Anda di halaman 1dari 4

René Descartes

Descartes adalah seorang filosof modern yang lahir di Perancis, 31 Maret 1596 dan wafat
pada tahun 1650 di Stockholm, Swedia. Dia dijuluki "Bapak Filsafat Modern" dan "Bapak
Matematika Modern". Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan
Meditationes de prima Philosophia (1641).

John Locke

John Locke lahir pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset. Adalah seorang
filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan Empirisme. Locke
menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke
juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era
pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya
pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.

Rasionalisme (Descartes)

Rasionalisme merupakan sebuah filsafat yang menekankan pada penggunaan akal


pikiran. Pikiran merupakan satu-satunya makhluk yang bisa menemukan kebenaran dari proses
interaksi dengan alam, baik objeknya real dan dapat dilihat secara langsung maupun objek yang
hanya bisa diketahui dengan mengetahui objek yang berkaitan sebagai alasan keberadaan dari
objek tersebut.

Aliran rasionalisme ini berpandangan bahwa pengetahuan bersumber pada rasio atau
akal, ketika memutuskan, menyelesaikan suatu masalah. Aliran ini berpendapat di dalam rasio
terdapat ide-ide dan dengan itu manusia dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa
menghiraukan realitas di luar rasio.

Akal memperoleh bahan lewat indra, kemudian diolah oleh akal menjadi pengetahuan.
Rasionalisme mendasarkan metode deduksi, yaitu cara memperoleh kepastian melalui langkah-
langkah metodis yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum untuk mendapat
kesimpulan yang bersifat khusus.

Rene Descartes membedakan tiga ide yang ada dalam diri manusia, yaitu:
(a) ide-ide yang dibawa manusia sejak lahir.
(b) ide-ide yang berasal dari luar diri manusia.
(c) ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri.

Empirisme (John Locke)

Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa segala pengetahuan berasal dari
pengalaman. Aliran ini menolak anggapan bahwa manusia membawa pengetahuan dalam dirinya
ketika dilahirkan.

Doktrin empirisme tersebut adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat


bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di
peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

John Locke, sebagai tokoh paling awal dalam urutan empirisme Inggris, merupakan
sosok yang paling konservatif Ia merasa menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh
Descartes sehingga ia menolak anggapan Descartes yang menyatakan keunggulan dari “yang
dipahami” adalah “yang dirasa”. Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan
penarikan dengan cara metode induksi.
Secara menarik Locke membandingkan budi manusia pada saat lahir dengan tabula rasa,
yaitu sebuah papan kosong yang belum tertulis apapun, yang artinya segala sesuatu yang ada
dalam pikiran berasal dari pengalaman inderawi, tidak dari akal budi. Otak itu seperti sehelai
kertas yang masih putih dan baru melalui pengelaman inderawi itu sehelai kertas itu diisi.
Dengan ini beliau tidak hanya mau menyingkirkan gagasan mengenai “ide bawaan”, tetapi juga
untuk mempersiapkan penjelasan bagaimana arti disusun oleh kerja keras data sensoris (indrawi).
Locke mengatakan bahwa tidak ada ide yang diturunkan, sehingga dia menolak innate idea atau
ide bawaan. Menurut Locke semua ide diperoleh dari pengalaman, dan terdiri atas dua macam,
yaitu:
1. Ide ide Sensasi, yang diperoleh dari pancaindra seperti, melihat, mendengar, dan lain-lain.
2. Ide-ide Refleksi yang diperoleh dari berbagai kegiatan budi seperti berpikir, percaya, dan
sebagainya.
Jadi menurut Locke, apa yang kita ketahui adalah “ide”. Kebanyakan orang mengatakan
bahwa mereka sadar akan benda-benda. Tetapi menurut Locke objek kesadaran adalah ide. Ide
adalah “objek akal seawktu seseorang berpikir, saya telah menggunakannya utnuk menyatakan
apa saja yang dimaksud dengan fantasnya, maksud species, atau apa saja yang digunakan budi
untuk berpikir….”(Sterling Lamperch 1928 dalam Hardono Hadi 1994).Locke juga mengatakan
bahwa ide adalah “objek langsung dari persepsi” (Sterling Lamperch 1928 dalam Hardono Hadi
1994).

Positivisme (Comte)

Filsafat positivisme merupakan salah satu aliran filsafat modern yang lahir pada abad ke-

19. Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte.

Adapun yang menjadi tititk tolak dari pemikiran positivis ini adalah, apa yang telah diketahui

adalah yang faktual dan positif, sehingga metafisika ditolaknya. Di sini, yang dimaksud dengan

“positif” adalah segala gejala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman

obyektif. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut diatur sedemikian rupa agar dapat

memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.


Sebenarnya, tokoh-tokoh aliran ini sangat banyak. Namun begitu, Auguste Comte dapat

dikatakan merupakan tokoh terpenting dari aliran filsafat Positivisme. Menurut Comte, dan juga

para penganut aliran positivisme, ilmu pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta karena

positivisme menolak metafisisme. Bagi Comte, menanyakan hakekat benda-benda atau penyebab

yang sebenarnya tidaklah mempunyai arti apapun. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan dan juga

filsafat hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Dengan

demikian, kaum positivis membatasi dunia pada hal-hal yang bisa dilihat, diukur, dianalisa dan

yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Filsafat positivisme Comte juga disebut sebagai faham empirisme-kritis, bahwa

pengamatan dengan teori berjalan seiring. Bagi Comte pengamatan tidak mungkin dilakukan

tanpa melakukan penafsiran atas dasar sebuah teori dan pengamatan juga tidak mungkin

dilakukan secara “terisolasi”, dalam arti harus dikaitkan dengan suatu teori.

Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek diluar

fakta, menolak segala penggunaan metoda di luar yang digunakan untuk menelaah fakta. Atas

kesuksesan teknologi industri abad XVIII, positivisme mengembangkan pemikiran tentang ilmu

pengetahuan universal bagi kehidupan manusia, sehingga berkembang etika, politik, dan lain-

lain sebagai disiplin ilmu, yang tentu saja positivistik. Positivisme mengakui eksistensi dan

menolak esensi. Ia menolak setiap definisi yang tidak bisa digapai oleh pengetahuan manusia.

Bahkan ia juga menolak nilai (value).

Anda mungkin juga menyukai