Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYULUHAN KESEHATAN PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN


(DBD) PADA MASYARAKAT DI RT 02 RW VIII KURAO PAGANG KECEMATAN
NANGGALO KOTA PADANG

Kelompok I

AMALIA HANIFA DEWINTA FITRI

APRINI YULIAN S DINA HANIFA

ASRI MAHARANI EGHIE DHEVI MELINDA

AULIA PERMATA S ELFITA PUTRI

CHINDI HASTUTI FITRA OVARIL F.N

DOSEN PEMBIMBING

Tasman, M.Kep, Sp.Kom

POLTEKKES KEMENKES PADANG

D-III KEPERAWATAN PADANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya-Nya proposal ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Proposal “Penyuluhan Kesehatan Pencegahan Penyakit
Akibat Lingkungan (DBD) Pada Masyarakat di RT 02 RW 08 Kelurahan Kurao Pagang Kecematan
Nanggalo” ini dibuat untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata ajar Keperawatan Komunitas
semester V tahun ajaran 2017/2018 Poltekkes Kementrian Kesehatan Padang Jurusan Keperawatan.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini di masa mendatang.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya keperawatan.Dan semoga
proposal ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pembuatan proposal selanjutnya sertadapat
menambah pengetahuan para mahasiswa khususnya keperawatan.

Padang, 08 November 2017

Penyusun
Satuan Acara Penyuluhan

A. Latar Belakang
Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan
pemungkiman yang sehat. Timbulnya penyakit terkait lingkungan menjadi masalah
umum yang timbul didunia terutama bagi negara berkembang dan menyebabkan
kematian ini sebanyak jutaan orang. Demikian dengan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) yang sampai saat ini belum ditemukan obantnya. Deman berdarah
adalah penyakit deman akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk
keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes, seperti Aedes
Aegypti atau Aedes Albopictus ( Najma, 2016).
Munculnya penyakit ini ditandi dengan demam tinggi mendadak disertai dengan
manifestasi pendarahan serta dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian DBD yaitu curah hujan yang tinggi sepanjang
tahundengan genangan air pada barang-barang yang dapat menampung air seperti
kaleng, ban bekas, tanaman hias. Selain itu, prilaku masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan lingkunganya. Satu satunya untuk mencegah penyakit ini
adalah dengan cara memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor
DBD
Dari hasil winsil survey di RT 02 RW 08 Kelurahan Kurao Pagang ditemukan
lingkungan yang kurang bersih seperti banyaknya terdapat genangan air, sampah
berserakkan hampir disepanjang jalan, tidak adanya saluran pembuangan air limbah
dan sebagian masyarakat tidak menggunakan jamban yang sehat.
Berdasarkan data tersebut didapatkan sebagian besar warga RT 02 R/W VIII
Kelurahan Kurao Pagang belum menerapkan PHBS dan tidak mengunakan jamban
bersih. Oleh karena itu kelompok perlu memberikan penyuluhan kesehatan dengan
topik “ pencegahan penyakit DBD” agar warga RT 02 RW VIII terhindar dari penyakit
DBD dan menerapkan Prilaku hidup Bersih dan Sehat.
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan peserta dapat mewujudkan lingkungan sehat dan
mampu mencegah serta menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan akibat
lingkungan yang kotor.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan hasil yang diharapkan :
a. Peserta dapat memahami tentang penyakit DBD.
b. Peserta dapat memahami pencegahan penyakit DBD.

B. Materi
Pokok bahasan : Pencegahan Penyakit Akibat Lingkungan (DBD)
Sasaran : Warga RT 02 RW 08 Kelurahan Kurao Pagang
1. Pengertian DBD
2. Triad Epidemiologi DBD
3. Penularan DBD
4. Cara Pencegahan DBD

C. Pengorganisasian
1. Presenter : Fitra Ovaril Febri Nisco
2. Moderator : Dina Hanifah
3. Observer : Aulia Permata Sari
4. Fasilitator : Amalia Hanifa,Aprini Yulian Sari, Asri Maharani, Dewinta Fitri,
Chindy Hastuti, Eghie Dhevi Melinda, Elfita Putri

D. Struktur Kelompok
Hari / Tanggal :
Tempat kegiatan : Mushalla Nurul Yaqin RT 02 RW VIII Kelurahan
Kuaro Pagang
Waktu kegiatan :
Jumlah anggota kelompok : 10 orang
Alokasi waktu : 30 menit

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

F. Media
1. Laptop
2. Infokus
3. Leafleat

G. Setting Tempat

Pb P M

O
W W
F F F

W W F W

Keterangan :
W = warga
P = Penyuluh
M = Moderator
F = Fasilitator
O = Observer
Pb = Pembimbing

H. Kegiatan Penyuluhan
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Warga Waktu

1. Pembukaan 5 menit

- Moderator memberi salam - Menjawab Salam


- Moderator memperkenalkan - Mendengarkan dan
semua anggota penyuluh memperhatikan
- Moderator melakukan evaluasi - Mendengarkan dan
validasi terhadap perasaan warga memperhatikan
- Memberikan reinforcement positif - Mendengarkan dan
terhadap kehadiran warga memperhatikan
- Moderator membuat kontrak
waktu
- Moderator menjelaskan tujuan
penyuluhan
2. Pelaksanan presenter 15 menit

- Menggali pengetahuan warga - Mengemukakan


tentang pengertian DBD pendapat
- Memberikan reinforcement dan - Mendengarkan dan
meluruskan konsep memperhatikan
- Menggali pengetahuan warga - Mendengarkan dan
mengenai Triad Epidemiologi DBD memperhatikan
- Memberikan reinforcement dan - Mendengarkan dan
meluruskan konsep memperhatikan
- Menggali pengetahuan warga - Mengajukan pertanyaan
tentang akibat lingkungan - Mendengarkan dan
yangbtidak bersih memperhatikan
- Memberikan reinforcement dan
meluruskan konsep
- Menggali pengetahuan warga cara
mencegah DBD
- Memberikan reinforcement dan
meluruskan konsep
3. Penutup 10 menit

- Presenter bersama warga - Bersama presenter


menyimpulkan materi menyimpulkan materi
- Presenter mengadakan evaluasi - Menjawab pertanyaan
dengan cara menanyakan kembali - Menjawab salam
isi penyuluhan dan memberikan - Mendengarkan dan
kesempatan kepada warga untuk memperhatikan
menjelaskan kembali isi - Menjawab salam
penyuluhan
- Presenter memberi salam
- Moderator menyimpulkan hasil
diskusi
- Moderator memberi salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan RT 02 RW 08 Kelurahan Kurao Panggang
b. Setting tempat teratur, berbentuk persegi panjang
c. Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung diharapkan warga dapat mengikuti seluruh kegiatan
b. Selama kegiatan berlangsung diharapkan warga aktif
3. Evaluasi Hasil
a. Warga dapat menyebutkan pengertian DBD
b. Warga dapat menyebutkan Triad Epidemiologi DBD
c. Warga dapat menyebutkan cara mencegah DBD
Teoritis

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN (DBD)

1. Pengertian
Demam berdarah adalah penyakit deman akut yang disebabkan oleh virus dengue
yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes
aegypti atau Aedes albopictus (Najma, 2016). Nyamuk dapat membawa virus
dengue setelah menghisap darah orang yeng terinfeksi darah tersebut. Gejala yang
akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak sakit kepala, nyeri belakang
bola mata, mual, dan manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah
serta adanya kemerahan dibagian permukaan tubuh pada penderita.
Pada umumnya penderita DBD akan mengalami fase deman selama 2-7 hari, fase
pertama : 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang tinggi 40 0C,
kemudian pada fase ke dua penderita akan mengalami fase kritis pada hari ke 4-5,
pada fase ini penderita kan mengalami turunnya deman hingga 37 0C dan penderita
akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali ( merasa sembuh kembali) pada
fase ini tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal,
akan terjadi penurunan trombosit secara dratis akibat pemecahan pembuluh darah
(perdarahan). Di fase yang ke 3 ini akan terjadi pada hari ke 6-7 penderita akan
meraskan deman kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah
trombosit akan perlahan naik kembali normal.
2. Triad Epidemiologi
a. Agent
Dalam penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) yang menjadi virus
Dengue. Virus penyebab DHF / DSS adalah flavi virus dan terdiri dari 4
serotip yaitu serotip yaitu serotip 1,2,3 dan 4 ( dengue -1,-2,-3 dan -4). Virus
ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang
terinfeksi. Aedes aegypti hidup di perkotaan dan berkembangbiak terutama
diwadah pembuatan manusia. Tidak seperti nyamuk lainnya, periode
menggigit puncaknya adalah pagi dan malam sebelum senja. Aedes
albopictus, vektor dengue sekunder di Asia, telah menyebar ke Amerika
Utara dan Eropa Karena Ae. Albopictus sangat adaptif dan oleh karena itu,
dapat bertahan hidup di daerah beriklim dingin di Eropa. Penyebarannya
adalah karena toleransi terhadap suhu dibawah titik beku, hibernasi dan
kemampuan untuk berlindung di habitat mikro.
b. Pejamu (Host)
Pejamu penyakit DBD adalah manusia yang penderitanya merupakan
sumber penularan, terutama anak-anak. Virus dengue bertahan melalui
siklus nyamuk Aedes aegypti manusia didaerah perkotaan negara tropis;
sedangkan siklus monyet-nyamuk menjadi reservoir di Asia Tenggara dan
Afrika Barat.
c. Enviroment
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain yaitu curah
hujan yang tinggi sepanjang tahun, genangan air pada barang-barang yang
dapat menampung air seperti kaleng, ban bekas, tanaman hias. Selain itu,
perilaku msyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya.

3. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Tidak ada vaksin untuk mencegah risiko terjangkitnya demam berdarah
(demam dengue). Namun, kemajuan besar telah dibuat dalam mengembangkan
vaksin untuk mencegah demam berdarag dengue. Vaksin yang diharapkan
efektif saat ini sedang dievaluasi dalam studi klinis yaitu tiga tetravalen
(kombinasi dari empat virus dengue) dari vaksin dengue yang dilemahkan
dengan model vaksin virus demam kuning dengue (CYD-TDV), sedang dalam
pengebangan ditahap II dan tahap III uji klinis, dan tiga kandidat vaksin lainnya
(berdasarkan subunit, DNA dan pemurnian bentuk virus yang tidak aktif)
berada pada tahap awak pengembangan klinis.
Saat ini satu satunya cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus
demam berdarah adalah dengan memberantas vektor nyamuk demam berdarah,
memberikan penyuluhan sangat penting untuk mendiseminasi informasi kepada
masyarakat untuk membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi
diri dari gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan dengan
pakaian dan menggunakan obat gosok anti nyamuk. Di Indonesia dengan istilah
“ 4 M Plus dalam Pencegahan Primer DBD” yaitu :
1) Menguras penampungan air dan membersihkan secara berkala,
minimal seminggu sekali karena prses pematangan telur nyamuk
aedes 3-4 hari dan menjadi larva di hari ke 5-7.
2) Menutup tempat penampungan air sehingga nyamuk- nyamuk tidak
teratur disana. Mencegah adanya tempat nyamuk bertelur dengan
manajemen lingkungan dan modifikasi segera dilakukan.
3) Mendaur ulang dan Membuang sampah pada tempatnya, karena ketika
mengubur sampah anorganik yang tidak terurai walaupun mengurangi
kemungkinan menjadi sarang nyamuk yang muncul karena genangan
air hujan tapi membuat pencemaran lingkungan menjadi lenih buruk,
alternatifnya adalah mendaur ulang, jika ada ember atau kaleng bekas
yang tidak terpakai bukankah lebih bagus dijadikan pot bunga atau
diserahkan ke pemulung untuk di daur ulang. Jika ada tempat
pembuangan sampah yang tertutup, sebaiknya kita membuang sampah
pada tempatnya dan membersihkan tempat nyamuk bersarang.
4) Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamu Aedes
berkembang biak. Meningkatkan partisipasi dan mobilisasi
masyarakat yang berkelanjutan untuk mengendalikan vektor. Seperti,
adanya JUMATIK (juru pemantau jentik) yang melakukan survei di
masyarakat untuk mengetahui tingkatan kepadatan vektor nyamuk,
tempat perindukan dan habitat larva, biasanya untuk Ae Aegypti
adalah tempat penampungan air buatan atau alam yang dekat dengan
pemungkinkan manusia ( misalnya ban bekas, vas bunga, tandon
penyimpanan air) dan membuat rencana pemberantasan sarang
nyamuk serta pelaksanaanya.

5) Plus, yang bisa dilakukuan tergantung kreatifitas anda, misalnya :

a) Menerapkan penggunaaan penyemprotan insektisida selama wabah


berlangsung sebagai salah satu langkah vektrol-control darurat atau
dikenal dengan fogging / pengasapan
b) Menaburkan serbuk abate (temephos) pada tempat penampungan
air seperti gentong air maupun vas bunga agar jenting-jenting
nyamuk mati
c) Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan cupang / ikan adu) pada
kolam air
d) Menggunakan alat perlindungan individual di rumah tangga seperti
penutup jendela, baju lengan panjang, kelambu, bahan insektisida,
kawat kasa dan alat penguap, lotion anti nyamuk.

b. Pencegahan sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dialakukan pengobatan medik oleh
dokter dan perawata yang berpengalaman, pengobtan medik yang dapat
menurunkan angka kematian lebih dari 20 % sampai dengan 1 %. Menjaga
volume cairan tubuh pasien ada;ah hal yang sangat kritikal untuk pasien dengan
demam berdarah yang parah diperlukan pengawasan penderita,kontak dan
lingkungan sekitar dengan melaporkan angka kejadian kepada instansi
kesehatan setempat, mengisolasi atau waspada dengan menghindari penderita
demam dengan dari gigitan nyamuk pada siang hari dengan memasang kasa
pada ruang perawatan penderita dengan mengguanakn kelambu yang telah
direndam dalam insektisida, atau lakukan penyemprotan tempat pemukiman
dengan insektisida yanag punya efek knock down terhadap nyamuk dewasa
ataupun dengan insektisida yang meninggalkan residu,lakukan investigasi
terhadap kontak dan sumber infeksi. Selidiki tempat tinggal penderita 2 minggu
terakhir sebekum sakit.
Pengobatan spesifik apabila terjadi renjatan hipovolemik denga terapi
oksigen dan pemberian ceoat dengan cairan dan elektrolit (ringer laktat 10-20
ml/kg/jam). Pada kasus renjatan yang lebih berat,sebaiknya digunakan olasma
dan atau cairan pengganti plasma. Pengamatan yang ketat perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya overhidrasi. Aspirn merupakan kontradiksi karena
dapat menimbulkan perdarahan

c. Pencegahan tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh,diharapkan menerapkan pencegahan
primer dengana smpurna. Melakukana sratifikasi daerahrawan wabah DBD
diperlukan bagi dinas kesehatan.
Daftar pustaka
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta. CV Trans Info Media

Proverawati, Atika dan Eni Rahmawati. 2012. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai