Anda di halaman 1dari 4

Kalsium adalah mineral yang paling tersebar luas pada tubuh, didalam tulang orang

dewasa terdapat kurang lebih 1 kg kalsium. Tulang berperan menjadi sumber kalsium yang
terionisasi untuk menunjang fungsi saraf, otot, dan pembekuan darah, kadar yang ada di
dalam plasma dipertahankan dalam rentang yang sempit. Akan tetapi, variasi kebutuhan
tubuh akan kalsium lebih bergantung terhadap kecapatan perkembangan tulang dari pada
kebutuhan yang terdapat pada metabolik. Kebutuhan maksimal terjadi selama puncak masa
pertumbuhan pada masa remaja, yaitu hingga mencapai 300 mg/hari, maka asupan kalsium
sangat penting pada masa tersebut, untuk menjamin mineral tulang yang tercukupi. (Barasi,
2009)

90 persen kalsium yang ada di dalam tubuh terdapat pada tulang dan gigi dalam
bentuk garam kompleks. Endapan garam dalam matriks tulang yang aslinya lunak ini akan
memberikan rigiditas yang diperlukan. Pada gigi, endapan tersebut ikut memberikan
kekerasan dan ketehanan terhadap pengeroposan. Kalsium dalam jumlah yang kecil dalam
cairan jaringan memainkan peran dalam pengendalian kerja jantung dan juga otot skeletal dan
eksitabilitas saraf. Selain itu, kalsium juga berperan dalam proses pembekuan darah. Begitu
kulit rusak, darah berinteraksi dengan oksigen dan nitrogen di udara sekitarnya dan, bersama
dengan vitamin K, mulai menarik trombosit bersama-sama. Jika jumlah kalsium tidak
mencukupi, maka reaksi ini tidak dapat terjadi dan pembekuan darah akan memakan waktu
lebih lama (Beck, 2011).

Kalsium yang berada di dalam tulang memiliki dua fungsi yaitu sebagai bagian
integral dari struktur tulang dan sebagai tempat penyimpanan untuk kalsium. Pada tahap awal
pertumbuhan janin, dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang tubuh, kemudian matriks
tersebut semakin menguat melalui proses kalsifikasi yaitu terbentuknya kristal mineral yang
terdiri dari kalsium dan fosfor yang merupakan unsur utama dalam struktur tersebut sehingga
keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup terdapat dalam cairan yang mengelilingi
matriks kalsium. Kalsium juga memiliki peran dalam proses pembentukan gigi, mineral yang
membentuk dentin dan email gigi adalah mineral yang sama dengan yang membentuk tulang.
Kalsifikasi gigi susu terjadi pada minggu ke-20 tahap janin dan selesai sebelum gigi keluar.
Gigi permanen mulai mengalami kalsifikasi ketika anak berumur 3 bulan dan 3 tahun,
Adapula gigi terakhir keluar yang mengalami kalsifikasi saat anak berumur 8-10 tahun.
Kekurangan kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan kerentanan
terhadap kerusakan pada gigi.
Asupan kalsium yang mencukupi sejak awal kehidupan dapat memperkuat massa
tulang, mencegah pengaruh negatif dari berkurangnya keseimbangan kalsium dan
mengurangi tingkat penurunan massa tulang pada tahun- tahun selanjutnya. Cadangan
kalsium tubuh terdapat dalam tulang, jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil
cadangan kalsium yang ada di dalam tulang. Semakin lama maka akan semakin banyak
kalsium yang diambil dari tulang, sehingga tulang semakin lama akan semakin tipis, lalu
kemudian tulang akan menjadi keropos.

Kepadatan tulang berbeda-beda berdasarkan tingkatan usia, Kepadatan tulang akan


meningkat pada bagian pertama kehidupan dan secara berangsur akan mengalami penurunan
setelah dewasa. Proses densitas tulang hanya berlangsung hingga seseorang berusia 30 tahun.
Asupan kalsium pada usia lanjut umumnya menurun karena konsumsi pada makanan yang
mengandung kalsium berkurang. Selain itu, bertambahnya usia juga dapat menyebabkan
menurunkan daya serap kalsium di dalam tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyakit sehingga menyebabkan pengeluaran kalsium menjadi semakin meningkat.
Massa tulang menurun mulai usia sekitar 40 tahun, baik pada pria maupun wanita.
Pengurangan massa tulang ini akan berlangsung terus sepanjang sisa hidup (Beck, 2011).

Kalsium yang tidak absorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang di ekskresi melalui urin
mencerminkan jumlah kalsium yang di absorpsi oleh tubuh. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada
asidosis dan pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium bisa terjadi melalui sekresi cairan yang masuk ke
dalam saluran cerna dan melalui keringat.

Nilai asupan kalsium dalam makanan normalnya sekitar 1000 mg/hari, dengan sekitar 900
mg/hari kalsium disekresikan di dalam feses. Kalsium dapat berikatan dengan lemak di
saluran cerna, membentuk sabun, dan mengurangi absorbsi lemak. Dengan cara yang sama,
malabsorbsi lemak dapat menyebabkan terbuangnya kalsium dari usus besar. Dalam kondisi
tertentu, ekskresi kalsium di feses dapat melebihi kalsium yang dicerna karena kalsium juga
dapat disekresikan ke dalam lumen usus. Oleh karena itu, traktus gastrointestinal dan
mekanisme regulasi yang mempengaruhi absorpsi dan sekresi kalsium intestinal berperan
penting dalam homeostasis kalsium. (Barasi, 2009) Kalsium juga dibutuhkan juga
antara lain untuk pembekuan darah, transmisi saraf, stimulasi otot, stabilitas asam basa (pH)
darah, dan mempertahankan keseimbangan air. Kalsium juga bersifat penting dalam reaksi
enzim, tekanan darah, dan dapat mencegah kanker usus besar.
Kalsium diekskresikan oleh feses dan urine. Untuk mengimbangi kehilangan ini
diperlukan masukan kalsium melalui makanan. Widya Karya nasional Pangan dan Gizi, LIPI,
Maret 1979 merekomendasikan masukan lewat makanan sebesar 500 mg kalsium per hari
untuk orang dewasa (Beck, 2011).

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus tumbuh.Tulang mempunyai


struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan
dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami
perubahankarena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran,
perbaikan, dan pergantian sel. Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang
terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang
yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat.
Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran
ketika usia semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia
akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang,
makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar
25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun,
yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung
terus dengan bertambahnya usia sepanjang hidup. Dengan makin bertambahnya
usia mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada
osteoporosis (Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang
osteoporosis mengenal, mengatasi dan mencegah tulang keropos. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2009.)

Massa tulang puncak ini terjadi sepanjang awal kehidupan sampai


dewasamuda.Selama ini, tulang tidak hanya tumbuh tetapi juga menjadi
solid.Massa puncak tulang secara individual sangat bervariasi dan pada
umumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita. Massa puncak
tulang ini sangatlah penting, yang akan menjadi ukuran seseorang menjadi
risiko terjadinya fraktur pada kehidupannya. Apabila massa puncak tulang
ini rendah maka akan mudah terjadi fraktur, tetapi apabila massa tulang
tinggi maka akan terlindung dari ancaman fraktur. Faktor-faktor yang
menentukan tidak tercapainya massa tulang puncak sampai saat ini belum
dapat dimengerti sepenuhnya tetapi diduga terdapat beberapa faktor yang
berperan, yaitu genetik, asupan kalsium, aktifitas fisik, dan hormon seks.
Untukmemelihara dan mempertahankan massa puncak tulang adalah dengan diet,
aktifitas fisik, rokok, kelebihan konsumsi alkohol, dan beberapa obat.(
Moore K L, Arthur F, Dalley II, Anne M R, Agur. Anatomi berorientasiklinis.
Dialihbahasakan oleh Hartanto H. Jakarta: Erlangga; 2013.hlm. 19-25.)(
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran.
Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. hlm. 839-42.

Remodeling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut


sepanjang hidup. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menunjukan terjadinya
keseimbangan antaraformasi dan resorpsi tulang. Keseimbangan ini
dipengaruhi oleh sel osteoblas dan sel osteoklas pada unit remodeling
tulang.Remodeling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang.PTH bekerja pada
osteoblas dan sel stroma,dimana mensekresi faktor soluble yang menstimulasi
pembentukan osteoklas danresorbsi tulang oleh osteoklas. Sintesis kolagen
oleh osteoblas distimulasi oleh paparanpada PTH yang intermiten, sementara
paparan terus menerus pada PTH menghambatsintesis kolagen. Kalsitonin
menghambat fungsi osteoklas langsung dengan mengikat reseptor afinitas
tinggi, kalsitonin mungkin tidak langsung mempengaruhi fungsi osteoblas.
LevelKalsitonin menurun pada wanita dibandingkan pria, tapi defisiensi
kalsitonin tidak berperan pada usia lanjut. Namun defisiensi estrogen
menyebabkan penurunanmassa tulang secara signifikan. Defisiensi estrogen
mempengaruhi levelsirkulasi sitokin spesifik seperti IL-1, koloni
granulosit makrofag stimulating faktor dan IL-6. Bersama sitokin ini
meningkatkan resorpsi tulangmelalui peningkatan recruitment, diferensiasi
dan aktivasi sel osteoklas (Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke
sistem. Dialihbahasakan oleh Pendit BU. Edisi VI. Jakarta: EGC; 2009.hlm.
742-46.)

Anda mungkin juga menyukai