BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Satu penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi hipokondriasis
dalam enam bulan terakhir sebesar 4-6 persen pada populasi klinik medis
umum. Namun demikian angka persentase ini dapat mencapai 15 persen .
Laki-laki dan wanita mempunyai perbandingan yang sama untuk menderita
hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap manusia, onset
paling sering antara usia 20 dan 30 tahun.1
2.3. Etiologi
Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan
bahwa gejala mencerminkan gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup
menyatakan bahwa orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan
sensasi somatiknya; mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah
terhadap gangguan fisik. Sebagai contohnya apa yang dirasakan oleh orang
5
Teori ketiga adalah bahwa gangguan ini adalah bentuk varian dari
gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan
berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan
kecemasan. Diperkirakan 80 persen pasien dengan hipokondriasis mungkin
memiliki gangguan depresif atau gangguan kecemasan yang ditemukan
bersama-sama. 6
2.4. Patofisiologi
Defisit neurobiokimia berhubungan dengan hipokondriasis dan
gangguan somatoform lain seperti gangguan somatisasi, kontriversi dan
kelainan bentuk tubuh terlihat sema dengan gangguan mood dan cemas.7
Hollander dkk menjelaskan “spectrum obsesif-kompulsif” untuk
memasukan gangguan obsesif-kompulsif, kelainan bentuk tubuh (body
dysmorphic disorder), anorexia nervosa, sindrom Tourette, dan gangguan
control impuls (misalnya trichotillomania, pathological gambling). Penulis lain
mempostulasikan bahwa kelainan somatoform seperti hipokondriasis dapat
saja merupakan hasil atas kebiasaan tak sadar yang dilakukan pasien untuk
menghindari konflik internal dan stressor eksternal. 1,7
Formulasi dari gangguan spectrum obsesif kompulsif ini walaupun
bukan bagian dari consensus diagnostik dan klasifikasi psikiatri, melintasi
sedikit bagian dalam beberapa kategori diagnostic dalam DSM-IV walaupun
pertemuan kasus dari deficit neurobiokinia ini bersifat ringan, beberapa deficit
menunjukan mengapa gejala dapat menjadi berlebihan, dan berakibat
komorbid, dan mengapa terapi yang efektif itu bersifat parallel antara orang
yang satu dengan orang yang lain. 7
Pada studi terakhir dari maker biologis, penelitian yang berdasarkan
kriteria diagnostik untuk hipokondriasis DSM- IV menemukan bahwa terdapat
penurunan level neurotropin 3 (NT-3) dan serotonin trombosit (5-HT) dalam
plasna dibandingkan dengan subjek kontrol. NT-3 aalah marker dari fungsi
neuronal sementara trombosit 5-HT adalah marker penting untuk aktivitas
serotogenik. 1
2.6. Diagnosis
Diagnosis hipokondriasis (F45.2) berdasarkan PPDGJ III, kedua hal ini
harus ada: 9
2.7. Tatalaksana
Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik.
Beberapa pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika
dilakukan menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di lingkungan medis
dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan pendidikan tentang mengatasi
penyakit kronis. Diantara pasien-pasien tersebut, psikoterapi kelompok adalah
cara yang terpilih karena cara ini sebagian cara ini memberikan dukungan
sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan pasien.
Psikoterapi individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi biasanya
tidak berhasil. 10
Jadwal pemeriksaan fisik yang tertib dan teratur adalah berguna untuk
menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan
keluhan mereka ditanggapi secara serius. Tetapi prosedur diagnostic dan
terapeutik yang infasif harus dilakukan jika hanya bukti-bukti objektif
mengharuskannya. Jika mungkin klinisi harus menahan diri supaya tidak
mengobati temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau kebetulan. 10
Terapi kognitif
2.8. Prognosis
Perjalanan penyakit biasanya episodik; episode berlangsung dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode tenang
yang sama panjangnya. Mungkin terdapat hubungan jelas antara eksaserbasi
gejala hipokondriakal dan stressor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar
yang dilakukan belum dilaporkan, diperkirakan sepertiga sampai setengah dari
semua pasien akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis yang baik adalah
berhubungann dengan status sosioekonomi yang tinggi, onset gejala yang tiba-
tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisimedis non
12
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2. Basant K.P, Paul J.L, ian H.T. 2002. Gangguan Disosiasi (konversi) dan
somatoform, Gangguan Hipokondrial dalam Buku Ajar Psikiatri, Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Benjamin J.S, Virginia A.S. 2007. Somatoform Disorder and others causes of
medically unexplained symptoms, Hypocondriasis in New Oxford Textbook of
Pyschiatry, 10th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
6. Michael G.G, Juan J.L, Nancy A. 2002. Somatoform Disorder and other
causes of medically unexplained symptoms, Hypochondriasis in New Oxford
Textbook of Psychiatry, Psychiatry and Madicine.
9. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
Cetakan Pertama. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
10. Kaplan H.I, Sadock, B.J, and Greeb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri. In:
Gangguan Somatoform. Jilid Dua. Ciputat: Binapura Angkasa, Jakarta.
12. Maramis, Willy F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Cetakan pertama
2009. Surabaya: Airlangga University Press.
13. Saddock BJ, Sadock VA, Ruiz Pedro. 2009. Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th edition. Philadhelphia; lippincot Williams 7 Walkins.