Anda di halaman 1dari 22

FISIKA MATEMATIKA 1

DERET TAK HINGGA DAN DERET PANGKAT

Disusun oleh:

Kelompok 1

Nama Kelompok:

Aulya Antika Fitri (11150163000002) Nurul Sa’adah (11150163000019)

Tia Rahma Fajaryanti (11150163000004) Amalia Novianty (11150163000023)

Nurul Fitriyani (11150163000008) Iis Isya’atul Faridah (11150163000026)

Suryatul Fajariyah (11150163000015) Listiana Anggi (11150163000027)

Hani Fariha (11150163000016) Bayu Ardian (11150163000035)

Syarifah Hanum N (11150163000037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
DERET TAK HINGGA DAN DERET PANGKAT

1. DERET GEOMETRI
a. Beberapa contoh dari deret geometri :
(1.1a) 2, 4, 8, 16, 32,…….
2 4 8 16
(1.1b) 1, 3, 9 , 27 , 81, ……..

Di mana pada contoh (1.1a) dapat diasumsikan seperti bakteri yang


terus membelah dan meningkat. Sedangkan pada contoh (1.1b)
diasumsikan seperti pantulan bola yang lama-kelamaan akan turun.
Sehingga diperoleh :
𝑆𝑛 = 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + ⋯
Jumlah n suku pertama barisan geometri :
𝑆𝑛 = 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + ⋯ + 𝑎𝑟 𝑛−1
Masing-masing bagian dikalikan dengan r, sehingga
𝑟𝑆𝑛 = 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + ⋯ + 𝑎𝑟 𝑛−1 + 𝑎𝑟 𝑛
Dan diperoleh
𝑆𝑛 − 𝑟𝑆𝑛 = 𝑎 − 𝑎𝑟 𝑛
𝑆𝑛 (1 − 𝑟) = 𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆𝑛 =
1−𝑟
*dengan catatan bahwa 𝑟 ≠ 1
b. Deret geometri tak hingga, Jika |𝑟| < 1
𝑆∞ = 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + ⋯
𝑆∞ = lim 𝑆𝑛
𝑛→∞

𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆∞ = lim
𝑛→∞ 1−𝑟
𝑎
𝑆∞ = ( ) lim (1 − 𝑟 𝑛 )
1 − 𝑟 𝑛→∞
𝑎
𝑆∞ = ( ) (1 − lim 𝑟 𝑛 )
1−𝑟 𝑛→∞
𝑎
𝑆∞ = (1 − 0)
1−𝑟
𝑎
𝑆∞ =
1−𝑟

2
2. DEFINISI DAN NOTASI
Deret adalah bentuk jumlah atau selisih pada suku-suku barisan, sedangkan
barisan adalah deretan angka-angka atau lambang yang mewakili suku barisan itu.
Beberapa contoh deret tak hingga :
(1.1) 12 + 22 + 32 + 42 + ⋯
1 2 3 4
(1.2) + + + +⋯
2 22 23 24
𝑥2 𝑥3 𝑥4
(1.3) 𝑥− + − +⋯
2 3 4

Secara umum deret itu dapat dinyatakan dalam bentuk :


𝑎1 +𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑛 + ⋯
Penulisan penjumlahan deret dapat disingkat dengan tanda ∑∞
𝑛=𝑖 = (sigma)

(1.1) 12 + 22 + 32 + 42 + ⋯ = ∑∞
𝑛=1 𝑛
2

𝑥3 (−1)𝑛−1
(1.2) 𝑥 − 𝑥2 + 2
+ ⋯ = ∑∞
𝑛=1 𝑛
𝑥𝑛

3. PENERAPAN DERET
Penerapan mengenai deret dapat dilihat dalam bab ini dan bab berikutnya.
Dalam bab ini hanya mengenal istilah dasar deret tak hingga dan deret pangkat
serta solusi penyelesainnya. Pada bab selanjutnya, yaitu bab 2 akan dibahas
mengenai deret pangkat dalam fungsi bilangan kompleks. Bab 3 akan dibahas
penerapan deret pangkat yang digunakan ke dalam fungsi matriks. Pada bab 7
mengenai deret Fourier, selanjutnya bab 8, 12, dan 13 deret pangkat digunakan
dalam menyelesaikan persamaan diferensial dan terdapat deret lain seperti
Legendre dan Bessel. Terakhir pada bab 14 mengetahui hasil studi yang
menjelaskan pemahamannya tentang fungsi matematika yang digunakan dalam
penerapannya.

4. DERET KONVERGEN DAN DIVERGEN


Jika deret memiliki jumlah tertentu (berhingga) dinamakan konvergen dan
yang tidak memiliki jumlah tertentu (tak hingga) dinamakan divergen. Pada
umumnya sebuah deret berhingga dinyatakan dalam bentuk 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 +
⋯ + 𝑎𝑛 . Dimana 𝑎𝑛 adalah bilangan atau fungsi yang diberikan oleh sebuah rumus.
Sebelum kita meninjau beberapa uji deret konvergen, ulangi pengertian konvergen
dengan lebih teliti. Sebuah deret tak hingga dapat dinyatakan dengan

𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 + ⋯ + 𝑎𝑛 + ⋯

3
Ingat bahwa tiga titik pada akhir bentuk di atas memiliki arti bahwa deret
tersebut tidak akan pernah berhenti. Dari setiap barisan bilangan dapat dibuat
suatu barisan baru dengan menjumlahkan suku-sukunya secara parsial. Misalnya
pada barisan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , 𝑎4 … dapat dibentuk sebagai jumlah parsial sebagai berikut:

𝑆1 = 𝑎1

𝑆2 = 𝑎1 + 𝑎2 ,

𝑆3 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3

𝑆𝑛 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 + ⋯ + 𝑎𝑛

Nilai 𝑎𝑛 bisa kemungkinan sangat kecil dan 𝑆𝑛 hampir mendekati nilai S dengan
menggunakan konsep limit. Sehingga dapat dikatakan :

lim 𝑆𝑛 = 𝑆
𝑛→∞

(dapat dipahami bahwa S adalah jumlah berhingga.) jika hal itu terjadi, terdapat beberapa
pengertian :

a. Jika limit jumlah parsial 𝑆𝑛 mendekati tak hingga nilainya adalah 𝑆 deret ini adalah
konvergen, dan jika tidak maka divergen.
b. Nilai yang membatasi 𝑆 disebut jumlah dari barisan deret
c. 𝑅𝑛 = 𝑆 − 𝑆𝑛 sehingga
lim 𝑅𝑛 = lim (𝑆 − 𝑆𝑛 ) = 𝑆 − 𝑆 = 0
𝑛→∞ 𝑛→∞

Contoh 1: kita sudah melewati bagian 1 untuk deret geometri ditemukan 𝑆𝑛 dan 𝑆. Dari
𝑎𝑟 𝑛
persamaan (1.8) dan (1.4), untuk deret geometri kita temukan 𝑅𝑛 = 1−𝑟 yang → 0

(mendekati nol) ketika 𝑛 → ∞ jika |𝑟| < 1.

2 1 1
Contoh 2: dengan pecahan parsial dapat kita tulis 𝑛2 −1
= 𝑛−1 − 𝑛+1. Kemungkinan suku

suatu bilangan deretnya dapat ditulis

∞ ∞ ∞
2 1 1 1 1
∑ 2 = ∑( − ) = ∑( − )
𝑛 −1 𝑛−1 𝑛+1 𝑛 𝑛+2
2 2 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
= 1 − + − + − + − + − + − + ⋯+ − + − + − +⋯
3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 𝑛−2 𝑛 𝑛−1 𝑛+1 𝑛 𝑛+2

4
perhatikan ada suku-suku yang dapat dihilangkan, semacam ini disebut deret telescoping
1 1
(teleskopik). Memenuhi bahwa ketika menambahkan suku sebanyak( − ), dengan
𝑛 𝑛+2
1 −1 −1
demikian, suku yang belum dihilangkan adalah 1, , , 𝑑𝑎𝑛 . Sehingga kita dapat :
2 𝑛+1 𝑛+2

3 1 1 3 1 1
𝑆𝑛 = − − , 𝑆= , 𝑅𝑛 = +
2 𝑛+1 𝑛+2 2 𝑛+1 𝑛+2

5. UJI KEKONVERGENAN DERET, UJI AWAL


Misalkan 𝑆𝑛 = ∑𝑛𝑚 𝑎𝑚 adalah jumlah n buah barisan, maka deret tersebut
dikatakan konvergen(jika lim 𝑆𝑛 = 𝑆 dengan S < ∞), atau dengan kata lain S
𝑛→∞

berhingga dan dikatakan divergen jika S→∞.


Uji Kekonvergenan deret yang disebut uji awal (preliminary test)
menyatakan bahwa jika terdapat deret tak hingga sehingga lim 𝑎𝑛 ≠ 0,deret itu
𝑛→∞

disebut divergen, sedangkan jika lim 𝑛𝑛 = 0 , kekonvergenan deret harus diuji


𝑛→∞

dengan cara lain. Uji awal tidak memberikan kesimpulan untuk menyatakan
bahwa sebuah deret pasti konvergen, tetapi hanya memberikan gambaran tentang
konvergen atau divergen deret. Hanya saja jika ternyata diketahui bahwa deret itu
divergen, deret tidak perlu diuji dengan uji yang lain. Contohnya deret
1 2 3 4
+ + + +⋯
2 3 4 5
Suku deret ke-n memenuhi lim 𝑛𝑛 ≠ 0, sehingga deret itu pasti divergen.
𝑛→∞

6. UJI KONVERGEN UNTU DERET DENGAN SUKU-SUKU POSITIF; KONVERGEN


MUTLAK
Sekarang kita akan menggunakan empat uji pada deret yang semua bentuknya
positif. Jika beberapa bentuk deret tersebut negatif, kita mungkin masih ingin
mempertimbangkan hubungan deret yang kita dapatkan dengan membuat semua
bentuknya positif. Jika deret baru tersebut konvergen, kita sebut dengan absolutely
convergent (konvergen mutlak).

A. Uji Perbandingan
Terdapat dua bagian pada uji perbandingan ini :
a) 𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 + 𝑚4 + ⋯
Menjadi sebuah deret positif yang konvergen. Kemudian deret yang di uji
yaitu:

5
𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + 𝑎4 + ⋯
Adalah konvergen mutlak jika |𝑎𝑛 | ≤ 𝑚𝑛 untuk semua nilai 𝑛.
b) 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4 + ⋯ menjadi sebuah deret positif yang divergen.
Kemudian deret |𝑎1 | + |𝑎2 | + |𝑎3 | + |𝑎4 | + ⋯ divergen jika |𝑎𝑛 | ≥ 𝑑𝑛
untuk semua nilai 𝑛.

Peringatan!

Perhatikan seksama bahwa |𝑎𝑛 | ≤ 𝑚𝑛 ataupun |𝑎𝑛 | ≥ 𝑑𝑛 memberitahukan


bahwa deret memiliki suku yang lebih besar dari suatu deret konvergen, deret
tersebut bisa konvergen atau bisa juga divergen. Kita harus uji lebih lanjut.
Sebaliknya jika deret memiliki suku yang lebih kecil dari suatu deret divergen,
deret tersebut masih divergen atau mungkin saja konvergen.

B. Uji Integral
Kita dapat menggunakan uji integral saat bentuk sebuah deret
positif dan tidak terikat, saat 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛 . (ingat lagi bahwa kita dapat
mengabaikan jumlah tertentu dari setiap suku deret. sehingga uji ini masih
bisa digunakan bahkan jika kondisi 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛 tidak berlaku untuk jumlah
suku tertentu).

Jika 𝟎 < 𝒂𝒏+𝟏 ≤ 𝒂𝒏 untuk 𝒏 > 𝑁, kemudian ∑∞ 𝒂𝒏 konvergen jika ∫ 𝒂𝒏 𝒅𝒏
terhingga dan divergen jika integral tersebut tak hingga. (integral dinilai
hanya pada limit tertinggi bukan pada nilai limit rendah).
Contoh : Uji konvergen dari deret harmonis:
1 1 1
1+ + + +⋯
2 3 4
Menggunakan uji integral,

1
∫ 𝑑𝑛 = ln 𝑛 |∞ = ∞
𝑛
(karena uji integral hasilnya adalah tak hingga, maka deret
divergen).

6
C. Uji Rasio
𝑎𝑛 + 1
𝜌𝑛 = | |,
𝑎𝑛
𝜌 = lim 𝜌𝑛
𝑛→∞

Jika:
𝜌 < 1, deret konvergen
𝜌 = 1, bisa konvergen atau divergen artinya pengujian dengan cara ini gagal
𝜌 > 1, deret divergen

Contoh 1: uji kekonvergenan suatu deret


1 1 1
1++ + ⋯+ + ⋯
2! 3! 𝑛!
1 1 𝑛! 𝑛(𝑛 − 1) … 3 ∙ 2 ∙ 1 1
𝜌𝑛 = | ÷ |= = =
(𝑛 + 1)! 𝑛! (𝑛 + 1)! (𝑛 + 1)(𝑛)(𝑛 − 1) … 3 ∙ 2 ∙ 1 𝑛 + 1
1
𝜌 = lim 𝜌𝑛 = lim =0
𝑛→∞ 𝑛→∞ 𝑛 + 1

Karena 𝜌 < 1, deret tersebut konvergen.

Contoh 2: uji konvergen dengan deret harmonis

1 1 1
1 + + + ⋯+ + ⋯
2 3 𝑛
Kita temukan
1 1 𝑛
𝜌𝑛 = | ÷ |=
𝑛+1 𝑛 𝑛+1
𝑛 1
𝜌 = lim = lim =1
𝑛→∞ 𝑛 + 1 𝑛→∞ 1
1+
𝑛
:: karena 𝜌 = 1, maka harus di uji dengan menggunakan uji lain.

7
D. Perbandingan Uji Khusus

Contoh 1 : uji kekonvergenan

Kita mengenal (uji integral) deret konvergen. Karenanya, kita


menggunakan uji (a) untuk mencoba menunjukkan bahwa deret yang diberikan
konvergen. Kita dapatkan :

Karena ini limit berhingga, sehingga deret tersebut konvergen.

Contoh 2: Uji Divergen

Karena lebih besar dari nol, sehingga deret tersebut divergen.

8
7. DERET BOLAK-BALIK
Deret bolak –balik terbagi menjadi dua yaitu konvergen dan divergen.
Deret konvergen adalah deret bilangan yang menuju ke suatu jumlah tertentu,
sebaliknya deret divergen adalah deret bilangan yag tidak menuju ke suatu jumlah
tertentu. Deret bolak balik dikatakan konvergen jika nilai mutlaknya berkurang
terus- menerus menuju nilai nol yaitu jika |𝑎𝑛+1 | ≤ |𝑎𝑛 | dan lim 𝑎𝑛 = 0.
𝑛→∞

Contohnya:
1 1 1 1 (−1)𝑛+1
1− + − + − …+ +⋯
2 3 4 5 𝑛

Deret diatas merupakan deret bolak-balik(atau berganti tanda), apakah


deret tersebut divergen ataukah konvergen?. Dari deret tersebut diketahui bahwa
1 1
suku pertama 𝑎𝑛 adalah 1 (satu), suku kedua adalah − 2 , suku ketiga + 3, suku
1 1
keempat − 4 dan sukui kelima adalah + 5. Kita uji dengan syarat pertama dari deret
1
bolak-balik konvergen yaitu lim 𝑎𝑛 = 0. lim 𝑛
= 0, berarti syarat pertama
𝑛→∞ 𝑛→∞

terpenuhi. Sedangkan syarat kedua yaitu |𝑎𝑛+1 | ≤ |𝑎𝑛 |. Kita misalkan n nya
1
adalah satu berarti 𝑎𝑛+1 𝑠𝑎𝑚𝑎 dengan 𝑎1+1= 𝑎2 = − dan 𝑎𝑛 = 𝑎1 = 1. Jadi jika kita
2

masukkan kedalam syarat kedua yaitu |𝑎𝑛+1 | ≤ |𝑎𝑛 | maka menghasilkan nilai
1
|− 2 | ≤ |1| hasil tersebut benar. Maka dapat disimpulkan bahwa deret bolak-balik

tersebut merupakan deret konvergen.

8. DERET KONVERGEN BERSYARAT


Deret konvergen bersyarat Merupakan deret konvergen namun tidak
konvergen secara mutlak, yaitu apabila jumlah nilai suku-sukunya konvergen
sedangkan jumah nilai mutlak suku-sukunya divergen atau dapat disimbolkan:
Dapat dikatakan konvergen bersyarat jika:

∑ 𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑔𝑒𝑛
𝑛=1

∑|𝑎𝑛 | 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑣𝑒𝑟𝑔𝑒𝑛


𝑛=1

*jika nilai di atas tidak memenuhi, maka deret tersebut dapat divergen maupun
konvergen.

9
9. FAKTA PENGGUNAAN DERET
Kita menyatakan berbagai fakta referensi sebagai berikut:
a. Konvergen dan divergen dari deret tidak dibentuk oleh penggandaan setiap suku
dari deret oleh “nonzero” yang konstan. Tidak ada yang dibentuk oleh perubahan
sebuah angka yang terbatas dari suku. (sebagai contoh, menghilangkan beberapa
suku pertama)
b. Dua deret konvergen Ʃan dan Ʃbn mungkin (melakukan operasi) penambahan
(atau berkurang) suku demi suku. ( penambahan “suku demi suku” maksudnya
penjumlahlan suku ke-n adalah an + bn). Deret yang dihasilkan adalah konvergen,
dan penjumlahan ini diperoleh dari (operasi) penambahan (pengurangan) suku
dari dua deret yang diberikan.
c. Suku dari deret yang pasti konvergen mungkin disusun kembali dalam beberapa
urutan tanpa membentuk salah satu konvergen atau penjumlahan. Ini tidak
berlaku pada kondisi deret konvergen seperti kita lihat pada subbab 8.

10. DERET PANGKAT; INTERVAL DERET


Kita telah membicarakan deret yang memiliki suku konstan. yang lebih
penting dan berguna adalah deret yang sukunya adalah fungsi dari x. Banyak deret
seperti itu, tapi dalam bab ini kita akan mengganggap deret dalam suku ke-n
adalah konstan pada saat xn atau konstan pada saat (x-a)n dimana a adalah konstan.
Dinamakan deret pangkat, karena suku digandakan dari pangkat x atau dari (x-a).
Dalam bab selanjutnya kita akan menganggap deret Fourier yang sukunya
melibatkan sinus dan cosinus, dan deret lainnya (Legendre, Bessel, dsb) dalam
suku yang mungkin memiliki banyak angka atau fungsi lainnya.
Definisi deret pangkat dapat ditulis
∑∞ 𝑎nxn = a0 + a1x + a2x2 + a3x3
𝑛=0

an adalah konstan
Contoh 1:
𝑥 𝑥2 𝑥3 −𝑥 𝑛
1- 2 + 4
- 8
+ . . . + 2𝑛 + . . . ,

Apakah deret pangkat konvergen atau tidak mendekati suatu nilai x yang
kita pertimbangkan. Kita sering menggunakan tes perbandingan untuk
menemukan nilai dari x untuk deret yang konvergen. Kita mengilustrasikan ini
oleh contoh deret di atas. Ingatlah dalam tes perbandingan kita membagi suku n+1
oleh suku n dan menggunakan nilai yang pasti dalam perbandingan untuk

10
mendapatkab ρn, dan mengambil limit ρn mendekati tak hingga untuk
mendapatkan ρ.
Contoh 2:
−𝑥 𝑛+1 −𝑥 𝑛
ρn = | ÷ |
2𝑛+1 2𝑛
𝑥
ρ =|2| .
𝑥
Deret itu konvergen bila ρ < 1, untuk |2| < 1 atau |𝑥| < 2, dan untuk |𝑥| >

2 adalah divergen. Dengan ini kita menganggap rentang dalam sumbu x antara |𝑥|
= -2 dan |𝑥| = 2; untuk setiap x dalam interval deret konvergen, kesimpulannya
dari rentang, x = 2 dan x = -2, harus dipertimbangkan secara terpisah ketika x = 2,
adalah divergen, dan ketika x = -2 adalah divergen. Kemudian interval
konvergennya adalah -2 < x < 2.

11. TEOREMA DERET PANGKAT


Kita melihat bahwa deret pangkat ∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛 𝑥 konvergen dalam beberapa
𝑛

interval dengan pusat pada titik asal. Untuk setiap nilai x (dalam interval
konvergensi) deret memiliki penambahan terbatas yang nilainya tertentu, tentu
saja, pada nilai x. Dengan demikian kita dapat menulis
𝑆(𝑥) =∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛 𝑥 .
𝑛

Dalam menggambarkan hubungan deret dan fungsi 𝑆(𝑥) , kita dapat


mengatakan bahwa konvergen deret dengan fungsi 𝑆(𝑥) , atau bahwa fungsi 𝑆(𝑥)
diwakili oleh deret, atau bahwa deret adalah deret pangkat dari suatu fungsi.
Deret pangkat sangat berguna dan mudah karena dalam interval dari
konvergensi bisa di tangani seperti polynomial.
1. Deret pangkat bisa dibedakan atau di padukan dengan istilah-istilah deret
konvergen dengan turunan atau integral dari fungsi yang diwakili oleh deret
aslinya dalam interval yang sama dari konvergensi sebagai deret asli.
2. Dua deret pangkat dapat ditambahkan, dikurangi, atau dikalikan; deret yang
dihasilkan
konvergen setidaknya dalam interval umum konvergensi.
3. Salah satu deret bisa di substitusi dengan nilai-nilai lain yang tersedia asalkan dari
deret yang di substitusi dalam interval konvergensi dari deret lainnya.
4. Deret pangkat berasal dari fungsi yang unik, dimana hanya ada satu deret pangkat
dari ∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛 𝑥 yang konvergen dengan fungsi tertentu.
𝑛

11
12. MENGEMBANGKAN SUATU FUNGSI DALAM DERET PANGKAT
Sangat sering diterapkan dalam hal pengerjaan, hal ini berguna untuk
menemukan deret pangkat yang diberikan mewakili fungsi. Kami menggambarkan
salah satu metode untuk memperoleh deret seperti dengan mencari deret untuk
sin x. Dalam metode ini kita berasumsi bahwa ada deret seperti ( lihat Bagian 14
untuk pembahasan ini) dan berangkat untuk menemukan apa yang menjadi
koefisien dalam deret.
Jadi kita menulis
(12.1) sin 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + ⋯
dan mencoba menemukan nilai-nilai numerik dari koefisien 𝑎𝑛 untuk membuat
(12.1) suatu identitas (Dalam interval konvergensi dari deret). Karena interval
konvergen dari deret pangkat berasal dari persamaan, (12.1) terus dimiliki saat x
= 0. Jika kita mengganti x = 0 ke (12.1) , kita mendapatkan 0 = a0 saat sin 0 = 0 dan
semua hal kecuali a0 pada sisi kanan dari persamaan mengandung faktor x.
Kemudian untuk membuat (12.1) berlaku di x = 0 , kita harus memiliki a0 = 0
Selanjutnya kita membedakan (12.1) suku demi suku untuk mendapatkan
(12.2) cos 𝑥 = 𝑎1 + 2𝑎2 𝑥 + 3𝑎3 𝑥 2 + ⋯
(Hal ini dibenarkan oleh Teorema 1 dari Bagian 11.) menempatkan x = 0 , kita
mendapatkan 1 = a1.
Kami membedakan , dan menempatkan x = 0 untuk mendapatkan

(12.3) −sin x = 2a2+ 3 ・2a3x+ 4 ・3a4x2+ ・・・ ,

0 = 2a2.
Melanjutkan proses mengambil derivatif berturut-turut (12.1) dan
menempatkan x = 0, kita mendapatkan

−cosx = 3・2a3+ 4 ・3 ・2a4x + ・・・ ,


1
−1 = 3! a3, a3= − 3!

(12.4) sin x = 4・3 ・2 ・ a4+ 5 ・4 ・3 ・2a5x + ・・・ ,

0 = a4;

Cos x = 5・4 ・3 ・2a5+ ・・・ ,

1 = 5! a5, ・・・ .

12
Kita mengganti nilai-nilai ini kembali ke (12.1)

𝑥3 𝑥5
(12.5) sin x = 𝑥 − 3!
− 5!
−・ ・ ・ .

Anda mungkin dapat melihat bagaimana menulis banyak suku dari deret
ini tanpa perhitungan lebih lanjut. Deret sin x konvergen untuk semua x ; lihat
Contoh 3 , bagian 10. Deret diperoleh dengan cara ini disebut deret Maclaurin atau
deret Taylor dari sumbernya. Deret Taylor pada umumnya berarti deret pangkat (
x -a ) , di mana a adalah konstan. Hal ini ditemukan dengan menulis ( x -a ) bukan x
di sisi kanan persamaan seperti ( 12,1 ), membedakannya seperti yang telah kita
lakukan , tetapi mengganti x = a bukannya x = 0 pada setiap langkah. Mari kita
melakukan proses ini secara umum untuk fungsi Seperti di atas , kita asumsikan
bahwa ada deret Taylor untuk f(x) , dan menulis:

(12.6)
𝑓(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 (𝑥 − 𝑎) + 𝑎2 (𝑥 − 𝑎)2 + 𝑎3 (𝑥 − 𝑎)3 + 𝑎4 (𝑥 − 𝑎)4 + ⋯ + 𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛 + ⋯
𝑓 ′(𝑥) = 𝑎1 +2𝑎2 (𝑥 − 𝑎) + 3𝑎3 (𝑥 − 𝑎)2 + 4𝑎4 (𝑥 − 𝑎)3 + ⋯ + 𝑛𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛−1 + ⋯
𝑓′′(𝑥) = 2𝑎2 + 3.2𝑎3 (𝑥 − 𝑎) + 4.3𝑎4 (𝑥 − 𝑎)2 + ⋯ + 𝑛(𝑛 − 1)𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛−2 + ⋯
𝑓 ′′′(𝑥) = 3! 𝑎3 + 4.3.2 𝑎4 (𝑥 − 𝑎) + ⋯ + 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑎)𝑛−3 + ⋯

f(n)(x) = n(n −1)(n −2) ・ ・ ・ 1 ・ an + mengandung suku pangkat (x −a).

[Simbol 𝑓 (𝑛) (𝑥) berarti turunan n dari f (x).] Kita sekarang menempatkan x = a
di setiap persamaan ( 12.6 ) dan memperoleh

f(a) = a0, f’(a) = a1, f”(a) = a2,

f”’(a) = 3! a3, ・・・, f(n)(a) = n! an.

[Ingat bahwa f (a) berarti untuk membedakan f (x) dan kemudian menempatkan x
= a ; f(a) berarti untuk menemukan f(x) dan kemudian menempatkan x = a , dan
sebagainya.] Kami kemudian dapat menulis deret Taylor untuk f ( x ) sekitar x = a :
1 1
(12.8) f(x) = f(a)+(x−a)f’(a)+2!(x−a)2f”(a)+・ ・ ・+𝑛!(x−a)nf(n)(a)+・ ・ ・ .

deret Maclaurin untuk f ( x ) adalah deret Taylor tentang asal. Menempatkan a = 0


di (12.9) , kita memperoleh deret Maclaurin untuk f ( x ) :

13
𝑥2 𝑥3 𝑥 𝑛 (n)
(12.9) f(x) = f(0) + xf’(0) + 2!
f”(0) + 3!
f”’(0) + ・ ・ ・ + 𝑛!
f (0) + ・ ・ ・

13. TEKNIK UNTK MEMPEROLEH EKSPANSI DERET PANGKAT


Pernyataan Deret Fungsi Selang Konvergensi

x3 x5 x7 Semua nilai x
(13.1). sin x  x     ...,
3! 5! 7!
x 2 x5 x6 Semua nilai x
(13.2). cos x  1     ...,
2! 4! 6!
x 2 x3 x 4 Semua nilai x
(13.3).e x  1  x     ...,
2! 3! 4!
x 2 x3 x 4 -1< x ≤1
(13.4). ln( 1  x)  x     ...,
2 3 4
p ( p  1) x 2 p ( p  1)( p  2) x 3 |x|<1
(13.5).(1  x) p  1  px    ...,
2! 3!

A. Perkalian Suatu Deret dengan Suatu Polinomial atau dengan Deret Lain
Contoh 1 : untuk menentukan deret dari (x+1) sin x, kita kalikan (x+1) dengan
persamaan deret (13.1)

 x3 x5 
( x  1) sin x  ( x  1) x    ...
 3! 5! 
x3 x 4
 x  x2    ...
3! 3!

Contoh 2 : untuk menentukan deret dari e cos x , kita kalikan persamaan (13.2)
x

dengan (13.3)

14
 x 2 x3 x 4  x 2 x 4 
e cos x  1  x     ...1    ...
x

 2! 3! 4!  2! 4! 
2 3 4
x x x
 1  x     ...
2! 3! 4!
x 2 x3 x 4
    ...
2! 2! 2!2!
x4
 ...
4!
x3 x 4 x3 x 4
 1  x  0 x 2   ...  1  x   ...
3 6 3 6

Ada dua hal yang perlu dicatat disini, pertama sertakan syarat-syarat
sertakan pada setiap pangkat dari x pada kolom untuk mempermudah
menggabungkannya. Kedua, hati-hati dalam memasukkan syarat-syarat pada hasil
untuk pangkat yang digunakan tetapi tidak termasuk pangkat yang lebih tinggi.

B. Pembagian Suatu Deret dengan Deret Lainnya atau dengan Suatu Polinomial
1
Contoh 1 : Untuk mencari pernyataan dari deret ln( 1  x) maka kita lakukan
x
pembagian (13.4) dengan deret x sbb :

1 1 x2 x3 x4 
ln( 1  x)   x     ...
x x 2 3 4 
2 3
x x x
 1    ...
2 3 4

C. Deret Binomial
Jika Anda ingat teorema binomial, Anda mungkin melihat bahwa (13,5) terlihat
seperti awal dari teorema binomial untuk perluasan (a + b)n jika kita
menempatkan a = 1, b = x, dan n = p. Perbedaan selisih ini adalah bahwa kita
membiarkan p menjadi negatif atau pecahan, dan dalam kasus ini ekspansi
merupakan deret tak hingga. Deret tersebut konvergen untuk | x | <1. Anda dapat
memverifikasi dengan uji rasio.
Dari (13.5) kita lihat bahwa koefisien binomial adalah :

A.

15
 p
   1
0
 p
   p
1
 p  p ( p  1)
(13.6)   
2 2!
 p  p ( p  1)( p  2)
  
3 3!
 p  p ( p  1)( p  2)...( p  n  1)
  
n n!

1
Contoh 1 : untuk mencari deret dari , kita gunakan deret binomial (13.5)
(1  x )
sbb:

1 (1)( 2) 2 (1)( 2)( 3) 3


 (1  x) 1  1  x  x  x  ...
(1  x) 2! 3!


 1  x  x 2  x 3  ...   ( x) n
n0

D. Substitusi Suatu Polionomial atau Suatu Deret untuk Variabel dalam Deret
Lain

Contoh 1 : cari deret untuk e x .


2

Kita gunakan teorema (13.3) unutk mendapatkan e x dan kita ganti x menjadi -
x2untuk mendapatkan

x2 ( x 2 ) 2 (  x 2 )3
e 1 x 2
  ...
2! 3!
x4 x6
 1  x    ...
2

2! 3!
Contoh 2 : carilah deret untuk e tan x . Disini kita harus mengganti x di (13.3)
dengan deret contoh 2 bagian B

16
2 3 4
 x3  1  x3  1  x3  1  x3 
e tan x
 1   x   ...   x   ...   x   ...   x   ...  ...
 3  2!  3  3!  3  4!  3 
x3 x 2 1 2 x 4 1 3 1 4
1 x     x  x  ...
3! 2! 2! 3 3! 4!
x 2 x3 3 4
 1  x    x  ...
2 2 8

E. Metode Kombinasi
Contoh 1 : cari deret dari arc tanx digunakan metode sbb :
xdt x
0 1  t 2  arc tan t |
0
 arc tan x

1
Kita tuliskan sebagai deret binomial sbb : (13.7)
1 t2
(1  t 2 ) 1  1  t 2  t 4  t 6  ...;
xdt t3 t5 t7
0 1  t 2  t     ... | 0x
3 5 7
x3 x5 x7
arc tanx  x     ...
3 5 7

F. Deret Taylor Menggunakan Dasar Deret McLaurin


Contoh 1 : cari beberapa syarat dari deret Taylor untuk ln x pada x=1 [ini berarti
sebuah deret tak hingga dari (x-1) daripada pangkat x] kita tulis

ln x  ln[ 1  ( x  1)]

Gunakan teorema (13.4) dan ganti x dengan (x-1) :

1 1 1
ln x  ln[ 1  ( x  1)]  ( x  1)  ( x  1) 2  ( x  1)3  ( x  1) 4  ...
2 3 4

3
Contoh 2 : expansikan cos x pada x  . Kita tulis
2

17
 3  3   3 
cos x  cos    x    sin  x  
2  2   2 
3  1  3  1  3 
3 5

x   x    x  ...
 2  3!  2  5!  2 

 3 
Gunakan teorema (13.1) dengan x diganti menjadi  x  .
 2 

14. AKURASI PERKIRAAN DERET


Pemikiran anak mungkin juga terganggu tentang manipulasi matematika
yang telah kita lakukan. Bagaimana kami bisa tahu apakah proses ini kita telah
benar-benar menunjukkan, benar-benar memberi kita deret yang mendekati
fungsi yang diperluas? Tentu beberapa fungsi tidak dapat diperluas pada daya
deret, setelah sebuah deret pangkat menjadi a0 ketika x=0 ini tidak bisa sama
1
dengan fungsi apapun (seperti atau ln 𝑥) kamu mungkin berfikir pertama kali
𝑥
1
tentang fakta yang disebut persamaan 1−𝑥
= 1 − 𝑥 + 𝑥 2 + 𝑥 3 + ⋯ tidak valid

untuk |𝑥| ≥ 1
𝑅𝑛 (𝑥) dalam deret Taylor adalah perbedaan antara nilai fungsi dan jumlah
𝑛 + 1 dari suatu suku deret.
1 1
𝑅𝑛 (𝑥) = 𝑓(𝑥) − [𝑓(𝑎) + (𝑥 − 𝑎)𝑓 ′ (𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2 𝑓 ′′ (𝑎) + ⋯ + (𝑥 − 𝑎)𝑛 𝑓 (𝑛) (𝑎)]
2! 𝑛!
mengatakan bahwa deret konvergen ke dalam fungsi artinya lim |𝑅𝑛(𝑥) | = 0. Ada
𝑛→∞

banyak rumus yang berbeda untuk 𝑅𝑛 (𝑥) yang berguna untuk tujuan khusus, Anda
dapat menemukan ini dalam buku kalkulus. Rumus tersebut adalah:

(𝑥 − 𝑎)𝑛+1 𝑓 (𝑛+1) (𝑐)


𝑅𝑛 (𝑥) =
(𝑛 + 1)!

Dimana c adalah titik antara 𝑎 dan 𝑥. Kamu dapat menggunakan rumus ini ke
dalam beberapa kasus untuk membuktikan bahwa deret Taylor dan Maclaurin ke
fungsi yang konvergen.

Kesalahan dalam pendekatan deret. Sekarang kita tahu sebelumnya bahwa


fungsi deret pangkat tidak untuk fungsi konvergen (dalam interval konvergensi),
dan kami ingin menggunakan pendekatan untuk fungsi deret. Kami ingin
memperkirakan kesalahan yang disebabkan dengan menggunakan beberapa suku
dari sebuah deret.

18
Ada cara mudah untuk memperkirakan kesalahan ini ketika deret bolak-
balik memenuhi uji deret bolak-bali untuk konvergen.

Jika 𝑆 = ∑∞
𝑛=1 𝑎𝑛 adalah deret bolak balik dengan |𝑎𝑛+1 | < |𝑎𝑛 |,

dan lim 𝑎𝑛 = 0,
𝑛→∞

Kemudian |𝑆 − (𝑎1 + 𝑎2 + ⋯ + 𝑎𝑛 | ≤ |𝑎𝑛+1 |

15. BEBERAPA PENGGUNAN DERET


a. Komputasi Numerik
Dalam perhitungan numerik dengan menggunakan deret, berikut merupakan
contoh tentang perangkap perhitungan buta.
Contoh 1:
𝑓(𝑥) = 𝑙𝑛√(1 + 𝑥)/(1 − 𝑥) − tan 𝑥 𝑑𝑖 𝑥 = 0,0015
Jawaban dari kalkulator atau computer ialah
−9𝑥10−16 , 3𝑥10−16 , 6,06𝑥10−16 , 5,5𝑥10−16 , jawaban ini salah!!
Metode ini dapat kita temukan dengan seperti bagian 13.
𝑥3 𝑥5 𝑥7
𝑙𝑛√(1 + 𝑥)/(1 − 𝑥) = 𝑥 + + + ………
3 5 7
= 0.001500001125001518752441
𝑥 3 2𝑥 5 17𝑥 7
tan 𝑥 = 𝑥 + + + … = 0.001500001125001012500922
3 15 315
𝑥 5 4𝑥 7
𝑓(𝑥) = + … . . = 5.0625𝑥10−16
15 45
Setiap komputer hanya menghasilkan sedikit digit yang menyebabkan
ketidaktepatan hasil karena jumlah desimal yang dibulatkan. Hal tersebut juga
menjelaskan bahwa nilai x adalah jumlah yang tepat dan tidak mendekati 4
desimal. Titik akhirnya bahwa dalam masalah pengaplikasian yang diinginkan,
bukan sebuah nilai numerik, tapi sebuah pendekatan sederhana untuk fungsi
𝑥5
rumit, disini kita bisa melakukan pendekatan f(x) dengan 15 untuk x yang kecil.

Contoh 2:
𝑑5 1
( 𝑠𝑖𝑛 𝑥 2 ) |𝑥 = 0
𝑑𝑥 5 𝑥
𝑑5 1 −(𝑥 2 )3 5!
5 ( . ) = − = −20
𝑑𝑥 𝑥 3! 𝑥=0
3!

19
Kita dapat melakukan hal ini menggunakan komputer, namun akan lebih cepat
jika menggunakan sin 𝑥 2 = 𝑥 2 -(𝑥 2 )3 /3! Ketika kita membagi ini dengan x dan
mengambil 5 turunan dari 𝑥 5 adalah 5!. Persyaratan lebih lanjut akan memiliki
pangkat dari x yang mana adalah nol di x=0.
a. Menjumlahkan deret
Jika f(x)=∑ 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 dimana x memiliki nilai tertentu, maka kita mendapatkan
deret numerik yang jumlahnya adalah nilai fungsi untuk x.
1 1 1
𝑙𝑛(1 + 1) = 𝑙𝑛2 = 1 − + − … ..
2 3 4
Sehingga jumlah dari deret harmonik bolak balik adalah ln2.
b. Integral
Mengintegralkan sebuah deret pangkat suku dengan suku. Ketika menemukan
pendekatan untuk sebuah integral sehingga integral tak tentu tidak dapat
ditemukan dalam fungsi dasar.
𝑡 𝑡
𝑥 6 𝑥 10
∫ sin 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ (𝑥 2 − + − ⋯ ) 𝑑𝑥
0 0 3! 5!
𝑡3 𝑡7 𝑡11
= − + −⋯
3 7.3! 11.5!
𝑡3 𝑡7
Jadi, untuk t<1, integral mendekati 3! − 42dengan kesalahan <0.00076.

c. Evaluasi bentuk taktentu


1 − 𝑒𝑥
lim
𝑥→0 𝑥
Jika kita mencoba mensubstitusikan x=0, kita mendapatkan 0/0. Ekspresi
yang membawa kita untuk hasil seperti ketika mensubstitusi bentuk taktentu.
𝑥2
1 − 𝑒𝑥 1 − (1 + 𝑥 + ( ) + ⋯ )
2!
lim = lim
𝑥→0 𝑥 𝑥→0 𝑥
𝑥
= lim (−1 − − ⋯ ) = −1
𝑥→0 2!
Hukum L’Hopital:
𝑓(𝑥) 𝑓′(𝑥)
lim = lim
𝑥→𝑎 ϕ(x) 𝑥→𝑎 ϕ′(x)

Ketika f(a) dan 𝜙(a) adalah nol, dan f’/𝜙 ′ pendekatan sebuah limit atau
cenderung menuju takterbatas sebagai x a. kita mempertimbangkan fungsi
f(x) dan 𝜙(x) yang diperluas di deret Taylor tentang x=a, dan menganggap
𝜙′(a)≠0.

20
𝑓 ′′ (𝑎)
𝑓(𝑥) 𝑓(𝑎) + (𝑥 − 𝑎)𝑓 ′ (𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2 2! + ⋯
lim = lim
𝑥→𝑎 ϕ(x) 𝑥→𝑎 ϕ′′ (𝑎)
ϕ(𝑎) + (𝑥 − 𝑎)ϕ′ (𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2 +⋯
2!
Ada bentuk taktentu selain 0/0, untuk contoh ∞/∞, 0. ∞. hukum L’Hopital
memegang bentuk ∞/∞ serta bentuk 0/0. Untuk contoh, lim (1/𝑥)𝑠𝑖𝑛𝑥 adalah
𝑥→0

∞.0, mudah ditulis sebagai lim (𝑠𝑖𝑛𝑥)/𝑥. Deret (dari pangkat x) berguna dalam
𝑥→0

limit sebagai x0, karena x=0 deret tersebut dalam bentuk konstan. Untuk
nilai lain dari x kita memiliki deret takterbatas yang jumlahnya tidak
diketahui.
d. Deret perbandingan
Persamaan gerak pendulum sederhana:
𝑑2 𝜃 𝑔
2
= − 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝑡 𝑙
Untuk nilai kecil dari𝜃 (katakanlah 𝜃<1/2 radian atau 30°), deret ini
konvergen dengan cepat menggunakan persamaan 𝜃 = 𝐴 sin √𝑔/𝑙𝑡dan 𝜃 =

𝐵 cos √𝑔/𝑙𝑡.
Zat radioaktif mengandung 𝑁0 atom di t=0.
𝑁 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡

Untuk menemukan 𝜆 dalam zat tertentu, ahli fisika melakukan pengukuran


jumlah zat yang meluruh ΔN selama selang waktu Δt untuk pergantian selang
waktu Δt. Setiap nilai dari ΔN/Δt pada titik tengah dari selang waktu yang
sesuai Δt. Pendekatan yang lebih baik diperoleh dengan ΔN/Δt sedikit ke kiri
dari titik tengah. Titik tengah tidak memberikan pendekatan yang lebih baik
dan juga menentukan nilai t lebih akurat.
Apa yang kita ukur adalah nilai dari ΔN/Δt untuk setiap interval Δt. Untuk
mendapatkan nilai yang akurat, harus mengukur nilai dari hasil bagi ΔN/Δt di
titik antara 𝑡1 dan𝑡2 dimana ΔN/Δt= dN/dt.

21
𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡2 − 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡1
−𝜆𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 =
Δ𝑡

22

Anda mungkin juga menyukai