Anda di halaman 1dari 9

Dengan hasil analisis yang tidak memenuhi standar maka dapat dilakukan perbaikan dengan

membuat kebijakan strategis yakni mengurangi angkot pada jalur BRT, sehingga dapat menarik
penumpang beralih ke BRT. Selain itu, pemeritah harus menyediakan subsidi agar dapat menutupi
kerugian BRT.

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk merespon preferensi masyarakat mengunakan model
multinomial logit terhadap beberapa skenario pengembangan sistem angkutan umum di Palangka
Raya berdasarkan skenario pertimbangan pola jaringan jalan, karakteristik arus pergerakan lalulintas
dan jenis tataguna lahan dimana skenario tersebut akan dianalisis terlebih dahulu sebelumnya
menggunakan AHP berdasarkan parameter kunci antara lain biaya, waktu perencanaan dan
konstruksi, kapasitas penumpang, fleksibelitas, kecepatan, pengaruh terhadap perkembangan kota
dan lingkungan. Hasil penelitian berdasarkan analisis AHP dan analisis regresi terhadap respon
masyarakat memberikan arahan yang jelas terhadap skenario yang layak di kembangkan di Kota
Palangka Raya dimana salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan di dalam pelaksanaannya
adalah kemampuan finansial kota. Kesimpulan akhir, pengembangan skenario sistem angkutan umum
model Bus Rapid Transit yang dilengkapi dengan feeder menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan
oleh pemerintah kota Palangka Raya.

Tugas Akhir ini merencanakan rute LRT (Light Rail Transit) sebagai moda pengumpan (feeder) untuk
MRT Jakarta. LRT sendiri memiliki kapasitas yang lebih kecil dari MRT. Akan tetapi tidak membutuhkan
biaya yang tinggi dalam pembangunannya. Dalam tugas akhir ini salah satu langkah dalam
menentukan rute LRT adalah permodelan transportasi pada zona yang direncanakan yang kemudian
akan diterapkan pada rute yang direncanakan. Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan
permodelan transportasi untuk rute LRT yang direncanakan, demand pada rute LRT, mendaptakan
analisa pembebanan penumpang pada rute LRT, serta perencanaan operasional moda LRT.

Hasil yang didapatkan pada tugas akhir ini adalah dari permodelan pada zona yang ditentukan
didapatkan persamaan – persaman yang akan digunakan untuk menenetukan demand rute LRT.
Dengan beberapa variabel yang dimasukkan pada persamaan yang didapatkan, dihasilkan bangkitan
paling maksimum sebesar 2340 dan tarikan paling maksimum sebesar 1740 pada tahun eksisting,
sedangkan untuk tahun rencana dihasilkan bangkitan paling maksimum sebesar 2830 dan tarikan
paling maksimum sebesar 2013. Dari hasil bangkitan dan tarikan dilakukan analisis distribusi yang
paling maksimum sebesar 336,57 pada tahun eksisting dan 394,06 pada tahun rencana. Untuk analisis
pembebanan didapatkan yang terbesar adalah 7897,30 untuk tahun eksisting dan 9722,88 untuk
tahun rencana. Hasil dari perencanaan operasional moda didapatkan headway sebesar 12 menit dan
travel time selama 1 jam dengan jumlah armada 5 kereta.
Kata kunci

: rute, LRT, MRT Jakarta, feeder, regresi

Analisa untuk mengetahui preferensi pengguna akan menggunakan analisa service quality, sehingga
didapat prioritas layanan transjakarta dengan tingkat ketidakpuasan tinggi.Setelah itu dapat disusun
arahan peningkatan layananberdasarkan prioritas layanan menggunakan triangulasi
denganmembandingkan keadaan eksisting, harapan pengguna, danperaturan standarisasi setiap
layanan. Penyusunan arahanpenelitian adalah arahan layanan faktor insternal dan eksternal.
Variabel penting yang mempengaruhi kualitas pelayanan pengguna transjakarta adalah waktu tunggu
di shelter transjakarta maupun halte umum, waktu diatas kendaraan, keamanan di dalam kendaraan
maupun di shelter/halte, kenyamanan halte/shelter, dan ketepatan waktu dari kendaraan tersebut.
Variabel tersebut adalah yang menjadi prioritas dalam perbaikan kualitas pelayanan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis proses rekayasa sosial dalam
menciptakan keteraturan dan ketertiban masyarakat dalam bertransportasi. Bila hal itu tercapai, akan
terjadi peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah perkotaan.

Penelitian ini menggunakan konsep rekayasa sosial untuk menilai layanan transportasi Transjakarta di
Jakarta. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kualitas layanan tertinggi terkait dengan dimensi empati
dan kualitas layanan terendah terkait dengan dimensi nyata atau berwujud (tangible).

Importance performance analysis as a strategic planning technique in bus


rapid transit development program
This study aims to use Important Performance Analysis (IPA) method as tool to determine strategic
planning of Trans Padang BRT development program. The passenger perception on Trans Padang BRT
operations performance was used as the data for analysis. The data was collected by interview to
Trans Padang BRT passenger in Padang City, the level of performance and expectations of passenger
on BRT operational performance were analyzed using the Importance Performance Analysis (IPA)
method. From the analysis of data, this can be concluded that passengers are satisfied with Trans
Padang BRT service. The factor that should be improved, i.e: ease of bus stop location is reached by
passenger, design of bus stop for protection against hot and rainy weather, the availability of
comfortable seating for passengers at bus stop, adequacy of Trans Padang BRT fleet serves
passengers, the ability of the Trans Padang BRT fleet to transport all passengers at bus stop and the
accuracy of departure schedule and arrival of Trans Padang BRT fleet.

Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan metode Analisis Kinerja Penting (IPA) sebagai alat untuk
menentukan perencanaan strategis program pengembangan BRT Trans Padang. Persepsi penumpang
terhadap kinerja operasional Trans Padang BRT digunakan sebagai data untuk analisis. Data
dikumpulkan melalui wawancara dengan penumpang Trans Padang BRT di Kota Padang, tingkat
kinerja dan harapan penumpang terhadap kinerja operasional BRT dianalisis dengan menggunakan
metode. (IPA). Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa penumpang puas dengan layanan
Trans Padang BRT. Faktor yang harus diperbaiki, yaitu: kemudahan lokasi pemberhentian bus dicapai
oleh penumpang, disain halte bus untuk perlindungan terhadap cuaca panas dan hujan, ketersediaan
tempat duduk yang nyaman bagi penumpang di halte bus, kecukupan armada trans Padang BRT
melayani penumpang. , kemampuan armada Trans Padang BRT untuk mengangkut semua penumpang
di halte bus dan keakuratan jadwal keberangkatan dan kedatangan armada Trans Padang BRT.

Optimization of transit total bus stop time models


Several factors influence bus transit reliability which includes bus stop conditions along the route,
traffic conditions, route of travel and time of day. The overall transit bus reliability is generally affected
by dwell time (DT), the fare payment method, the bus stop location, and the number of passengers
alighting or boarding. A new variable is defined in this study, total bus stop time (TBST), which is the
summation of DT and the time it takes a bus to effectively park at a bus stop and the re-entering the
traffic stream. It is suggested that the overall bus transit reliability along routes could be improved if
the TBST is minimized at bus stops. In this study, TBST models for bus stops located at mid-blocks and
near intersections were developed based on multivariate regression analysis using ordinary least
squares method. Data collection was conducted at 60 bus stops, 30 of which were near intersections
and 30 at mid-blocks, in Washington DC during morning, mid-day and evening peak hours. The
variables observed at each bus stop are as follows: number of passengers alighting or boarding, DT,
TBST, bus stop type, bus pad, length number of lanes on approach to the bus stop, and permitted
parking. Statistical inferences were based on 5% level of significance. From the results, it was inferred
that the new variable, TBST, could potentially be used to improve scheduling and transit bus systems
planning in a dense urban area.

Beberapa faktor memengaruhi keandalan angkutan bus yang meliputi kondisi bus stop sepanjang rute,
kondisi lalu lintas, rute perjalanan dan waktu. Keandalan bus transit secara umum dipengaruhi oleh
waktu tinggal (DT), metode pembayaran ongkos, lokasi pemberhentian bus, dan jumlah penumpang
yang turun atau naik. Sebuah variabel baru didefinisikan dalam penelitian ini, total waktu berhenti bus
(TBST), yang merupakan penjumlahan DT dan waktu yang dibutuhkan bus untuk secara efektif parkir
di halte bus dan memasuki kembali arus lalu lintas. Disarankan agar keandalan jalur bus secara
keseluruhan sepanjang rute dapat ditingkatkan jika TBST diminimalkan di halte bus. Dalam penelitian
ini, model TBST untuk pemberhentian bus yang berada pada pertengahan blok dan persimpangan
dekat dikembangkan berdasarkan analisis regresi multivariat dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil biasa. Pengambilan data dilakukan di 60 halte bus, 30 di antaranya berada di dekat
persimpangan dan 30 di blok tengah, di Washington DC pada pagi hari, siang dan malam. Variabel
yang diamati pada setiap halte bus adalah sebagai berikut: jumlah penumpang yang turun atau naik,
DT, TBST, jenis bus stop, bus pad, panjang jalur pada mendekati halte bus, dan parkir yang diizinkan.
Kesimpulan statistik didasarkan pada tingkat signifikansi 5%. Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa
variabel baru, TBST, berpotensi digunakan untuk memperbaiki sistem penjadwalan dan perencanaan
sistem bus transit di daerah perkotaan yang padat.

Joint optimization of a rail transit route and bus routes in a transit corridor
Urban transit network is mainly composed of rail transit routes and bus routes in many large cities of
China. Previous studies have been made to optimal either rail transit network design or bus network
design. This paper was concerned with joint optimization of a rail transit route and bus routes in a
transit corridor. Firstly, a method for classifying bus routes under a given rail route transit was
proposed. Then, a multi-objective model was developed for designing an integrated rail transit and
bus network to maximize rail ridership and minimize total passenger travel time. An algorithm for
solving the proposed model based on genetic algorithm was presented. At last, a numerical example
was given. The results demonstrate feasible and effective of the proposed model and solution
methodology, and show that rail ridership increases and total passenger travel time declines after
optimization.

Jaringan transit perkotaan terutama terdiri dari rute kereta api dan rute bus di banyak kota besar di
China. Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk optimal baik desain jaringan kereta api atau
desain jaringan bus. Makalah ini membahas optimalisasi bersama rute transit kereta api dan rute bus
di koridor transit. Pertama, metode untuk mengklasifikasikan rute bus di bawah rute transit kereta api
tertentu diusulkan. Kemudian, model multi obyektif dikembangkan untuk merancang jaringan kereta
api dan transit terpadu untuk memaksimalkan penunggang rel dan meminimalkan total waktu
perjalanan penumpang. Algoritma untuk memecahkan model yang diusulkan berdasarkan algoritma
genetika dipresentasikan. Akhirnya, sebuah contoh numerik diberikan. Hasilnya menunjukkan layak
dan efektif dari model dan metodologi solusi yang diusulkan, dan menunjukkan bahwa kenaikan
pengendara kereta api meningkat dan waktu perjalanan penumpang total menurun setelah
pengoptimalan.

A feasibility study for a sustainable public transit network linking Tripoli to


Beirut cities in Lebanon

Due to the increasing population and number of cars for a small and limited space country, Lebanon is
facing a major traffic congestion problem. The Lebanese ministry of interior affairs has reported that
1.8 million cars exist in Lebanon, whereas its total population is around 4 million. The Lebanese
ministry of environment reported in its 2 national communication in 2011 to the United Nations
framework convention on climate change (UNFCCC) that the transportation sector contributed in the
year 2000 alone to 29% of the total carbon dioxide (CO2) energy related emissions and 22% of the total
green house gas (GHG) emissions. Furthermore, the economic and social commission for western Asia
(ESCWA) report, published in 2011, recommends measures and policies to be adopted in Western Asia
to tend towards a sustainable transportation systems. On the other hand, the Lebanese government is
unable to face this major problem and to find a sustainable solution for its air environment quality. This
research proposes public transportation as a sustainable solution. The main objective of this research is
to perform an economic feasibility study using ‘life cycle cost analysis’ (LCCA) method for a railway
network linking Tripoli to Beirut cities. Two alternatives are proposed: alternative 1: an underground
subway network; and alternative 2 an aboveground railway network. The LCCA applies the ‘benefit-
to-cost’ (B/C) ratio for governmental projects in order to evaluate the two alternatives. The economic
evaluation advises that both alternatives are feasible; however alternative 2 is preferred and more
profitable. A sensitivity analysis is also performed in order to evaluate the effect of uncertainties of
benefits, costs and discount rate on the decision. It is observed that a big decrease in the benefits
significantly change the B/C ratio of alternative 1, while the alternative 2 remains feasible.
Karena meningkatnya populasi dan jumlah mobil untuk sebuah negara dengan ruang angkasa yang
kecil dan terbatas, Lebanon menghadapi masalah kemacetan lalu lintas yang besar. Kementerian
urusan dalam negeri Lebanon telah melaporkan bahwa 1,8 juta mobil ada di Lebanon, sementara
jumlah penduduknya sekitar 4 juta. Kementerian Lingkungan Hidup Lebanon melaporkan dalam 2
komunikasi nasionalnya pada tahun 2011 ke konvensi kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai perubahan iklim (UNFCCC) bahwa sektor transportasi menyumbang pada tahun 2000 saja
sampai 29% dari emisi energi yang terkait dengan karbon dioksida (CO2) 22% dari total emisi gas
rumah kaca (GRK). Selanjutnya, komisi ekonomi dan sosial untuk laporan Asia Barat (ESCWA), yang
diterbitkan pada tahun 2011, merekomendasikan langkah-langkah dan kebijakan untuk diadopsi di
Asia Barat untuk menerapkan sistem transportasi yang berkelanjutan. Di sisi lain, pemerintah Lebanon
tidak dapat menghadapi masalah besar ini dan untuk menemukan solusi berkelanjutan untuk kualitas
lingkungan udara. Penelitian ini mengusulkan transportasi umum sebagai solusi berkelanjutan. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi kelayakan ekonomi dengan menggunakan
metode analisis biaya siklus hidup (LCCA) untuk jaringan kereta api yang menghubungkan Tripoli
dengan kota-kota di Beirut. Dua alternatif diusulkan: alternatif 1: jaringan kereta bawah tanah bawah
tanah; dan alternatif 2 jaringan kereta api di atas tanah. LCCA menerapkan rasio 'manfaat-biaya-biaya'
(B / C) untuk proyek-proyek pemerintah untuk mengevaluasi kedua alternatif tersebut. Evaluasi
ekonomi menyarankan agar kedua alternatif itu layak; Namun alternatif 2 lebih disukai dan lebih
menguntungkan. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh ketidakpastian
tunjangan, biaya dan tingkat diskonto atas keputusan tersebut. Hal ini diamati bahwa penurunan
besar dalam manfaat secara signifikan mengubah rasio B / C alternatif 1, sementara alternatif 2 tetap
layak dilakukan.

Timetable optimization for single bus line based on hybrid vehicle


size model

This study proposes a flexible timetable optimization method based on hybrid vehicle size model to
tackle the bus demand fluctuations in transit operation. Three different models for hybrid vehicle,
large vehicle and small vehicle are built in this study, respectively. With the operation data of Shanghai
Transit Route 55 at peak and off-peak hours, a heuristic algorithm was proposed to solve the problem.
The results indicate that the hybrid vehicle size model excels the other two modes both in the total
time and total cost. The study verifies the rationality of the strategy of hybrid vehicle size model and
highlights the importance of the adaptive vehicle size in dealing with the bus demand fluctuation. The
main innovation of the study is that unlike traditional timetables, the arrangement of the scheduling
interval and the corresponding bus type or size are both involved in the timetable of hybrid vehicle
size bus mode, which will be more effective to solve the problem of passenger demand fluctuation.
Findings from this research would provide a new perspective to improve the level of regular bus
service.

In a schedule-based rail transit system, passenger route choices are affected by train delays, and,
consequently, the relevant passenger flow distribution of the network will differ from the normal
state. In this paper, a passenger's alternative choices, such as selecting another route, waiting, and
switching to other transportation modes, and the corresponding influence mechanism are analyzed
in detail. Given train time–space diagrams and the time-varying travel demands between the origin
and destination (O–D), a dynamic simulation model of passenger flow distribution on schedule-based
transit networks with train delays is proposed. Animation demonstration and statistical indices,
including the passenger flow volume of each train and station, can be generated from simulation
results. A numerical example is given to illustrate the application of the proposed model. Numerical
results indicate that, compared with conventional methods, the proposed model performs better for
a passenger flow distribution with train delays.

This paper includes a review of previous literature in Section 2. Section 3 presents relevant definitions and alternative route choices, as well
as the corresponding influence mechanism. Assumptions and the proposed simulation framework are described in Section 4. In Section 5, the
simulation model is tested as a numerical case, in which the proposed simulation approach is compared with a conventional method, in a
transit network. Section 6 concludes the paper.
Regarding this matter, the authors believe that a schedulebased assignment method is more suitable
than a frequencybased one and that a simulation-based approach is more applicable than an
analytical one. According to the simulation system proposed by Jiang in 2012 (URT_PDSS), a
schedulebased and simulation-based method should be developed to consider both line schedules
and passenger responses to delays. The proposed model considers factors that are difficult to
evaluate with conventional methods, such as line schedules, train capacity constraints, and
passenger choice behavior in response to train delays.

Additional relevant issues are still needed to be addressed. Further research ideas include: (1) relevant
parameters should be further calibrated through detailed investigations when the proposed
simulation method is applied to real situations, (2) various changes, such as weekday vs. weekend,
may lead to different selection probabilities of alternative choices, (3) passengers canceling their trips
altogether should be considered as an alternative and studied.

Unlike during normal train operations, train delays cause changes in passenger route choices and
passenger flow distribution on schedule-based networks. Three alternative choices are identified, on
which a simulation model and method are based to predict the passenger flow distribution on the
network. A discrete event simulation technique is used to model the passenger flow distribution of a
schedule-based rail transit network. The passenger flow distribution on networks can be obtained
from simulation results, and the proposed method can to be used in the simulation of large-scale rail
transit networks with train delays. It is a useful and practical quantitative analysis tool that is beneficial
to operators dealing with problems caused by train delays.

Optimizing Performance of at-grade Intersection with Bus


Rapid Transit Corridor and Heterogeneous Traffic

Bus Rapid Transit (BRT) has emerged as a preferred mode of public transport in various
countries all over the world for its cost effectiveness in construction as well as in operation
and maintenance. The rapid transit feature of BRT is seen as a solution to many traffic
problems in these countries. However, in developing countries like India, the right –of-way
for most of the roads is restricted and traffic is heterogeneous in nature. Provision of BRT in
existing right –of way reduces the capacity available for other motorized traffic. As the buses
travel with a certain frequency on dedicated bus- ways, the dedicated corridor remains
unused for most of the period when other traffic on motorized vehicle (MV) lanes suffers from
congestion. The problem gets severe at intersections. However, if buses are operated in
mixed traffic it is no more rapid transit. Hence, a solution is required to address this problem
and optimize the performance of traffic as a whole. This paper presents the effect if dedicated
bus-ways end at a reasonable distance before the stop line at a busy signalized at-grade
intersection, and bus lanes (beyond that) are made available to all the motorized vehicular
traffic (heterogeneous traffic) at intersection. The performance evaluation is done in terms
of average queue length, maximum queue length, average delay time per vehicle, vehicle
throughput, average speed in network and emission of Carbon monoxide CO, mono-nitrogen
oxides NO and Volatile organic compounds (VOC). It is observed that availability of bus lanes
to other motorized traffic for a reasonable distance before intersection considerably reduces
the average queue length, maximum queue length, average delay time per vehicle and
emission per vehicle, while there is an increase in vehicle throughput and average speed of
all the vehicles in the network. Thus it results in reduction of congestion and performance
enhancement of at-grade intersections and network. Results of investigation are relevant in
international context. VISSIM, a microscopic simulation tool, is used to model the
heterogeneous traffic and public transit lines under constraints of roadway geometry, vehicle
characteristics, driving behaviour and traffic controls. The effect is investigated with different
random seeds to obtain reasonable results for analysis.

Bus Rapid Transit (BRT) telah muncul sebagai moda transportasi umum pilihan di berbagai negara di
seluruh dunia untuk efektivitas biaya dalam konstruksi serta dalam operasi dan pemeliharaan. Fitur
transit cepat BRT dipandang sebagai solusi terhadap banyak masalah lalu lintas di negara-negara ini.
Namun, di negara-negara berkembang seperti India, jalan yang benar untuk sebagian besar jalan
dibatasi dan lalu lintas bersifat heterogen. Penyediaan BRT dengan hak yang ada - mengurangi
kapasitas yang tersedia untuk lalu lintas bermotor lainnya. Saat bus melakukan perjalanan dengan
frekuensi tertentu pada bus khusus, koridor khusus tetap tidak terpakai untuk sebagian besar periode
ketika lalu lintas lain di atas kendaraan bermotor (MV) mengalami kemacetan. Masalahnya parah di
persimpangan. Namun, jika bus dioperasikan dalam kemacetan lalu lintas maka tidak ada angkutan
yang lebih cepat. Oleh karena itu, solusi diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan mengoptimalkan
kinerja lalu lintas secara keseluruhan. Makalah ini menyajikan efek jika jalur bus khusus berakhir pada
jarak yang masuk akal sebelum jalur berhenti di persimpangan kelas menengah yang dinanti-nantikan,
dan jalur bus (di luar itu) tersedia untuk semua lalu lintas kendaraan bermotor (lalu lintas heterogen)
di persimpangan . Evaluasi kinerja dilakukan dalam hal panjang antrian rata-rata, panjang antrian
maksimum, waktu tunda rata-rata per kendaraan, throughput kendaraan, kecepatan rata-rata dalam
jaringan dan emisi CO2 Karbon monoksida, nitrogen mono-nitrogen NO dan senyawa organik Volatile
(VOC). Terlihat bahwa ketersediaan jalur bus ke lalu lintas bermotor lainnya dengan jarak yang wajar
sebelum persimpangan sangat mengurangi panjang antrian rata-rata, panjang antrian maksimum,
waktu tunda rata-rata per kendaraan dan emisi per kendaraan, sementara terjadi peningkatan
throughput kendaraan dan kecepatan rata-rata. dari semua kendaraan di jaringan. Dengan demikian,
hasilnya mengurangi kemacetan dan peningkatan kinerja pada persimpangan dan jaringan kelas. Hasil
penyelidikan relevan dalam konteks internasional. VISSIM, alat simulasi mikroskopik, digunakan untuk
memodelkan lalu lintas heterogen dan jalur angkutan umum di bawah kendala geometri jalan,
karakteristik kendaraan, perilaku mengemudi dan kontrol lalu lintas. Efeknya diselidiki dengan benih
acak yang berbeda untuk mendapatkan hasil analisis yang masuk akal.

Linkage between passenger demand and surrounding land-use


patterns at urban rail transit stations: A canonical correlation
analysis method and case study in Chongqing
This paper employs a canonical correlation analysis method to quantify the linkage between urban rail
transit station demand and the surrounding land-use patterns. It is used to identify key land use
variables by evaluating their degrees of contribution to the rail transit station demand. A full month
of IC card data and detailed regulatory land use plan from Chongqing, China are collected for model
development and validation. The proposed model contributes to offering the capability of targeting
key land use patterns and associating them with rail transit station boarding and alighting demand
simultaneously. The proposed model can reveal underlying rules between rail transit station demand
and land use variables and can be used to evaluate the Transit Oriented Development (TOD) plans to
improve land use and transit operational efficiency.

Makalah ini menggunakan metode analisis korelasi kanonik untuk mengukur keterkaitan antara
permintaan stasiun transit kereta api perkotaan dan pola penggunaan lahan di sekitarnya. Hal ini
digunakan untuk mengidentifikasi variabel penggunaan lahan utama dengan mengevaluasi tingkat
kontribusi mereka terhadap permintaan stasiun transit kereta api. Satu bulan penuh data kartu IC dan
rencana penggunaan lahan peraturan rinci dari Chongqing, China dikumpulkan untuk pengembangan
model dan validasi. Model yang diusulkan berkontribusi untuk menawarkan kemampuan penargetan
pola penggunaan lahan utama dan menghubungkannya dengan asrama transit kereta api dan
permintaan turun bersamaan. Model yang diusulkan dapat mengungkapkan peraturan yang
mendasar antara permintaan stasiun kereta api transit dan variabel penggunaan lahan dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi Rencana Pembangunan Berorientasi Transit (Transit Oriented
Development / TOD) untuk memperbaiki penggunaan lahan dan efisiensi operasional transit.

Active signal priority control method for bus rapid transit based on
Vehicle Infrastructure Integration

The implementation of signal priority control to reduce delays of BRT vehicles at signalized
intersections is of practical and theoretical significance. In this paper, we propose an active signal
priority control method for BRT vehicles that run on median-road exclusive BRT lanes at single
intersections based on Vehicle Infrastructure Integration system. This method aims at maximizing
average passenger benefit of BRT and other road users, and provides 8 signal priority control
scenarios respectively for 8 BRT arrival modes that are based on estimating BRT vehicle travel time
and locating arriving time window in a cycle. The delay, energy efficiency and passengers’ comfort of
BRT vehicles, and community vehicles’ efficiency are also being considered. Finally, a model
simulation was conducted by VISSIM modeling in a representative signalized intersection with BRT in
Jinan City, China. The results indicate that the proposed method reduces average passenger delay by
13.43–25.27% and improves travel speed of BRT vehicles by 7.10–7.55% comparing to existing signal
control scenarios. The proposed method is highly promising and can be applied to improve efficiency
and safety of BRT at signalized intersections.

Implementasi kontrol prioritas sinyal untuk mengurangi keterlambatan kendaraan BRT pada
persimpangan yang teridentifikasi adalah analisis praktis dan teoritis. Dalam makalah ini, kami
mengusulkan metode kontrol prioritas sinyal aktif untuk kendaraan BRT yang berjalan di jalur BRT
jalur tengah yang rata-rata pada persimpangan tunggal berdasarkan sistem Integrasi Infrastruktur
Kendaraan. Metode ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan penumpang rata-rata BRT dan
pengguna jalan lainnya, dan menyediakan 8 skenario kontrol prioritas sinyal masing-masing untuk 8
mode kedatangan BRT yang didasarkan pada perkiraan waktu perjalanan kendaraan BRT dan
menemukan jendela waktu kedatangan dalam satu siklus. Keterlambatan, efisiensi energi dan
kenyamanan penumpang kendaraan BRT, dan efisiensi kendaraan masyarakat juga dipertimbangkan.
Akhirnya, simulasi model dilakukan dengan pemodelan VISSIM di persimpangan yang representatif
dengan BRT di Kota Jinan, China. Hasilnya menunjukkan bahwa metode yang diusulkan mengurangi
delay penumpang rata-rata sebesar 13,43-25,27% dan meningkatkan kecepatan perjalanan
kendaraan BRT sebesar 7,10-7,55% dibandingkan dengan skenario kontrol sinyal yang ada. Metode
yang diusulkan sangat menjanjikan dan dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan
keamanan BRT pada persimpangan yang terdefinisi.

Long-term User and Community Impacts of High-speed Rail in the


United States’ Midwest Corridor
This study contributes new insights in the debate over the viability of high-speed rail (HSR) in the
United States and the value proposition for government investment. The modeling focus of this study
is two-fold, and the modeling approach makes a case for a fundamental shift from the current
perspective of HSR viability. First, the user and community impact assessment of HSR is conducted in
the same manner as traditional transportation system evaluation (i.e., vehicle operating costs (VOC),
travel time, safety, emissions, and energy consumption) to provide comparable conclusions regarding
intercity transportation alternatives. Second, the model presented in this study analyzes both
ridership and impacts within the same systematic framework to assess the long-term impacts on the
individual transportation modes, total system metrics, and efficacy of alternate policies. Using this
model, decision-makers can introduce various externalities to determine both the ideal and
problematic conditions for the viability of a new HSR system.

Studi ini memberikan kontribusi wawasan baru dalam perdebatan mengenai viabilitas rel kecepatan
tinggi (HSR) di Amerika Serikat dan proposisi nilai untuk investasi pemerintah. Fokus pemodelan
penelitian ini dua kali lipat, dan pendekatan pemodelan membuat sebuah kasus untuk pergeseran
mendasar dari perspektif mutasi HSR saat ini. Pertama, penilaian dampak pengguna dan masyarakat
terhadap HSR dilakukan dengan cara yang sama seperti evaluasi sistem transportasi tradisional (yaitu,
biaya operasi kendaraan bermotor (VOC), waktu tempuh, keselamatan, emisi, dan konsumsi energi)
untuk memberikan kesimpulan yang sebanding mengenai alternatif transportasi antar kota. . Kedua,
model yang disajikan dalam penelitian ini menganalisis baik pengendara dan dampak dalam kerangka
sistematis yang sama untuk menilai dampak jangka panjang pada moda transportasi individual, metrik
sistem total, dan kemanjuran kebijakan alternatif. Dengan menggunakan model ini, pengambil
keputusan dapat mengenalkan berbagai eksternalitas untuk menentukan kondisi ideal dan
bermasalah untuk kelangsungan hidup sistem HSR yang baru.

Anda mungkin juga menyukai