Disusun oleh:
Kelompok 1
Nama Kelompok:
1. DERET GEOMETRI
a. Beberapa contoh dari deret geometri :
(1.1a) 2, 4, 8, 16, 32,…….
2 4 8 16
(1.1b) 1, 3, 9 , 27 , 81, ……..
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆∞ = lim
𝑛→∞ 1−𝑟
𝑎
𝑆∞ = ( ) lim (1 − 𝑟 𝑛 )
1 − 𝑟 𝑛→∞
𝑎
𝑆∞ = ( ) (1 − lim 𝑟 𝑛 )
1−𝑟 𝑛→∞
𝑎
𝑆∞ = (1 − 0)
1−𝑟
𝑎
𝑆∞ =
1−𝑟
2
2. DEFINISI DAN NOTASI
Deret adalah bentuk jumlah atau selisih pada suku-suku barisan, sedangkan
barisan adalah deretan angka-angka atau lambang yang mewakili suku barisan itu.
Beberapa contoh deret tak hingga :
(1.1) 12 + 22 + 32 + 42 + ⋯
1 2 3 4
(1.2) + + + +⋯
2 22 23 24
𝑥2 𝑥3 𝑥4
(1.3) 𝑥− + − +⋯
2 3 4
(1.1) 12 + 22 + 32 + 42 + ⋯ = ∑∞
𝑛=1 𝑛
2
𝑥3 (−1)𝑛−1
(1.2) 𝑥 − 𝑥2 + 2
+ ⋯ = ∑∞
𝑛=1 𝑛
𝑥𝑛
3. PENERAPAN DERET
Penerapan mengenai deret dapat dilihat dalam bab ini dan bab berikutnya.
Dalam bab ini hanya mengenal istilah dasar deret tak hingga dan deret pangkat
serta solusi penyelesainnya. Pada bab selanjutnya, yaitu bab 2 akan dibahas
mengenai deret pangkat dalam fungsi bilangan kompleks. Bab 3 akan dibahas
penerapan deret pangkat yang digunakan ke dalam fungsi matriks. Pada bab 7
mengenai deret Fourier, selanjutnya bab 8, 12, dan 13 deret pangkat digunakan
dalam menyelesaikan persamaan diferensial dan terdapat deret lain seperti
Legendre dan Bessel. Terakhir pada bab 14 mengetahui hasil studi yang
menjelaskan pemahamannya tentang fungsi matematika yang digunakan dalam
penerapannya.
𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 + ⋯ + 𝑎𝑛 + ⋯
3
Ingat bahwa tiga titik pada akhir bentuk di atas memiliki arti bahwa deret
tersebut tidak akan pernah berhenti. Dari setiap barisan bilangan dapat dibuat
suatu barisan baru dengan menjumlahkan suku-sukunya secara parsial. Misalnya
pada barisan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , 𝑎4 … dapat dibentuk sebagai jumlah parsial sebagai berikut:
𝑆1 = 𝑎1
𝑆2 = 𝑎1 + 𝑎2 ,
𝑆3 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3
𝑆𝑛 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 + ⋯ + 𝑎𝑛
Nilai 𝑎𝑛 bisa kemungkinan sangat kecil dan 𝑆𝑛 hampir mendekati nilai S dengan
menggunakan konsep limit. Sehingga dapat dikatakan :
lim 𝑆𝑛 = 𝑆
𝑛→∞
(dapat dipahami bahwa S adalah jumlah berhingga.) jika hal itu terjadi, terdapat beberapa
pengertian :
a. Jika limit jumlah parsial 𝑆𝑛 mendekati tak hingga nilainya adalah 𝑆 deret ini adalah
konvergen, dan jika tidak maka divergen.
b. Nilai yang membatasi 𝑆 disebut jumlah dari barisan deret
c. 𝑅𝑛 = 𝑆 − 𝑆𝑛 sehingga
lim 𝑅𝑛 = lim (𝑆 − 𝑆𝑛 ) = 𝑆 − 𝑆 = 0
𝑛→∞ 𝑛→∞
Contoh 1: kita sudah melewati bagian 1 untuk deret geometri ditemukan 𝑆𝑛 dan 𝑆. Dari
𝑎𝑟 𝑛
persamaan (1.8) dan (1.4), untuk deret geometri kita temukan 𝑅𝑛 = 1−𝑟 yang → 0
2 1 1
Contoh 2: dengan pecahan parsial dapat kita tulis 𝑛2 −1
= 𝑛−1 − 𝑛+1. Kemungkinan suku
∞ ∞ ∞
2 1 1 1 1
∑ 2 = ∑( − ) = ∑( − )
𝑛 −1 𝑛−1 𝑛+1 𝑛 𝑛+2
2 2 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
= 1 − + − + − + − + − + − + ⋯+ − + − + − +⋯
3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 𝑛−2 𝑛 𝑛−1 𝑛+1 𝑛 𝑛+2
4
perhatikan ada suku-suku yang dapat dihilangkan, semacam ini disebut deret telescoping
1 1
(teleskopik). Memenuhi bahwa ketika menambahkan suku sebanyak( − ), dengan
𝑛 𝑛+2
1 −1 −1
demikian, suku yang belum dihilangkan adalah 1, , , 𝑑𝑎𝑛 . Sehingga kita dapat :
2 𝑛+1 𝑛+2
3 1 1 3 1 1
𝑆𝑛 = − − , 𝑆= , 𝑅𝑛 = +
2 𝑛+1 𝑛+2 2 𝑛+1 𝑛+2
dengan cara lain. Uji awal tidak memberikan kesimpulan untuk menyatakan
bahwa sebuah deret pasti konvergen, tetapi hanya memberikan gambaran tentang
konvergen atau divergen deret. Hanya saja jika ternyata diketahui bahwa deret itu
divergen, deret tidak perlu diuji dengan uji yang lain. Contohnya deret
1 2 3 4
+ + + +⋯
2 3 4 5
Suku deret ke-n memenuhi lim 𝑛𝑛 ≠ 0, sehingga deret itu pasti divergen.
𝑛→∞
A. Uji Perbandingan
Terdapat dua bagian pada uji perbandingan ini :
a) 𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 + 𝑚4 + ⋯
Menjadi sebuah deret positif yang konvergen. Kemudian deret yang di uji
yaitu:
5
𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 + ⋯
Adalah konvergen mutlak jika |𝑎𝑛 | ≤ 𝑚𝑛 untuk semua nilai 𝑛.
b) 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4 + ⋯ menjadi sebuah deret positif yang divergen.
Kemudian deret |𝑎1 | + |𝑎2 | + |𝑎3 | + |𝑎4 | + ⋯ divergen jika |𝑎𝑛 | ≥ 𝑑𝑛
untuk semua nilai 𝑛.
Peringatan!
B. Uji Integral
Kita dapat menggunakan uji integral saat bentuk sebuah deret
positif dan tidak terikat, saat 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛 . (ingat lagi bahwa kita dapat
mengabaikan jumlah tertentu dari setiap suku deret. sehingga uji ini masih
bisa digunakan bahkan jika kondisi 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛 tidak berlaku untuk jumlah
suku tertentu).
∞
Jika 𝟎 < 𝒂𝒏+𝟏 ≤ 𝒂𝒏 untuk 𝒏 > 𝑁, kemudian ∑∞ 𝒂𝒏 konvergen jika ∫ 𝒂𝒏 𝒅𝒏
terhingga dan divergen jika integral tersebut tak hingga. (integral dinilai
hanya pada limit tertinggi bukan pada nilai limit rendah).
Contoh : Uji konvergen dari deret harmonis:
1 1 1
1+ + + +⋯
2 3 4
Menggunakan uji integral,
∞
1
∫ 𝑑𝑛 = ln 𝑛 |∞ = ∞
𝑛
(karena uji integral hasilnya adalah tak hingga, maka deret
divergen).
6
C. Uji Rasio
𝑎𝑛 + 1
𝜌𝑛 = | |,
𝑎𝑛
𝜌 = lim 𝜌𝑛
𝑛→∞
Jika:
𝜌 < 1, deret konvergen
𝜌 = 1, bisa konvergen atau divergen artinya pengujian dengan cara ini gagal
𝜌 > 1, deret divergen
1 1 1
1 + + + ⋯+ + ⋯
2 3 𝑛
Kita temukan
1 1 𝑛
𝜌𝑛 = | ÷ |=
𝑛+1 𝑛 𝑛+1
𝑛 1
𝜌 = lim = lim =1
𝑛→∞ 𝑛 + 1 𝑛→∞ 1
1+
𝑛
:: karena 𝜌 = 1, maka harus di uji dengan menggunakan uji lain.
7
D. Perbandingan Uji Khusus
8
7. DERET BOLAK-BALIK
Deret bolak –balik terbagi menjadi dua yaitu konvergen dan divergen.
Deret konvergen adalah deret bilangan yang menuju ke suatu jumlah tertentu,
sebaliknya deret divergen adalah deret bilangan yag tidak menuju ke suatu jumlah
tertentu. Deret bolak balik dikatakan konvergen jika nilai mutlaknya berkurang
terus- menerus menuju nilai nol yaitu jika |𝑎𝑛+1 | ≤ |𝑎𝑛 | dan lim 𝑎𝑛 = 0.
𝑛→∞
Contohnya:
1 1 1 1 (−1)𝑛+1
1− + − + − …+ +⋯
2 3 4 5 𝑛
terpenuhi. Sedangkan syarat kedua yaitu |𝑎𝑛+1 | ≤ |𝑎𝑛 |. Kita misalkan n nya
1
adalah satu berarti 𝑎𝑛+1 𝑠𝑎𝑚𝑎 dengan 𝑎1+1= 𝑎2 = − dan 𝑎𝑛 = 𝑎1 = 1. Jadi jika kita
2
masukkan kedalam syarat kedua yaitu |𝑎𝑛+1 | ≤ |𝑎𝑛 | maka menghasilkan nilai
1
|− 2 | ≤ |1| hasil tersebut benar. Maka dapat disimpulkan bahwa deret bolak-balik
∑ 𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑔𝑒𝑛
𝑛=1
*jika nilai di atas tidak memenuhi, maka deret tersebut dapat divergen maupun
konvergen.
9
9. FAKTA PENGGUNAAN DERET
Kita menyatakan berbagai fakta referensi sebagai berikut:
a. Konvergen dan divergen dari deret tidak dibentuk oleh penggandaan setiap suku
dari deret oleh “nonzero” yang konstan. Tidak ada yang dibentuk oleh perubahan
sebuah angka yang terbatas dari suku. (sebagai contoh, menghilangkan beberapa
suku pertama)
b. Dua deret konvergen Ʃan dan Ʃbn mungkin (melakukan operasi) penambahan
(atau berkurang) suku demi suku. ( penambahan “suku demi suku” maksudnya
penjumlahlan suku ke-n adalah an + bn). Deret yang dihasilkan adalah konvergen,
dan penjumlahan ini diperoleh dari (operasi) penambahan (pengurangan) suku
dari dua deret yang diberikan.
c. Suku dari deret yang pasti konvergen mungkin disusun kembali dalam beberapa
urutan tanpa membentuk salah satu konvergen atau penjumlahan. Ini tidak
berlaku pada kondisi deret konvergen seperti kita lihat pada subbab 8.
an adalah konstan
Contoh 1:
𝑥 𝑥2 𝑥3 −𝑥 𝑛
1- 2 + 4
- 8
+ . . . + 2𝑛 + . . . ,
Apakah deret pangkat konvergen atau tidak mendekati suatu nilai x yang
kita pertimbangkan. Kita sering menggunakan tes perbandingan untuk
menemukan nilai dari x untuk deret yang konvergen. Kita mengilustrasikan ini
oleh contoh deret di atas. Ingatlah dalam tes perbandingan kita membagi suku n+1
oleh suku n dan menggunakan nilai yang pasti dalam perbandingan untuk
10
mendapatkab ρn, dan mengambil limit ρn mendekati tak hingga untuk
mendapatkan ρ.
Contoh 2:
−𝑥 𝑛+1 −𝑥 𝑛
ρn = | ÷ |
2𝑛+1 2𝑛
𝑥
ρ =|2| .
𝑥
Deret itu konvergen bila ρ < 1, untuk |2| < 1 atau |𝑥| < 2, dan untuk |𝑥| >
2 adalah divergen. Dengan ini kita menganggap rentang dalam sumbu x antara |𝑥|
= -2 dan |𝑥| = 2; untuk setiap x dalam interval deret konvergen, kesimpulannya
dari rentang, x = 2 dan x = -2, harus dipertimbangkan secara terpisah ketika x = 2,
adalah divergen, dan ketika x = -2 adalah divergen. Kemudian interval
konvergennya adalah -2 < x < 2.
interval dengan pusat pada titik asal. Untuk setiap nilai x (dalam interval
konvergensi) deret memiliki penambahan terbatas yang nilainya tertentu, tentu
saja, pada nilai x. Dengan demikian kita dapat menulis
𝑆(𝑥) =∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛 𝑥 .
𝑛
11
12. MENGEMBANGKAN SUATU FUNGSI DALAM DERET PANGKAT
Sangat sering diterapkan dalam hal pengerjaan, hal ini berguna untuk
menemukan deret pangkat yang diberikan mewakili fungsi. Kami menggambarkan
salah satu metode untuk memperoleh deret seperti dengan mencari deret untuk
sin x. Dalam metode ini kita berasumsi bahwa ada deret seperti ( lihat Bagian 14
untuk pembahasan ini) dan berangkat untuk menemukan apa yang menjadi
koefisien dalam deret.
Jadi kita menulis
(12.1) sin 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + ⋯
dan mencoba menemukan nilai-nilai numerik dari koefisien 𝑎𝑛 untuk membuat
(12.1) suatu identitas (Dalam interval konvergensi dari deret). Karena interval
konvergen dari deret pangkat berasal dari persamaan, (12.1) terus dimiliki saat x
= 0. Jika kita mengganti x = 0 ke (12.1) , kita mendapatkan 0 = a0 saat sin 0 = 0 dan
semua hal kecuali a0 pada sisi kanan dari persamaan mengandung faktor x.
Kemudian untuk membuat (12.1) berlaku di x = 0 , kita harus memiliki a0 = 0
Selanjutnya kita membedakan (12.1) suku demi suku untuk mendapatkan
(12.2) cos 𝑥 = 𝑎1 + 2𝑎2 𝑥 + 3𝑎3 𝑥 2 + ⋯
(Hal ini dibenarkan oleh Teorema 1 dari Bagian 11.) menempatkan x = 0 , kita
mendapatkan 1 = a1.
Kami membedakan , dan menempatkan x = 0 untuk mendapatkan
0 = 2a2.
Melanjutkan proses mengambil derivatif berturut-turut (12.1) dan
menempatkan x = 0, kita mendapatkan
0 = a4;
1 = 5! a5, ・・・ .
12
Kita mengganti nilai-nilai ini kembali ke (12.1)
𝑥3 𝑥5
(12.5) sin x = 𝑥 − 3!
− 5!
−・ ・ ・ .
Anda mungkin dapat melihat bagaimana menulis banyak suku dari deret
ini tanpa perhitungan lebih lanjut. Deret sin x konvergen untuk semua x ; lihat
Contoh 3 , bagian 10. Deret diperoleh dengan cara ini disebut deret Maclaurin atau
deret Taylor dari sumbernya. Deret Taylor pada umumnya berarti deret pangkat (
x -a ) , di mana a adalah konstan. Hal ini ditemukan dengan menulis ( x -a ) bukan x
di sisi kanan persamaan seperti ( 12,1 ), membedakannya seperti yang telah kita
lakukan , tetapi mengganti x = a bukannya x = 0 pada setiap langkah. Mari kita
melakukan proses ini secara umum untuk fungsi Seperti di atas , kita asumsikan
bahwa ada deret Taylor untuk f(x) , dan menulis:
(12.6)
𝑓(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 (𝑥 − 𝑎) + 𝑎2 (𝑥 − 𝑎)2 + 𝑎3 (𝑥 − 𝑎)3 + 𝑎4 (𝑥 − 𝑎)4 + ⋯ + 𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛 + ⋯
𝑓 ′(𝑥) = 𝑎1 +2𝑎2 (𝑥 − 𝑎) + 3𝑎3 (𝑥 − 𝑎)2 + 4𝑎4 (𝑥 − 𝑎)3 + ⋯ + 𝑛𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛−1 + ⋯
𝑓′′(𝑥) = 2𝑎2 + 3.2𝑎3 (𝑥 − 𝑎) + 4.3𝑎4 (𝑥 − 𝑎)2 + ⋯ + 𝑛(𝑛 − 1)𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛−2 + ⋯
𝑓 ′′′(𝑥) = 3! 𝑎3 + 4.3.2 𝑎4 (𝑥 − 𝑎) + ⋯ + 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛−3 + ⋯
[Simbol 𝑓 (𝑛) (𝑥) berarti turunan n dari f (x).] Kita sekarang menempatkan x = a
di setiap persamaan ( 12.6 ) dan memperoleh
[Ingat bahwa f (a) berarti untuk membedakan f (x) dan kemudian menempatkan x
= a ; f(a) berarti untuk menemukan f(x) dan kemudian menempatkan x = a , dan
sebagainya.] Kami kemudian dapat menulis deret Taylor untuk f ( x ) sekitar x = a :
1 1
(12.8) f(x) = f(a)+(x−a)f’(a)+2!(x−a)2f”(a)+・ ・ ・+𝑛!(x−a)nf(n)(a)+・ ・ ・ .
13
𝑥2 𝑥3 𝑥 𝑛 (n)
(12.9) f(x) = f(0) + xf’(0) + 2!
f”(0) + 3!
f”’(0) + ・ ・ ・ + 𝑛!
f (0) + ・ ・ ・
x3 x5 x7 Semua nilai x
(13.1). sin x x ...,
3! 5! 7!
x 2 x5 x6 Semua nilai x
(13.2). cos x 1 ...,
2! 4! 6!
x 2 x3 x 4 Semua nilai x
(13.3).e x 1 x ...,
2! 3! 4!
x 2 x3 x 4 -1< x ≤1
(13.4). ln( 1 x) x ...,
2 3 4
p ( p 1) x 2 p ( p 1)( p 2) x 3 |x|<1
(13.5).(1 x) p 1 px ...,
2! 3!
A. Perkalian Suatu Deret dengan Suatu Polinomial atau dengan Deret Lain
Contoh 1 : untuk menentukan deret dari (x+1) sin x, kita kalikan (x+1) dengan
persamaan deret (13.1)
x3 x5
( x 1) sin x ( x 1) x ...
3! 5!
x3 x 4
x x2 ...
3! 3!
Contoh 2 : untuk menentukan deret dari e cos x , kita kalikan persamaan (13.2)
x
dengan (13.3)
14
x 2 x3 x 4 x 2 x 4
e cos x 1 x ...1 ...
x
2! 3! 4! 2! 4!
2 3 4
x x x
1 x ...
2! 3! 4!
x 2 x3 x 4
...
2! 2! 2!2!
x4
...
4!
x3 x 4 x3 x 4
1 x 0 x 2 ... 1 x ...
3 6 3 6
Ada dua hal yang perlu dicatat disini, pertama sertakan syarat-syarat
sertakan pada setiap pangkat dari x pada kolom untuk mempermudah
menggabungkannya. Kedua, hati-hati dalam memasukkan syarat-syarat pada hasil
untuk pangkat yang digunakan tetapi tidak termasuk pangkat yang lebih tinggi.
B. Pembagian Suatu Deret dengan Deret Lainnya atau dengan Suatu Polinomial
1
Contoh 1 : Untuk mencari pernyataan dari deret ln( 1 x) maka kita lakukan
x
pembagian (13.4) dengan deret x sbb :
1 1 x2 x3 x4
ln( 1 x) x ...
x x 2 3 4
2 3
x x x
1 ...
2 3 4
C. Deret Binomial
Jika Anda ingat teorema binomial, Anda mungkin melihat bahwa (13,5) terlihat
seperti awal dari teorema binomial untuk perluasan (a + b)n jika kita
menempatkan a = 1, b = x, dan n = p. Perbedaan selisih ini adalah bahwa kita
membiarkan p menjadi negatif atau pecahan, dan dalam kasus ini ekspansi
merupakan deret tak hingga. Deret tersebut konvergen untuk | x | <1. Anda dapat
memverifikasi dengan uji rasio.
Dari (13.5) kita lihat bahwa koefisien binomial adalah :
A.
15
p
1
0
p
p
1
p p ( p 1)
(13.6)
2 2!
p p ( p 1)( p 2)
3 3!
p p ( p 1)( p 2)...( p n 1)
n n!
1
Contoh 1 : untuk mencari deret dari , kita gunakan deret binomial (13.5)
(1 x )
sbb:
1 x x 2 x 3 ... ( x) n
n0
D. Substitusi Suatu Polionomial atau Suatu Deret untuk Variabel dalam Deret
Lain
Kita gunakan teorema (13.3) unutk mendapatkan e x dan kita ganti x menjadi -
x2untuk mendapatkan
x2 ( x 2 ) 2 ( x 2 )3
e 1 x 2
...
2! 3!
x4 x6
1 x ...
2
2! 3!
Contoh 2 : carilah deret untuk e tan x . Disini kita harus mengganti x di (13.3)
dengan deret contoh 2 bagian B
16
2 3 4
x3 1 x3 1 x3 1 x3
e tan x
1 x ... x ... x ... x ... ...
3 2! 3 3! 3 4! 3
x3 x 2 1 2 x 4 1 3 1 4
1 x x x ...
3! 2! 2! 3 3! 4!
x 2 x3 3 4
1 x x ...
2 2 8
E. Metode Kombinasi
Contoh 1 : cari deret dari arc tanx digunakan metode sbb :
xdt x
0 1 t 2 arc tan t |
0
arc tan x
1
Kita tuliskan sebagai deret binomial sbb : (13.7)
1 t2
(1 t 2 ) 1 1 t 2 t 4 t 6 ...;
xdt t3 t5 t7
0 1 t 2 t ... | 0x
3 5 7
x3 x5 x7
arc tanx x ...
3 5 7
ln x ln[ 1 ( x 1)]
1 1 1
ln x ln[ 1 ( x 1)] ( x 1) ( x 1) 2 ( x 1)3 ( x 1) 4 ...
2 3 4
3
Contoh 2 : expansikan cos x pada x . Kita tulis
2
17
3 3 3
cos x cos x sin x
2 2 2
3 1 3 1 3
3 5
x x x ...
2 3! 2 5! 2
3
Gunakan teorema (13.1) dengan x diganti menjadi x .
2
untuk |𝑥| ≥ 1
𝑅𝑛 (𝑥) dalam deret Taylor adalah perbedaan antara nilai fungsi dan jumlah
𝑛 + 1 dari suatu suku deret.
1 1
𝑅𝑛 (𝑥) = 𝑓(𝑥) − [𝑓(𝑎) + (𝑥 − 𝑎)𝑓 ′ (𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2 𝑓 ′′ (𝑎) + ⋯ + (𝑥 − 𝑎)𝑛 𝑓 (𝑛) (𝑎)]
2! 𝑛!
mengatakan bahwa deret konvergen ke dalam fungsi artinya lim |𝑅𝑛(𝑥) | = 0. Ada
𝑛→∞
banyak rumus yang berbeda untuk 𝑅𝑛 (𝑥) yang berguna untuk tujuan khusus, Anda
dapat menemukan ini dalam buku kalkulus. Rumus tersebut adalah:
Dimana c adalah titik antara 𝑎 dan 𝑥. Kamu dapat menggunakan rumus ini ke
dalam beberapa kasus untuk membuktikan bahwa deret Taylor dan Maclaurin ke
fungsi yang konvergen.
18
Ada cara mudah untuk memperkirakan kesalahan ini ketika deret bolak-
balik memenuhi uji deret bolak-bali untuk konvergen.
Jika 𝑆 = ∑∞
𝑛=1 𝑎𝑛 adalah deret bolak balik dengan |𝑎𝑛+1 | < |𝑎𝑛 |,
dan lim 𝑎𝑛 = 0,
𝑛→∞
Contoh 2:
𝑑5 1
( 𝑠𝑖𝑛 𝑥 2 ) |𝑥 = 0
𝑑𝑥 5 𝑥
𝑑5 1 −(𝑥 2 )3 5!
5 ( . ) = − = −20
𝑑𝑥 𝑥 3! 𝑥=0
3!
19
Kita dapat melakukan hal ini menggunakan komputer, namun akan lebih cepat
jika menggunakan sin 𝑥 2 = 𝑥 2 -(𝑥 2 )3 /3! Ketika kita membagi ini dengan x dan
mengambil 5 turunan dari 𝑥 5 adalah 5!. Persyaratan lebih lanjut akan memiliki
pangkat dari x yang mana adalah nol di x=0.
a. Menjumlahkan deret
Jika f(x)=∑ 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 dimana x memiliki nilai tertentu, maka kita mendapatkan
deret numerik yang jumlahnya adalah nilai fungsi untuk x.
1 1 1
𝑙𝑛(1 + 1) = 𝑙𝑛2 = 1 − + − … ..
2 3 4
Sehingga jumlah dari deret harmonik bolak balik adalah ln2.
b. Integral
Mengintegralkan sebuah deret pangkat suku dengan suku. Ketika menemukan
pendekatan untuk sebuah integral sehingga integral tak tentu tidak dapat
ditemukan dalam fungsi dasar.
𝑡 𝑡
𝑥 6 𝑥 10
∫ sin 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ (𝑥 2 − + − ⋯ ) 𝑑𝑥
0 0 3! 5!
𝑡3 𝑡7 𝑡11
= − + −⋯
3 7.3! 11.5!
𝑡3 𝑡7
Jadi, untuk t<1, integral mendekati 3! − 42dengan kesalahan <0.00076.
Ketika f(a) dan 𝜙(a) adalah nol, dan f’/𝜙 ′ pendekatan sebuah limit atau
cenderung menuju takterbatas sebagai x a. kita mempertimbangkan fungsi
f(x) dan 𝜙(x) yang diperluas di deret Taylor tentang x=a, dan menganggap
𝜙′(a)≠0.
20
𝑓 ′′ (𝑎)
𝑓(𝑥) 𝑓(𝑎) + (𝑥 − 𝑎)𝑓 ′ (𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2 2! + ⋯
lim = lim
𝑥→𝑎 ϕ(x) 𝑥→𝑎 ϕ′′ (𝑎)
ϕ(𝑎) + (𝑥 − 𝑎)ϕ′ (𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2 +⋯
2!
Ada bentuk taktentu selain 0/0, untuk contoh ∞/∞, 0. ∞. hukum L’Hopital
memegang bentuk ∞/∞ serta bentuk 0/0. Untuk contoh, lim (1/𝑥)𝑠𝑖𝑛𝑥 adalah
𝑥→0
∞.0, mudah ditulis sebagai lim (𝑠𝑖𝑛𝑥)/𝑥. Deret (dari pangkat x) berguna dalam
𝑥→0
limit sebagai x0, karena x=0 deret tersebut dalam bentuk konstan. Untuk
nilai lain dari x kita memiliki deret takterbatas yang jumlahnya tidak
diketahui.
d. Deret perbandingan
Persamaan gerak pendulum sederhana:
𝑑2 𝜃 𝑔
2
= − 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝑡 𝑙
Untuk nilai kecil dari𝜃 (katakanlah 𝜃<1/2 radian atau 30°), deret ini
konvergen dengan cepat menggunakan persamaan 𝜃 = 𝐴 sin √𝑔/𝑙𝑡dan 𝜃 =
𝐵 cos √𝑔/𝑙𝑡.
Zat radioaktif mengandung 𝑁0 atom di t=0.
𝑁 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡
21
𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡2 − 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡1
−𝜆𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 =
Δ𝑡
22