4.1. Umum
Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik proyek ada beberapa tahapan penting yang harus
dilalui dengan berpatokan pada ketentuan, instruksi dan semua persyaratan yang telah di
rencanakan untuk menghasilkan sebuah bangunan dengan kualitas yang baik.
Pada Proyek Pembangunan Biara Susteran OMJM ini ada beberapa tahapan
pekerjaan yang diamati selama melakukan kegiatan kerja praktek dan ada yang tidak
sempat diamati karena pekerjaan yang dimaksud diselesaikan sebelum adanya kegiatan
kerja praktek.
18
kolom, hubungan antara tulangan diperkuat atau diikat dengan kawat sehingga kedudukan
tulangan tidak berubah pada saat pengecoran.
Dalam pembangunan Biara Susteran ini, tulangan utama yang dipakai untuk pondasi
adalah Besi Polos Ø 16 mm. Dimensi pondasi disesuaikan dengan jumlah lantai. Dimana
untuk bangunan 4 lantai 250 cm x 250 cm dengan kedalaman pondasi 3 m dari permukaan
tanah, sedangkan untuk tulangan utama pada pedestal juga digunakan Besi polos Ø 16 mm
dan Besi polos Ø 10 mm untuk tulangan sengkang dengan jarak persengkangnya 100 mm
(Ø 10 – 100).
Berdasarkan hail wawancara dengan mandor bahwa Pekerjaan pengecoran
menggunakan komposisi campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 krl yang dicampur dengan menggunakan
concrete mixer selama 15 – 20 menit. Pencampuran adukan beton dilakukan secara
berurutan dengan pertama-tama dimasukan air kemudian semen, pasir, dan kerikil.
Bangunan dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral
yang ditimbulkan oelh tanah urug atau tanah asli yang labil. Elemen – elemen pondasi,
seperti bangunan ruang bawah tanah (basement), pangkal jembatan (abutment), selain
berfungsi dari bagian bawah dari struktur, berfungsi juga sebagai penahan tanah di
sekitarnya. Kestabilan dinding penahan tanah diperoleh terutama dari berat sendiri struktur
dan berat tanah yang di atas pelat pondasi. Besar distribusi tekanan tanah pada dinding
penahan tanah sangat bergantung pada gerakan ke arah lateral tanah relatif terhadap
dinding.
Beberapa tipe dinding penahan tanah, antara lain :
a. Dinding gravitasi
b. Dinding semi gravitasi
c. Dinding kantilever
d. Dinding counterfort
Bangunan dinding penahan tanah pada proyek pembangunan Biara OMJM adalah
bertipe gravitasi. Dinding penahan tanah gravitasi umumnya di buat dari pasangan batu
karang. Perencanaan dinding penahan dilakukan dengan metode “coba-coba/trial and error”
untuk memperoleh ukuran yang paling ekonomis. Prosedur perencanaan dilakukan
berdasarkan analisa terhadap gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah
tersebut. Dinding juga harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada tegangan
tarik pada tiap titik pada dinding untuk setiap kondisi pembebanan.
19
1. Gaya vertikal akibat berat sendiri dinding penahan tanah
2. Gaya luar yang bekerja pada dinding penahan tanah
3. Gaya akibat tekanan tanah aktif
4. Gaya akibat tekanan tanah pasif
Pada perencanaan dinding penahan tanah, beberapa analisis yang harus dilakukan
adalah :
a. Analisis kestabilan terhadap guling
b. Analisis ketahanan terhadap geser
c. Kapasitas daya dukung tanah pada dasar dinding penahan
d. Analisis tegangan dalam dinding penahan tanah
e. Analisis penurunan
f. Analisis stabilitas secara umum
20
Pekerjaan galian untuk dinding penahan tanah harus sama dengan dimensi/ukuran
yang sesuai dengan gambar rencana yaitu sedalam 150 cm. Galian dinding penahan tanah
di lakukan secara manual dengan menggunakan tenaga pekerja, tetapi pekerjaan ini tidak
memakan waktu yang cukup lama karena kondisi tanah yang lunak yaitu lempung kelanauan
dan volume pekerjaan yang kecil.
Peralatan dan teknik pelaksanaan untuk pekerjaan galian dinding penahan tanah
adalah sebagai berikut :
a. Peralatan yang di gunakan adalah :
Linggis, Pacul, Sekop, Meter roll.
b. Teknik Pelaksanaan.
Sebelum dilakukan galian dinding penahan tanah terlebih dahulu dipasang bowplank
yang di sesuaikan dengan ukuran dan panjang bangunan dinding penahan tanah yang
tertera pada gambar rencana yaitu ± 64 m di samping kiri dan kanan ruang bawah tanah
(basement).
21
Gambar 4.1. Proses Pekerjaan Dinding Penahan Tanah dengan Pasangan Batu Karang
Perubahan yang terjadi jika tanah dipadatkan adalah pengurangan volume pori tanah
sehingga akibatnya
Volume total tanah berubah
Nilai C dan e berkurang.
Berat volume kering (k) naik sesuai rumus k
22
Dalam praktek yang digunakan sebagi ukuran kepadatan adalah berat volume
kering gt Makin padat suatu tanah nili k naik
Hasil pemadatan suatu tanah disini dipengaruhi oleh
a. Tenaga pemadatan.
b. Kadar air tanah.
Sedangkan tenaga pamadatan ditentukan oleh : misalnya pada penggilasan yang
menentukan adalah berat mesin gilas.
banyaknya lintasan penggilasan.
tebal lapisan.
23
Gambar 4.2. Hasil Pemadatan Maksimum
24
4.6. Pekerjaan Sloof
Sloof beton merupakan elemen non struktur yang berfungsi untuk meneruskan beban
ke pondasi dan kemudian disalurkan ke tanah.
Bekisting harus kuat memikul beban dari beton dan tidak berubah bentuk. Untuk
bekisting lantai dan balok, di samping harus kuat terhadap beban beton dan beban lain yang
ada, juga harus tahan terhadap lendutan. Lendutan pada bekisting biasanya dibatasi 1/300
sampai 1/500 dari jarak sokongan dan pekerjaan bakisting ini menggunakan papan ukuran
3/18 dan tripleks ukuran 9 mm, sebagai dinding sloof dan diperkuat dengan kayu bulat
sebagai perancah dan usuk 5/7 untuk rangka dinding sloof. Cara pemasangan bekisting
dapat di lihat pada gambar 4.10.
25
Gambar 4.3 Pemasangan Bekisting untuk Pengecoran Beton Sloof
4.6.2. Pekerjaan Penulangan Sloof
Besi beton yang digunakan biasanya berbentuk penampang bulat dengan 2 jenis
permukaan yang berbeda, yaitu besi berpermukaan polos yang juga disebut dengan besi
polos (plain bar) dan besi dengan permukaan berulir yang disebut dengan besi ulir
(deformed bar).
Dalam pekerjaan penulangan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Batu penyangga (spacer) untuk menjaga selimut beton harus sesuai dengan
perencanaan yang memenuhi persyaratan. Ukuran terbesar dari butiran agregat
dalam campuran beton harus lebih kecil dari tebal batu penyangga atau selimut
beton.
2. Ukuran terbesar dari butiran agregat yang dipakai harus lebih kecil dari jarak
bersih terkecil dari pembesian, agar agregat dapat lolos di antara pembesian
ketika dipadatkan.
3. Besi tulangan harus bebas karat dan minyak, karena hal ini akan mengurangi
daya lekat (bond strength) antara besi dengan beton.
Dalam pekerjaan penulangan sloof (tie beam) pada pembangunan Biara Susteran
dibagi dalam tiga dimensi diantaranya dimensi 25 cm x 40 cm, dimensi 20 cm x 35 cm dan
15 cm x 20 cm. untuk tulangan utama digunakan 2 jenis tulangan yaitu besi polos Ø 16 mm
dan Ø 12 mm, sedangkan untuk sengkang pada semua dimensi digunakan tulangan besi
polos Ø 8 mm dengan jarak tiap sengkang adalah 15 cm, baik untuk daerah lapangan
maupun tumpuan. Tulangan dan sengkang tersebut diperkuat atau diikat dengan kawat
beton untuk mencegah terjadinya perubahan posisi sebelum maupun setelah pengecoran.
Pada bagian pertemuan sudut untuk penempatan kolom dipasang angkur baut 4 Ø 16 mm
sebagai joint antara kolom baja, sloof dan pondasi foot plat. Angker baut tersebut di las pada
tulangan sloof dengan ketelitian yang tinggi sehingga posisi baut tepat dengan lubang baut
pada kolom baja tersebut dan dipasang plat dudukan baja (base plate), Hal ini biasa dikenal
dengan istilah Pile cap.
26
Gambar 4.5 pemasangan angker
4.6.5. Pemadatan.
Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat
penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton yang telah mengeras.
Pemadatan beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu
setting awal dari beton segar. Setting beton segar di lapangan dapat diperiksa dengan
menusuk tongkat ke dalam beton tanpa kekuatan dan dapat masuk 10 cm. Tujuan
pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga dapat
27
mencapai kepadatan maksimal. Tingkat kepadatan yang dapat dicapai bergantung pada
komposisi pemadatan dan cara atau usaha pemadatan di lapangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah :
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4 jam
bergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetar pembesian, karena akan
menghilangkkan/melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang baru dicor
dan memasuki tahap waktu setting (setting time).
3. Pemadat tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu naiknya air
atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meningggalkan agregat di
bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar (honeycomb) di
bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri
dari pasta semen.
4. Untuk pengecoran bagian yang sangat tebal atau pengecoran massal,
penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan tidak
boleh lebih dari 500 mm.
28
4.7. Pekerjaan Kolom
Pekerjaan elemen kolom memakan banyak waktu pada saat pabrikasi sampai pada
pemasangan. Kolom berfungsi sebagai penerus beban elemen-elemen bangunan ke
pondasi. Hal yang perlu di perhatikan pada elemen kolom adalah pemilihan ukuran profil
baja yang dipakai. Ukuran profil baja yang dipakai sesuai dengan perencanaan yang ada
dan tertera dalam gambar kerja.
Pada pembangunan Biara OMJM terdapat 7 type kolom dimana 6 type terdiri dari
kolom komposit yaitu baja profil yang diselimuti beton dan 1 type tebuat dari beton bertulang.
Spesifikasi material baja struktur yang digunakan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Spesifikasi Material untuk Kolom Struktur Baja
NO KODE UKURAN
1 K1 HWF 350 X 350 X 12 X 19
2 K2 HWF 250 X 250 X 9 X 14
3 K3 HWF 200 X 200 X 8 X 12
4 K4 HWF 150 X 150 X 7 X 10
5 K5 WF 300 X 150 X 6.5 X 9
6 K6 Kolom Beton 250 X 250
29
Gambar 4.7 Pembuatan Base Plate untuk Dudukan Kolom
30
Gambar 4.8 pekerjaan kolom
31
Sama halnya pada pelaksanaan pekerjaan sloof, Pekerjaan persiapan meliputi
kebersihan alat-alat kerja, pemeriksaan bekisting ( f or m wor k), pemeriksaan tulangan,
sambungan pengecoran atau penghentian pengecoran. Pada bagian struktur yang kedap air
harus dipasang penahan air ( w a t e r s t o p
Biasanya hal-hal di atas dituangkan dalam bentuk lembaran c h e c k l i s t . Untuk
pekerjaan yang memakai tenaga pengawas, penuangan atau pengecoran dimulai setelah
c h e c k l i s t diperiksa dan disetujui pengawas.
4.7.2. Pekerjaan Bekisting (Form Work) Pelat Lantai
Syarat-syarat pekerjaan bekisting sama dengan pada pengerjaan sloof, pekerjaan
bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan kualitas yang baik dan cukup
kuat, serta pengerjaan sesuai dengan dimensi yang direncanakan.
Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan :
1. Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini terjadi, faktor air
semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga mutu beton terganggu. Pada
bagian yang bocor akan terjadi keropos atau sarang kerikil atau pasir.
2. Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus mempunyai tekstur seperti
yang diinginkan, seperti licin atau bergaris, sehingga beton yang dihasilkan
mempunyai permukaan yang baik.
3. Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang kuat dapat
menjadikan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan. Dalam beberapa kasus
terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran, akibat sokongan yang tidak memadai.
4. Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.
5. Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton.
Bekisting harus kuat memikul beban dari beton dan tidak berubah bentuk. Untuk
bekisting lantai dan balok, di samping harus kuat terhadap beban beton dan beban lain yang
ada, juga harus tahan terhadap lendutan. Lendutan pada bekisting biasanya dibatasi 1/300
sampai 1/500 dari jarak sokongan.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan bekisting untuk pekerjaan pengecoran pelat
lantai (Dak) pada pembangunan gedung Susteran OMJM :
1. Siapkan semua bahan dan alat di sekitar lokasi.
2. Pasang perancah dari kayu bulat untuk menyokong beban cor dan beban hidup pada
saat pengecoran, dengan jarak perancah 50 cm x 50 cm, kayu bulat yang melebihi batas
ketinggian bekisting dipotong sesuai dengan gambar rencana yang ada dan sesuai
petunjuk mandor dilapangan.
3. Buat rangka bekisting dengan kayu ususk 5/7 dengan ukuran rangka 50 cm x 50 cm, dan
pasang miltipleks 9 mm sebagai lantai atau dasar pengecoran pelat lantai (dak), perlu
32
diperhatikan rangka bekisting harus dibuat sekaligus untuk pengecoran balok pelat lantai
(dak) dengan tujuan untuk menahan beban lantai dak, pengecoran balok dak
disesuaikan dengan ukuran gambar rencana.
4. Stel dengan alat bantu waterpass agar bekisting tersebut rata.
5. keliling lantai yang akan dicor, dipasang papan 2x3/20 untuk menentukan ketebalan plat
dak tersebut. Proses pemasangan perancah atau sokong dan bekisting tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.19.
33
Gambar 4.10 Pemasangan Tulangan Balok dan Tulangan Plat Lantai Dak
34
campuran sehingga tidak terjadi segresi. Dapat dilihat proses penakaran, pengadukan
sampai pada proses penuangan pada gambar 4.24 sapai 4.26.
4.7.4.3 Pemadatan
Proses pemadatan dilakukan bersamaan dengan proses penuangan dan perataan
campuran, tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga
udara sehingga dapat mencapai kepadatan maksimal. Alat yang digunakan untuk
pemadatan adalah mesin pengetar dan tongkat berupa besi tulangan yang ditusukan
35
berulang-ulang supaya campuran masuk kesemua rongga-rongga yang ada, proses
pemadatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.27 di bawah ini.
Bata Merah
36
Dalam pembangunan Gedung Susteran OMJM belum ada pekerjaan finishing sebab
sampai berakhirnya kegiatan kerja praktek Gedung ini belum selesai dikerjakan.Tetapi
berdasarkan informasi, setelah selesainya pembangunan Gedung ini akan ada pekerjaan
finishing.
37