DISTOSIA
Oleh:
Preseptor :
PAYAKUMBUH
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
yang berlebih pada ibu dan anak. Distosia merupakan persalinan sulit yang
ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat dan umumnya terjadi pada 25-
30% dari wanita nulipara. Sedangkan distosia bahu adalah suatu keadaan
belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Insiden distosia
kepala.1,2,3
Bayi cukup bulan umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari
meningkat dengan bertambahnya perbedaan antara ukuran bahu dan kepala janin.
Selain itu, ibu dengan riwayat diabetes mellitus dan IMT >30 kg/m2 juga dapat
dilakukan dalam menangani distosia bahu agar tidak terjadi komplikasi seperti
janin.1,2,3
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui definisi, cara pencegahan dan
Pariaman.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
yang berlebih pada ibu dan anak. Distosia merupakan persalinan sulit yang
tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
bayi.1,2,3
memasuki panggul dalam posisi obliq. Bahu posterior akan memasuki panggul
terlebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi
luar, maka bahu posterior berada di cekungan tulang sacrum atau di sekitar spina
iskhiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk
memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen
memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium
dan bahu anterior tertahan simpisis pubis. Dalam keadaan demikian, kepala yang
sudah lahir tidak dapat melakukan paksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan
2.2 Anatomi
Jalan lahir terbagi atas bagian tulang serta bagian lunak. Bagian tulang
terdiri atas sedangkan bagian lunak terdiri atas uterus, serviks uteri, vagina,
3
perineum, otot-otot, jaringan jaringan dan ligamen-ligamen yang berfungsi
4
A. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul (pelvic inlet) merupakan suatu bidang yang dibentuk
a. Diameter Anteroposterior
Konjugata vera adalah panjang jarak dari pinggir atas simpfisis hingga ke
telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah dari
diagonalis dengan 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka konjugata
diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara hujung jari kita yang meraba
sampai ke batas pinggir bawah simfisis. Biasanya konjugata vera berukuran 11,5
cm atau lebih.6
pintu atas panggul. Jaraknya ialah dari tengah simfisis bagian dalam
adalah jarak tetap paling sempit (narrowest fixed distance) yang masih
Namun, jarak ini tidak dapat diukur secara pemeriksaan dalam karena adanya
vesica urinaria.6
5
Gambar 2.3 Anatomi Pintu Atas Panggul (1)5
b. Diameter Transversa
c. Diameter Oblik
6
Gambar 2.4 anatomi pintu atas panggul (2)4
kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
perempuan.
2) Pelvis Android : bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pada
15% perempuan. Pada wanita dengan panggul seperti ini akan mengalami
7
3) Pelvis Antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur
pada arah antero-posterior. Ukuran transversa jauh lebih besar daripada ukuran
canal) di panggul tengah setinggi spina ishiadica. Bagian paling sempit dari jalan
lahir ini juga menentukan apakah kepala janin bisa melewatinya atau tidak.
Namun, ia bukanlah jarak yang tetap (fixed distance), karena terjadi relaksasi dari
saat kehamilan.4
8
Didalam ruang panggul, terdapat bidang-bidang Hodge yang digunakan
untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah janin turun dalam panggul
saat persalinan.1
1. Hodge I : Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
2. Hodge II : Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3. Hodge III : Bidang yang sejajar dengan Hodge I dan Hodge II, terletak setinggi
spina ischiadica kanan dan kiri. Disebut juga bidang O. Kepala yang berada di
4. Hodge IV : Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I,II, dan III, terletak
setinggi os coccygis.
Pintu bawah panggul bukan merupakan suatu bidang datar, tetapi tersusun
atas 2 bidang datar yang masing – masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang
dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sacrum dan
9
segitga lainnya yang alasnya juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian
merupakan sudut disebut arkus pubis. Dalam keadaan normal besar sudutnya ±
90º atau lebih sedikit. Bila kurang dari 90º maka kepala janin akan lebih sulit
dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke aral dorsal ( ke arah anus ).
Jarak antara kedua tuber os iskii ( distansia tuberum ) juga merupakan ukuran
A. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buar pir yang sedikit gepeng ke
arah anterior posterior. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7- 7,5 cm ,
lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus yang
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan
serviks uteri.1,6
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fundus uteri
adalah bagian uteri proksimal ; di situ kedua tuba Fallopi masuk ke uterus. Dalam
klinis, penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri berada, oleh karena
tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri. Korpus
uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus
uteri disebut kavum uteri (rongga rahim. Serviks uteri, terdiri atas ; pars vaginalis
10
servisis uteri yang dinamakan portio dan pars supravaginalis servisis uteri yaitu
• Lig. Sacro-uterina kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian belakang kiri
antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah
inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang terasa sakit di daerah
inguinal. Pada persalinan pun teraba kencang dan terasa sakit bila dipegang.
uterus ke arah lateral. Tidak banyak jaringan ikat. Kurang arti dalam
memfiksasi uterus
b. Pendarahan
Uterus diberi darah oleh arteria uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria
11
iliaka interna (a.Hipogastrika) yang melalui dasr lig.Latum masuk ke dalam uterus
di daerah serviks.1
disebabkan antara lain oleh pimpinan persalinan yang salah, persalinan dengan
alat (Forseps) yang tidak dilakukan dengan cermat. Pembuluh darah lain yang
c. Persarafan
Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf simpatetik dan untuk
sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2,3 dan 4 yang
vasodilatasi.
12
Gambar 2.7 Genitalia interna wanita 4
B. Vagina
dari serviks uteri ke arah vestibulum, celah di antara labia minora yang di situ
vestibular.1
a. Pendarahan
Pembuluh darah yang mengantar darah kepada superior vagina berasal dari
arteria uterina. Arteri Vaginalis yang memasok darah kepada bagian tengah dan
bagian vagina lainnya berasal dari arteri rectalis media dan arteri pudenda interna.
dan dalam membran mukosa vagina. Vena-vena ini mencurahkan isinya ke dalam
vena iliaca interna dan berhubungan dengan plexus venosus vesicalis, plexus
13
b. Persarafan
C. Perineum
Perineum adalah daerah yang sempit, yaitu daerah antara vagina dan anus.
Pada posisi anatomis, perineum adalah adalah bagian proksimal kedua-dua paha,
namun jika kedua paha terkangkang, perineum merupakan daerah berbentuk belah
ketupat yang meluas dari symphisis pubis di sebelah ventral ke tuber ischiadicum
urethra terdapat dalam dinding ventral vagina. Fascia perinei superficialis terdiri
dari satu lapis yang mengandung jaringan lemak dan satu lapis profunda yang
berupa selaput jaringan ikat subkutan. Kedua lapis ini bersatu pada labium
mayora pudendi. Lapis yang berupa selaput ke arah medial melekat pada
14
2.3 Mekanisme Turunnya Kepala Janin
Turunnya kepala janin terjadi pada kala II dimana terjadi pengeluaran janin.
janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi
1. Engagement
panggul. Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul
sacrum.
2. Fleksi
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan
otot dasar panggul. Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan
15
3. Desensus
sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan
dilatasi servik.
paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul). Kepala
posterior). Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.6
5. Ekstensi
Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan ekstensi kepala
harus terjadi sebelum dapat melewati pintu bawah panggul. Akibat proses
16
Pada saat itu persalinan spontan akan segera terjadi dan penolong persalinan
yang luas dengan jalan mengendalikan persalinan kepala janin. Episiotomi tidak
dikerjakan secara rutin akan tetapi hanya pada keadaan tertentu. Proses ekstensi
berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir. Setelah kepala lahir, muka janin
dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut
jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher
dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih
dahulu. Bila lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2
buah klem.6
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan
posisi kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir.
Setelah putar paksi luar kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul
dengan cara seperti yang terjadi pada desensus kepala. Bahu anterior akan
mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir
dibawah simfisis. Persalinan bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah
pada samping kepala janin . Setelah bahu depan lahir, dilakukan traksi curam atas
untuk melahirkan bahu posterior. Traksi untuk melahirkan bahu harus dilakukan
persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian
tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin. Setelah kelahiran janin,
17
terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus bila tubuh anak diletakkan
plasenta tersebut. Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan
dua buah klem talipusat dilakukan dalam waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi
lahir dan kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem.6
7. Ekspulsi
Hampir segera setelah putaran paksi luar, bahu anterior muncul dibawah
simfisis pubis, dam perineum segera mengalami pereganggan oleh bahu posterior.
Setelah bahu keluar, bagian tubuh janin lainnya dengan cepat lahir.
18
Gambar 2.8 Cardinal Movement
2.4 Epidemiologi
Di Amerika Serikat pada tahun 2003, terdapat lebih dari 50% kelahiran
dengan seksio sesarian yang disebabkan oleh distosia. Distosia terjadi pada 20-
30% wanita nulipara dan dua dari tiga wanita tersebut menjalani operasi cesarian.
Faktor risiko distosia pada nulli para diantaranya anxietas, UUK letak belakang,
19
kepala janin membengkak, dan diameter transversal ≤9.6 cm. Insiden distosia
kepala. Namun bila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara
lahirnya kepala dengan lahirnya badan lebih dari 60 detik, maka insidensinya
Bayi cukup bulan umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari
meningkat dengan bertambahnya perbedaan antara ukuran bahu dan kepala janin,
salah satunya adalah makrosomnia. Selain itu, sangatlah penting untuk selalu
mewaspadai terjadinya distosia bahu pada persalinan berisiko. Faktor risiko yang
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera akibat distosia dapat dilakukan
dengan cara:
20
1. Tawarkan persalinan elektif dengan induksi maupun seksio sesarea pada ibu
tumbuh normal, atau pada ibu dengan persalinan pervaginam beresiko tinggi
pada janin.2,3
2.6 Diagnosis
Penolong harus mengamati persalinan dan segera mengenali adanya distosia bahu
bila didapatkan:
Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
Kepala bagi sudah lahir, tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali (turtle
sign)2,3
2.7 Penatalaksanaan2,3
A. Tatalaksana Umum
21
3. Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan
lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
tulang punggung janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan
22
Gambar 2.10 Penekanan Suprapubis2
b. Tatalaksana Khusus
• Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior bahu anterior
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan di atas:
tetap fleksi pada siku, pindahkan lengan ke arah dada. Raih pergelangan
23
tangan bayi dan tarik lurus ke arah vagina. Manuver ini akan memberikan
ruangan untuk bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisis pubis
Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, terdapat manuver-
2.8 Komplikasi
A. Komplikasi Maternal
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah perdarahan pasca persalinan.
Biasanya hal ini terjadi akibat atonia uteri, namun dapat juga akibat laserasi
vagina dan serviks. Selain perdarahan pervaginam juga dapat terjadi fistula
rectovaginal, robekan perineum derajat III atau IV, serta ruptur uteri1
B. Komplikasi Fetal
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi adalah Brachial plexus palsy, fraktur
24
DAFTAR PUSTAKA
2010.
4. Moore KL, Dalley AF. Pelvis and Perineum in Clinical Oriented Anatomy
25