penyakit ini, pasien umumnya demam, sakit kepala, nyeri sendi, anoreksia, dan delirium, lalu
kemudian mengalami koma. Kejang dapat datang bersamaan dengan koma, namun jarang
terjadi pada orang dewasa Asia Tenggara dan tampaknya makin jarang terjadi.
Ensefalopati pada orang dewasa ditandai dengan tanda-tanda lesi pada upper neuron
yang simetris. Pasien dapat mengalami penyimpangan arah bola mata yang tidak searah,
kekakuan ekstrapiramidal, trismus, dan gejala kaku dekortikasi & deserebrasi. Edem papil
dan keluarnya eksudat dari retina juga dapat terjadi walaupun jarang, tapi 15% pasien
mengalami perdarahan retina yang memperburuk prognosis. Pemulihan dari koma lebih
Pada beberapa pasien, kelainan seperti trombosis vena serebral, atau trombosis sinus
Kiri: infark pada pria berusia 36 tahun dengan malaria serebral. Area korteks tampak
Kanan: CT scan otak dengan kontras dari pria berusia 48 tahun yang mengalami
kejang fokal kiri menjadi kejang umum dan hemiparesis kiri. Area infark hemoragik yang
cukup besar terlihat pada korteks frontoparietal kanan dengan edema di sekitarnya.
Pada beberapa pasien, malaria serebral semakin diperparah oleh edema paru ataupun
respiratory distress syndrome pada dewasa. Pernapasan Kussmaul dapat terjadi jika ada gagal
ginjal akut dan asidosis laktat yang parah. Komplikasi lain malaria P falciparum adalah
anemia, hemoglobinuria, ikterus, syok, dan kelainan koagulasi. Infeksi bakteri sangat umum
terjadi, terutama pada mereka yang mengalami syok yang dapat berakhir pada kematian
(setelah 7 hari). Di antara komplikasi di atas, gagal nafas memiliki prognosis terburuk yang
dapat timbul setelah perjalanan penyakit yang panjang. Infeksi hepatitis B kronis dapat
menjadi faktor risiko malaria berat, termasuk malaria serebral pada orang dewasa.
Malaria serebral patutnya selalu menjadi diagnosis banding untuk pasien yang tinggal
menetap atau baru saja melakukan perjalanan ke daerah endemik malaria yang mengalami
keluhan demam dan disertai dengan gangguan kesadaran . Setidaknya tiga pemeriksaan
apusan darah dengan interval 8-12 jam memberikan hasil negatif di bawah mikroskop untuk
pasien dengan ciri histopatologis khas malaria serebral dari mereka yang memiliki penyakit
lain. Tusukan lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab ensefalopati lainnya,
a. Meningitis
apusan darah, hitung leukosit pada CSS, kultur darah dan CSS, serta tes antigen
b. Tifoid ensefalopati
plasmodium Tetanus.1
Pada malaria dan tetanus yang terjadi pada anak sering menunjukkan gejala
opistotonus. Hal tersebut harus dibedakan melalui anamnesis yang detail, seperti
riwayat luka sebelumnya dan demam yang menyertai. pada tetanus terdapat riwat
luka sebelumnya yang merupakan port de entry kuman Clostridium tetani. Riwayat
demam hanya ditemukan pada 60% pasien tetanus. Pada malaria serebral gejala
sedangkan pada penderita stroke, demam timbul setelah kelainan neurologik dan
Namun koma pada malaria serebral dan koma oleh penyebab lain harus dibedakan
untuk penatalaksanaan. Koma diabetik dapat diketahui dari pemeriksaan gula darah.
Koma hipotiroid dan krisis tiroid dapat diketahui dari gejala klinik yang lain.4