Anda di halaman 1dari 8

Siklus Nutrisi Dalam Ekosistem

Pemasukan utama nutrisi dalam ekosistem datang dari pengairan, hujan, pemupukan,
unsur atmosphere dan organisme. Dalam kondisi alami, pemasukan yang berasal dari mahluk
hidup adalah yang paling utama. Penambahan ini bisa didapatkan dari dedaunan, batang, bangkai
tumbuhan dan hewan, dan hasil sisa hewan. Organisme tertentu akan mendekomposisi zat
organik menjadi elemen inorganik.
Dekomposisi senyawa organic adalah proses utama dalam daur ulang nutrisi kembali ke
tanah untuk diambil atau dimanfaatkan tumbuhan. Pendegradasi senyawa organic dimulai
dengan organisme tanah seperti cacing tanah, arthropoda dan belalang. Organisme tersebut
mampu mendekomposisi senyawa organic menjadi bagian yang lebih kecil dengan proses
konsumsi, pencernaan dan pembuangan limbah tidak tercerna. Selanjutnya, organisme yang
lebih kecil seperti fungi atau bakteri heterotroph meneruskan proses dekomposisi menjadi
senyawa organic yang lebih sederhana. Pada tahap terakhir, senyawa organic mikroskopid
diubah menjadi atom dan molekul inorganic (Pidwirny, 2017).
Proses dekomposisi senyawa organic dapat terjadi dan memakan waktu beberapa bulan
atau tahun. Pada tempat tropis, pross dekomposisi akan jauh lebih cepat karena kondisi
kelembaban dan temperature yang tinggi akan memicu aktivitas biologis.
Setiap elemen yang digunakan dalam kehidupan memiliki siklus biogeokimia yang unik.
Dalam siklus nutrisi ada berbagai cara yang bisa dikontrol dengan proses biologis maupun fisika
kimia. Beberapa siklus diantaranya adalah siklus nitrogen, pospor, oksigen, carbon dll.

Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen merupakan salah satu proses biogeokimia yang paling penting.
Organisme hidup menggunakan nitrogen untuk memproduksi senyawa organic molekul
kompleks termasuk diantaranya adalah asam amino, protein dan asam nukleat. Penyimpanan
terbesar nitrogen adalah pada atmosphere dimana disimpan dalam bentuk gas (N2). Nitrogen
dalam atmosphere sekitar 1juta lebih besar dari jumlah nitrogen yang ada pada organisme hidup.
Selain di atmosphere, nitrogen terbanyak berikutnya ada pada tanah dan laut. Walaupun nitrogen
pada atmosphere ada banyak, nitrogen merupakan salah satu unsur yang paling sedikit bagi
tumbuhan hal ini karena tumbuhan hanya mampu mengambil nitrogen dalam bentuk kation
ammonium (NH4+) dan anion nitrat (NO3-) (Pidwirny, 2017).
Siklus nitrogen adalah salah satu siklus yang paling rumit, karena pada siklus nitrogen
melibatkan biotik dan abiotic. Secara umum, dilihat dari pemanfaatan organisme ada enam
tahapan siklus nitrogen yang terjadi di alam (Butcher et al, 1992).

1. Fiksasi nitrogen
Proses fiksasi nitrogen adalah proses dimana N2 pada atmosphere bereaksi membentuk
komponen nitrogen. Proses ini dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, baik
mikroorganisme bebas maupun mikroorganisme yang bersimbiosis dengan tumbuhan tertentu.
Fiksasi nitrogen memerlukan energy, dan juga bantuan enzim (system nitrogenasi) (Soderlund, et
al, 1982).
2. Asimilasi Amonia
Asimilasi ammonia adalah proses dimana NH3 atau NH4+ diambil oleh organisme untuk
menjadi bagian biomassa dalam bentuk komponen organic nitrogen.
3. Nitrifikasi
Nitrifikasi adalah oksidasi NH3 atau NH4+ menjadi NO2- atau NO3- oleh bantuan
organisme, dalam hal untuk memproduksi energy.
4. Reduksi Asimilatori nitrate
Reduksi asimilasi nitrat merupakan proses reduksi NO3-, diikuti pengambilan nitrogen
oleh organisme sebagaii biomassa.
5. Ammonifikasi
Amonifikasi adalah pemecahan komponen nitrogen organic menjadi NH3 atau NH4+.
6. Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah reduksi NO3- menjadi gas nitrogen, misalnya N2 atau N2O.
Di atmosfer mengandung sekitar 80% gas nitrogen (N2) merupakan jumlah yang cukup
tinggi, tetapi kebanyakan hewan dan tumbuhan tidak dapat rnengkonsumsi N2 dalam bentuk gas.
Dalam hal ini bacteria dan ganggang hijau tertentu dapat menggunakan N2 untuk membentuk
substansi organic. Substansi organic dalam bentuk nitrat (NO3) diserap oleh tumbuhan untuk
dijadikan asam nuldeat dan protein. Pada saatnya nanti hewan dapat menggunakan protein nabati
dalam bentuk asam amino (gugus —NH2).
Hewan dalam aktifitas metabolismenya mengeluarkan ammonia (NH3) dan ammonium
(NH4+) yang dapat mengalami perubahan menjadi gas N2 di atmosfer, sebagian menjadi nitrit
(NO2) di dalam air tanah, dan sebagian yang lain dapat digunakan oleh tumbuhan tertentu. NO2-
oleh bakteri akan diubah menjadi NO3- yang siap dipakai oleh tumbuhan. Dalam perjalanan
hidupnya tumbuhan dan hewan yang mati akan diurai oleh organisme decomposer dan hasilnya
adalah NH3 dan NH4+ yang selanjutnya akan mengalami daur kembali.
Siklus Phospor
Fosfor (P) merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi mahluk hidup dan tidak
dapat digantikan oleh zat lain. Kurangnya P pada pertanian dapat menyebabkan produksi
terbatas, namun, adanya penambahan P berlebih akan menyebabkan polusi pada air (Frossard et
al, 2009). Pada tanah, atom P selalu hadir berikatan dengan atom oksigen (O) dalam bentuk
phosphate (PO43-), yang merupakan molekul paling dominan pada tanah.

Gambar 2. Siklus Fosfor


(Sumber: Frossard et al, 2009)

Siklus fosfor merupakan siklus yang lambat bila dibandingkan dengan siklus biogeokimia
yang lainnya. Di alam, fosfor lebih banyak ditemukan dalam bentuk ion fosfat. Komponen fosfat
dapat ditemukan pada batu sedimen, volcano, debu mineral, ketika batu mulai lapuk maka unsur
fosfornya akan perlahan berada pada tanah dan air. Komponen fosfat dapat diambil oleh
tanaman, selanjutnya hewan bisa mendapatkan P dari memakan tumbuhan. Ketika tanaman dan
hewan mengeluarkan hasil ekskresi dan atau mati, fosfat akan diurai oleh detritivor atau kembali
ke tanah.

Daur C dan O
Karbon merupakan elemen esensial pada mahluk hidup. Atom C selalu berikatan dengan
O membentuk CO2 pada saat proses respirasi dan fotosintesis berlangsung. Dalam peristiwa ini
cahaya matahari menjadi motor penggerak daur C dan O. Dengan adanya energi cahaya matahari
maka CO2 clan H2O diubah menjadi karbohidrat di dalam tubuh tanaman hijau melalui proses
fotosintesis. Melalui rantai makanan, karbohidrat ditransfer ke tubuh hewan, dan dengan proses
respirasi terjadi CO2 (di udara maupun di air) dan H2O (dalam tanah). Pada saat tanaman dan
hewan mati oleh decomposer melalui proses pembusukan dihasilkan pula CO2, dan ini akan
dipakai kembali untuk kelangsungan fotosintesis (Berner, 2004).
Siklus karbon dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu short term cycle dan Long-
term cycle. Pada Short term cycle karbon dioksida diambil dari alam oleh tumbuhan dengan
photosintesis. Sedangkan pada Long term cycle melibatkan karbon pada bebatuan dan prosesnya
terjadi sangat lama.
Gangguan terhadap daur CO2 dapat terjadi karena adanya peningkatan penggunaan bahan
bakar pada kendaraan bermotor dan berkembangnya industri. Bila kadar CO2 melampaui kadar
normal CO2 di atmosfer maka akan terjadi apa yang disebut greenhouse effect. Greenhouse effect
ialah terbentuknya lapisan CO2 yang berperan menghambat pemancaran kembali panas cahaya
matahari ke atmosfer.

DAFTAR RUJUKAN

Pidwirny, Michael. 2017. Biogeochemical Cycling and Ecosystem Productivity. Canada: Our
Planer Earth Publishing.

Butcher, Samuel S., Charlson, Robert J., Orians, Gordon H., Wolfe, Gordon V. 1992. USA:
Academic Press.

Berner, Robert A. 2004. The Phanerozoic Carbon Cycle: CO2 and O2. New York: Oxford
University Press

Soderlund, R., Rosswall, T. 1982. The Nitrogen Cycle. The Nature Environment and the
Biogeochemical Cycle. New York: Springer.

Frossard, E., Buneman, E.K., Jansa, Randriamanantosa, L., F., Tamburini, Oberson, Astrid.
2009. Phosphorus in Action: Biological Processes in Soil Phosphorus Cycling. Berlin:
Springer

Anda mungkin juga menyukai