput panjang.

Metode perbaikan bahu jalan dengan lapisan penutup;


1. Penambalan lubang.
2. Perataan.
3. Pelaburan/pengaspalan.
4. Penebaran pasir.

Metode perbaikan bahu jalan tanpa lapisan penutup;


1. Perataan.
2. Pelandaian.
3. Pembuatan kemiringan.

Metode perbaikan bahu jalan dari tanah;


1. Perataan.
2. Pelandaian.
3. Pembuatan kemiringan.
4. Pemangkasan rumput.

II.3. Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar


Fasilitas untuk pejalan kaki/trotoar sangat diperlukan guna keselamatan dan keamanan di tepi jalan
terhadap kecelakaan lalulintas. Trotoar sangat dibutuhkan pada jalan kota, khususnya di daerah
permukiman maupun di pusat-pusat kegiatan, seperti perkantoran, sekolah, perdagangan,
perbelanjaan, dan lain-lain.
Kerusakan yang sering terjadi pada trotoar suatu jalan bergantung kepada jenis bahan yang
digunakan pada pembuatan trotoar tersebut.
Trotoar dengan lapisan penutup;
1. Retak-retak pada lapisan penutup.
2. Kehilangan lapisan permukaannya

Trotoar tanpa lapisan penutup;


1. Terjadi lubang-lubang.
2. Ambles/penurunan permukaan.

Trotoar dari pasangan ubin/blok;


1. Permukaan tidak rata.
2. Susunan bergeser/tidak beraturan.

Trotoar dengan bahan beton;


1. Beton pecah/retak.
2. Permukaannya mengelupas.

Trotoar bagian tepi/penahan kerb;


1. Kerusakan pada inlet kerb/fungsi drainase.
2. Inlet kerb tersumbat/fungsi drainase.
3. Kerb terlepas/hilang/kabur.

Metode perbaikan fasilitas pejalan kaki/trotoar antara lain adalah;


1. Pengaspalan.
2. Pemadatan ulang.
3. Penggantian lantai.
4. Penambalan permukaan.
5. Penggantian yang rusak/hilang.
6. Pembersihan inlet kerb.
7. Pengecatan kerb yang pudar.

II.4. Fasilitas Drainase Jalan


Fasilitas drainase jalan yang berfungsi untuk membuang air berlebih pada permukaan suatu jalan,
umumnya perlu mendapatkan perawatan dan pemeliharaan rutin agar dapat tetap berfungsi secara
optimal. Kerusakan yang sering timbul dan kurang berfungsinya fasilitas drainase jalan tergantung
kepada jenis bahan yang digunakan.
Tanpa pasangan batu;
1. Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan lumpur.
2. Kerusakan pada saluran terbuka; dasar saluran tergerus, talud longsor/tergerus.
3. Tumbuh-tumbuhan pada saluran terbuka, mengganggu laju aliran air.

Dengan pasangan batu;


1. Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan bahan/material yang hanyut.
2. Kerusakan pada saluran terbuka; retak-retak pada permukaaan saluran, terlepasnya batu
dari ikatannya.

Metode perbaikan drainase jalan tanpa pasangan batu adalah;


1. Pembersihan.
2. Perataan kemiringan.
3. Perataan kemiringan saluran.

Metode perbaikan drainase jalan dengan pasangan batu;


1. Pembersihan saluran pasangan batu.
2. Perbaikan yang retak dan pemasangan batu kembali.
3. Pembuatan ulang saluran pasangan batu.

Gorong-gorong;
1. Tersumbat; sampah/tumbuhan yang hanyut tertahan di inlet gorong-gorong sehingga
mengganggu aliran air.
2. Kerusakan pada struktur; retak, pecah, terlepas dari sambungan, dan lain-lain.
3. Kerusakan kepala gorong-gorong; baik inlet maupun outletnya.

Metode perbaikan gorong-gorong;


1. Pembersihan saluran gorong-gorong.
2. Perbaikan gorong-gorong.
3. Perbaikan dinding gorong-gorong.

Saluran;
1. Terjadinya timbunan sampah.
2. Pendangkalan; endapan lumpur/pasir.
3. Penggerusan pada struktur saluran.

Metode perbaikan saluran;


1. Pembersihan kotoran/sampah.yang menyumbat.
2. Pengambilan pasir yang mengendap.
3. Perbaikan dasar saluran.

II.5. Perlengkapan Jalan dan Fasilitas Pendukung Lainnya


Perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung lainnya dimaksudkan agar dapat memberikan informasi
bagi pengemudi kendaraan untuk dapat mengikuti dan mengetahui keadaan di jalan raya yang
dilaluinya. Perlengkapan/pendukung jalan yang dapat berfungsi secara baik akan memberikan
kejelasan kepada setiap pengemudi untuk dijadikan pedoman selama berkendaraan di jalan raya.
Kerusakan pada perlengkapan jalan akan menimbulkan ketidak jelasan kepada pengemudi dan
menimbulkan kesulitan lainnya.
Patok kilometer dan hektometer;
1. Kerusakan patok kilometer dan hektometer ; patah, pecah, terkelupas, tulisannya
hilang/kabur.
2. Patok kilometer/hektometer hilang dari tempatnya.
3. Patok kilometer/hektometer terhalang/tertutup akibat tertutup tumbuh-tumbuhan, dan
terhalang bangunan liar.

Rambu-rambu jalan;
1. Perubahan letak rambu lalulintas.
2. rambu lalulintas kotor, tertutup/coretan.
3. Rambu lalulintas rusak, dirusak, terbentur benda keras.
4. Rambu lalulintas hilang, dilepas, dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
5. Tiang rambu hilang/dicuri, atau dirusak akibat benturan keras.

Marka jalan;
1. Tampilan marka berkurang/pudar.
2. Posisi/penempatan marka salah/keliru/belum selesai.

Metode perbaikan patok kilometer dan patok hectometer;


1. Perbaikan patok.
2. Penggantian patok yang hilang.
3. Pemindahan penghalang patok.

Metode perbaikan rambu-rambu jalan;


1. Pelurusan rambu (tiang).
2. Pembersihan rambu.
3. Perbaikan rambu.
4. Penggantian rambu yang hilang.
5. Penegakan rambu.

Metode perbaikan marka jalan;


1. Pemberian garis marka yang benar/sesuai.
2. Pemindahan garis marka sesuai kondisi yang dibutuhkan.

II.6. Lereng/Talud Jalan


Pemeliharaan rutin pada lereng maupun talud jalan perlu dilakukan agar dapat dicegah terjadinya
kelongsoran/tanah longsor, khususnya pada musim penghujan sebagai akibat dari erosi/pengikisan
oleh air. Kerusakan pada lereng maupun talud jalan dikategorikan sesuai dengan bahan yang
digunakan pada lereng dan talud jalan tersebut.
Lereng/Talud dari kerikil;
1. Erosi atau pengikisan oleh air hujan.
2. Rembesan air (air tanah) pada lereng/talud.

Lereng /talud dari pasangan batu;


1. retak pada struktur penahan tanah di lereng/talud jalan.
2. Ambles pada lereng/talud akibat penurunan/longsor.

Lereng/talud ditanami rumput;


1. Rumput tumbuh panjang pada lereng, perlu dipangkas.
2. Rumput yang gundul pada lereng, perlu ditanam kembali.

Lereng/talud dari bongkahan batu;


1. Sebagian batu hilang/lepas.
2. Susunan batu tidak teratur/penurunan/ambles.

Metode perbaikan lereng/talud dari kerikil;


1. Pengalihan aliran air.
2. Pelandaian kemiringan saluran air.
3. Saluran bawah tanah.

Metode perbaikan lereng/talud dari pasangan batu;


1. Perbaikan retak pada pasangan batu.
2. Pembuatan konstruksi telapak.

Metode perbaikan lereng/talud ditanami rumput;


1. Pemotongan rumput yang panjang.
2. Penanaman rumput yang gundul.

Metode perbaikan lereng/talud dari bongkahan batu;


1. Penambahan batu yang hilang.
2. Pemasangan kembali yang lepas.
3. Penyusunan kembali bongkahan batu.

II.7. Struktur Pendukung Jalan


Pemeliharaan struktur pendukung jalan seperti jembatan dan box culvert / gorong-gorong (lubang >
3 m), perlu dilakukan guna memastikan berfungsinya struktur tersebut memikul beban lalulintas
jalan yang melaluinya. Kerusakan pada jembatan dan box culvert ditangani secara khusus melalui
pemeliharaan jembatan dan bangunan struktur pendukung jalan.
Jembatan;
1. Dek/pelat lantai jembatan berpasir, mempengaruhi lintasan jalan.
2. Pagar/railing jembatan rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri.
3. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) jembatan.

Box culvert / gorong-gorong lubang > 3 m;


1. Dek/pelat lantai berpasir; mempengaruhi lintasan jalan.
2. Pagar/railing rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri.
3. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) box culvert / gorong-gorong.

Lain-lain;
1. Railing dari bahan yang mudah mengalami korosi/berkarat, catnya mengelupas.
2. Pembersihan endapan/tumbuhan pada inlet yang telah disediakan.
3. Pemeriksaan kekuatan dan kencang/kendornya baut (jembatan rangka baja).
4. Cat terkelupas.
5. Bagian-bagian struktur berkarat (baja).
Metode perbaikan jembatan;
1. Pembersihan dek/pelat lantai jembatan.
2. Pengecatan pagar/railing yang pudar.
3. Penggantian/pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Perataan jalan pendekat/oprit.

Metode perbaikan box culvert/gorong-gorong > 3 m;


1. Pembersihan dek/pelat lantai.
2. Pengecatan pagar/railing yang pudar.
3. Penggantian/pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Perataan jalan pendekat/oprit.

Penanganan Darurat;
Penanganan darurat perlu dilakukan segera bila pada ruas jalan yang bersangkutan mengalami
kerusakan akibat adanya bencana alam; seperti badan jalan longsor atau tertimbun longsoran dari
tebing, sehingga akses jalan tidak berfungsi. Bila masih memungkinkan dibuatkan jalan
sementara/darurat melalui bahu jalan yang masih kuat, sambil kerusakan pada badan jalan
diperbaiki. Perlu adanya pengaturan lalulintas dan rambu pengamanan.
Ada kalanya pohon besar tumbang melintang jalan sehingga perlu segera memindahkan atau
memotongnya dan membersihkannya agar jalan dapat berfungsi dan lalulintas tidak terhambat.
Dalam hal ini, perlu disiapkan regu-regu dengan peralatan pemotong/gergaji untuk penanganan
darurat ini.

III. PENGENDALIAN MUTU PEMELIHARAAN JALAN


Pengendalian mutu dalam pemeliharaan jalan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan, khususnya pemeliharaan rutin. Seorang
petugas yang terkait dalam kegiatan pemeliharaan rutin harus dapat mempertanggungjawabkan
seluruh pekerjaan pemeliharaan yang telah dilaksanakan.

III.1. Mutu Pelaksanaan


Mutu pelaksanaan dari kegiatan pemeliharan rutin dimonitor dan dipantau sesuai dengan tingkat
kerusakan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti. Tanggungjawab seorang petugas pada
suatu kegiatan pemeliharaan jalan adalah, bagaimana yang bersangkutan dapat menjamin
dipenuhinya tata cara penanganan jenis-jenis kerusakan yang telah disyaratkan dalam
pemeliharaan rutin tersebut.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain sebagai
berikut;
1. Melakukan monitoring dan pantauan secara terus-menerus terhadap kondisi jalan sesuai
dengan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.
2. Melakukan pencatatan yang dituangkan dalam bentuk laporan harian, tingkat dan jenis
kerusakan yang ada.
3. Melakukan usaha perbaikan sesuai tata cara yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemeliharaan jalan.
4. Melaporkan segera kepada atasan masing-masing bila terjadi hal-hal diluar kemampuannya
yang tidak dapat diatasi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

III.2.Kuantitas Hasil Akhir


Hasil akhir dari suatu pekerjaan pemeliharaan rutin jalan perlu dicatat dan dievaluasi serta
dilaporkan secara periodik; harian, mingguan, bulanan, triwulanan, dan final/akhir.
Kuantitas hasil akhir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kerataan permukaan dari struktur; menampilkan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas,
sama seperti keadaan baru atau kembali seperti semula.
2. Kepadatan; pada lapisan perkerasan telah dicapai tingkat kepadatan yang sesuai dengan
peran dan fungsinya dalam struktur.
3. Bentuk; hasil akhir sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan (gambar rencana/kerja).
4. Fungsi; setelah dilakukan pemeliharaan/perbaikan, dapat berfungsi secara baik dan benar,
misal kelancaran air pada saluran tepi / tidak tersumbat.
5. Toleransi; perbedaan/selisih dari hasil akhir pekerjaan masih dalam batas-batas atau koridor
yang disyaratkan (tidak berpotensi menimbulkan kerusakan).
6. Jumlah; kuantitas hasil akhir pekerjaan sesuai dengan kuantitas yang telah direncanakan
dalam pemeliharaan/perbaikan.

III.3. Sumber Daya


Sumber daya yang diperlukan dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan antara lain
adalah tenaga pekerja, peralatan dan bahan. Disamping itu, perlu diperhatikan pula jadual kegiatan
masing-masing pekerjaan dan mutu sumber dayanya yang dijelaskan sebagai berikut;
1. Tenaga Pekerja: pentingnya tingkat keahlian dan tingkat keterampilan tertentu dari masing-
masing tenaga pekerja untuk menangani suatu jenis pekerjaan, sehingga dapat disusun
suatu jadual kegiatan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing tenaga pekerja
dalam menangani suatu pekerjaan.
2. Peralatan; penggunaan jenis dan kapasitas peralatan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan
operasional dalam penanganan masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan/perbaikan agar
diperoleh hasil pekerjaan yang optimal.
3. Bahan; tersedianya bahan/material yang diperlukan dan memadai dalam setiap tahapan
kegiatan pemeliharaan rutin sehingga pelaksanaannya dapat lancar dan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.

Pengendalian mutu sumber daya dilakukan secara terjadual dan senantiasa disesuaikan dengan
jenis pekerjaan/kegiatan yang telah direncanakan. Hal ini diperlukan agar penyelenggaraan
kegiatan berlangsung efisien dan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang
telah dipersyaratkan. Penggunaan metode pelaksanaan dan ketersediaan biaya yang diperlukan
turut menentukan kelancaran kegiatan pemeliharaan jalan.

III.4. Waktu
Waktu penyelenggaraan suatu kegiatan/pekerjaan perlu pentahapan agar dapat dikendalikan dan
diawasi secara baik. Umumnya pentahapan waktu penyelenggaraan pemeliharaan rutin dibagi
sebagai berikut;
1. Perencanaan; seluruh kegiatan yang akan dilakukan direncanakan dan dijadualkan terlebih
dahulu baik mutu maupun jumlahnya, dan ditetapkan spesifikasi dan persyaratan yang
diperlukan untuk pelaksanaannya.
2. Persiapan; hal-hal yang perlu disiapkan dan disediakan, dijadual sesuai dengan rencana
kegiatan yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi hambatan pada saat pelaksanaan
pekerjaannya.
3. Pelaksanaan; waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan yang telah terjadual
diupayakan agar dapat dipenuhi sesuai dengan mutu dan jumlah yang telah ditentukan dalam
spesifikasi. Dalam hal ini, perlu pengendalian dan pengawasan yang akurat agar dapat
dijamin kelancaran penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan rutin tersebut dan hasil yang
optimal.
4. Pemantauan; agar kendali dan pengawasan pelaksanaan dapat berlangsung sesuai dengan
yang telah dijadualkan, waktu pemantauan dilakukan secara terus-menerus untuk
mengantisipasi bila terjadi penyimpangan atau kesalahan yang perlu segera diperbaiki dan
ditindak lanjuti.

III.5. Tempat/Lokasi
Terjadinya kerusakan pada suatu struktur perlu diketahui dimana lokasi kerusakannya, jenis
kerusakannya, dan dimensi kerusakannya. Hal ini perlu segera diketahui agar penanganannya
dapat sesuai dengan jenis sumber daya yang perlu disiapkan/disediakan.
1. Lokasi kerusakan;
a. harus diketahui dengan jelas agar dapat segera dilakukan pengiriman petugas
pemeliharaan dan kelengkapannya untuk melakukan perbaikan.
b. Setiap lokasi kerusakan sudah diberi tanda (misal; cat semprot), dan dicatat untuk
bahan laporan/inventarisasi.
2. Jenis kerusakan;
a. Jenis kerusakan yang terjadi perlu diketahui untuk memastikan upaya perbaikannya
yang menyangkut masalah teknologi konstruksi.
b. Setiap jenis kerusakan perlu diinventarisasi untuk keperluan laporan evaluasi
selanjutnya.
3. Dimensi kerusakan;
a. Dimensi kerusakan yang terjadi perlu diketahui guna memastikan tingkat kerusakan
dan volume kerusakan yang terjadi sehingga dapat dipersiapkan tenaga pekerja,
bahan, alat, metode/cara, dan biaya yang sesuai.
b. Setiap dimensi kerusakan diinventarisasi untuk keperluan laporan dan analisa
perhitungan selanjutnya, khususnya dalam mempersiapkan rencana anggaran biaya
yang diperlukan.

III.6. Tuntutan
Dalam penyelenggaraan pengelolaan jaringan jalan yang telah ada, perlu adanya suatu
penanganan yang segera sebelum kerusakan meluas / meningkat. Hal ini dapat dilakukan bila
koordinasi antara semua pihak yang terkait dengan masalah pemeliharaan rutin jalan berjalan
secara baik dan lancar. Selain itu, perlu diketahui bahwa biaya perbaikan jalan akan jauh lebih
besar bila tidak segera ditangani. Tingkat kerusakan jalan yang lebih berat akan membutuhkan
penyediaan sumber daya yang lebih banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama.
Kerusakan jalan yang lebih berat dan banyak, berpengaruh terhadap menurunnya tingkat layanan
jalan dan kapasitas jalan yang ada sehingga kelancaran arus lalulintas jalan terganggu, dan pada
gilirannya akan menyebabkan terhambatnya arus pergerakan manusia dan barang.
Penanganan kerusakan jalan yang masih ringan, selain metode/cara perbaikannya lebih
mudah/sederhana, biaya yang dibutuhkan rendah dan waktu yang digunakan untuk melakukan
perbaikan jauh lebih singkat.

III.7. Tanggung Jawab


Dalam melakukan pengendalian dan pengawasan mutu pemeliharaan rutin jalan, pihak-pihak yang
terkait antara lain;
a. Juru Jalan.
b. Pengamat.

c. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/PU/UPR.


d. Kepala Satuan Kerja Sementara/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek
e. Unsur-unsur terkait dengan perencanaan / pemrograman, penganggaran,
pemantauan, pemeliharaan rutin jalan dan jembatan Nasional dan Propinsi.

Masing-masing mempunyai tanggungjawab sebagai berikut;


1. Juru jalan;
a. Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh regu-regu pekerja.
b. Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh unsur-unsur dinas.
c. Ketepatan laporan kondisi jalan serta waktu penyampaiannya (akurasi laporan)
kepada Pengamat.
2. Pengamat;
a. Mutu pelaksanaan yang dilakukan Juru Jalan.
b. Rencana pelaksanaan/sumber daya (sesuai program).
c. Jadual pengaturan bahan dan alat.
d. Laporan kerusakan jalan; perlunya penanganan sesegera mungkin.
3. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/UPR
a. Penyiapan dan penyediaan peralatan/perlengkapan untuk kegiatan pemeliharaan
rutin.
b. Pengaturan/penjadualan kegiatan pemeliharaan rutin.
4. Kepala Satuan Kerja Sementara /Pemimpin Proyek /Bagian Proyek;
a. Rencana, program, anggaran dan pantauan pemeliharaan rutin di wilayahnya.
b. Ketepatan waktu pengerahan peralatan pemeliharaan rutin.
c. Ketersediaan bahan dan dukungan logistik untuk kegiatan pemeliharaan rutin.
5. Unsur-unsur terkait lainnya;
a. Perencanaan/pemrograman pemeliharaan jalan.
b. Penganggaran biaya untuk keperluan pemeliharaan jalan.
c. Pemantauan kemajuan/kelancaran (progres) pemeliharaan jalan.
d. Evaluasi hasil-hasil yang dicapai kegiatan pemeliharaan jalan.

Dengan koordinasi yang baik diantara semua unsur terkait dengan pemeliharaan jalan, akan
dicapai pemeliharaan jalan yang optimal.
IV. PERALATAN
Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan keperluan pada saat melakukan kegiatan
pemeliharaan rutin. Seluruh peralatan yang telah disepakati untuk digunakan dalam kegiatan
pemeliharaan rutin senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan untuk penanganan pekerjaan
dilapangan.
Jenis dan kapasitas peralatan serta kemampuan operatornya perlu disesuaikan dengan kondisi di
lapangan, agar dalam pengoperasiannya alat tersebut dapat berfungsi secara baik dan lebih
efisien. Penggunaan peralatan yang bukan peruntukannya akan menyebabkan inefisiensi dan hasil
akhir yang tidak memuaskan. Untuk mendukung keberhasilan penggunaan peralatan yang sesuai,
perlu mengetahui terlebih dahulu fungsi, karakteristik, kemampuan, dan cara pengoperasiannya
yang benar.
Beberapa jenis peralatan utama yang umumnya digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin
antara lain adalah sebagai berikut;
1. Vibrating Rammer;

a. Untuk pemadatan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi


bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course);
untuk lokasi setempat.
b. Tidak boleh digunakan untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal
panas.

5. Vibrating Plate Compactor;


a. Untuk pemadatan lapisan campuran aspal.
b. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan dengan ketebalan < 10 cm (hanya lokasi
setempat).
c. Untuk pemadatan Asphalt Treated Base (ATB).
6. Baby Roller (Vibrating);
a. Untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal panas, terutama pada
lapisan permukaan dari penambalan lubang atau perataan.
b. Untuk pemadatan pasir atau agregat halus pada laburan aspal.
c. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan.
7. Site mixer;
a. Untuk pembuatan campuran aspal dingin di lapangan (dengan aspal emulsi, aspal
cair/cutback atau asbuton) dengan ukuran maximum 0,1 m3.
8. Asphalt Sprayer;
a. Peralatan penyemprot aspal.

Selain alat-alat tersebut, perlu dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan di lapangan, seperti saringan/ayakan untuk agregat, sekop, pembersih debu/sapu lidi,
dan lain-lainnya.

V. BAHAN / MATERIAL
Bahan/material yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan jalan antara lain batu belah, agregat
kasar/halus, dan bahan pengisi/mineral filler, aspal, semen (Portland cement/Pc), dan lain-lain.
Kebutuhan bahan/material tergantung dari jenis kegiatan/pekerjaan yang harus ditangani dan
dimensi serta tingkat kerusakan yang harus ditanggulangi.

Batu Belah/Kali;
Batu belah/kali umumnya digunakan dalam pekerjaan perbaikan talud atau lereng badan jalan yang
longsor ataupun tergerus sebagai akibat dari erosi atau perubahan level air tanah. Bila badan jalan
berada ditepi sungai atau pantai laut, umumnya dibuat dalam bentuk bronjong (gabions) ataupun
dinding penahan (retaining wall). Dimensi batu belah/kali pada umumnya berkisar antara 15 sampai
20 cm. Jenis pengerjaan pasangan batu tersebut dapat dengan/atau tanpa mortar/spesi sesuai
kebutuhan dan kondisi di lokasi pekerjaan.

Agregat Kasar/Halus dan Bahan Pengisi/Mineral Filler;


Agregat kasar merupakan batu pecah/kerikil yang mempunyai minimum dua bidang pecah, dengan
dimensi butiran tertahan pada saringan 2,36 mm tidak kurang dari 65%. Untuk penggunaan pada
pekerjaan pemeliharaan jalan, material harus keras/tidak mudah pecah dan bersih/bebas debu,
kotoran, ataupun zat-zat lainnya yang dapat merusak kemampuan bahan tersebut.
Agregat halus umumnya terdiri dari pasir kasar yang mempunyai dimensi butiran =/- 95% lolos
saringan 2,36 mm. seperti halnya agregat kasar, agregat halus harus keras dan tidak mudah
pecah, serta bersih atau bebas dari debu, kotoran, ataupun zat-zat lainnya yang dapat merusak
kemampuan bahan tersebut. Dimensi butiran agregat dibatasi maximum 20 mm dan antara 3%-5%
lolos saringan 0,075 mm.
Bahan pengisi /mineral filler umumnya diambil dari debu batu pecah hasil pengerjaan dari mesin
pemecah batu (stone crusher). Persyaratan lainnya adalah bahwa bahan pengisi ini dalam
keadaan kering tidak berupa bongkahan.
Aspal;
Jenis aspal yang umumnya digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan jalan antara lain adalah
aspal emulsi, aspal cair, dan aspal buton. Sesuai dengan keperluannya, penggunaan jenis aspal
tersebut disesuaikan dengan kondisi dan pemanfaatannya di lapangan/lokasi pekerjaan yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan aspal tersebut antara lain adalah;
a. kekentalan
b. kerataan
c. kemudahan pengerjaan/workability.

Pada jenis aspal emulsi, diperlukan bahan peremaja dalam proses penggunaannya. Hal tersebut
terkait dengan peningkatan workabilitynya. Workability menjadi penting mengingat akan berdampak
terhadap waktu pengerjaan dan mutu hasil dari pemeliharaan jalan tersebut.

Semen (Portland Cement / Pc);


Semen yang umumnya digunakan dalam pengerjaan struktur adalah jenis Portland Cement / Pc. Pc
berfungsi sebagai bahan pengikat pada pekerjaan pasangan batu kali dinding penahan, ataupun
bangunan pelengkap/struktur seperti, untuk fasilitas drainase, parit tepi, gorong-gorong, box
culvert, dan jembatan. Penggunaan lain adalah sebagai campuran pada bahan material base
maupun subbase course.

Kapur;
Jenis bahan ini banyak digunakan sebagai campuran mortar/spesi bersama semen pada
pekerjaan pasangan batu kali. Selain itupun sering digunakan dalam stabilisasi tanah yang lunak,
basah, dan jenuh kandungan airnya. Kapur memiliki daya mengikat terhadap air yang berada di
dalam lapisan tanah yang lunak tersebut.

VI. LAPORAN
Setiap aktivitas di lapangan senantiasa harus dipantau, dan dituangkan dalam bentuk laporan
tertulis, sesuai dengan tahap penyampaiannya yang telah ditentukan.
Laporan dimaksudkan antara lain untuk;
a. Mengetahui kemampuan melaksanakan pekerjaan setiap saat.
b. Mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan.
c. Mengetahui kondisi peralatan, material maupun tenaga kerja.
d. Mengetahui prestasi fisik dan keuangan.

Untuk mendukung sistem pelaporan sesuai dengan kondisi di lapangan, laporan dilakukan dalam
tahapan dan jenis keperluannya. Jenis laporan yang lazim dilakukan adalah;
a. Laporan Harian.
b. Laporan Mingguan.
c. Laporan Bulanan.
d. Laporan Triwulanan.
e. Laporan Akhir.

Laporan Harian;
Semua kegiatan pekerjaan di lapangan dan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan, dicatat/direkam
setiap hari, dan dituangkan dalam bentuk laporan harian. Dalam laporan harian tersebut antara lain
dicatat semua kejadian yang ada di lapangan seperti;
a. Jenis kegiatan/pekerjaan yang dilakukan pada hari itu.
b. Kondisi pekerjaan saat itu.
c. Cuaca yang terjadi sepanjang hari.
d. Hal-hal terkait/mendukung terselenggaranya pekerjaan pada hari yang bersangkutan.
e. Hal penting lainnya yang mungkin berdampak negatif terhadap penyelenggaraan
kegiatan di lapangan.
f. Pengunjung/tamu proyek, saran, dan pendapat secara umum.

Laporan Mingguan;
Laporan mingguan merupakan rangkuman laporan harian selama periode waktu dalam satu
minggu, disertai prestasi kerja selama satu minggu. Dalam hubungan ini, prestasi kerja selama
satu minggu tersebut dapat dilihat kecenderungannya; positif ataukah negatif. Apakah kegiatan
pekerjaan berjalan lancar sesuai jadual ataukah mengalami hambatan sehingga terlambat/tertunda;
belum sesuai yang telah direncanakan.

Laporan Bulanan;
Laporan bulanan merupakan rangkuman laporan mingguan selama periode waktu dalam satu
bulan. Dalam hubungan ini, prestasi kerja dalam satu bulan akan menunjukkan jenis kegiatan yang
berlangsung sesuai jadual maupun yang terlambat/tidak-belum sesuai jadual. Prestasi kerja yang
telah dilakukan selama periode satu bulan tersebut dapat segera ditentukan apakah positif ataukah
negatif.
Hasil/prestasi kerja dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi suatu penyelenggaraan
proyek, agar dapat segera diketahui kendala-kendala yang timbul selama proses kegiatan dalam
satu bulan, untuk mengambil keputusan mengenai langkah-langkah dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan oleh Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek.

Laporan Triwulanan;
Dalam laporan triwulanan dapat dilihat aktivitas setiap bulan yang dirangkum dalam tiga bulan
berturut-turut. Pada laporan tersebut sudah dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi untuk periode berikutnya.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah diputuskan dapat dievaluasi dan direvisi kembali bila
masih belum dapat mengatasi keterlambatan maupun penyimpangan yang telah terjadi
sebelumnya.

Laporan Akhir / Final Report;


Laporan akhir merupakan rangkuman dari seluruh kegiatan selama pelaksanaan pekerjaan dari
awal sampai akhir pelaksanaan. Dalam laporan akhir tersebut, dapat dilihat perkembangan
prestasi pekerjaan maupun biaya yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
jadual yang telah ditentukan. Selain itu, dapat dilihat pula revisi maupun perubahan-perubahan
yang dilakukan guna mencapai target yang dimaksud sebelumnya.
Laporan akhir ini mencantumkan pula data-data proyek seperti antara lain;
a. Nama Proyek
b. Lokasi Proyek
c. Tahun Anggaran Proyek
d. Pelaksana dan Pengawas Proyek
e. Curva S (S-Curve) selama proses kegiatan proyek; rencana dan realisasinya
f. Lain-lain.

VII. EFEKTIVITAS HASIL KERJA


Kegiatan pekerjaan pemeliharaan rutin yang telah dilaksanakan perlu diketahui hasil akhir yang
telah dicapai dalam periode tertentu yang telah dijadualkan. Hasil akhir tersebut selain
dipantau/dimonitor secara terus-menerus, juga dilakukan evaluasi sesuai masing-masing jenis
kegiatan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin. Perlu adanya suatu kajian kembali mengenai semua
aktivitas yang telah dilakukan dalam pelaksanaan di lapangan.
Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pemeliharaan rutin tersebut, beberapa faktor yang
terkait harus dicatat/diinventarisasi dan dikaji/dievaluasi secara menyeluruh, sebagai berikut;
a. Permasalahan dan kendala yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan
rutin.
b. Evaluasi dan kaji ulang hasil kerja setiap kegiatan pekerjaan.
c. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menunjang kelancaran pekerjaan di
lapangan.

VII.1. Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan


Permasalahan dan kendala yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin
senantiasa perlu dicatat dan diinventarisasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui sejauh
mana sistem pengendalian mutu dan cara pemeliharaan yang telah dilakukan dapat mencapai hasil
kerja yang optimal.
Untuk mengkaji efektivitas hasil kerja yang telah dilakukan dan harapan-harapan yang ingin
dicapai, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut;
a. Kualitas tenaga kerja/personil yang ada.
b. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan.
c. Mutu dan jumlah bahan/material yang harus disiapkan.
d. Metode/cara pelaksanaan yang dipakai dalam setiap kegiatan.

Pemeliharaan jalan secara menyeluruh selain memperhitungkan masa/kapasitas pelayanan, umur


rencana, peran/fungsi suatu jalan, juga tergantung dari mutu produk pekerjaan pembangunan
maupun peningkatan jalan tersebut. Semakin baik mutu yang dihasilkan, semakin murah biaya
pemeliharaannya.

VII.2. Evaluasi Hasil Kerja


Untuk mengevaluasi hasil kerja yang telah dilakukan, setiap komponen yang terkait dengan proses
penyelenggaraan pekerjaan perlu dikaji kembali sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.
Dengan melakukan kajian tersebut, diharapkan dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin dimasa yang akan datang.
Kualitas sumber daya manusia seperti pekerja maupun personil dalam suatu
proyek/penyelenggaraan pemeliharaan rutin, secara umum merupakan kunci keberhasilan suatu
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin. Disisi lain, mengingat sifat pekerjaan pemeliharaan
rutin yang merupakan pekerjaan sederhana dan relatif mudah dilaksanakan, kualitas sumber daya
manusia yang dipilih/ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut umumnya tidak perlu
seterampil ataupun seahli dengan tenaga pekerja/personil untuk melaksanakan pekerjaan
pembangunan/peningkatan struktur/konstruksi.
Dalam hal jenis peralatan/perlengkapan yang digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin,
umumnya merupakan peralatan dan perlengkapan yang sederhana dan mudah
mengoperasikannya. Bahan/material yang perlu disediakan tidak dalam jumlah yang besar. Metode
pelaksanaan yang diterapkan umumnya tidak rumit atau sederhana.
Sehubungan dengan itu, biaya yang disediakan umumnya relatif kecil dan bahkan kurang
sesuai/memadai, atau terlupakan/terabaikan.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut, harapan untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal akan sulit
dicapai.

VII.3. Upaya Menunjang Pekerjaan Pemeliharaan Rutin


Perlu diperhatikan bahwa dalam mengelola suatu ruas jalan yang telah ada, program yang telah
direncanakan umumnya adalah program pembangunan dan program pemeliharaan. Program
pembangunan bila ditinjau dari jenis pekerjaannya tidak selalu dilakukan pada suatu ruas jalan.
Program pemeliharaan justeru merupakan keharusan pada setiap ruas jalan. Setiap ruas jalan
harus dilakukan pemeliharaan rutin dalam setiap periode/waktu dalam setahun.
Sesuai dengan tujuan pemeliharaan jalan yang telah ditetapkan, yaitu mempertahankan jalan
mantap tetap mantap dan tercapai umur rencana serta tingkat pelayanan yang optimal, maka
pemeliharaan jalan merupakan hal penting dan perlu senantiasa dilakukan sesuai dengan tingkat
kebutuhannya. Secara nyata, suatu ruas jalan yang tidak dipelihara akan mengalami kerusakan
dan berakibat menurunnya tingkat pelayanan serta tidak tercapainya umur rencana yang
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen. Bina Marga; Dit. Bina Teknik; Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan
Jalan Propinsi; Jilid I; Metode Survai; Departemen Pekerjaan Umum; 1995.
2. Ditjen. Bina Marga; Dit. Bina Teknik; Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan
Jalan Propinsi; Jilid II; Metode Perbaikan Standard; Departemen Pekerjaan Umum; 1995.
3. Ditjen. Bina Marga; Pemeliharaan Rutin; Road Maintenance Improvement Project II; 1998.
4. LPKM – ITB / KBK Rekayasa Transportasi; Sistem Transportasi Perkotaan; Jurusan Teknik
Sipil ITB; 1997.

Diposting oleh Rahman di 23.05


Label: muchrahman

8 komentar:

SYAHRONI 3 November 2011 21.42


kantafffff.........
Balas

kingkong 5 Maret 2014 06.33


Thank's Infonya Bray .. !!!
www.bisnistiket.co.id
Balas

Malieq la bacho 28 September 2015 10.26


Mantape kali
Balas

dikdo pranowo 21 Mei 2016 21.12


Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Balas

dikdo pranowo 21 Mei 2016 21.23


1.mau tanya dong bagaimana dinas Bina marga mengetahui kondisi kerusahan jalan ?
2.masyarakat dalam bidang apa yang paling banyak malaporkan kerusakan jalan ?
3.hari apa sajakah juru/pengamat jalan memonitoring lubang di jalan raya ? apakah ada hari hari
khusus ?
4.jenis lubang apa sajakah yang akan di tindak lanjuti ?
Balas

Mr yes 2 November 2016 06.47


siiiipppp mantapppp..
Balas

rudi labha 4 Mei 2017 16.54


Mau tanya :
jika jalan provinsi ataubjalan nasional yang ada di wilayah kabupaten tertimbun longsoran dsri tebing
pinggiran jalan makanitu tanggung jawab siapa membersihkan materialnya?
Menunggu petugas propinsi atau pusat membersihkan biasanya sampai berminggu bahkan berbulan
belum juga dibersihkan.

Sedangkan ketika kami masyarakat menuntut pemerintah kabupaten utk membersihkannya, mereka
berkilah itu bukan tanggungjawabnya...

Jadi kami rakyat harus bagaimana????


Balas

FRANC FRITZ 15 September 2017 23.16


terima kasih...sangat bermanfaat buat kami...
Balas

Beri komentar sebagai:

Publikasikan Beri tahu saya

Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

You must here

Copyright © 2011 Pekerjaan Umum | Powered by Blogger

Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode 8
    Metode 8
    Dokumen2 halaman
    Metode 8
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Metode 6
    Metode 6
    Dokumen2 halaman
    Metode 6
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • SKH - 2.10.b Pemeliharaan
    SKH - 2.10.b Pemeliharaan
    Dokumen2 halaman
    SKH - 2.10.b Pemeliharaan
    Palui Doktor
    0% (2)
  • Metode 5
    Metode 5
    Dokumen2 halaman
    Metode 5
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Metode6 PDF
    Metode6 PDF
    Dokumen2 halaman
    Metode6 PDF
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Metode 7
    Metode 7
    Dokumen2 halaman
    Metode 7
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Gambar: Semua Berita Maps Video Lainnya Setelan Alat Tampilkan Gambar Tersimpan Safesearch Aktif
    Gambar: Semua Berita Maps Video Lainnya Setelan Alat Tampilkan Gambar Tersimpan Safesearch Aktif
    Dokumen4 halaman
    Gambar: Semua Berita Maps Video Lainnya Setelan Alat Tampilkan Gambar Tersimpan Safesearch Aktif
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Metode 4
    Metode 4
    Dokumen2 halaman
    Metode 4
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • FINAL SKh-1.10.b
    FINAL SKh-1.10.b
    Dokumen1 halaman
    FINAL SKh-1.10.b
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Lpse
    Lpse
    Dokumen3 halaman
    Lpse
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Metode 1
    Metode 1
    Dokumen2 halaman
    Metode 1
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Cara Pasang Rambu PDF
    Cara Pasang Rambu PDF
    Dokumen2 halaman
    Cara Pasang Rambu PDF
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Metode 3
    Metode 3
    Dokumen2 halaman
    Metode 3
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Skh-1.10.A. Pemel - KJLN - 04102016-1 - Scribd: Semua
    Skh-1.10.A. Pemel - KJLN - 04102016-1 - Scribd: Semua
    Dokumen2 halaman
    Skh-1.10.A. Pemel - KJLN - 04102016-1 - Scribd: Semua
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Long
    Long
    Dokumen2 halaman
    Long
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Rutin X
    Rutin X
    Dokumen2 halaman
    Rutin X
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen2 halaman
    6
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen2 halaman
    4
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Pem
    Pem
    Dokumen2 halaman
    Pem
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan Rambu
    Perencanaan Rambu
    Dokumen2 halaman
    Perencanaan Rambu
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Cara Pasang Rambu PDF
    Cara Pasang Rambu PDF
    Dokumen2 halaman
    Cara Pasang Rambu PDF
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • P 3
    P 3
    Dokumen2 halaman
    P 3
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • 5
    5
    Dokumen2 halaman
    5
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Bimtek
    Bimtek
    Dokumen5 halaman
    Bimtek
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • Bimtek
    Bimtek
    Dokumen5 halaman
    Bimtek
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat
  • P 2
    P 2
    Dokumen2 halaman
    P 2
    Palui Doktor
    Belum ada peringkat