Tahun 1945-1964 Indonesia belum begitu mengenal istilah IPS. Namun, pembelajarannya sudah
mengarah pada definisi Social Studies. Dan kenyataannya dapat dilihat dari adanya mata pelajaran
sejarah, geografi, civics, koperasi yang di sampaikan terpisah di SD, dan mata pelajaran ekonomi,
sosiologi, dan antropologi di SMP.
2. Pendidikan IPS Dalam Kurikulum 1964 dan 1968
Dalam Kurikulum 1945, ada perubahan pendekatan dalam pengajaran IPS di Indonesia. Perdekatan
tersebut bersifat korelatif, sehingga ada mata pelajaran yang tedir atas korelasi dari mata pelajaran ilmu
bumi, sejarah, civics. Pada tahun 1968 juga ada perubahan, ditandai adanya pengelompokan mata
pelajaran sesuai orientasi. Saat itu mulai diperkenalkan Pendidikan Kewargenegaraan karena Pendidikan
Kemasyarakatan berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan korelasi dari ilmu
bumi, sejarah, dan pendidikan Kewarganegaraan.
Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawamangu Solo. Tiga Istiah yang muncul dari Seminar Nasional di Tawamangu yang digunakan secara
bertukar adalah:
Pada tahun 1975 mulai diperkenalkan mata pelajaran IPS yang diberikan untuk jenjang SD, SMP,
SMA yang menggunakan pendekatan sesuai tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik, yaitu
berbasis pada materi pelajaran (Content Based Curriculum). Ciri yang paling menonjol adalh
pengembangan dimensi nilai berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam kurikulum 1975 PIPS menampilkan 4 profil, yaitu :
a. PMP menggantikan PKN sebagai suatu bentuk PIP khusus yang mewadahi Citizenship Transmission.
b. PIPS terpadu untuk SD.
c. PIPS terkonfederasi untuk menempatkan IPS sebagai konsep payung pelajaran Geografi, Sejarah &
Ekonomi Koperasi.
d. PIPS terpisah yang mencakup mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi untuk SMA atau Sejarah
dan Geografi untuk SPG.
Kurikulum PIPS 1984 masih sama dengan 1975, tetapi pada kurikulum 1984 terdapat
penyempurnaan. Pengajaran IPS di jenjang SMP diuraikan berdasarkan disiplin ilmu sosial untuk
masing – masing mata pelajaran bahkan pembahasan tersendiri secara terpisah. Sedangkan umtuk SD
tidak mengalami perubahan.
4. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 mengalami perubahan yang cukup signitif. Setelah berlakunya UU No.2/1989
mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti oleh semua siswa
dalam setiap jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA). Untuk mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
1) IPS terpadu di SD kelas 3 sampai dengan kelas 6, sedangkan untuk kelas 1 dan 2 tidak eksplisit (berdiri
sendiri). Untuk IPS SD materi pelajaran dibagi atas dua bagian yakni:
Materi Sejarah, meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional
Materi Pengetahuan Sosial, meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi dan politik/pemerintahan.
2) IPS untuk SMP bersifat terkonfederasi yang mencakup mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi
Koperasi.
3) IPS untuk SMA mengunakan pendekatan terpisah - pisah, hampir mirip dengan “Social Studies” tetapi
merupakan bagian ilmu pengetahuan sosial.
Bahan Kajian IPS antara lain ilmu bui, sejarah, ekonomi, kesehatan , dsb. Hal tersebut untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis kondisi sosial masyarakat.
Kedudukan IPS semakin jelas dan kokoh. Hal ini menjawab keraguan dan kekhawatirannya
lembaga pendidikan. Karena mata pelajran IPS dan PPKn pernah digabung menjadi PKPS (Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pendidikan Sosial) atau dipilih salah satu, hal ini terdapat di Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK).Namun, setelah disahkannya UU No.20/2003 yang diikuti PP No.19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan perlu adanya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), maka pengembangan mata pelajaran IPS mengacu pada Permendikbud.
Sedangkan di Kurikulum 2013 IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative social
studies bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. IPS sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap
peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial. Disamping itu, tujuan pendidikan IPS
menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas
masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah NKRI. Untuk IPS menjadi materi
pembahasan pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dan lainnya.
2. Uraikan Pengaruh dari Luar (Barat) yang turut mempengaruhi pembelajaran IPS di
Indonesia
Perkembangan Social Studies di Amerika Serikat mempengaruhi pemikiran PIPS di
Indonesia. Dalam konteks perkembangan pendidikan “social studies” di Amerika atau “Pendidikan IPS” di
Indonesia konsep dan praksis pendidikan demokrasi yang dikemas sebagai “citizenship education” atau
“Pendidikan Kewarganegaraan” berkedudukan sebagai salah satu dimensi dari tujuan, konten dan proses social
studies atau “pendidikan IPS”, atau dapat juga dikatakan bahwa pendidikan demokrasi merupakan salah satu
subsistem dalam sistem pembelajaran “social studies” atau “Pendidikan IPS”. Walaupun demikian, subsistem
pendidikan demokrasi ini sejak awal perkembangannya, seperti di Amerika sudah menunjukkan keunikan dan
kemandiriannya sebagai program pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan warga negara yang cerdas
dan baik. Subsistem ini, sejalan dengan perkembangan konsep dan praksisi demokrasi, terus berkembang
sebagai suatu bidang kajian dan program pendidikan yang dikenal dengan citizenship education atau civic
education, atau unuk Indonesia dikenal dalam label yang berubah – ubah mulai dari Civics, Kewargaan Negara,
Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewargenagaraan, dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Jika dikaji dengan cermat dalam konteks perkembangan social studies ternyata citizenship
education yang pada dasarnya berintikan pengembangan warga negara agar mampu hidup secara
demokratis merupakan bagian yang sangat penting dalam social studies. Hal itu dapat disimak sejak
social studies mulai diwacanakan tahun 1937 oleh Edgar Bruce Wesley, yang definisinya tentang
social studies dianggap sebagai pilar epistemologis pertama, sampai dengan munculnya paradigma
social studies dari NCSS tahun 1994. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa esensi pendidikan
demokrasi sesungguhnya merupakan bagian integral dari “social studies”.
Bidang kajian dan program pendidikan demokrasi dalam bentuk kemasan “Citizenship
education” maupun “Civic Education” atau pendidikan kewarganeraan ini, kini kelihatan semakin
banyak dikembangkan baik di negara demokrasi yang sudah maju muupun negara yang sedang
merintis atau meningkatkan diri kearah itu. Hal itu sejalan dengan berkembangnya proses
demokratisasi yang kini telah menjadi gerakan sosial-politik dan sosial-budaya yang mendunia.
Perkembangan Social Studies di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (PIPS). Social Studies sebagai satu kesatuan sistem dalam kurikulum pendidikan sangat erat
kaitannya dengan disiplin ilmu Sejarah, Geografi, dan Civics. Pada awal abad 20 Social Studies telah
dijadikan istilah resmi dalam kurikulum pendidikan, khususnya AmerikaSerikat.
Tujuan PIPS adalah mendidik siswa sebagai warga negara yang baik, warga – masyarakat yang
konstruktif dan produktif; yaitu warga negara yang memahami dirinya sendiri dan masyarakatnya,
mampu merasa sebagai warga negara, berfikir sebagai warga negara, dan jika mungkin juga mampu
hidup sebagai mana layaknya warga negara (Saxe, 1991:182, appendix). Untuk mencapai tujuan tersebut
materi harus memiliki kognitif yang kuat pada diri siswa, serta bisa meningkatkan hasrat untuk lebih
jauh mengerti dirinya dan lingkungannya.
Pada tahun 1915, menurut Committe on Social Studies (CSS) Pendidikan di lingkungan rumah
atau keluarga adalah faktor pertama dalam pengembangan warga negara yang baik. Sedangkan warga
negara yang baik adalah mereka yang memiliki perasaan sosial (social feeling), pikiran sosial (social
thought), dan melakukan tindakan sosial (social action). Rekomendasi Social Studies yag dirumuskan
dalam CSS tahun 1913, 1915, dan 1916 merupakan awal konsep awal bagi National Council for Social
Studies (NCSS) yang berdiri tahun 1921.
Perkembangan Social Studies dipublikasikan oleh National council for the Social Studies
(NCSS) pada tahun 1935. Definisi Social Studies menurut Edgar Bruce Wesley 1937 (Barr, Barth, dan
Shermis, 1972:12) “The Social Studies are the social sciences simplified for pedagogical purpose”. Era
1960-an muncul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam pendidikan, yang secara khusus dapat
dipandang sebagai suatu Revolusi dalam Social Studies yang dikenal sebagai gerakan “The New Social
Studies”.
Gerakan The New Social Studies menjadi pilar perkembangan Social Studies pada tahun 1960,
titik tolaknya dari kesimpulan bahwa social studies sebelumnya dinilai sangat tidak efektif dalam
mengajarkan substansi dan mempengaruhi perubahan sikap siswa. Maka dari itu para ahli sosial dan
sejarawan bersatu dan merumuskan social studies ketaraf “higher level of intellectual pursuit”. Pada
akhir 1960-an tecatat adanya perbuhan dari orientasi pada disiplin akademik yang terpisah-pisah ke satu
upaya untuk mencari hubungan interdisipliner (Barr, 1977:45).
Pengembangan Social Studies dari mulai pendidikan dasar sampai tingkat menengah atas
ditandai oleh keterpaduan pengetahuan, kemampuan siswa dan sikap siswa terhadap gejala sosial yang
terjadi diskitarnya. Hal ini memberikan dau arti yaitu, monodisipliner dan interdisipliner. Program Social
Studies menitik beratkan pada upaya membantu siswa dalam construct a knowledge base and attitudes
drawn from academic disciplines as specialized ways of viewing reality (Pembangun pengetahuan dan
sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik terhadap realita).
3. IPS sebagai salah satu mata pelajaran teroadu di sekolah dasar yang diajarkan secara tematik. Uraikan
maksud pernyataan tersebut.
Dengan pendekatan terpadu suatu konsep dari suatu cabang ilmu atau suatu topik diorganisir bahannya
dari berbagai cabang ilmu sosial secara terpadu. Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
mengaitkan suatu pokok bahasan lain dalam bidang studi itu. Dengan demikian siswa akan mendapat
gambaran keterpaduan dalam memproses perolehan hasil belajar. Sekarang ini, para ahli Ilmu
Pengetahuan Sosial dan penentu kebijakan pendidikan, umumnya sependapat bahwa pembelajaran IPS
sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terpadu, dengan beberapa pertimbangan
yang dijadikan dasar yaitu :
1. Manusia tidak pernah dan tidak bisa melepaskan diri dari masalah-masalah sosial.
Setiap masyarakat perlu memiliki kemampuan terpadu tentang cara memecahkannya.
Untuk itu pendekatan terpadu merupakan cara yang cocok untuk mengatasinya.
2. Pendekatan terpadu lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, membuat
siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
3. Sekolah dan masyarakat adalah dua institusi yang sangat berdekatan, bahkan
terintegrasi satu sama lainnya. Karena institusi ini tidak dapat melepaskan diri secara
tegas, karena itu masalah-masalah sosial dalam masyarakat sudah tentu harus
mendapat perhatian sepantasnya dari sekolah, dan demikian sebaliknya. Ini berarti
peserta didik tidak mungkin pula dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan
masyarakat dan berbagai masalah yang dihadapi. Karena itu sejak dari awal mereka
sudah harus didik dan dilatih tentang bagaimana cara berhadapan dan menyesuaikan
diri dengan kehidupan sosial.
4. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, penciptaan kondisi belajar
yang sesuai dengan sipat-sipat kemanusiaan dan ligkungan sisoal sekolah dan
pemikiran-pemikiran inovatif lainnya, mendorong para ahli IPS lebih berkenaan
dengan pendekartan terpadu.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPS akan berjalan
secara efektif apabila digunakan pendekatan terpadu, karena dengan pembelajaran terpadu
akan menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak, membuat anak aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan pembuat keputusan.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Kedua kegiatan tersebut terpadu dalam suatu
kegiatan yang disebut interaksi belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar
terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Pada pembelajaran IPS siswa tidak
hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi IPS yang diajarkan kepadanya,
melainkan mereka harus memperlakukan sebagai subyek yang menjalani proses belajar IPS
secara aktif.
Salah satu cara untuk meningkatkan terjadinya pembelajaran terpadu dengan melalui unit
tematik. Unit tematik merupakan serangkaian tema-tema yang digunakan sebagai topik dalam
proses pembelajaran. Dengan pengambilan tema pokok yang menarik, yang sering terjadi di
masyarakat, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna
Pendekatan terpadu sebagai suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Berkaitan dengan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ada beberapa
aspek yang patut dipertimbangkan oleh guru dalam mengoptimalkan pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar yang mengarah kepada terwujudnya keterpaduan pembelajara
4. ADA YANG MENGANGGAP PELAJARAN IPS DI SD MIRIP DENGAN PELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. JELASKAN MENURUT ANDA. APA YANG
MEMBEDAKAN PELAJARAN IPS DI SD DENGAN PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Pendidikan IPS dalam perkembangannya mulai memperkenalkan pada sebuah pandangan menjadi
warga negara yang baik, ini jelas sedikit berseberangan dengan pendidikan kewarganegaraan yang
sudah memberikan ilmu itu sejak pertama.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang lebih menekankan pada bagaimana menjadi
seorang warga negara yang baik dan dapat memberikan kontribusi kepada negara kita, hampir sama
dengan pendidikan IPS hanya saja dalam pendidikan kewarganegaraan lebih spesifik kepada warga
negara sedangkan dalam pendidikan IPS lebih luas yaitu seorang dalam masyarakat tertentu yang
berusaha untuk menjadi seseorang yang baik dan berguna bagi bangsa dan negara.
Pendidikan kewarganegaraan apabila kita lihat lebih dalam maka akan ada kesamaan dan perbedaan
yang sangat tipis hanya sudut pandang dan ruang lingkup serta fokus masalahnya saja keduanya saling
terkait satu sama lain. Apabila PPKN masuk dalam IPS maka akan terjadi gejolak karena pendidikan
kewarganegaraan sangat penting dan harus terus dikembangkan agar pendidikan kewarganegaraan
dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi bangsa dan Negara Indonesia maka pendidikan IPS dan
pendidikan kewarganegaraan harus berjalan seiringan dan saling berkesinambungan agar tercipta
suasana pembelajaran yang kondusif dan dapat di implementasikan oleh peserta didik secara nyata .
Memberdayakan siswa untuk mempelajari penyusunan teori-teori ilmu sosial dan data yang
lain, menjernihkan dan mengorganisir hal tersebut untuk menjelaskan interaksi sosial
pasti/menyakinkan.
Untuk mempersiapkan mereka menjadi warga negara dan anggota masyarakat yang baik.
Untuk memotivasi para pelajar, aktif berpartisipasi dalam masyarakat, dan memperkuat
pemikiran krisis mereka.
Tujuan dari pendidikan IPS bisa kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan ini luas cakupannya
meliputi masyarakat tertentu lalu interaksi serta sistem yang ada dalam masyarakat itu sehingga
peserta didik dapat belajar dan menerapkan dalam kehidupan nyata dalam masyarakat peserta didik
dapat menempatkan diri mereka dan berbaur serta memberikan kontribusi yang nyata.
Pendidikan Kewarganegaraan kita lihat memiliki beberapa fungsi yang sangat vital bagi bangsa kita
yaitu :
Sangat jelas sekali di sini pendidikan kewarganegaraan berperan sebagai suatu sistem yang
mendukung dan menguatkan warga negara agar menjadi warga negara yang sangat baik dan mencintai
negara yang di tempati ini dan juga pendidikan ini merupakan inti dari pengajaran berbagai ilmu sosial
karena pendidikan kewarganegaraan mencakup hampir semua materi yang ada dalam pendidikan
sosial.
5. TULISKAN CONTOH MATERI IPS DI SEKOLAH DASAR DAN JELASKAN ILMU SOSIAL AOA YANG ADA DI
DALAM MATERI TERSEBUT