Anda di halaman 1dari 6

FASIES PENGENDAPAN DAN SEKUEN STRATIGRAFI HIDROKARBON

LAPANGAN “X” DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN SUB-CEKUNGAN


PALEMBANG TENGAH

1. LATAR BELAKANG
Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu cekungan tersier penghasil
hidrokarbon di Indonesia yang terbagi menjadi 4 subcekungan, yaitu subcekungan Jambi,
subcekungan Palembang Utara, subcekungan Palembang Tengah dan subcekungan
Palembang Selatan. Cekungan ini mulai terisi endapan sedimen sejak Kala Eosen hingga
zaman Kuater dengan ketebalan setiap satuan batuan berkisar 2100-3500 m.

Secara stratigrafi, satuan batuan yang terendapkan di Cekungan Sumatera Selatan


tersusun atas Formasi Lahat, Formasi Lemat, Formasi Talangakar, Formasi Baturaja, Formasi
Gumai, Formasi Airbenakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai dan Endapan alluvial.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari pembuatan tulisan ini adalah agar dapat mengetahui formasi-formasi
yang berpotensi mengandung hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan. Sedangkan tujuan
dari pembuatan tulisan ini adalah agar dapat mengetahui fasies pengendapan dan sekuen
stratigrafi formasi-formasi di subcekungan Palembang Tengah serta estimasi hidrokarbon di
dalamnya.

3. LANDASAN TEORI
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan tersier penghasil hidrokarbon
utama di Indonesia, meskipun telah dieksplorasi selama lebih dari satu abad dan
menghasilkan minyak lebih dari 1,5 milyar barel minyak bumi dan gas bumi. Analisa sejarah
pengendapan di Cekungan Sumatera Selatan merupakan suatu kajian geologi di sektor hulu.
Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu cekungan busur belakang di Pulau
Sumatera. Akibat tumbukan lempeng benua dan lempeng samudera, terbentuklah zona
penunjaman di sepanjang palung sunda, di sebelah luar pantai barat Sumatera. Penunjaman
ini terjadi pada Perm akhir. Akibat penunjaman ini menghasilkan busur magmatik berupa
Pegunungan Barisan, Cekungan belakang busur dan sesar mendatar (Sesar Sumatera).
Cekungan tersebut diisi endapan endapan tersier dengan basement berupa batuan pretersier
dan yang termuda diendapkan batuan hasil aktivitas gunung api Kuater.
4. PEMBAHASAN
Subcekungan Palembang Tengah
Subcekungan Palembang Tengah terdiri dari Formasi Lahat yang tersusun atas
batupasir, batulanau, batulempung dan konglomerat. Kemudian secara tidak selaras,
di atasnya terendapkan Formasi Talangakar yang tersusun atas batupasir dan
batulempung dengan sisipan konglomerat dan batubara. Formasi ini terendapkan di
lingkungan fluviatil sampai laut dangkal. Di atasnya terendapkan secara selaras
Formasi Gumai yang tersusun oleh batulempung dan serpih dengan sisipan batupasir
glaukonitan dan batugamping yang terendapkan dalam lingkungan laut dangkal.
Kemudian mulai Miosen Tengah terjadi susut laut dan kemudian terendapkan Formasi
Air Benakat yang tersusun oleh batulempung dengan sisipan batupasir glaukonitan
yang terendapkan selaras di atas Formasi Gumai pada lingkungan laut dangkal.
Selanjutnya di atas Formasi Gumai terendapkan secara selaras Formasi Muara Enim
yang tersusun oleh batupasir, batulempung pasiran dan batulempung sisipan batubara
yang terendapkan di lingkungan laut dangkal sampai fluviatil. Kemudian di bagian
atas, terendapkan Formasi Kasai secara tidak selaras pada kala Plio-Plistosen.
Formasi Airbenakat berdasarkan stratigrafi regional masuk ke dalam fase
regresi, dimana awalnya merupakan lingkungan neritik kemudian berangsur menjadi
laut dangkal dan prodelta. Pada Formasi ini, dibagi menjadi 5 Fasies pengendapan
utama dimana salah satu Fasies terdapat batupasir yang potensial sebagai reservoir
hidrokarbon, yaitu Proximal Pro-Delta, Overbank, Interdistributary Channel, Distal
Distributary Mouthbar, dan proximal Distributary Mouthbar. Naiknya muka air laut
dan mencapai titik maksimal hingga membentuk MFS. Dilanjutkan dengan penurunan
muka air laut hingga titik maksimal hingga membentuk tiap-tiap MRS yang
merupakan batas bawah TST dan di tiap batas MRS tersebut terendapkan Distal
Mouthbar dengan motif log berupa Coarsening Upward. Kemudian terjadi lagi
naiknya muka air laut hingga berhenti di kenaikan maksimal yang membentuk MFS
dan merupakan batas atas dari TST. Selama proses berlangsung terendapkan
Overbank dengan motif log Fining Upward.Setelah terjadi kenaikan muka air laut
hingga membentuk MFS lagi,mulailah terjadi penurunan muka air laut hingga
membentuk MRS sebagai batas bawah TST2,diendapkan pula Proximal Prodelta
dengan sisipan batupasirnya dimana menunjukkan pengendapan makin mengarah ke
darat. Dilanjutkan pengendapan Interdistributary Chanel yang dimana terendapkan
Mouthbar berupa batupasir dengan motif log Blocky. Proses ini ditandai dengan
naiknya muka air laut maksimal hingga membentuk MFS sebagai batas atas TST2 dan
batas bawah HST dan dilanjutkan dengan naiknya muka air laut dan terkena erosi
hingga membentuk SB sebagai batas atas HST dan batas bawah LST.Penurunan muka
air laut dilanjutkan hingga maksimal dan membentuk MRS sebagai batas atas dari
LST. Dilanjutkan dengan kenaikan muka air laut dan endapannya terkena erosi hingga
membntuk SB,yang juga sebagai batas bawah dari LST2. Pengendapan diakhiri
dengan turunnya muka air laut maksimal sehingga membentuk MRS dan diendapkan
pula Distributary Mouthbar Proximal yang berupa batupasir tebal dengan motif log
Blocky dan ditaksir memiliki kandungan Hidrokarbon yang baik.

Gambar 3 Model Sekuen Formasi Air Benakat


Minyak bumi pada Formasi Airbenakat tidak dapat bergerak akibat adanya
jebakan (trap) berupa sesar normal dan graben yang orientasi arahnya relatif NW-SE.

Gambar 1 Peta Depth Struktur

Berdasarkan peta depth structure yang dihasilkan dari penelitian ini, zona
sesar ditunjukkan oleh garis berwarna hitam, dan diperkirakan estimasi hidrokarbon
berada pada zona di sekitar graben yang berupa tinggian. Migrasi yang terjadi pada
zona ini adalah migrasi vertikal karena adanya tekanan yang memberikan jalur
minyak bermigrasi dan terakumulasi di dekat trap yang berfungsi sebagai penahan
minyak agar tetap berada di batuan reservoir.

Gambar 2 Ilustrasi arah aliran hidrokarbon


5. KESIMPULAN
 Berdasarkan analisa sikuen stratigrafi didapatkan pengendapan TST, HST, dan
LST terendapkan secara berurutan. Pengendapan dibagi menjadi 4 fase yaitu :
1. Fase TST dimana pada fase ini terendap pula endapan proximal pro-delta dan
naiknya muka air laut dimana endapan menebal dari Timur ke barat daerah
penelitian dengan ketebalan dari 30,5 m sampai 127 m.
2. Fase HST dimana pada fasa ini terendap pula endapan Distributary chanel
dimana turunnya muka air laut,menebal dari arah Selatan ke Utara yaitu dari
ketebalan 1 m sampai dengan 32 m.
3. Fase LST-1 dimana masih pada distributary chanel namun pada sand bar-nya
dengan ketebalan menebal dari arah Timur maupun Barat dengan ketebalan 1 m
sampai dengan 1,5 m, kemudian,
4. Fase LST-2 dimana terendapkannya Distributary Mouthbar Proximal yang
diduga mengandung hidrokarbon karena adanya crossover antara log neutron dan
log density, dimana menebal dari Timur ke Barat,yaitu pada ketebalan antara 2 m
sampai 8 m.
 Formasi Air Benakat di Cekungan Sumatera Selatan terdapat jebakan struktural
berupa sesar normal yang berarah NW-SE, dengan daerah yang berpotensi
mengandung hidrokarbon berada pada zona di sekitar graben yang dibatasi oleh
sesar mendatar di kedalaman kurang lebih 370-375 m.
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Muhammad Imam.,Sunardi, Edi. Nurdrajat. 2014. Sikuen Stratigrafi, Fasies


Pengendapan dan Zonasi Hidrokarbon pada Lapangan “VN” Pada Cekungan Sumatera
Selatan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor : Bandung

Meutia, D. Intan, Susilo, Adi. Mangasi, Nosevin. Estimasi Daerah Prospek Hidrokarbon
Berdasarkan Depth Structure Map Pada Lapangan “Chili” Cekungan Sumatera Selatan.
Universitas Brawijaya : Malang

Anda mungkin juga menyukai