Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
BAB II
DASAR TEORI
3
4
b. Hydraulic Dynamometer
Poros menggerakkan impeller pada pompa, fluida yang bekerja dipompa
melalui jalur hidrolik masuk katub throttle. Gaya tarik hidrolik membebani
gerakan pada impeller. Katub throttle harus disesuaikan dengan
memvariasikan beban mekanik. Dinamometer jenis hidrolik biasanya
memiliki kerapatan daya yang tinggi. Skema hydraulic dynamometer dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
6
e. Fan Dynamometer
Poros berputar menggerakkan kipas yang memindahkan udara. Kipas harus
dikalibrasi pada gesekan dinamometer sebelum digunakan dan beban
memperhitungkan pada temperatur, tekanan udara dan kelembaban.
Dinamometer ini jarang digunakan, tetapi sangat murah. Kipas memiliki 2
orientasi, yaitu : beban tinggi (normal) dan beban rendah (terbalik). Skema
fan dynamometer dapat dilihat pada Gambar 2.7.
8
f. Vehicle Dynamometer
Kendaraan dapat membebani dan mengendalikan untuk mengukur kecepatan
dan percepatan. Dengan mengetahui kecepatan dan percepatan kendaraan dan
rasio roda gigi kita dapat mengukur torsi mesin. Teknik ini membutuhkan
area yang panjang untuk pengujian, biasanya hanya digunaka
digunakan untuk
pengukuran kasar dari torsi atau daya maksimal mesin.
ρ×ℓ
R= (2.1)
A
Dimana :
R = Besarnya hambatan (Ω)
(
ℓ = Panjang penghantar (m)
( mm /m)
ρ = Hambatan jenis (Ω∙
A = Luas penampang (m
( )
9
1 μ ∙I∙N
B = × (2.3)
2 L
Dimana :
B = Medan magnet diujung solenoida dalam tesla ( T )
N = Jumlah lilitan pada solenoida dalam lilitan
I = Kuat arus listrik dalam ampere ( A )
L = Panjang solenoida dalam meter ( m )
10
2.6 Permeabilitas
Menurut satuan internasional, permeabilitas hampa udara mempunyai nilai
4πx10-7 Wb/Am atau 12,57x10-7Wb/Am. Nilai permeabilitas bahan magnet adalah
tidak konstan, dimana sebagian besar tergantung pada besarnya kekuatan
magnetisasi yang dikenakan padanya. Besarnya permeabilitas suatu bahan magnet
selalu diperbandingkan terhadap permeabilitas hampa udara, dimana perbandingan
tersebut disebut permeabilitas relatif. Permeabilitas relatif didefinisikan sebagai
berikut :
= (2.4)
Dimana :
µr = Permeabilitas relatif
µo = Permeabilitas hampa udara (Wb/ Am)
µ = Permeabilitas bahan (Wb/ Am)
2.7 Torsi
T=B∙I∙A∙N (2.5)
Dimana :
B = Medan magnet (T)
I = Arus listik (A)
A = Luas penampang solenoida (m )
N = Jumlah lilitan
Dimana :
P = Daya (Watt)
T = Torsi (Nm)
ω = Kecepatan sudut (Rpd)
F = Gaya (N)
v = Kecepatan linear (m/s)
Untuk satuan KW :
T∙n
P= (2.8)
9549
Dimana :
P = Daya dalam (KW)
T = Torsi dalam (Nm)
N = Kecepatan rotasi (rpm)
9549 = Konstanta
b. Kekakuan Poros
Poros memiliki kelemahan meskipun poros mempunyai kekuatan yang cukup
aman dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang
terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran
mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan
kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
c. Putaran Kritis
Poros yang dinaikan putaran mesinnya maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang
tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar,
motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros
perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah
dari putaran kritisnya.
d. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan lapisan
kulit luar (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa
diantaranya adalah baja chrome nikel.
2.9.5 Persamaan Dalam Merencanakan Poros
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk poros menggunakan
persamaan sebagai berikut :
1. Torsi
60 . P
T = (2.9)
2. π. N
Keterangan:
T = Torsi maksimum yang terjadi (Nm)
P = Daya motor (Watt)
N = Kecepatan putaran poros (Rpm)
14
2. Torsi ekuivalen
Te = √M + T (2.10)
Diameter poros:
π
Te = ×τ×d (2.11)
16
Te
d= π
16 × τ
Keterangan:
Te = Torsi ekivalen (Nm)
T = Torsi maksimum yang terjadi (Nm)
M = Momen maksimum yang terjadi (Nm)
τ = Tegangan geser ijin (N/mm2)
d = Diameter poros (mm)