a. Infeksi jamur
Pseudomembranous Candidiasis (Thrush)
Ditandai dengan plak berwarna putih atau kuning yang bisa dikerok, terletak dimana saja di
dalam rongga mulut, tetapi lebih sering terjadi pada mukosa buccal, lidah, dan pada
palatum. Keluhan subyektif dari psudomembranous candidiasis adalah xerostomia dan
sensasi terbakar
b. Infeksi virus
Herpes simplex virus (HSV 1 & 2)
Satu atau beberapa vesikel, terdapat ulser, keluhan rasa nyeri ringan, terbakar, dan gatal-
gatal, merupakan penyakit yang bersifat kambuhan, terjadi pada bibir dan bagian dalam
mulut. HSV 1 pada mulut sedangkan HSV 2 pada genital, tapi tidak menutup kemungkinan
HSV 2 terdapat pada mulut karena adanya orogenital sex
Cytomegalovirus (CMV)
Ulcers yang menyakitkan, lebar, batasnya tajam, tidak spesifik, letaknya pada palatum,
gingiva, bukal, bibir, lidah, dan pharynx.
Bacillary Angiomatosis
Sakit, kemerahan, peninggian plak jaringan lunak, dan terjadi pada palatum, bukal, gingival
dan lidah
LECTURE 11
Penicillin
- Infeksi kokus gram positif
Infeksi pneumokokus pnemounia, meningitis, endokarditis (infeksi lapisan dalam
jantung (endokardium))
Infeksi streptococcus faringitis dan skarlantina, demam rematik, meningitis,
pneumonia, otitis media akut (infeksi pada telinga tengah), mastoditis (infeksi tulang
mastoid pada tengkorak), endokarditis
Infeksi staphylococcus
- Infeksi kokus gram negatif
Infeksi meningokokus (infeksi selaput yang menyelimuti otak dan sumsum tulang
Infeksi gonokokus gonorrhea
Sifilis
Aktinomikosis (infeksi kronik yang ditandai oleh adanya lesi kulit bergranul dan
supuratif yang disebabkan oleh bakteri endogen gram-positif berfilamen)
- Infeksi batang gram postif
Difteria (menyerang selaput ledir hidung dan tenggorokan), klostiridia, antraks
(infeksi pada kulit, paru-paru dan saluran pencernaan), listeria (penyakit yang
menyerang wanita hamil), erisipileoid (infeksi akut pada kulit)
- Infeksi batang gram negative
Salmonella (penyebab infeksi gastrointestinal) dan shigella (infeksi saluran
pencernaan)
Haemophilus influenza (menyebabkan infeksi telinga, mata, atau sinus, dan
pneumonia)
Fuso-spirochaeta (penyakit gusi yang menimbulkan bau mulut)
Pasteurella
Rat-bite fever (demam gigitan tikus)
Infeksi saluran kemih oleh E. coli, P. mirabilis
- Kecuali amoksisilin oral, semua penisilin harus diberikan 1-2 jam sebelum atau setelah
makan, penisilin sebaiknya tidak ditelan bersam makanan untuk meminimalkan ikatan
dengan protein makanan dan inaktivasi oleh asam. Kadar penisilin dalam darah dapat
ditingkatkan dengan pemberian probenesid secara simultan, 0,5g (10 mg/kg pada anak)
setiap 6 jam per oral, yang menghambat sekresi asam lemah, seperti senyawa 𝛽-laktam,
oleh tubulus ginjal.
Chlorampenicol
- Demam tifoid (thypus)
- Meningitis purulenta
- Riketsia (penyakit kekurangan vitamin D)
- Karena potensi toksisitas, resistensi bakteri, dan ketersediaan banyak obat alternative
lainnya, kloramfenikol jarang digunakan. Obat ini dapat dipertimbangkan untuk terapi
infeksi riketsia berat, seperti tifus dan demam bintik Rocky Mountain. Kloramfenikol
menjadi alternative antibiotic β-laktam pada terapi meningitis yang memiliki riwayat
hipersensitivitas berat terhadap penisilin. Dosisnya sebesar 50-100 mg/kg/hari dalam empat
dosis terbagi. Kloramfenikol digunakan secara topical pada terapi infeksi mata karena
spertrumnya luas dan penetrasinya pada jaringan mata dan aquous humour. Obat ini tidak
efektif untuk infeksi
Tetracycline
- Klamidia (penyakit seksual)
- Riketsia (penyakit kekurangan vitamin D)
- Mikoplasma
- Acne vulgaris (penyakit kulit yang timbul karena infeksi dan reaksi peradangan dalam folikel
pilosebasea)
- Tetracyclin merupakan obat pilihan infeksi Mycoplasma pneumoniae, klamidia, riketsia, dan
beberapa spirokaeta. Tetracyclin digunakan dalam regimen kombinasi untuk mengobati
ulkus lambung dan duodenum akibat Helicobacter pylori. Obat ini dapat pula digunakan
dalam berbagai infeksi gram-positif dan gram-negatif, termasuk infeksi vibrio, asalkan infeksi
tersebut tidak resisten. Tetracyclin tidak lagi direkomendasikan untuk terapi penyakit
gonokokus karena adanya resistensi. Tetrasiklin (kombinasi dengan aminoglikosida)
diindikasikan untuk pes, tularemia, dan bruselosis. Penggunaan lainnya meliputi terapi akne,
eksaserbasi bronchitis, pneumonia yang didapat dari masyarakat, penyakit Lyme, demam
relaps, leptospiros, dan beberapa infeksi mikobakterial (mycobacterium marinum).
Macrolide
- Klamidia
- Riketsia
- aktinomikosis
Quinolone
- Quinolon efektif pada infeksi saluran kemih bahkan ketika infeksi tersebut disebabkan oleh
bakteri yang resisten terhadap berbagai obat, misalnya : pseudomonas. Agen ini juga efektif
untuk diare bacterial yang disebabkan oleh shigella, salmonella, E. coli toksigenik, dan
camphylobacter. Quinolon telah digunakan pada infeksi jaringan lunak, tulang, dan sendi
serta infeksi saluran nafas dan intraabdominal, termasuk infeksi yang disebabkan oleh
organism yang resisten terhadap berbagai obat, seperti pseudomonas dan enterobacter.
Sulfonamide
- Infeksi saluran kencing
- Salmonelosis (penyakit gastrointestinal akibat bakteri salmonella sp)
- Kuman bronchitis
- Prostatitis (peradangan pada kelenjar prostat)
- Sulfonamida jarang digunakan sebagai suatu agen tunggal. Banyak galur spesies yang
dulunya rentan, termasuk meningokokus, pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan
gonokokus, kini menjadi resisten. Kombinasi tetap trimetropin-sulfometoksazol adalah obat
pilihan untuk infeksi seperti pneumonia oleh Pneumocytis jiroveci, toksoplasmosis,
nokardosis, dan terkadang infeksi bakteri lainnya
Aminoglycoside
- Aminoglycoside paling banyak digunakan terhadap bakteri enteric gram-negatif, terutama
bila bakteri tersebut mungkin bersifat resisten terhadap obat lain dan bila terdapat
kecurigaan akan terjadinya sepsis. Aminoglikosida hampir selalu digunakan sebagai suat
kombinasi dengan suatu antibiotic β-laktam untuk mencakup pathogen gram positif yang
mungkin ada dan untuk memperoleh keuntungan sinergisme kedua golongan obat tersebut.