Pekan Suci atau Minggu Suci (juga disebut Minggu Sengsara; bahasa Latin: Hebdomada
Sancta, atau juga disebut Hebdomas Maior (Pekan/Minggu Besar); bahasa Yunani: Μεγάλη
Εβδομάδα, /Megali Evdomada/ (Pekan/Minggu Besar); bahasa Inggris: Holy Week) dalam
agama Kristen adalah satu pekan sejak Minggu Palma hingga Sabtu Suci/Sabtu Sepi/Sabtu
Sunyi, yang kemudian diikuti dengan hari Paskah yang selalu jatuh pada hari Minggu. Istilah
"Pekan Suci" lebih umum digunakan daripada "Minggu Suci", karena ada kerancuan antara
"minggu" sebagai pekan dan "minggu" sebagai hari (sedangkan yang dimaksud di sini adalah
"pekan", bukan hari Minggu).
Pada Minggu terakhir PraPaskah umat Katolik memasuki minggu yang disebut dengan
Minggu Suci atau Pekan Suci, yang dimulai dari Minggu Palma, kemudian Kamis Putih,
Jumat Agung, Vigili Paskah dan Minggu Paskah.
Kamis Putih, Jumat Agung, Vigili Paskah disebut dengan TriHari Suci
MINGGU PALMA
Masa prapaskah terdiri atas 6 pekan. Hari Minggu Prapaskah VI kita kenal sebagai
Hari Minggu Palma yang mengawali Pekan Suci. Dalam liturgi Romawi, pekan suci
ini kiranya sudah dikenal sejak abad III sebagai perluasan atau perpanjangan saat
sengsara Tuhan yang khususnya dirayakan pada Jumat Agung dan Sabtu Suci.
Menurut pola atau contoh tradisi Gereja di Yerusalem, hari-hari dalam pekan suci
dimaksudkan untuk merenungkan secara khusus tahap-tahap dan hari-hari akhir hidup
Yesus yang memasuki sengsara-Nya. …
Dalam pengaturan yang baru, pekan suci itu meliputi hari Minggu Palma, hari Senin
s/d Kamis dalam Pekan Suci. Pekan Suci berlangsung mulai dengan vesper (Ibadat
Sore) hari Minggu Palma dan berakhir dengan ibadat siang Kamis dalam Pekan Suci.
Tampaknya hingga abad V pada hari Senin, Selasa dan Rabu dalam pekan suci itu
tidak diadakan perayaan Ekaristi, tetapi hanya Ibadat Sabda yakni untuk merenungkan
kisah sengsara Yesus.
Tujuan pekan suci ialah “memperingati sengsara Kristus mulai dari peristiwa Kristus
masuk kota Yerusalem sebagai Almasih” (Pedoman Th Liturgi no. 31). Dengan
demikian pada pekan suci kita mau merayakan dan menghayati hari-hari terakhir
hidup Yesus sesudah memasuki kota Yerusalem dan sebelum memasuki penderitaan-
Nya di salib.
Gereja merayakan masuknya Kristus ke Yerusalem untuk menggenapi misteri
paskahnya, ketika menurut Kitab-kitab Injil Yesus dengan rendah hati mengendarai
seekor keledai masuk ke Yerusalem. Hal ini mengingatkan akan prosesi kemenangan
Daud dan rakyat meletakkan daun-daun palma di tanah di hadapannya. Pada hari ini,
sebuah prosesi dengan daun-daun palma (atau ranting-ranting pohon berdaun lainnya,
misalnya daun zaitun) berlangsung di banyak paroki dan ranting-ranting ini diberkati
oleh imam.
TRIHARI PASKAH
Trihari Paskah adalah PUNCAK TAHUN LITURGI (SC 5; Ped Th Lit 18).Perayaan
Trihari Paskah dimulai dengan perayaan Ekaristi Kamis Putih pada sore/malam hari,
hingga puncaknya Malam Paskah dan berakhir dengan ibadat sore pada hari Minggu
Paskah. Satu hal yang sangat penting : seluruh perayaan Trihari Paskah ini sebenarnya
bukan perayaan-perayaan yang terpisah dan berdiri sendiri, tetapi sebenarnya
merupakan SATU PERAYAAN karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus
dalam Roh Kudus, yang berpuncak dalam wafat dan kebangkitan Kristus.
KAMIS PUTIH
Perlu disadari seluruh kekayaan perayaan hari Kamis Putih ini, saat Tuhan Yesus
mengadakan Perjamuan Malam Terakhir, saat Tuhan menetapkan dan mewariskan
kepada kita EKARISTI kudus. Gereja juga mengenang sakramen Imamat dan rahmat
communio yang berdasarkan kasih Allah sendiri. Semangat kasih dan pelayanan
terutama ditampakkan dalam upacara pembasuhan kaki. Sesudah perayaan Ekaristi
diadakan prosesi dan tuguran di hadapan Sakramen Mahakudus (yang ada di sibori,
bukan monstran). Berbeda dari adorasi biasanya, tuguran pada Kamis Putih berfokus
pada renungan akan Tuhan Yesus yang memasuki kisah sengsara-Nya, mulai di
Getsemani, ditangkap, diadili, dst. Lonceng didentangkan saat gloria, sesudah itu
tidak boleh lagi ada suara lonceng hingga Malam Paskah.
PEMBASUHAN KAKI
Bermakna kasih dan pelayanan, yang merefleksikan kisah Yesus membasuh atau
mencuci kaki dari 12 (dua belas) muridNya. Bagai seorang hamba dan pelayan yang
mencuci kaki tuannya, Yesus memberikan pelayanan ini kepada murid-muridNya.
Dilanjutkan dengan acara “Perjamuan Terakhir” atau makan malam terakhir dari
Yesus bersama murid-muridNya. Dimana Yesus mengambil roti tidak beragi
kemudian memecah-mecah roti tersebut dan membagikannya kepada ke-12 murid,
sebagai lambang dari tubuh Yesus yang tidak berdosa, namun harus dikorbankan
untuk menebus dosa umat manusia. Kemudian Yesus menuangkan anggur kedalam
cawan untuk dibagikan kepada ke-12 murid, sebagai lambang dari darah Yesus yang
harus dicurahkan untuk menebus dosa umat manusia.
JUMAT AGUNG
Kita merenungkan misteri sengsara dan wafat Yesus. Fokus perayaan ini adalah
perayaan Sabda yang berisi kisah sengsara menurut Yohanes dan doa umat meriah,
lalu penghormatan Salib, dan penerimaan komuni. Tidak adanya perayaan Ekaristi
pada hari Jumat Agung sudah menjadi tradisi sejak kuno. Ada dugaan, tampaknya
praktek ini dipengaruhi oleh tradisi Gereja Timur yang hanya merayakan Ekaristi
pada hari Sabtu dan Minggu saja selama masa puasa atau prapaskah. Lalu hari-hari
lain, termasuk hari Jumat hanya menerima hosti suci dari hari Minggu itu. Hari Jumat
Agung dan jika mungkin hari Sabtu Suci hingga upacara malam paskah, seluruh
Gereja merayakan PUASA paskah suci.
Perayaan Jumat Agung atau “Good Friday” yang bermakna penderitaan dan
pengorbanan, yang merefleksikan kisah Yesus yang dihadapkan dalam pengadilan
yang penuh dengan konflik dan intrik atas tuduhan yang penuh rekayasa. Bagai
seorang penjahat kriminal yang menjadi sampah masyarakat dan pemberontak yang
menjadi musuh negara, Yesus harus menderita dengan siksaan badani sebelum
akhirnya harus menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan bersama para
penjahat di sisi kiri dan kanan salib Yesus.
Gereja berduka karena kematian Kristus, menghormati Salib, dan mengagumi
kehidupan-Nya atas ketaatan-Nya sampai mati.
Misa tidak dirayakan, Ekaristi tidak disucikan. Komuni berlangsung dengan hosti
yang tersisa dari Kamis Putih.
Ruangan Gereja dikosongkan dari berbagai benda perhiasan, termasuk kain penutup
altar dan lilin-lilin, sebagai tanda penghormatan.
Bejana air suci dikosongkan.
Pada hari ini, jalan Salib seringkali didoakan di dalam atau di luar gedung Gereja.
Perayaan Liturgi Penderitaan Tuhan dilakukan di sore hari.
Imam mengenakan jubah merah (atau, menurut kebiasaan sebelumnya, hitam). Bila
seorang Uskup memimpin atau membantu memimpin ibadat, ia mengenakan sebuah
mitra satu lapis.
SABTU SUNYI
SABBATUM MAGNUM
Dirayakan dalam keadaan sunyi dan dengan doa yang memperingati Kristus yang telah wafat
dan berada di dalam kubur. Misa tidak diselenggarakan. Untuk berjaga-jaga apabila ada
kematian, hosti Ekaristi yang tersisa dari Liturgi-liturgi dalam dua hari sebelumnya
digunakan sebagai viaticum.
Tabernakel dibiarkan kosong dan terbuka. Lampu atau lilin biasanya diletakkan di sebelah
Tabernakel yang melambangkan Kehadiran Kristus dipadamkan, dan Ekaristi disimpan di
tempat lain, biasanya di sakristi, dengan lampu atau lilin yang menyala di depannya.
MALAM (VIGILI) PASKAH
Malam Paskah disebut Induk semua vigili (St. Agustinus). Pada malam ini Gereja
berjaga menantikan kebangkitan Kristus. Maka perayaan Malam Paskah harus
diadakan pada malam hari. Karena malam paskah itu puncak dari segala perayaan
liturgi Gereja, maka hendaknya diadakan semeriah mungkin dengan segala
kemungkinannya dari dekorasi, tata ruang, petugas, umat, koor, simbol lain (lilin),
dsb.
Perayaan Malam paskah terdiri atas perayaan cahaya dan Exsultet, perayaan Sabda
(disediakan 9 bacaan komplit), perayaan baptis atau pembaharuan janji baptis dan
Ekaristi.