Karakterisasi Reservoar Menggunakan Meto PDF
Karakterisasi Reservoar Menggunakan Meto PDF
Fathul Mubin
08/270187/PA/12238
INTISARI
Studi inversi impedansi akustik telah dikenal dan sering digunakan sebagai salah satu
metode dalam karakterisasi reservoar, baik dalam membedakan litologi maupun fluida.
Metode inversi impedansi akustik ini memiliki keterbatasan dalam membedakan litologi dan
fluida, sering dijumpai kasus dimana antara batupasir (porous sand) dan batulempung
(shalestone) memiliki nilai impedansi yang hampir sama. Oleh karena itu diperlukan suatu
metode baru yang dapat membedakan litologi dan mendeteksi kandungan fluida hidrokarbon
dengan baik.
Metode inversi simultan menggunakan data berupa angle gather yang kemudian
diinversikan untuk menghasilkan impedansi P, impedansi S dan densitas. Parameter
impedansi P dan impedansi S kemudian diturunkan menjadi parameter lambda-rho dan mu-
rho yang sensitif terhadap adanya fluida. Hasil analisis crossplot menunjukkan bahwa
parameter impedansi P, impedansi S, densitas, lambda-rho dan mu-rho dapat mengidentifikasi
litologi dan fluida dengan baik. Map hasil inversi simultan menunjukkan bahwa parameter
impedansi P, densitas dan lambda-rho mampu mengidentifikasi adanya zona reservoar dan
fluida pada porous sand dengan baik. Pada area tersebut ditunjukkan dengan nilai impedansi
P rendah, densitas rendah, lambda-rho rendah, impedansi S tinggi dan mu-rho tinggi.
Kata kunci: Inversi simultan, Impedansi P, Impedansi S, Lamda-Mu-Rho.
i
RESERVOIR CHARACTERIZATION USING SIMULTANEOUS INVERSION
METHOD IN “ALMULK” FIELD, TALANG AKAR FORMATION
SOUTH SUMATERA BASIN
Study of acoustic impedance inversion method has been known and utilized as a
method in reservoir characterization, for lithology and fluid discrimination. This Acoustic
Impedance inversion has a limitation in discriminating lithology and fluid effects, and it is
often found in many cases where the porous sand and shalestone have a similar impedance
value. Because of that reason, there is needs a new invention method that can discriminate
lithology and fluid effect better.
The simultaneous inversion method was used in this research, using angle stack data
as the input and then it was inverted simultaneously together to produce P impedance, S
impedance, and density. The P impedance and S impedance were derived to produce lambda-
mu-rho which are sensitive to the presence of fluid. The results of the sensitivity analysis
showed that parameter of P impedance, S impedance lambda-rho and mu-rho could define
lithology differences and fluid properly. Map of inversion result show that P impedance,
density, and lamda-rho are able to identify the zone of reservoir and fluid in the porous sand
clearly. In this area, the inversion result was were indicated by low P Impedance, low density,
low lambda-rho, high S Impedance and high mu-rho.
Key words: Lamda-Mu-Rho, P-impedance, S-impedance, Simultaneous inversion.
ii
BAB I 1.3. Batasan Masalah
PENDAHULUAN Beberapa batasan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi
beberapa hal, antara lain:
1.1. Latar Belakang 1. Data Sumur yang digunakan adalah
Karakterisasi reservoar didefinisikan data sumur yang dilengkapi log P-
sebagai suatu proses untuk menjabarkan wave (sonic), log S-wave (sonic),
secara kualitatif dan atau kuantitatif karakter log Densitas (density), log Gamma
reservoar menggunakan semua data yang Ray, log Porositas.
ada. Sedangkan karakterisasi reservoar 2. Data seismik yang digunakan adalah
seismik adalah suatu proses untuk data seismik 3D pre-stack time
menjabarkan secara kualitatif dan atau migration (PSTM) gather.
kuantitatif karakter reservoar menggunakan 3. Zona target reservoar merupakan
data seismik sebagai data utama (Sukmono, batupasir pada formasi Talang Akar.
2000). 4. Proses inversi simultan pada
Seismik inversi adalah satu dari reservoar batupasir menggunakan
sekian banyak metode yang sudah digunakan parameter Impedansi P, Impedansi
ahli geofisika untuk karakterisasi reservoar. S, densitas, lamda-rho dan mu-rho.
Seismik inversi adalah suatu teknik
pembuatan model geologi bawah permukaan
dengan data seismik sebagai input dan data
geologi sebagai kontrol (Sukmono, 2000).
Metode seismik inversi simultan merupakan
proses inversi data seismik angle gather
dengan melibatkan pengaruh wavelet dari
seismik partial stack Near, Midlle, Far offset
untuk menghasilkan secara langsung
parameter fisik batuan P-impedance (Zp), S-
impedance (Zs) dan Density untuk kemudian
ditransformasi menjadi parameter Lambda-
Mu-Rho. (Hampson dan Russell, 2005).
Lamda-rho (λρ) yang juga dikenal sebagai
incompressibility yang digunakan sebagai
indikator porositas fluida yang mengandung
hidrokarbon dan Mu-rho (μρ) yang dikenal
sebagai rigiditas yang dapat digunakan untuk
indikator batuan dimana parameter ini
sensitif terhadap karakter matrik batuan.
2
3
Z p 2 2Z s 2
(2.2)
Deskripsi skematik dari metode
inversi simultan AVA dapat ditampilkan
pada gambar 2.3. Volume frekuensi rendah
dari impedansi P, impedansi S dan densitas
dibutuhkan untuk inversi 1D trace-based (1D
trace-based inversion) karena informasi
frekuensi rendah yang diperlukan untuk
mengikutsertakan pola kompaksi (0-6 Hz
pada kasus ini), tidak dimiliki oleh data
amplitudo seismik. Sebagai tambahan,
volume frekuensi rendah digunakan untuk
menuntun konstrain pola soft. Volume ini
diperoleh dengan melakukan interpolasi
lateral berbobot pada log sumur dengan
menggunakan model geologi yang
dikonstruksi berdasarkan interpretasi horizon
top formasi geologi. Terakhir, model
terinterpolasi difilter low-pass dengan
frekuensi cut-off 6 Hz untuk menghasilkan
volume frekuensi rendah terakhir.
7
8
sin i A1 = amplitudo gelombang yang dipantulkan
p konstaan pada medium 1,
v A0 = amplitudo gelombang datang,
(3.3) 1 = densitas medium 1,
dengan i dapat berupa sudut datang, sudut
2 = densitas medium 2,
pantul atau sudut bias gelombang, v adalah
V P1 = kecepatan gelombang P pada medium 1,
kecepatan gelombang dalam medium yang
VP2 = kecepatan gelombang P pada medium 2,
bersangkutan dan p adalah konstanta yang
disebut parameter gelombang. Parameter VP impedansi akustik.
gelombang ini besarnya tertentu dan tetap untuk
semua gelombang yang berasal dari satu berkas 3.3. Impedansi Akustik
gelombang.
Salah satu sifat akustik yang khas pada
Hukum Snell, yaitu: batuan adalah Acoustic Impedance (Zp) yang
sin 1 sin 1' sin 2 sin 1 sin 2 merupakan perkalian antara kecepatan (V) dan
p densitas (ρ).
VP1 VP1 VP 2 VS1 VS 2
(3.4) Zp = Vp ρ (3.6)
dengan Dimana :
1 = sudut datang gelombang P, Zp = impedansi akustik
2’, 2 = sudut pantul dan sudut bias Vp = kecepatan gelombang P (m/s)
gelombang P, ρ = densitas (g/cm3)
1, 2 = sudut pantul dan sudut bias Harga Zp ini lebih dikontrol oleh
gelombang S, kecepatan gelombang P dibandingkan densitas,
VP1, VP2 = kecepatan gelombang P pada karena orde nilai kecepatan lebih besar
medium pertama dan medium dibandingkan dengan orde nilai densitas. Jika
kedua, gelombang seismik ini melewati dua media
VS1, VS2 = kecepatan gelombang S pada yang berbeda impedansi akustiknya maka akan
medium pertama dan medium ada sebagian energi yang dipantulkan yang
kedua, kemudian direkam oleh receiver di permukaan.
p = parameter gelombang,
dan 1 = 1’. 3.4. Impedansi Shear
Secara umum Impedansi Shear hampir
sama dengan impedansi akustik, perbedaannya
3.2. Koefisien Refleksi
pada kecepatan yang digunakan adalah
Koefisien refleksi adalah perbandingan kecepatan gelombang S (Vs). Secara matematis
antara amplitudo gelombang pantul dengan dirumuskan sebagai :
amplitudo gelombang datang. Besarnya Zs = Vs ρ (3.7)
koefisien refleksi pada sudut datang nol derajat dimana :
atau gelombang yang datang tegak lurus Zs = Impedansi Shear
terhadap bidang pemantul disebut juga koefisien ρ = Densitas
refleksi sudut datang normal atau koefisien Vs = kecepatan gelombang S
refleksi sudut datang nol yang dapat dirumuskan
sebagai : Karena sifat dari gelombang S hanya
A1 2VP 2 1VP1 mengukur rigiditas matriks batuan sehingga
R0 keberadaan fluida tidak terdeteksi, gelombang
A0 1VP1 2VP 2 ini hanya akan melewati medium solid,
(3.5) sehingga Zs dapat merepresentasikan variasi
dengan litologi.
R0 = koefisien refleksi sudut datang nol,
9
3.5. Seismogram Sintetik 2. Proses inversi deret koefisien refleksi
Seismogram sintetik adalah hasil menjadi impedansi akustik semu
konvolusi antara deret koefisien refleksi dengan
suatu wavelet. Untuk membuat seismogram
sintetik, wavelet yang dipakai diperoleh dengan 3.7. Sifat Fisika Batuan
melakukan pengekstrakan pada data seismik Sifat fisika batuan dapat digunakan
atau dengan wavelet buatan. untuk mendeskripsikan kondisi batuan pada
Seismogram sintetik merupakan sarana suatu reservoir, serta dapat menentukan
untuk mengidentifikasi horizon seismik yang bagaimana perilaku penjalaran gelombang di
sesuai dengan geologi bawah permukaan yang dalam batuan. Sifat fisika batuan meliputi,
diketahui dalam suatu sumur hidrokarbon densitas, kecepatan gelombang P, kecepatan
(Munadi dalam Fatimah, 2011). Identifikasi gelombang S, porositas, dan lain sebagainya.
permukaan atau dasar formasi pada penampang
3.7.1. Porositas Batuan
seismik memungkinkan ditelusuri penerusan
formasi tersebut pada arah lateral dengan Porositas batuan merupakan salah satu
memanfaatkan data seismik. sifat akustik dari reservoir yang didefinisikan
sebagai ukuran kemampuan batuan untuk
menyimpan fluida. Porositas batuan dinyatakan
3.6. Inversi Seismik dalam persen (%) atau fraksi. Dalam
Inversi seismik merupakan suatu teknik karakterisasi reservoir, porositas terdiri dari dua
untuk menggambarkan model geologi bawah yaitu :
permukaan menggunakan data seismik sebagai 1. Porositas absolut didefinisikan sebagai
masukan dan data log sebagai pengontrol perbandingan antara volume pori-pori
(Sukmono, 2000). Veeken (2007) memberi total batuan terhadap volume total
pengertian bahwa inversi seismik merupakan batuan.
suatu metode yang mengubah volum data 2. Porositas efektif didefinisikan sebagai
seismik menjadi volum data akustik atau elastik. perbandingan antara volume pori-pori
Pada dasarnya metode inversi seismik yang saling berhubungan dengan volume
digunakan untuk mengetahui kemenerusan batuan total.
lateral dari data log, dan sangat membantu
dalam proses korelasi data sumur. Metode 3.7.2. Densitas
inversi dapat memodelkan data sumur semu dari Densitas adalah karakter fisis yang
data seismik seperti data log kecepatan, log berubah secara signifikan terhadap perubahan
densitas, log impedansi akustik, yang memiliki tipe batuan akibat perubahan mineral dan
dimensi dan karakter yang sama dengan data porositas yang dimilikinya. Densitas (ρ)
sumur konvensional. didefinisikan sebagai massa (m) batuan per
Ilustrasi metode seismik inversi sebagai satuan unit volume (V).
proses pemodelan maju (forward modelling) m
ditunjukan pada gambar 3.2. Gelombang V (3.10)
seismik yang ditangkap geofon sebenarnya
satuan densitas dalam SI adalah kg/m3 atau g/cc.
adalah konvolusi antara wavelet sumber dengan
.
deret koefisien refleksi di bawah permukaan
bumi. Pada metode inversi seismik, proses 3.7.3. Inkompresibilitas (λ) dan Rigiditas (μ)
tersebut dibalik menjadi proses dekonvolusi Inkompresibilitas (λ) merupakan tingkat
data seismik dengan wavelet sumber sehingga ketahanan suatu batuan terhadap gaya tekan
diperoleh koefisien refleksi. yang mengenainya. Semakin mudah dikompresi
Lindseth (1979) telah mengembangkan maka semakin kecil nilai inkompresibilitas
metode inversi seismik sejak tahun 1970-an. begitu pula sebaliknya. Perubahan ini lebih
Prosedur dasarnya adalah : disebabkan oleh adanya perubahan pori
1. Proses dekonvolusi data seismik menjadi daripada perubahan ukuran butirnya. Hasil
perkiraan deret koefisien refleksi perkalian λ dengan ρ atau dikenal dengan
10
lamda-rho (λρ) dapat mengindikasikan gelombang P dan kecepatan gelombang S).
keberadaan fluida karena nilainya Konsep persamaan Zoeppritz adalah
menggambarkan resistensi fluida terhadap menentukan koefisien refleksi dan transmisi
perubahan volume karena gaya compressional gelombang yang datang dari suatu medium ke
stress. Batuan yang berisi gas akan memiliki medium lain dengan sudut datang tidak sama
nilai lamda-rho yang kecil. Menurut Gray dan dengan nol. Dengan mengacu pada gambar 3.3,
Andersen (2001) dalam Sumirah (2003), persamaan Zoeppritz dapat dituliskan dalam
menyatakan bahwa rigiditas (μ) atau modulus bentuk :
geser didefinisikan sebagai resistensi batuan
sin 1 cos 1 sin 2 cos 2
terhadap sebuah strain yang mengakibatkan cos sin 1 cos 2 sin 2
1 Rpp sin 1
perubahan bentuk tanpa merubah volume total V p1 2 .Vs 2 2 .V p 1 2 .Vs 2 .V p 1 Rps cos 1
sin 21 cos 21 sin 2 2 cos 2 2
dari batuan tersebut. Rigiditas sensitive terhadap Vs 1 1 .Vs 1 2 .V p 2 1 .Vs 1 2 Tpp sin 21
2 .V p 2
.V Tps cos 21
2 s 2 sin 2 2
Vs 1
cos 21 sin 21 cos 2 2
matriks batuan, semakin rapat matriksnya maka V p1 1 .V p 1 1 .V p 1
akan semakin pula mengalami slide over satu
(3.16)
sama lain dan benda tersebut dikatakan
memiliki rigiditas yang tinggi. Keterangan:
Z P ( .VP ) 2 ( 2 )
2
Rpp = koefisien refleksi gelombang P,
(3.13) Rps = koefisien refleksi gelombang S,
Z S ( .VP )
2 2
Tpp = koefisien transmisi gelombang
(3.14) P,
Z P Z S
2 2 Tps = koefisien transmisi gelombang
(3.15) S,
keterangan: Vp = kecepatan gelombang P (m/s)
VP = Kecepatan gelombang P 1,2 = indeks medium lapisan 1 dan 2
1 = sudut datang gelombang P
VS = Kecepatan gelombang S
2 = sudut transmisi gelombang P
Z P = Impedansi gelombang P
1 = sudut datang gelombang S
Z S = Impedansi gelombang S
2 = sudut transmisi gelombang S
Vs = kecepatan gelombang S (m/s)
3.8. AVO (Amplitude Variations with ρ = densitas (kg/m3)
Offset) Aki-Richard menyederhanakan
persamaan Zoeppritz seperti persamaan (3.17).
V p1 Vs1
3.8.1. Prinsip Dasar AVO
KR pp 1 tan 2 VV p2
V p1
8K sin 2 VV s2
Vs1
1 4 K sin 2 2 1
1
p2 s2 2
Konsep AVO didefinisikan sebagai
variasi perubahan amplitudo refleksi seiring
(3.17)
dengan bertambah besarnya sudut datang (angle
dengan :
of incidence). Nilai reflektifitas pada sudut 2
datang kecil akan berbeda dengan nilai Vs
K 2
reflektifitas pada sudut datang besar, dimana Vp
nilai reflektifitas tersebut dapat menjadi lebih
besar atau kecil. Kasus perubahan nilai (3.18)
reflektifitas ini dapat berupa brightspot, dimspot Pada persamaan (3.17) terlihat bahwa
atau pembalikan polaritas. koefisien refleksi pada setiap sudut datang
hanya dipengaruhi oleh densitas, kecepatan
3.8.2. Persamaan Zoeppritz gelombang P, dan kecepatan gelombang S pada
Persamaan dasar AVO pertama kali setiap lapisan.
diperkenalkan oleh Zoeppritz (Hampson dan
Russel, 2008) yang menggambarkan koefisien 3.8.3. Persamaan Aki-Richard
refleksi dan transmisi sebagai fungsi dari sudut Aki dan Richard (1980) melakukan
datang pada media elastik (densitas, kecepatan penyerdehanaan pada persamaan Zoeppritz
11
menjadi persamaan orde-1 untuk koefisien masukan dan data log sebagai pengontrol
refleksi. Pendekatan yang dilakukan merupakan (Sukmono, 2000). Metode inversi seismik
linearisasi dari persamaan Zoeppritz yang dibagi menjadi dua jenis berdasarkan data yang
kompleks dengan memisahkan komponen digunakan, yaitu: post stack seismic inversion
kecepatan dan densitas. Hal ini berfungsi untuk dan pre stack seismic inversion. Pada data
memberikan perkiraan reflektivitas variasi seismik post stack, diasumsikan bahwa
offset pada domain data pre-stack. Hasil amplitudo seismik hanya dihasilkan oleh
penyederhanaan oleh Aki-Richard diberikan reflektifitas pada sudut datang nol yaitu R(0),
oleh persamaan: sehingga post stack seismic inversion hanya
dapat digunakan untuk menghasilkan tampilan
VP V model impedansi akustik. Data seismik pre
RPP ( ) a b c S stack masih mengandung informasi sudut
VP VS (3.19) (R(θ)), sehingga dapat digunakan untuk
manghasilkan parameter-parameter selain
dengan impedansi P, seperti impedansi S, Vp/Vs serta
1 Lambda-Rho dan Mu-Rho.
a
2 cos 2 Metode inversi simultan yang
1 2V
2 dikembangkan Russel et.al. (2005)
b S sin 2
menggunakan data pre-stack berupa partial
2 VP stack yang kemudian diinversikan secara
2
bersama (simultan) dengan wavelet hasil
V estimasi dari masing-masing partial stack,
c 4 S sin 2
menggunakan persamaan Fatti yang telah
VP dimodifikasi sehingga diperoleh nilai impedansi
(V V P 2 ) gelombang P, impedansi gelombang S dan
V P P1
2 densitas.
(V VS 2 )
VS S 1 3.9.2. Persamaan Fatti
2 Fatti et. al (1994) dalam Hampson et. al
( 2 ) (2006) memodifikasi persamaan Aki-Richard
1
2 sehingga diperoleh hubungan koefisien refleksi
V P V P1 V P 2 sebagai berikut:
V S V S 1 V S 2 RPP c1 RP c2 RS c3 RD
(3.20)
1 2 dengan
RPP ,VP ,VS masing-masing adalah 1 V P
RP ,
koefisien refleksi sebagai fungsi sudut , rata- 2 V P
rata kecepatan gelombang P dan kecepatan
1 V S
gelombang S, dan densitas; VP , VS , RS ,
2 V S
masing-masing adalah perbedaan kecepatan
gelombang P, gelombang S dan densitas dari RD ,
dua medium yang berbeda, adalah rata-rata
sudut datang dan sudut transmisi atau bias. c1 1 tan 2 ,
c 2 8 2 sin 2 ,
3.9. Inversi Simultan 1
c3 tan 2 2 2 sin 2 ,
2
3.9.1. Prinsip Dasar Inversi Simultan
VS
Inversi seismik merupakan suatu teknik dan .
untuk menggambarkan model geologi bawah VP
permukaan menggunakan data seismik sebagai
12
Dengan melakukan pendekatan terhadap RD DLD
reflektifitas kecil, Rpi<0.1 maka: (3.29)
Z (i 1) Z (i) Z (i) Jika seismic trace (S) direpresentasikan
RPi
Z (i 1) Z (i) 2Z (i) sebagai konvolusi dari wavelet seismic (W)
(3.21) dengan reflektifitas bumi (R) maka diperoleh
Z persamaan matriks sebagai:
dengan Z (i) (i 1) (i)
Z
S1 W1 0 0 RP1
W W 0 R
2 . S
Dengan menggunakan operasi kalkulus 2 1
2 1 P2
sederhana, turunan dari logaritma natural 2 W3 W2 W1
impedansi dapat dituliskan sebagai:
S N RPN
d ln Z t 1 dZ t
Persamaan matriks di atas secara singkat
dt Z t dt dapat ditulis:
(3.22) 1
Dengan menghilangkan dt pada S WDRP
2
persamaan (3.30) kemudian menggunakan Δ Dengan mendefinisikan reflektifitas
sebagai pengganti d, maka diperoleh persamaan ( R , R , dan R ) sebagai fungsi dari matriks
P S D
baru: derivative dan logaritma dari impedansi seperti
i 2
1
RP ln Z P ln Z P
i 2
1
i 1
lnpada
Z P persamaan matriks (3.31) maka akan dapat
i
dituliskan persamaan:
(3.23) 1 1
dengan I merepresentasikan batas lapisan ke-i. S ( ) c1W ( ) DLP c2W ( ) DLS c3W ( ) DL
2 2
Persamaan (3.23) dapat diterapkan untuk (3.32)
RS dan RD sehingga diperoleh persamaan baru :
i 2
1
RS ln Z S ln Z S
i 2
1
i 1
ln Z P
Si
Keterangan :
W = wavelet berdasarkan angle
(3.24) tertentu
RD ln Z P ln Z D ln Z D LP = logaritma natural impedansi
i i i 1 i
(3.25) gelombang P
Jika ada N reflektifitas maka persamaan LS = logaritma natural impedansi
(3.23) dapat dituliskan dalam bentuk persamaan gelombang S
matriks sebagai: LD = logaritma natural densitas
P1i
R 1 1 0 P1 L = sudut datang
0 1 1 L
R
P2 1 S = seismic trace berdasarkan angle
P2 (3.26)
2 0 0 1 tertentu
RPN LPN
dengan LP ln Z P
i
i .
Persamaan matriks di atas secara singkat
dapat ditulis:
1
RP DLP (3.27)
2
Dengan melakukan langkah yang sama
ke dalam persamaan 3.25 dan 3.26 maka dapat
diperoleh persamaan baru yaitu :
1
RS DLS (3.28)
2
BAB IV Table. 4.1. Kelengkapan data log pada setiap
METODE PENELITIAN sumur.
Sumur
Log
FM-D2 FM-E1 FM-E2
4.1. Kelengkapan Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian P-wave √ √ √
ini meliputi: S-wave √ √ √
Densitas √ √ √
1. Data seismik 3D Pre Stack Time
Migration format CDP gather. Gamma ray √ √ √
2. Data log 3 buah sumur pada area Neutron
√ √ √
penelitian, yaitu: FM-D2, FM-E1, FM- porosity
E2. Adapun data log utama yang
4.2.3. Data Marker
digunakan adalah data Log P-wave
Data marker digunakan sebagai acuan
(sonic), Log S-wave (sonic), log
batas lapisan dan top formasi yang digunakan
Densitas (density), log Gamma Ray, log
sebagai acuan dalam melakukan pengikatan data
Porositas, dan log Resistivitas.
sumur dan data seismik yang selanjutnya
3. Checkshot 3 buah sumur, yaitu: FM-D2,
digunakan untuk picking horizon dari tiap batas
FM-E1, FM-E2.
formasi. Marker tersebut yaitu Top BRF, Top
4. Data Marker meliputi : Top BRF, Top
TAF dan Top LAF.
TAF, Top LAF, dan Top BSMN.
5. Data geologi yang meliputi geologi 4.2.4. Data Geologi
regional daerah penelitian, dan Pada penelitian ini fungsi data geologi
stratigrafi. sangat penting yang menjadi data pendukung
6. Basemap daerah penelitian (gambar 4.2) dalam pengolahan dan interpretasi hasil inversi.
Adapun data geologi didapat dari beberapa
literature yang melingkupi informasi geologi
regional, sistem tektonik, serta stratigrafi daerah
4.2. Pengumpulan Data
penelitian yang berasal dari hasil penelitian
4.2.1. Data Seismik sebelumnya.
Data seismik awal yang digunakan dan 4.3. Persiapan Data
menjadi masukan berupa data 3D Pre-Stack Persiapan data perlu lakukan sebelum
Time Migration, CDP gather yang telah proses inversi simultan, data tersebut sebagai
dikoreksi NMO (Normal Move Out) dan masukan sebelum diproses. Data-data yang
supergather yang ditampilkan pada gambar 4.3. perlu disiapkan terdiri dari data sumur dan data
Adapun jangkauan lintasan seismiknya yaitu seismik, meliputi pembuatan crossplot untuk
mulai dari Inline 1001 s.d 1304 dan Crossline analisis sensitifitas data sumur, super gather,
5001 s.d 5300. Dengan masukan berupa data angle gather (near, middle, far), angle stack
seismik Pre-Stack Time Migration, diharapkan dari data angle gather, full stack, picking
akan didapatkan titik reflektor yang horizon dan wavelet yang diekstraksi dari tiap
sesungguhnya, serta ini sebagai syarat dalam angle stack.
pengolahan inversi simultan. Jika reflektor
berupa garis miring, di mana CMP ≠ CDP maka 4.3.1. Analisis Sensitivitas Data Sumur
efek point smearing dapat dihindari dan akan Pada tahap awal sebelum inversi perlu
merepresentasikan titik reflektor yang sama, dilakukan analisa sensitifitas dari data sumur
meskipun dengan sudut datang yang berbeda. untuk dapat mengetahui parameter fisis yang
paling sensitif terhadap data dalam
4.2.2. Data Sumur
membedakan litologi dan fluida. Uji sensitifitas
Pada penelitian ini data sumur yang
dilakukan dengan cara melakukan crossplot dari
dipakai berupa 3 sumur pada area penelitian,
beberapa parameter fisis yang bersumber dari
yaitu: FM-D2, FM-E1, FM-E2. Adapun
data sumur. Parameter yang dianggap sensitif
kelengkapan data log pada tiap sumur dapat
terhadap data akan dapat memisahkan litologi
dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.4.
17
18
maupun fluida dengan baik dilihat dari hasil inversi simultan digunakan untuk
crossplot. mendekonvolusikan data seismik sehingga
didapatkan reflektifitas yang kemudian akan
4.3.2. Super Gather didapatkan model impedansi P litologi bawah
Proses super gather dilakukan untuk permukaan.
menganalisis tiap-tiap trace dalam CDP gather,
dimana setiap trace-nya akan menggambarkan 4.3.7. Well Seismic Tie
kisaran dari nilai offset. Super gather adalah Proses ini merupakan suatu proses
suatu proses perataan trace yang bertujuan pengikatan data sumur yang ada dengan data
untuk memperkuat respon amplitudo. seismik dengan maksud supaya informasi data
sumur sesuai dengan data seismik. Proses ini
4.3.3. Angle Gather hanya dapat dilakukan apabila sumur yang kita
Proses pada angle gather adalah untuk miliki terdapat data log sonic (Vp) dan data log
membawa tiap-tiap trace dalam kawasan offset densitas. Adapun sebagai pengontrol kualitas
ke dalam kawasan sudut (angle), dimana proses pengikatan yang kita lakukan antara data
ini dilakukan dengan ray tracing menggunakan seismik dengan data sumur akan dinyatakan
fungsi kecepatan. dalam bentuk korelasi antara data jejak seismik
dengan data seismiknya. Nilai korelasi
4.3.4. Full Stack
mendekati 1 merupakan kualitas korelasi yang
Proses stacking pada data PSTM gather
paling baik dari kisaran antara 0 – 1, namun
adalah dengan menjumlahkan trace-trace
nilai korelasi lebih dari 0.7 sudah dikategorikan
seismik pada hasil angle gather. Proses ini
baik.
dilakukan untuk meningkatkan rasio sinyal
terhadap noise (S/N ratio). Data hasil stacking 4.3.8. Picking Horizon
akan digunakan dalam pembuatan earth model
yang berperan sebagai model awal inversi Setelah dilakukan well seismic tie maka
simultan. langkah selanjutnya adalah melakukan picking
horizon. Pada penelitian ini menggunakan 2
4.3.5. Angle Stack buah horizon dengan tujuan untuk membatasi
Pada inversi simultan perlu digunakan nilai saat pembuatan model impedansi P dan
data seismik angle gather pada sudut near, impedansi S. Horizon yang digunakan yaitu:
middle, dan far. Adapun pembagian sudutnya Horizon Top BRF, Horizon Top TAF, dan
sebagai berikut: Near stack (6O-17O), Middle Horizon Top LAF. Horizon Top TAF dan Top
stack (14O-27O), Far stack (24O-35O). LAF merupakan horizon target pada penelitian
Pemilihan sudut sengaja dibuat overlap ini yang merupakan reservoar batupasir yang
dengan tujuan mengover semua sudut yang ada, disisipi shale.
sehingga tidak ada faktor sudut yang tidak (a)
terlibatkan. Hal ini diharapkan memberikan
hasil yang lebih baik.
5.1. Analisis Sensitifitas Data Sumur 5.1.2. Crossplot Densitas dan Impedansi P
Analisis sensitifitas data sumur Dari hasil analisis crossplot antara log
dilakukan dengan cara membuat crossplot impedansi P terhadap densitas pada sumur FM-
antara dua buah parameter log dalam sistem E2 ditunjukkan pada gambar 5.2 dengan
kartesian sumbu x dan y, selanjutnya dilakukan menggunakan color key berupa gamma ray
zonasi terhadap data yang mempunyai dapat digunakan sebagai indikator litologi. Dari
kecenderungan tertentu. Hasil dari zonasi ini hasil crossplot ini diharapkan dapat
kemudian akan ditampilkan melalui cross- membedakan porous sand dan shale. Maka
section sehingga dapat dilihat zonasi data secara kemudian dilakukan zonasi pada daerah tersebut
lateral. Analisis sensitifitas ini penting yang dianggap sebagai zona interest pada
dilakukan untuk mengetahui parameter- penelitian ini. Hasil analisis crossplot log
parameter yang dapat dijadikan indikator densitas dan impedansi P pada gambar 5.2
litologi dan indikator fluida. Pada menganalisis menunjukkan anomali berupa shale (warna
crossplot, parameter yang dianalisis antara lain: hijau), porous sand (warna kuning) dan tight
impedansi S, impedansi P, densitas, lamda-rha sand (warna orange). Pada sumur FM-D2
dan mu-rha. Dengan melakukan zonasi terhadap (lampiran hal. A.1), FM-E1 (lampiran hal. A.1)
data parameter yang digunakan, diharapkan juga memiliki pola yang cukup sama dengan
dapat mengetahui keberadaan fluida serta sumur FM-E2. Zona interest berupa porous
karaketerisasi reservoir pada daerah sekitar sand memiliki nilai gamma ray yang relatif
sumur. Hasil dari analisis crossplot ini lebih rendah dari tight sand dengan impedansi P
kemudian dapat dijadikan panduan dalam sedang dan densitasi rendah. Analisis crossplot
mengkarakterisasi fluida pada keseluruhan sumur FM-D2, FM-E1 dan FM-E2
lapangan ALMULK. menghasilkan rentang nilai impedansi P untuk
lapisan porous sand 7200 – 8800 m/s*gr/cc dan
5.1.1. Crossplot Vp dan Vs densitas 2.18 - 2.33 gr/cc.
Hasil analisis crossplot antara log Vp Hasil crossplot impedansi P terhadap
terhadap Vs pada sumur FM-E2 ditunjukkan densitas menunjukkan nilai cut off densitas
pada gambar 5.1, digunakan untuk sebesar 2.33 gr/cc. Berdasarkan analisis
mengkorelasikan antara log Vp dengan log Vs crossplot ini dapat dikembangkan lebih lanjut
pada FM-E2 yang didapat dari pengukuran. untuk crossplot yang lain agar dapat
mengidentifikasi keberadaan fluida pada tiap
sumur.
Shale
Tight sand
Pada grafik diatas, yang mana sumbu y Gambar 5.2. Hasil crossplot Densitas dan Impedansi P
merupakan kecepatan gelombang S dan sumbu dengan color key gamma ray dan cross
section pada sumur FM-E2.
x merupakan besar kecepatan gelombang P pada
kedalaman yang sama, menggunakan regresi
Penampang log berupa cross section dari
linear maka didapat persamaan linier y =
hasil zonasi yang dilakukan pada crossplot di
0.861423 x -1113.09. persamaan linear tersebut
atas menunjukkan adanya pemisahan yang
kemudian digunakan untuk membuat log Vs
24
25
cukup baik antara zona interest yang di sekitarnya yang merupakan shale dan tight
diasumsikan berupa porous sand dengan daerah sand. Dari hasil crossplot ini dapat disimpulkan
di sekitarnya yang merupakan shale dan tight bahwa parameter impedansi P dan impedansi S
sand. Dari hasil crossplot ini dapat disimpulkan cukup baik dalam memisahkan daerah target.
bahwa parameter impedansi P dan densitas
cukup baik dalam memisahkan daerah target. 5.1.4. Crossplot Porositas dan Densitas
Dari hasil analisis crossplot antara log
5.1.3. Crossplot Impedansi P dan Impedansi neutron porosity dan densitas pada sumur FM-
S E2 ditunjukkan pada gambar 5.4 dengan
Hasil crossplot tersebut menunjukkan menggunakan color key berupa gamma ray.
shale (warna hijau), porous sand (warna Dari hasil crossplot tersebut dapat dilihat bahwa
kuning) dan tight sand (warna orange) dapat ada sekumpulan data yang memiliki trend (pola)
terseparasi dengan cukup baik. Hal ini didukung yang berbeda dengan yang lain atau biasa
oleh nilai impedansi P dan impedansi S yang disebut sebagai outlier yang biasanya
tinggi untuk tight sand. Sedangkan porous sand merepresentasikan adanya anomali. Maka
ditunjukkan dengan nilai impedansi P dan kemudian dilakukan zonasi, zonasi sebagai zona
impedansi S yang lebih rendah dari tight sand. interest pada penelitian ini dengan warna
Pada hasil crossplot sumur FM-E2 kuning yang diasumsikan sebagai porous sand
indikasi adanya fluida sudah cukup terlihat, sebagaimana memenuhi parameter porous sand
karena jika terdapat fluida maka nilai Impedansi yaitu memiliki nilai densitas cukup kecil serta
P akan turun secara drastis. Pada sumur FM-E2 neutron porosity kecil. Maka cukup untuk dapat
secara zonasi shale (warna hijau), porous sand mengasumsikan area batupasir yang berpori
(warna kuning) dan tight sand (warna orange) maupun lapisan batuan yang tidak berpori.
terpisah dengan cukup baik. Hal ini dapat
mengindikasikan porous sand pada umur FM-
E2 telah tersaturasi dengan fluida. Analisis
crossplot sumur FM-D2, FM-E1 dan FM-E2
menghasilkan rentang nilai impedansi P untuk
lapisan porous sand 7200 – 8800 m/s*gr/cc dan Porous sand
impedansi S 4000 – 5200 m/s*gr/cc.
Hasil crossplot impedansi P terhadap
impedansi S menunjukkan tidak adanya nilai cut Gambar 5.4. Hasil crossplot porositas dan densitas
off antara porous sand dengan shale. dengan color key gamma ray dan cross
section-nya pada sumur FM-E2
Tight sand
Analisis crossplot sumur FM-D2, FM-
Porous sand
E1 dan FM-E2 menghasilkan rentang nilai
neutron porosity untuk lapisan porous sand 0.19
– 0.29% sedangkan untuk densitas 2.18 – 2.33
Shale
gr/cc. Hal ini dapat mengindikasikan porous
sand pada umur FM-E2 telah tersaturasi dengan
Gambar 5.3. Hasil crossplot Impedansi P dan fluida berupa hidrokarbon. Penampang log
Impedansi S dengan color key gamma berupa cross section dari hasil zonasi yang
ray dan cross section-nyapada sumur dilakukan pada crossplot di atas menunjukkan
FM-E2 adanya pemisahan yang cukup baik antara zona
interest yang diasumsikan berupa porous sand
Penampang log berupa cross section dari dengan daerah sekitarnya yang dimungkinkan
hasil zonasi yang dilakukan pada crossplot di kurang berpori. Dari hasil crossplot ini dapat
atas menunjukkan adanya pemisahan yang disimpulkan bahwa parameter neutron porosity
cukup baik antara zona interest yang
diasumsikan berupa porous sand dengan daerah
26
dan densitas cukup baik dalam memisahkan 5.2. Analisis Hasil Inversi Simultan
daerah target.
5.2.1. Impedansi P
5.1.5. Crossplot Lambda-Rho dan Mu-Rho Hasil inversi simultan pada penelitian ini
Hasil crossplot antara parameter menghasilkan 3 volume, yaitu impedansi P
Lambda-Rho dan Mu-Rho dengan color key (Zp), impedansi S (Zs) dan densitas. Hasil
berupa parameter neutron porosity ditunjukkan inversi simultan untuk parameter Zp pada tiap
pada gambar 5.5. Crossplot tersebut cukup sumur penelitian diperlihatkan pada gambar 5.6.
dapat memisahkan daerah target dengan baik. Secara umum penampang Zp pada tiap sumur
Hasil zonasi memperlihatkan nilai Mu-Rho yang sudah dapat memisahkan litologi yang ada
tinggi dan Lambda-Rho yang rendah sebagai berdasarkan nilai impedansinya. Berdasarkan
representasi dari porous sand yang terisi fluida penampang hasil inversi simultan pada daerah
berupa hidrokarbon. Parameter neutron porosity horizon Top TAF- Top LAF sebagian besar
digunakan sebagai color key dapat memiliki impedansi P pada rentang 5000 –
menginterpretasikan litologi yang memiliki 10400 m/s*gr/cc. Nilai impedansi P porous
kandungan hidrokarbon, berdasarkan referensi sand berdasarkan hasil analisis crossplot pada
porous sand akan memiliki neutron porosity kisaran 7300-8500 m/s*gr/cc (warna merah).
rendah jika terisi fluida hidrokarbon, sedangkan Pada gambar 5.6 secara keseluruhan penampang
shale memiliki neutron porosity cukup tinggi. hasil inversi dengan well log FM-E1 dan FM-E2
relatif terlihat kecocokannya, hal ini
Tight sand mengindikasikan bahwa hasil inversi dapat
memisahkan litologi yang ada pada horizon
Porous sand target. Area target inversi cukup kecil sehingga
perlu dilakukan slicing untuk melihat secara
Shale keseluruhan sebraran porous sand pada horizon
target.
Anomali impedansi P rendah pada
Gambar 5.5. Hasil crossplot Lambda-Rho dan Mu-Rho horizon Top-TAF dan Top-LAF
dengan color key resistivity dan cross mengindikasikan terdapat porous sand yang
section-nya pada sumur FM-E2.
tersaturasi dengan fluida sehingga menyebabkan
nilai impedansi P menjadi rendah. Hal ini
Berdasarkan hasil crossplot diatas, salah
bersesuaian dengan hasil analisis crossplot
satu anomali keberadaan fluida jelas
dimana pada sumur FM-E1 dan FM-E2 terdapat
ditunjukkan pada crossplot sumur FM-E2.
porous sand yang tersaturasi dengan fluida.
Adapun pada sumur yang lain sumur FM-D2
Untuk lebih memastikan mengenai keberadaan
(lampiran hal. A.4) dan FM-E1 (lampiran hal.
fluida pada porous sand tersebut maka
A.4) memiliki trend yang sama dengan sumur
dilakukan analisis terhadap volume lamda-rho
FM-E2. Indikasi adanya fluida pada crossplot
hasil turunan inversi simultan.
FM-E2 ditunjukkan dengan separasi yang baik
Persebaran dan kemenerusan porous
antara shale (warna hijau), porous sand (warna
sand pada horizon Top-TAF dan Top-LAF
kuning) dan tight sand (warna orange). Nilai
dapat dilakukan arbitrary line pada daerah
mu-rho yang lebih tinggi dari shale dapat
tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 5.6.
mengkarakterisasikan porous sand sebagai
reservoir pada sumur FM-E2 dan lambda-rho
yang lebih rendah dari shale dapat
mengindikasikan bahwa pada zona tersebut
mengandung fluida yang mengisi reservoir.
Nilai mu-rho berdasarkan hasil crossplot pada
sumur FM-E2 diperoleh untuk porous sand
adalah 17 – 28 Gpa*g/cc dan lambda-rho 20 -
25 Gpa*g/cc.
27
A B
Log GR Log Zp
A B
A
Gambar 5.7. Penampang hasil inversi untuk parameter impedansi S pada
sumur FM-E2.
28
A Log Density B
A
Gambar 5.8. Penampang hasil inversi untuk parameter densitas pada
sumur FM-E2.
29
A Log GR Log LR B
A
Gambar 5.9. Penampang hasil inversi untuk parameter mu-rho pada
sumur FM-E2.
A Log MR B
A B Area
Prospek
5.4.3. Densitas
Map densitas hasil inversi simultan
dapat dilihat pada Gambar 5.13. Proses slicing
dilakukan antar horizon dari Top TAF – Top
LAF dengan menggunakan perhitungan
Gambar 5.11. Map hasil slicing volume impedansi P
minimum amplitude. Dari hasil slicing terlihat
5.4.2. Impedansi S adanya daerah yang memiliki perbedaan nilai
Hasil dari map slicing volume impedansi densitas yang signifikan dengan daerah
S ditunjukkan pada gambar 5.12 cukup mampu sekitarnya. Kontras densitas rendah muncul
menunjukkan adanya anomali yang dapat dalam area yang cukup lebar di antara sumur
melokalisasi adanya fluida pada lapangan. Hal FM-D2, FM-E1 dan FM-E2 dengan pola arah
ini sesuai dengan hasil penampang impedansi S penyebaran arah utara dan selatan. Zona
yang juga tidak memperlihatkan adanya anomali anomali pada area di antara sumur FM-D2, FM-
impedansi S yang rendah. Dengan E1 dan FM-E2 teridentifikasi dan terpisahkan
menggunakan skala warna dengan nilai dengan baik untuk porous sand. Berdasarkan
impedansi sesuai dengan analisis crossplot, analisis crossplot nilai densitas rendah yang
yakni berkisar 4200-5200 m/s*gr/cc teridentifikasi sebagai porous sand memiliki
ditunjukkan dengan warna merah pada skala rentang nilai berkisar 2.18 – 2.30 gr/cc. Pada
warna. Dengan menggunakan hasil analisis map hasil slice pada range 2.18 – 2.30 gr/cc
crossplot dan map slicing dapat membantu kita ditunjukkan dengan warna merah pada skala
warna.
31
A B Area
A B Area
Prospek
Prospek
C C
Gambar 5.13. Map hasil slicing volume densitas pada Gambar 5.14. Map hasil slicing volume Mu-Rho pada
Top TAF – Top LAF Top TAF – Top LAF
5.4.5. Lamda-Rho
5.4.4. Mu-Rho Volume lamda-rho merupakan turunan
Volume mu-rho merupakan turunan antara impedansi P dan impedansi S. Volume
antara impedansi P dan impedansi S. Volume lamda-rho dilakukan slicing pada zona target
mu-rho dilakukan slicing pada zona target agar agar diperoleh map lamda-rho yang dapat
diperoleh map mu-rho yang dapat dilihat pada dilihat pada gambar 5.15. Proses slicing
Gambar 5.14. Proses slicing dilakukan antar dilakukan antar horizon dari Top TAF – Top
horizon dari Top TAF – Top LAF dengan LAF dengan menggunakan perhitungan
menggunakan perhitungan maksimum minimum amplitude. Dengan menggunakan
amplitude. Dengan menggunakan parameter parameter turunan ini diharapkan dapat
turunan ini diharapkan dapat mendukung mendukung interpretasi sebelumnya dan
interpretasi sebelumnya dan memudahkan untuk memudahkan untuk mengidentifikasi fluida
mengidentifikasi fluida pada lapangan pada lapangan ALMULK.
ALMULK. Berdasarkan nilai lamda-rho hasil
Nilai Mu-Rho yang lebih tinggi dapat analisis crossplot diperoleh untuk porous sand
mengkarakterisasikan porous sand sebagai adalah 20 – 25 Gpa*g/cc. Berdasarkan analisis
reservoir. Berdasarkan nilai mu-rho hasil crossplot kontras lamda-rho rendah
analisis crossplot diperoleh untuk porous sand merepresentasikan fluida hidrokarbon yang
adalah 17 – 28 Gpa*g/cc. Berdasarkan analisis mengisi reservoir yang berupa porous sand pada
crossplot kontras mu-rho tinggi zona target yang ditunjukkan dengan warna
merepresentasikan litologi pada horizon tersebut merah pada skala warna hasil slice. Dari hasil
berupa porous sand yang menjadi reservoir slicing terlihat kontras lamda-rho yang rendah
pada zona target yang ditunjukkan dengan berada disekitar sumur FM-E1 dan FM-E2,
warna merah pada skala warna hasil slice. Dari sedangkan sekitar area sumur FM-D2 relatif
hasil slicing terlihat kontras mu-rho yang tinggi memiliki nilai lamda-rha yang tinggi.
berada disekitar sumur FM-E1 dan FM-E2,
sedangkan sekitar area sumur FM-D2 relatif
memiliki nilai mu-rho yang rendah. Analisis
mu-rho hanya mengidentifikasi keberadaan
reservoir, sehingga untuk mengidentifikasi
fluida yang mengisi perlu dicocokkan dengan
analisis lamda-rho.
32
A B Area
Prospek
37