Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS KOTA


KABUPATEN BANTAENG
PERIODE 14 FEBRUARI – 13 JUNI 2015

PENYULUHAN JAMBAN SEHAT

A. Latar Belakang

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air


minum, hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil Studi Indonesia
Sanitation Sector Development Program (ISSOP) tahun 2006, menunjukkan
47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah,
kolarn, kebun dan tempat terbuka lainnya. Implikasinya, diare, yang
merupakan penyakit berbasis lingkungan, masih merupakan pembunuh
nomor satu untuk kematian bayi di Indonesia dan menyumbang 42% dari
penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan. Di Indonesia, sekitar 162 ribu
balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya (Riset
Kesehatan Dasar 2010).
Dari sudut pandang ekonomi, Indonesia mengalami kerugian sebesar
$ 6,3 miliar ( Rp. 56,7 trillun ) pertahun akibat buruknya kondisi sanitasi
dan higiene, hal ini setara dengan 2,3% dari produk domestic bruto. Hasil
studi WHO (2007), intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat
menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi
lingkungan tersebut termasuk di dalamnya penyediaan air bersih yang
menurunkan risiko 25%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%,
pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar
39% dan cuci tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%.
Berdasarkan pada hasil studi tersebut diformulasikan kegiatan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai Program Nasional dan masuk
menjadi salah satu target MDGs 7e, Renstra Kemenkes 2010-2014, dan
RPJMN 2010-2014 dimana persentase penduduk yang menggunakan
jamban sehat pada tahun 2014 adalah sebesar 75% sementara itu capaian
pada akhir tahun 2012 hanya 56,24% dari 69 % yang ditargetkan.
STBM dalah suatu pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk
mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan
untuk mengubah perilaku melalui pemberdayaan di masyarakat dengan
pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
(PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rurnah Tangga (PLC-RT)
Jamban sehat merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk
digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang
digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadat, dan lembaga - lembaga
lain. Jamban Sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:
1) Mencegahkontaminasikebadan air
2) Mencegahkontakantaramanusiadantinja
3) Membuattinjatersebuttidakdapatdihinggapiserangga,
sertabinatanglainnya
4) Mencegahbau yang tidaksedap
5) Konstruksidudukannyadibuatdenganbaik, amandanmudahdibersihkan
Beberapa cara dan langkah untuk memelihara jamban sehat di sekolah:
- Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air
- Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam
keadaan bersih
- Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
- Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
- Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih)
- Bila ada kerusakan, segera diperbaiki
Terdapat 7 kriteria jamban sehat:
1. Tidak mencemari air
2. Tidak mencemari tanah permukaan
3. Bebas dari serangga
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
5. Aman digunakan oleh pemakainya
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

B. Permasalahan di Masyarakat
Kita semua mengetahui bahwa mempunyai dan menggunakan jamban
bukan hanya nyaman melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan
kesehatankeluarga dan masyarakat. Namun, data yang tersedia dari studi
dan survei sanitasipedesaan di Indonesia memperlihatkan bahwa sangat
sedikit rumah tangga di pedesaanyang benar-benar mempunyai akses ke
jamban sehat. Hanya 37% penduduk pedesaanmempunyai akses ke sanitasi
yang aman menurut Laporan Joint Monitoring Program 2008. Meskipun
kita tidak sepenuhnya memahami semua alasan ini, sebagian penjelasannya
adalah bahwa bahan bangunan jamban yang ada dipasaran rumit dan mahal,
dan memberikan kesan bahwa harganya tidak terjangkau bagi keluarga
yang berpenghasilan rendah.
Pentingnya untuk membuang air besar dan kecil di jamban adalah
untuk menjaga lingkungan agar selalu bersih, sehat dan tidak berbau, tidak
mencemari sumber air yang ada di sekitarnya, dan tidak menimbulkan
datangnya lalat yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri,
tipus, cacingan, dan lain-lain.
C. Pemilihan Intervensi

Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan


penyuluhan tentang jamban sehat di beberapa wilayah desa yang ada di
kecamatan Bangkala yang tingkat pengadaan jamban sehat yang masih
rendah. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah agar
menngkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
jamban sehat. Diharapkan dengan penyuluhan ini masyarakat mulai peduli
akan pentingnya kebersihan lingkungan, higinitas sumber air, dan tentunya
penyakit yang berbasis lingkungan dapat dicegah.

D. Pelaksanaan

Penyuluhan tentang jamban sehat dilaksanakan di kelurahan


Tappanjeng kecamatan bantaeng kabupaten bantaeng pada tanggal 4 Juni
2015. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan tentang jamban
sehat yang disertai diskusi dengan warga setempat, serta pendataan tentang
jumlah warga yang telah memiliki jamban dan tidak memiliki jamban, serta
warga yang telah memiliki rencana membuat jamban sehat. Materi
penyuluhan berupa pengetahuan mengenai definisi jamban sehat, manfaat
menggunakan jamban bersih, syarat-syarat jamban sehat, dan cara
memelihara jamban melalui leaflet yang dibagikan kepada warga serta
menyampaikan pentingnya jamban sehat dalam mencegah penularan
penyakit.
E. Evaluasi

Kegiatan ini berjalan sebagaimana yang diharapkan. Warga yang


hadir meliputi kepala rumah tangga dan atau ibu rumah tangga. Warga
ternyata belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya
jamban sehat yang menyebabkan kurangnya kesadaran dan kepedulian
mereka untuk membuat jamban sehat. Dengan adanya penyuluhan jamban
sehat, meningkatkan pengetahuan mereka tentang pentingnya pengadaan
jamban sehat, diharapkan hal ini meningkatkan kesadaran mereka untuk
membuat jamban sehat. Para warga yang belum memiliki jamban, sepakat
untuk membuat jamban sehat secara bersama yaitu satu jamban yang dibuat
untuk digunakan sekitar tiga atau empat keluarga yang tinggal berdekatan,
sebagai langkah awal untuk mencegah adanya buang air besar di
lingkungan bebas.

Bantaeng, 13 Juni 2015


Peserta Pendamping,

( dr. Muhammad Wirawan Harahap) ( dr. Rezy Friyana )

Anda mungkin juga menyukai