Anda di halaman 1dari 13

MATERI

1. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

2. Penyebab TBC
Seperti yang telah dijelaskan, Tuberculosis disebabkan oleh Basil tahan asam,
Mycobacterium tuberculosis. Di dalam jaringan tubuh, bakteri Mycobacterium
tuberculosis berada dalam keadaan dormant, yaitu tidak aktif atau tertidur dalam
waktu beberapa tahun. Mycobacterium tuberculosis akan mati dengan cepat jika
terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam bila
berada di tempat yang gelap dan lembab.

3. Tanda dan Gejala TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
- Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin
positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.

4. Klasifikasi TBC

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

 Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan


(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
 Tuberkulosis ekstra paru. Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-
lain.

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB paru:

 Tuberkulosis paru BTA positif.


o Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
o 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuuberkulosis.
o 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
o 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya memberi hasil BTA negatif dan tidak ada
perbaikan selama pemberian antibiotika non OAT.
 Tuberkulosis paru BTA negatif. Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru
BTA positif. Kriteria diagnosis TB paru BTA negatif harus meliputi:
o Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
o Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
o Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
o Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

 TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi bentuk ringan dan berat
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced)
dan atau keadaan umum pasien buruk.
 TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
o TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
o TB ekstra paru berat, misalnya: menignitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih
dan alat kelamin.

Catatan:

 Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
 Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai
TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu:

 Baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menekan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
 Kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
 Pengobatan setelah putus obat (default) adalah pasien yang telah berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
 Gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
 Pindahan (transfer in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
 Lain-lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi kriteria di atas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.

5. Penularan TBC
Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman
TBC. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan
percikan dahaknya yang mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan
terhirup oleh oranglain. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hamper seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
6. Pengobatan TBC
Dalam guideline WHO tahun 2009 tentang panduan pengobatan tuberkulosis,
WHO memberikan rekomendasi dosis untuk tiap jenis obat berdasarkan berat badan
seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:
Rekomendasi Dosis
Drug Harian 3x seminggu
Dosis dan Maksimum Dosis dan Maksimum
rentang ( mg ) rentang harian ( mg )
( mg/kgBB ) ( mg/kgBB )

Isoniazid ( H ) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900

Rifampicin ( R ) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

Pirazinamid (Z) 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Ethambutol (E) 15 (15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin (S) 15 (12-18) - 15 (12-18) 1000

1. Pengobatan TB kategori 1 (2HRZE/4H3R3)


- Pasien baru TB paru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negative foto thoraks positif
- Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk panduan OAT KDT kategori 1
Berat Badan Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3 kali
selama 56 hari RHZE seminggu selama 16 minggu
(150/75/400/275) RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
2. Pengobatan TB kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 2

Berat Tahap intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) Tahap lanjutan 3 kali
Badan seminggu RH
9150/150) + E (400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 4KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab
streptomisin injeksi etambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 4KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab
streptomisin injeksi etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT + 1000 mg 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
streptomisin injeksi etambutol
≥ 71 kg 5 tab 4KDT + 1000 mg 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
streptomisin injeksi etambutol

3. Pengobatan TB kategori 3
Pasien TBP dengan sputum BTA negative tetapi kelainan paru tidak luas dan
kasus ekstra pulmonal (selain dari kategori 1). Pengobatan fase inisial terdiri
dari 2HRZ atau 2H3R3E3Z3 yang diteruskan dengan fase lanjutan 2HR atau
H3R3.
4. Pengobatan TB kategori 4
Tuberculosis kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda,
sputumnya harus dikultur dan diuji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi
H saja (WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan TB resisten
ganda (MDR-TB).
5. Streptomisin
Streptomisin didalam darah hamper seluruhnya terdapat didalam plasma dan
hanya sekali yang masuk ke dalam eritrosit maupun makrofag. Suntikan
intramuskuler merupakan cara yang paling sering dikerjakan. Dosis total
sehari berkisar 1-2 g (15-25 mg/kgBB), 500-1 d disuntikan setiap 12 jam.
Untuk infeksi berat dosis harian dapat mencapai 2-4 g dibagi dalam 2=4 kali
pemberian. Dosis untuk anak ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi untuk dua
kali penyuntikan.

7. Pemeriksaan TBC
1. Pemeriksaan bakteriologi

Untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting


dalam menegakkan diagnosa.
a.Dahak
Memeriksa dahak secara mikroskopis pada 3 spesimen yang di kenal dengan
istilah SPS (sewaktu-pagi-sewaktu). Dahak yang baik untuk di periksa adalah
dahak yang mukopurulen ( nanah berwarna hijau kekuning- kuningan) bukan
ingus juga bukan ludah, jumlahnya 3-5ml tiap pengambilan. Pada orang dewasa
harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut.
-sewaktu : Dahak di kumpulkan pada saat suspek TBC datang berkunjung
pertama kali datang pelayanan kesehatan. Pada saat pulang suspek membawa
sebuah pot untuk mengumpulkan dahak hari kedua.
- pagi : Dahak di kumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bagun tidur. Pot tersebut diantar sendiri ke laboratorium pelayanan kesehatan.
- Sewaktu : Dahak di kumpulkan pada hari pada saat menyerahkan dahak pagi
kepada pihak pelayanan kesehatan

2. Cairan pleura
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosis
3. Liquor Cerebrospinal
4. Bilasan Bronkus
5. Bilasan Lambung
Air kuras lambung, umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapat
mengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak
yang tertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan
6. Urin
Air kemih, urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran
tengah. Sebaiknya urin kateter.

7. Jaringan Biopsi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis.
Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi.

8. Kurasan Bronkoalveolar

Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan


biakan

a.Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang


merupakan metode diagnosis standar dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Pemeriksaan
ini untuk
mengidentifikasi BTA yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB
Paru. Selain tidak memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat,
pemeriksaan mikroskopis merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai
karena mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian serta priorita pengobatan.
Pemeriksaan dahak dilakukan selama 3 x yaitu 2 bulan setelah pengobatan, 5
bulan setelah pengobatan dan 6 bulan setelah pengobatan. Pemeriksaan BTA dahak
penderita dilakukan oleh petugas laboratorium Puskesmas.

b.Pemeriksaan biakan kuman

Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein
Jesen. Dapat pula Middlebrook JH11, juga sutu media padat. Untuk perbenihan
kaldu dapat dipakai Middlebrook JH9 dan JH 12. Melakukan pemeriksaan biakan
dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan dapat mendeteksi
mikobakterium tuberkulosis dan juga
Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT)
c.Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari
pemeriksaan
ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.

2. Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang


spesifik untuk tubercolosis. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam
kedua dibutuhkan. Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan
keadaan nilai keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah
satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi
tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit dapat
menggambarkan daya tahan tubuh penderita. LED sering meningkat pada proses
aktif, tetapi LED yang normal juga tidak menyingkirkan diagnosa TBC

3.uji tuberculin

8.
9. Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling
bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium
tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam
menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun
75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya
pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan(ke
dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari
pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi
TB, sedangkan
penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien
dengan hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika
hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi
TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi alergi.

Penilaian hasil uji tuberculin test :

1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4 mm,uji mantoux negatif.


Arti klinis : tidak ada infeksi Mikobakterium tuberkulosa
2. Pembengkakan (Indurasi) : 3–9 mm,uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi atau silang dengan Mikobakterium
atipik setelah
vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : = 10 mm,uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa

4. Pemeriksaan radiologis

10.
11. Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi:
fotolateral, top lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk.
12.
Gambaran radiologi yang di curigai lesi TBC aktif
- Bayangan berawan atau nodular di segmen apical dan posterior lobus atas
paru dan
segmen superior lobus bawah
- Kapitas, terutama lebih dari satu di kelilingi bayangan berawan atau noduler
- Bayangan bercak miler
- Efusi pleura unilateral

Gambaran radiologi yang di curigai lesi TB inaktif


- Fibrotik pada segmen apikal dan posterior lobus atas
- Kalsifikasi atau fibrotik
- Fibrothorak dan atau penebalan pleura

Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks


Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan
dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada
kondisi
tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:

- Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus
ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB
paru BTA
positif.
- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon
- Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi
perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat
(untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
5. Pemeriksaan Khusus

a.BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang digunakan adalah metode
radiometrik. M.Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem
ini dapat menjadi salah satu alternative pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.

b.PCR
Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah
kemungkinan kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara
benar dan sesuai dengan standar internasional.
Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara bronkogen,
sehingga penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak disarankan. Sebaliknya
bila sampel yang diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai
menderita tuberkulosis paru, masih ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai sarana diagnosis tuberkulosis
paru

c. PEMERIKSAAN SEROLOGI

-ELISA
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons
humoral berupa proses antigen antibodi yang terjadi. Kelemahan utama dari
teknik ELISA ini adalah pengenceran serum yang tinggi dan perlu dilakukan
untuk mencegah ikatan nonspesifik dari imunoglobulin manusia pada plastic.

-Immuno crhomotografi tuberculosis (ITC)


Uji ICT adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis
dalam serum.Uji ini merupakan uji diagnostik tuberkulosis yang menggunakan 5
antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M. Tuberculosis.

-PAP (peroksidase anti peroksidase)


Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang
terjadi.

-Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang berbentuk
sisir plastic.

-Ig G TB
Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk mikobakterium tuberkulosis. Di luar
negeri metode ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB ekstraparu, tetapi
kurang baik untuk diagnose TB pada anak.

Anda mungkin juga menyukai