Anda di halaman 1dari 6

1.

Burden
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free
face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row) yang
banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan delay
detonator dari tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
Burden juga berpengaruh pada fragmentasi dan efek peledakan (gambar III.2).
Burden merupakan variabel yang sangat penting dan kritis dalam mendesain
peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan jenis batuan yang dihadapi,
terdapat jarak maksimum burden agar hasil ledakan menjadi baik.
Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor yang
digunakan, secara garis besar jarak burden optimum adalah:
Burden = (25 – 40) x Blast Hole Diameter.............................................(3.2)

GAMBAR III.2
PENGARUH BURDEN BAGI HASIL PELEDAKAN
Berikut ini persamaan untuk menghitung burden :
a. Menurut C.J. Konya

SGe
B  3,15.De.3
SGr
Keterangan:
B = burden (ft)
De = diameter lubang tembak (inch)
SGe = specific gravity bahan peledak
SGr = specific gravity batuan yang diledakkan
b. Menurut Langefors

db P.S
V
33 c. f .( E V )
Keterangan:
V = burden (m)
db = diameter mata bor (mm)
P = derajat packing (1 – 1,6 kg/dm3)
S = kekuatan bahan peledak
f = derajat fraction (jika lubang vertikal = 1)
c = konstanta batuan (0,45)
E = spacing (m)
E/V = perbandingan spacing dengan burden
c. Menurut Anderson
B  d .L
Keterangan:
B = burden (ft)
d = diameter mata bor (inch)
L = kedalaman lubang bor (ft)
d. Menurut R.L. Ash
d
B  Kb.
12
Keterangan:
B = burden (ft)
Kb = burden ratio (14 – 49 ; harga rata-rata 30)
d = diameter mata bor (inch)

2. Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row) dan diukur sejajar
terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung pada burden, kedalaman lubang bor, letak
primer, waktu tunda, dan arah struktur bidang batuan. Yang perlu diperhatikan dalam
memperkirakan spacing adalah apakah ada interaksi antar charges yang berdekatan. Bila
masing-masing lubang bor diledakkan sendiri-sendiri dengan interval waktu yang cukup
panjang, untuk memungkinkan setiap lubang bor meledak dengan sempurna, tidak akan
terjadi interaksi antar gelombang energi masing-masing. Kalau waktu tunda diperpendek
maka akan terjadi interaksi sehingga menyebabkan efek yang kompleks.
Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan
terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan
menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua lubang
ledak setelah peledakan. Pada Geometri Rules of Thumb menerapkan peledakan dengan pola
equilateral (segitiga sama sisi) dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris yang sama.
Spacing = 1,15 x Burden………………………………………………….(3.3)
Berikut ini persamaan untuk menghitung spacing :
a. Menurut C.J. Konya
S  B.L
Keterangan:
S = spacing (m)
L = kedalaman lubang ledak (m)
B = burden (m)
b. Menurut Langefors
E  1,25.V
Keterangan:
E = spacing (m)
V = burden (m)
c. Menurut R.L. Ash
S  Ks.B
Keterangan:
S = spacing (ft)
Ks = spacing ratio (1-3; rata-rata 1,5)
B = burden (ft)

3. Diameter Lubang Ledak / Blast Hole Diameter


Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting dalam merancang
suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak burden dan jumlah
bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Untuk diameter lubang tembak yang
kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil. Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke
bidang bebas haruslah kecil juga, dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk
menghancurkan batuan. Begitu pula sebaliknya.Pemilihan diameter lubang ledak di didalam
teori “Rules of Thumb” dipengaruhi oleh besarnya tinggi jenjang / bench height . Namun
dalam pengamatan saya kali ini pemilihan diameter lubang ledaknya berdasarkan laju
produksi yang direncanakan. Karena makin besar diameter lubang akan diperoleh laju
produksi yang besar pula dengan persyaratan alat bor dan kondisi lapangan yang baik.
Berikut adalah formula dari teori “Rules of Thumb” dalam penentuan diameter lubang ledak:
Blast Hole Diametre (mm) ≤ 15 x Bench Height (m)……………..…….(3.1)

4. Sub-drilling
Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah rencana lantai
jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai (toe), karena
dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian, gelombang
ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang yang akan bekerja secara maksimum.
Tujuan dari sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak secara full face
sebagaimana yang diharapkan. Tonjolan-tonjolan pada lantai (floor) yang terjadi setelah
dilakukan peledakan akan menyulitkan peledakan selanjutnya, atau pada waktu pemuatan
dan pengangkutan Besarnya KJ tergantung dari struktur dan jenis batuan, serta arah lubang
bor. Pada batuan yang miring KJ yang dibutuhkan lebih kecil. Terkadang pada lubang bor
yang vertikal juga sering tidak diperlukan adanya sub-drilling, misalnya pada coal
stripping atau rock quarry tertentu.
Subdrilling = (3 – 15) x Blast Hole Diameter.........................................(3.4)
Nilai subdrilling dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus berikut:
1. Menurut C.J. Konya
SD  Ks.B
Keterangan:
SD = subdrilling (ft)
Ks = antara 0,3 sampai 0.5
B = burden (ft)
2. Menurut R.L. Ash
J  Kj.B
Keterangan:
J = subdrilling (ft)
Kj = subdrilling ratio (rata-rata 0,33 dan minimum 0,3)
B = burden (ft)

5. Stemming
Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan peledak
tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran (cutting), dimana
stemming berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga air blast dan flyrock dapat
terkontrol. Untuk bahan stemming batuan hasil dari crushing jauh lebih baik daripada cutting
rock (material bekas pemboran). Namun dalam hal ini panjang stemming juga dapat
mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Dimana stemming yang terlalu panjang
dapat mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk
menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu pendek bisa
mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil (Gambar
III.3).
Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari peledakan, jika
stemming terlalu panjang, maka :
a. Ground vibration tinggi (getar tinggi)
b. Lemparan kurang
c. Fragmentasi area jelek
d. Suara kurang
Jika stemming terlalu pendek :
a. Fragmentasi diarea bawah jelek
b. Terdapat toe di floor (tonjolan di floor)
c. Terjadi flying rock (batu terbang)
d. Suara keras (noise) or (airblast)
Stemming ≥ 20 x Blast Hole Diametre or (0,7 – 1,2) x Burden…………. (3.5)
Rumus-rumus menghitung stemming antara lain:
Menurut C.J. Konya
OB
T  Kb 
2
Keterangan:
T = stemming (m)
Kt = 0.17 sampai 1 kali B
B = burden (m)
OB = overburden (m)
Menurut R.L Ash
T  Kt.B
Keterangan:
T = stemming (ft)
Kt = stemming ratio (0,5-1; rata-rat 0,7)
B = burden (ft)

Anda mungkin juga menyukai