Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

TINJAUAN UMUM KONSTRUKSI

4.1. Umum
Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik proyek ada beberapa tahapan penting yang harus
dilalui dengan berpatokan pada ketentuan, instruksi dan semua persyaratan yang telah di
rencanakan untuk menghasilkan sebuah bangunan dengan kualitas yang baik.
Pada Proyek Pembangunan Biara Susteran OMJM ini ada beberapa tahapan
pekerjaan yang diamati selama melakukan kegiatan kerja praktek dan ada yang tidak
sempat diamati karena pekerjaan yang dimaksud diselesaikan sebelum adanya kegiatan
kerja praktek.

4.2. Pekerjaan Galian Pondasi.


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari mandor bahwa pekerjaan galian pondasi
dengan dimensi/ukuran yang sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan galian pondasi ini
di lakukan dengan menggunakan alat berat ( excavator )
Peralatan dan teknik pelaksanaan untuk pekerjaan galian pondasi adalah sebagai
berikut :
Sebelum dilakukan galian pondasi terlebih dahulu dipasang bowplank yang di sesuaikan
dengan ukuran dan luas bangunan yang tertera pada gambar rencana.

4.3. Pekerjaan Pondasi.


Pekerjaan pondasi merupakan pekerjaan yang mendasar dan paling penting karena
Pondasi adalah elemen struktur yang berfungsi untuk menahan beban dan berat seluruh
bangunan di atasnya kemudian disalurkan ke dalam tanah. Jenis pondasi yang dipakai
dalam pembanguna Biara Susteran ini adalah jenis pondasi foot plat (pondasi setempat) dan
pondasi menerus yang berfungsi ebagai dinding penahan pada setiap pembagian ruangan.
Peralatan, bahan dan teknik pelaksanaan pekerjaan pondasi adalah sebagai berikut :
a. Peralatan dan bahan yang di gunakan :
Peralatan : Meter, Pemotong Besi, Pembengkok Besi, Tang, Sekop, Ember dan
Concrete Mixer kapasitas 0,3 m3.
Bahan : Besi polos Ø 10 mm , Besi polos Ø 16 mm, Kawat Ikat, Kaki Ayam, Semen,
Pasir, Batu Karang, Batu Pecah dan Air.
b. Teknik Pelaksanaan :
Pada tahap perakitan tulangan harus sesuai dengan gambar kerja yang meliputi
ukuran, dimensi pedestal (kolom diatas pondasi) minimal harus sama dengan dimensi

18
kolom, hubungan antara tulangan diperkuat atau diikat dengan kawat sehingga kedudukan
tulangan tidak berubah pada saat pengecoran.
Dalam pembangunan Biara Susteran ini, tulangan utama yang dipakai untuk pondasi
adalah Besi Polos Ø 16 mm. Dimensi pondasi disesuaikan dengan jumlah lantai. Dimana
untuk bangunan 4 lantai 250 cm x 250 cm dengan kedalaman pondasi 3 m dari permukaan
tanah, sedangkan untuk tulangan utama pada pedestal juga digunakan Besi polos Ø 16 mm
dan Besi polos Ø 10 mm untuk tulangan sengkang dengan jarak persengkangnya 100 mm
(Ø 10 – 100).
Berdasarkan hail wawancara dengan mandor bahwa Pekerjaan pengecoran
menggunakan komposisi campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 krl yang dicampur dengan menggunakan
concrete mixer selama 15 – 20 menit. Pencampuran adukan beton dilakukan secara
berurutan dengan pertama-tama dimasukan air kemudian semen, pasir, dan kerikil.

4.4. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah

Bangunan dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral
yang ditimbulkan oelh tanah urug atau tanah asli yang labil. Elemen – elemen pondasi,
seperti bangunan ruang bawah tanah (basement), pangkal jembatan (abutment), selain
berfungsi dari bagian bawah dari struktur, berfungsi juga sebagai penahan tanah di
sekitarnya. Kestabilan dinding penahan tanah diperoleh terutama dari berat sendiri struktur
dan berat tanah yang di atas pelat pondasi. Besar distribusi tekanan tanah pada dinding
penahan tanah sangat bergantung pada gerakan ke arah lateral tanah relatif terhadap
dinding.
Beberapa tipe dinding penahan tanah, antara lain :
a. Dinding gravitasi
b. Dinding semi gravitasi
c. Dinding kantilever
d. Dinding counterfort
Bangunan dinding penahan tanah pada proyek pembangunan Biara OMJM adalah
bertipe gravitasi. Dinding penahan tanah gravitasi umumnya di buat dari pasangan batu
karang. Perencanaan dinding penahan dilakukan dengan metode “coba-coba/trial and error”
untuk memperoleh ukuran yang paling ekonomis. Prosedur perencanaan dilakukan
berdasarkan analisa terhadap gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah
tersebut. Dinding juga harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada tegangan
tarik pada tiap titik pada dinding untuk setiap kondisi pembebanan.

Tiap potongan dinding horisontal akan menerima gaya-gaya diantaranya:

19
1. Gaya vertikal akibat berat sendiri dinding penahan tanah
2. Gaya luar yang bekerja pada dinding penahan tanah
3. Gaya akibat tekanan tanah aktif
4. Gaya akibat tekanan tanah pasif

Pada perencanaan dinding penahan tanah, beberapa analisis yang harus dilakukan
adalah :
a. Analisis kestabilan terhadap guling
b. Analisis ketahanan terhadap geser
c. Kapasitas daya dukung tanah pada dasar dinding penahan
d. Analisis tegangan dalam dinding penahan tanah
e. Analisis penurunan
f. Analisis stabilitas secara umum

4.4.1 Dimensi Dinding Penahan Tanah


Melalui perhitungan maka didapat dimensi dinding penahan tanah yang mampuh
menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oelh tanah urug atau tanah asli yang labil
sehingg tidak ada tegangan tarik pada tiap titik pada dinding untuk setiap kondisi
pembebanan.

4.4.2 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan di sini adalah pekerjaan pendahuluan di lapangan yang
mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai untuk memperlancar proses pekerjaan
proyek selama pekerjaan dilaksanakan.
Bertolak dari pengertian di atas maka yang digolongkan dalam kegiatan persiapan
adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan untuk pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Membersihkan alat dan bahan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu
proses pelaksanaan pekerjaan
3. Menyediakan alat dan bahan material cadangan agar dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak megalami kemacetan.
4. Menyediakan atau menempatkan pekerjaan yang cukup sesuai dengan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

4.4.3 Pekerjaan Galian Dinding Penahan Tanah.

20
Pekerjaan galian untuk dinding penahan tanah harus sama dengan dimensi/ukuran
yang sesuai dengan gambar rencana yaitu sedalam 150 cm. Galian dinding penahan tanah
di lakukan secara manual dengan menggunakan tenaga pekerja, tetapi pekerjaan ini tidak
memakan waktu yang cukup lama karena kondisi tanah yang lunak yaitu lempung kelanauan
dan volume pekerjaan yang kecil.
Peralatan dan teknik pelaksanaan untuk pekerjaan galian dinding penahan tanah
adalah sebagai berikut :
a. Peralatan yang di gunakan adalah :
Linggis, Pacul, Sekop, Meter roll.
b. Teknik Pelaksanaan.

Sebelum dilakukan galian dinding penahan tanah terlebih dahulu dipasang bowplank
yang di sesuaikan dengan ukuran dan panjang bangunan dinding penahan tanah yang
tertera pada gambar rencana yaitu ± 64 m di samping kiri dan kanan ruang bawah tanah
(basement).

4.4.4. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah


Pelaksanaan pekerjaan penggalian dinding penahan tanah dikerjakan secara manual
sesuai dengan gambar rencana, dengan menggunakan tenaga manusia. Bahan-bahan serta
peralatan yang dipakai pada pekerjaan pondasi menerus yaitu : semen portland (PC),
agregat halus (pasir), batu karang, air, sendok campuran, sekop, linggis, water pass, meter,
beton molen ( Concrete Mixer ).
Setelah pekerjaan galian dinding penahan tanah selesai, dilanjutkan dengan
mengurug pasir setebal 5 cm untuk perataan tanah galian. Pasir urug tersebut disiram
dengan air sampai padat, dimana lapisan tersebut sebagai lapis dasar dari Aanstamping
batu karang. Aanstamping batu karang disusun sedemikian rupa dengan sisi panjang tegak
setebal 15 cm. Pemasangan dinding penahan tanah yang berbentuk trapesium dengan
ukuran dimensi yaitu lebar kaki adalah 120 cm, lebar kepala adalah 30 cm dan tinggi adalah
270 cm dan pasangan ini menggunakan batu karang dengan memakai campuran 1 semen :
4 pasir, diaduk menggunakan concrete mixer . Proses pekerjaan dinding penahan dapat
dilihat pada gambar 4.1.

21
Gambar 4.1. Proses Pekerjaan Dinding Penahan Tanah dengan Pasangan Batu Karang

4.5. Pekerjaan Urugan


Jenis pekerjaan ini mempunyai maksud dan tujuan yaitu usaha secara mekanik agar
butir-butir tanah merapat. Volume akan berkurang namun volume butir tidak berubah, hal ini
bisa dilakukan dengan cara mengilas atau menumbuk. Urugan meliputi penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan material urugan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
Manfaat dari pemadatan tanah adalah memperbaiki beberapa sifat teknik tanah
adalah :
a. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai 0 dan C (memperkuat
tanah).
b. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban
c. Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k
d. Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung)

Perubahan yang terjadi jika tanah dipadatkan adalah pengurangan volume pori tanah
sehingga akibatnya
 Volume total tanah berubah
 Nilai C dan e berkurang.
 Berat volume kering (k) naik sesuai rumus k

 Derajat kenyang air naik meskipun kadar air tetap

22
Dalam praktek yang digunakan sebagi ukuran kepadatan adalah berat volume
kering gt Makin padat suatu tanah nili k naik
Hasil pemadatan suatu tanah disini dipengaruhi oleh
a. Tenaga pemadatan.
b. Kadar air tanah.
Sedangkan tenaga pamadatan ditentukan oleh : misalnya pada penggilasan yang
menentukan adalah berat mesin gilas.
 banyaknya lintasan penggilasan.
 tebal lapisan.

4.5.1. Persyaratan Bahan


Bahan untuk urugan tersebut menggunakan material bekas galian dan
mendatangkan dari lokasi lain dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tanah harus tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas
bongkaran, bekas dinding bata, beton dan bahan organis lainnya.
b. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
c. Terlabih dahulu diadakan test kepadatan maksimum pada kadar air.

4.5.2. Pemadatan tanah dengan air


Cara pemadatan pada urugan tanah dengan menggunakan air yang disiram atau
dibiarkan pada lokasi urugan sampai tanah urug tersebut basah betul atau berlompor.
Berikut ini pengaruh kadar air tanah adalah :
Tanah kohesif kering merupakan yang sukar dipadatkan. Jika disiram air menjadi lunak
dan lebih mudah dipadatkan, tapi makin besar kadar air tanah makin membatasi kepadatan
yang dapat dicapai.
Yang dapat berkurang hanya udara, jika volume air lebih besar maka kepadatan
maksimum berkurang. Tanah kenyang air tidak dapat dipadatkan. Pada dasarnya, makin
basah tanah makin mudah dipadatkan. Karenaairberfungsi sebagai pelumas agar butir-butir
tanah mudah merapat. Tapi kadar air yang berlebihan akan mengurangi basil pemadatan
yang dapat dicapai. Pada pemadatan suatu tanah dengan tenaga pemadatan tertentu akan
menghasilkan pemadatan terbesar. Kadar air terbaik tersebut disebut kadar air optimum =
Optimum moisture Content = ONC = W opt. Kepadatan terbesar = berat volume kering
maksimum.

23
Gambar 4.2. Hasil Pemadatan Maksimum

Gambar 4.3. pemadatan tanah urug Tanah Urug

4.5.3. Metode Pemadatan


a. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal max.
tiap-tiap lapisan ± 25 cm tanah lepas dan dipadatkan sampai mencapai
kepadatan maksimum pada kadar air optimum. Pemadatan menggunakan alat
pelat stamper
b. Pada daerah yang basah/ada genangan air, pemborong harus membuat saluran-
saluran sementara untuk mengeringkan lokasi-lokasi tersebut misalnya dengan
bantuan pompa air.
c. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan
sebagainya.
d. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan, harus diurug kembali sehingga
mencapai kerataan yang ditetapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan.
e. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kapadatan yang dibutuhkan dan
diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan
lapisan berikutnya.
f. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ke tempat
tertentu yang disetujui.

24
4.6. Pekerjaan Sloof
Sloof beton merupakan elemen non struktur yang berfungsi untuk meneruskan beban
ke pondasi dan kemudian disalurkan ke tanah.

4.6.1. Pekerjaan Bekisting (Form Work) Sloof


Pekerjaan bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan kualitas
yang baik dan kuat, serta pengerjaan harus sesuai dengan perencanaan.
Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan :
o Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini
terjadi, faktor air semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga mutu beton
terganggu.
o Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus
mempunyai tekstur seperti yang diinginkan, seperti licin atau bergaris, sehingga
beton yang dihasilkan mempunyai permukaan yang baik.
o Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang
kuat dapat menjadikan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan. Dalam
beberapa kasus terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran, akibat sokongan
yang tidak memadai.
o Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.
o Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton.

Bekisting harus kuat memikul beban dari beton dan tidak berubah bentuk. Untuk
bekisting lantai dan balok, di samping harus kuat terhadap beban beton dan beban lain yang
ada, juga harus tahan terhadap lendutan. Lendutan pada bekisting biasanya dibatasi 1/300
sampai 1/500 dari jarak sokongan dan pekerjaan bakisting ini menggunakan papan ukuran
3/18 dan tripleks ukuran 9 mm, sebagai dinding sloof dan diperkuat dengan kayu bulat
sebagai perancah dan usuk 5/7 untuk rangka dinding sloof. Cara pemasangan bekisting
dapat di lihat pada gambar 4.10.

25
Gambar 4.3 Pemasangan Bekisting untuk Pengecoran Beton Sloof
4.6.2. Pekerjaan Penulangan Sloof
Besi beton yang digunakan biasanya berbentuk penampang bulat dengan 2 jenis
permukaan yang berbeda, yaitu besi berpermukaan polos yang juga disebut dengan besi
polos (plain bar) dan besi dengan permukaan berulir yang disebut dengan besi ulir
(deformed bar).
Dalam pekerjaan penulangan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Batu penyangga (spacer) untuk menjaga selimut beton harus sesuai dengan
perencanaan yang memenuhi persyaratan. Ukuran terbesar dari butiran agregat
dalam campuran beton harus lebih kecil dari tebal batu penyangga atau selimut
beton.
2. Ukuran terbesar dari butiran agregat yang dipakai harus lebih kecil dari jarak
bersih terkecil dari pembesian, agar agregat dapat lolos di antara pembesian
ketika dipadatkan.
3. Besi tulangan harus bebas karat dan minyak, karena hal ini akan mengurangi
daya lekat (bond strength) antara besi dengan beton.

Dalam pekerjaan penulangan sloof (tie beam) pada pembangunan Biara Susteran
dibagi dalam tiga dimensi diantaranya dimensi 25 cm x 40 cm, dimensi 20 cm x 35 cm dan
15 cm x 20 cm. untuk tulangan utama digunakan 2 jenis tulangan yaitu besi polos Ø 16 mm
dan Ø 12 mm, sedangkan untuk sengkang pada semua dimensi digunakan tulangan besi
polos Ø 8 mm dengan jarak tiap sengkang adalah 15 cm, baik untuk daerah lapangan
maupun tumpuan. Tulangan dan sengkang tersebut diperkuat atau diikat dengan kawat
beton untuk mencegah terjadinya perubahan posisi sebelum maupun setelah pengecoran.
Pada bagian pertemuan sudut untuk penempatan kolom dipasang angkur baut 4 Ø 16 mm
sebagai joint antara kolom baja, sloof dan pondasi foot plat. Angker baut tersebut di las pada
tulangan sloof dengan ketelitian yang tinggi sehingga posisi baut tepat dengan lubang baut
pada kolom baja tersebut dan dipasang plat dudukan baja (base plate), Hal ini biasa dikenal
dengan istilah Pile cap.

4.6.3. Pekerjaan Pemasangan Bout Angker


Pekerjaan pemasangan bout angker dapat di kerjakan setelah pemasangan tulangan
sloof. Baut angker ini di las dengan tulangan sloof kemudian di las dengan tulangan
penyokong angker. Bout angker di pasang atau di las pada setiap tempat dimana kolom di
dirikan. Jumalah angker di setiap tempat adalah 4 baut angker. Cara pemasangan baut
angker dapat dilihat pada gambar 4.12.

26
Gambar 4.5 pemasangan angker

4.6.4. Pekerjaan pengecoran


Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Beton yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability) yang diinginkan,
agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan penuangan harus sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi segregasi. Segregasi adalah pemisahan butiran agregat
kasar dari adukan dan dapat menyebabkan sarang kerikil yang mengakibatkan
kekuatan beton berkurang.
2. Harus diperhatikan kesinambungan penuangan beton, penuangan lapisan beton
yang baru harus dilakukan sebelum lapisan beton sebelumnya mencapai waktu
sett ing awal ( init ial sett ing t im e) .
3. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah
terkotori oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.

4.6.5. Pemadatan.
Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat
penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton yang telah mengeras.
Pemadatan beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu
setting awal dari beton segar. Setting beton segar di lapangan dapat diperiksa dengan
menusuk tongkat ke dalam beton tanpa kekuatan dan dapat masuk 10 cm. Tujuan
pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga dapat

27
mencapai kepadatan maksimal. Tingkat kepadatan yang dapat dicapai bergantung pada
komposisi pemadatan dan cara atau usaha pemadatan di lapangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah :
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4 jam
bergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetar pembesian, karena akan
menghilangkkan/melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang baru dicor
dan memasuki tahap waktu setting (setting time).
3. Pemadat tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu naiknya air
atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meningggalkan agregat di
bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar (honeycomb) di
bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri
dari pasta semen.
4. Untuk pengecoran bagian yang sangat tebal atau pengecoran massal,
penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan tidak
boleh lebih dari 500 mm.

4.6.6. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur beton sudah dirasa mencukupi
karena pada saat pengecoran campuran ditambahkan dengan aditon agar mempercepat
proses pengeringan beton tersebut nantinya. Dengan demikian tidak perlu menunggu umur
beton mencapai 28 hari untuk melakukan pembongkaran bekisting. Pembongkaran bekisting
dilakukan dengan hati-hati agar material bekisting tidak rusak sehingga dapat dipakai untuk
pekerjaan yang lainnya. Selain itu bekisting dibongkar sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi keamanan dan kelayakan pakai dari suatu struktur.

Gambar 4.6 pembongkar bekisting dan hasil pekerjaan

28
4.7. Pekerjaan Kolom
Pekerjaan elemen kolom memakan banyak waktu pada saat pabrikasi sampai pada
pemasangan. Kolom berfungsi sebagai penerus beban elemen-elemen bangunan ke
pondasi. Hal yang perlu di perhatikan pada elemen kolom adalah pemilihan ukuran profil
baja yang dipakai. Ukuran profil baja yang dipakai sesuai dengan perencanaan yang ada
dan tertera dalam gambar kerja.
Pada pembangunan Biara OMJM terdapat 7 type kolom dimana 6 type terdiri dari
kolom komposit yaitu baja profil yang diselimuti beton dan 1 type tebuat dari beton bertulang.
Spesifikasi material baja struktur yang digunakan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Spesifikasi Material untuk Kolom Struktur Baja

NO KODE UKURAN
1 K1 HWF 350 X 350 X 12 X 19
2 K2 HWF 250 X 250 X 9 X 14
3 K3 HWF 200 X 200 X 8 X 12
4 K4 HWF 150 X 150 X 7 X 10
5 K5 WF 300 X 150 X 6.5 X 9
6 K6 Kolom Beton 250 X 250

Langkah-langkah Pekerjaan Kolom :


1. Pekerjaan Pembersihan dan pengecetan.
Proses pekerjaan ini di lakukan agar dapat membersikan baja profil dan menghindari
terjadinya karatan pada baja profil.
2. Pengukuran dan pemotongan.
Proses pengukuran dan pemotongan Baja profil dilakukan dan disesuaikan dengan
perencanaan yang tertera dalam gambar kerja dengan menggunakan alat lampu potong,
bahan-bahan lampu potong terdiri dari oksigen dan elpiji.
3. Pembuatan Base plate.
Base plate (plat dasar) dibuat dengan tujuan sebagai dudukan atau tapak kolom dan joint
antara balok dan kolom yang nantinya akan dipasang baut-mur sebagai pengancing,
pembuatan base plate disesuaikan dengan gambar rencana, dengan adanya base plate
dapat memudahkan pekerjaan ereksion dilapangan.

29
Gambar 4.7 Pembuatan Base Plate untuk Dudukan Kolom

4. Penyetelan Level Ketinggian Kolom.


Proses penyetelan ketinggian ini dimaksud untuk menyetel ketinggian kolom agar
sejajar antara kolom satu dengan yang lainnya, penyetelan kolom baja tersebut terletak di
dudukan kolom (base plate) dan angker baja.
5. Pemasangan Anker
Pemasangan anker dilakukan sebelum kolom didirikan. Pekerjaan ini
menggunanakan alat bantu seperti :
 Anker Ø 19, panjang 60 cm
 Alat sambung Las
 Waterpass
 Papan yang dibuat seperti base plate
Proses pemasangan ini dimulai dengan pemasan anker, pemasangan angker ini
menggunakan papan yang dibuat seperti base plate. Tujuan penggunaan papan ini agar
memudahkan pemasangan angker sehingga posisi anker benar-benar sesuai. Setelah
angker terpasang lalu diwaterpas sehingga posisi angker tegak dan lurus, kemudian anker
disambung degan las pada tulagan sloof dan tulangan kaki pondasi foot plate. Berikut ini
adalah gambar anker dan proses pemasangan anker.
6. Mendirikan Kolom
Setelah kolom baja tersebut telah melewati tahap pabrikasi, maka kolom baja
tersebut siap untuk diereksion. Untuk mendirikan kolom baja tersebut digunakan alat yang
disebut dengan tiang steeling. Alat ini dilengkapi dengan katrol kapasitas 5 ton, katrol
tersebut berfungsi untuk memudahkan pekerja saat mendirikan kolom baja. Pada saat kolom
baja tersebut didirikan pekerja langsung memasukkan kolom tersebut kedalam angker baja
yang telah di las sebelumnya. Setelah kolom berdiri dilakukan penyetelan dengan waterpass
untuk menentukan tegak lurusnya kolom baja tersebut.

30
Gambar 4.8 pekerjaan kolom

4.7. Pekerjaan Pelat Lantai (Dak)


Pelat lantai (Dak) merupakan bagian struktur yang di cor dan berfungsi sebagai lantai
basemant pada bangunan tersebut. Pada umumnya pekerjaan pelat lantai (Dak) tidak
berbeda jauh dengan pelaksanaan pembetonan lainnya.
Proses pekerjaan Dak pada pembangunan Susteran OMJM adalah sebagai berikut :
1. Persiapan.
2. Pemasangan bekisting.
3. Perakitan tulangan balok dan tulangan plat lantai Dak
4. Pengecoran beton.
4.7.1. Pekerjaan Persiapan

31
Sama halnya pada pelaksanaan pekerjaan sloof, Pekerjaan persiapan meliputi
kebersihan alat-alat kerja, pemeriksaan bekisting ( f or m wor k), pemeriksaan tulangan,
sambungan pengecoran atau penghentian pengecoran. Pada bagian struktur yang kedap air
harus dipasang penahan air ( w a t e r s t o p
Biasanya hal-hal di atas dituangkan dalam bentuk lembaran c h e c k l i s t . Untuk
pekerjaan yang memakai tenaga pengawas, penuangan atau pengecoran dimulai setelah
c h e c k l i s t diperiksa dan disetujui pengawas.
4.7.2. Pekerjaan Bekisting (Form Work) Pelat Lantai
Syarat-syarat pekerjaan bekisting sama dengan pada pengerjaan sloof, pekerjaan
bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan kualitas yang baik dan cukup
kuat, serta pengerjaan sesuai dengan dimensi yang direncanakan.
Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan :
1. Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini terjadi, faktor air
semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga mutu beton terganggu. Pada
bagian yang bocor akan terjadi keropos atau sarang kerikil atau pasir.
2. Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus mempunyai tekstur seperti
yang diinginkan, seperti licin atau bergaris, sehingga beton yang dihasilkan
mempunyai permukaan yang baik.
3. Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang kuat dapat
menjadikan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan. Dalam beberapa kasus
terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran, akibat sokongan yang tidak memadai.
4. Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.
5. Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton.
Bekisting harus kuat memikul beban dari beton dan tidak berubah bentuk. Untuk
bekisting lantai dan balok, di samping harus kuat terhadap beban beton dan beban lain yang
ada, juga harus tahan terhadap lendutan. Lendutan pada bekisting biasanya dibatasi 1/300
sampai 1/500 dari jarak sokongan.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan bekisting untuk pekerjaan pengecoran pelat
lantai (Dak) pada pembangunan gedung Susteran OMJM :
1. Siapkan semua bahan dan alat di sekitar lokasi.
2. Pasang perancah dari kayu bulat untuk menyokong beban cor dan beban hidup pada
saat pengecoran, dengan jarak perancah 50 cm x 50 cm, kayu bulat yang melebihi batas
ketinggian bekisting dipotong sesuai dengan gambar rencana yang ada dan sesuai
petunjuk mandor dilapangan.
3. Buat rangka bekisting dengan kayu ususk 5/7 dengan ukuran rangka 50 cm x 50 cm, dan
pasang miltipleks 9 mm sebagai lantai atau dasar pengecoran pelat lantai (dak), perlu

32
diperhatikan rangka bekisting harus dibuat sekaligus untuk pengecoran balok pelat lantai
(dak) dengan tujuan untuk menahan beban lantai dak, pengecoran balok dak
disesuaikan dengan ukuran gambar rencana.
4. Stel dengan alat bantu waterpass agar bekisting tersebut rata.
5. keliling lantai yang akan dicor, dipasang papan 2x3/20 untuk menentukan ketebalan plat
dak tersebut. Proses pemasangan perancah atau sokong dan bekisting tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.19.

Gambar 4.9. Tahap pekerjan bikesting

4.7.3. Pekerjaan Penulangan Balok dan Penulangan Plat Lantai (Dak)


Pekerjaan penulangan balok pelat lantai pada pembangunan gedung Susteran
OMJM dipakai tulangan besi polos Ø 16 mm, sedangkan untuk sengkang digunakan besi
polos Ø 8 mm dengan jarak tiap sengkang 15 cm baik untuk daerah lapangan maupun
tumpuan. Dimensi balok yang dibuat terdiri dari tiga type diantaranya balok BB 1 ukuran 25
cm x 40 cm, balok BB 2 ukuran 20 cm x 30 cm, dan balok ukuran 15 cm x 25 cm.
Sedangkan untuk pekerjaan penulangan plat lantai dak menggunakan tulangan besi polos Ø
10 mm yang dipasang dengan jarak 10 cm untuk jarak horizontal maupun vertikal, dan
dibuat dobel/rangkap atas bawah. Tulangan tersebut diperkuat atau diikat dengan kawat
beton untuk mencegah terjadinya perubahan posisi sebelum maupun setelah pengecoran.
Penulangan balok dan plat lantai dak tersebut dapat dilihat pada gambar 4.20 di bawah ini.

33
Gambar 4.10 Pemasangan Tulangan Balok dan Tulangan Plat Lantai Dak

4.7.4. Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai


Pelaksanaan pembetonan pada pembangunan gedung OMJM dikerjakan melalui
beberapa tahapan pengerjaan beton yang meliputi :
1. Pekerjaan persiapan.
2. Penakaran, Pengadukan, dan Penuangan.
3. Pemadatan.

4.7.4.1 Pekerjaan Persiapan


Tahap pertama dari pengerjaan beton adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan
persiapan sangat penting untuk memastikan kelancaran pengerjaan beton selanjutnya.
Pekerjaan persiapan yang dilakukan pada pembangunan gedung Susteran OMJM adalah
mempersiapkan tenaga kerja untuk meratakan campuran ke seluruh permukaan lantai Dak,
dan persiapan lainnya adalah pembuatan bekisting dengan kemiringan tertentu khusus
bertujuan untuk mengalirkan campuran dari Truck Mixer.

4.7.4.2 Pekerjaan Penakaran, Pengadukan, dan Penuangan


Pada pembangunan gedung Susteran OMJM, proses penakaran, pengadukan dan
Penuangan dilakukan semuanya oleh Truck Mixer dengan kapasitas 5 Ton, sedangkan
tenaga kerja yang dipersiapkan melakukan perataan ke seluruh permukaan lantai Dak
dengan ketebalan pengecoran yang telah ditentukan. Proses penakaran adonan atau
campuran harus mendapat persetujuan dari pihak pengawas dengan komposisi campuran
pelat beton pada pembangunan gedung Biara OMJM menggunakan Campuran 1 Pc : 1 ½
Psr : 2 ½ Klr yang dicampur dengan menggukan alat concrete mixer dan mutu beton yang
digunakan adalah K 225. Pengadukan dan penuangan campuran beton dipandu oleh
mandor dilapangan dengan tujuan agar selalu memperhatikan kelacakan (workability)

34
campuran sehingga tidak terjadi segresi. Dapat dilihat proses penakaran, pengadukan
sampai pada proses penuangan pada gambar 4.24 sapai 4.26.

Gambar 4.11 Proses pekerjaan Dak

4.7.4.3 Pemadatan
Proses pemadatan dilakukan bersamaan dengan proses penuangan dan perataan
campuran, tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga
udara sehingga dapat mencapai kepadatan maksimal. Alat yang digunakan untuk
pemadatan adalah mesin pengetar dan tongkat berupa besi tulangan yang ditusukan

35
berulang-ulang supaya campuran masuk kesemua rongga-rongga yang ada, proses
pemadatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.27 di bawah ini.

Gambar 4.12 Pemadatan Dengan Mesin Pengetar

4.8. Pekerjaan Pemasangan Dinding.


Ruang-ruang pada gedung Susteran OMJM ini memiliki fungsi yang berbeda yang
dipesahkan setiap sisi tembok. Fungsi dinding tembok pada gedung ini adalah sebagai
elemen pemisah (elemen non struktur) karena tidak didesain untuk menerima beban tetapi
sebagai elemen pemisah ruang.
Pada kegiatan ini pekerjaan dinding menggunakan bata merah, sedangkan kusen
pintu jendela dipasang sesuai dengan gambar rencana.
Kayu Jati 6/12

Bata Merah

Gambar 4.13. Pemasangan Kusen dan Pasangan Tembok

4.9. Pekerjaan Finishing


Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan yang paling akhir dari sebuah kegiatan
proyek sebelum proyek tersebut diserah terimakan ke pihak pemilik proyek, yang meliputi:
pekerjaan plesteran dan acian tembok, pemasangan plafond, pemasangan instalasi listrik,
pemasangan pintu dan jendela, pemasangan pipa pembuangan, septic tank dan instalasi air
serta pekerjaan plamir dan pengecetan.

36
Dalam pembangunan Gedung Susteran OMJM belum ada pekerjaan finishing sebab
sampai berakhirnya kegiatan kerja praktek Gedung ini belum selesai dikerjakan.Tetapi
berdasarkan informasi, setelah selesainya pembangunan Gedung ini akan ada pekerjaan
finishing.

37

Anda mungkin juga menyukai