Acara yang dibuka oleh Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd. ini juga
dihadiri oleh segenap wakil rektor serta pejabat struktural di lingkungan UM. Dalam
sambutannya, Rektor menginformasikan bahwa kegiatan tersebut dihelat oleh
Kemahasiswaan, dan sebagai pelaksana adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM,
dan dua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yakni Al Quran Study Club (ASC) serta Badan
Dakwah Masjid (BDM) Al Hikmah. “Kegiatan yang sedang kita lakukan ini adalah dalam
konteks penguatan keimanan dan ketakwaan, khususnya mahasiswa baru dan umumnya
untuk civitas akademika UM,” ungkap Rektor.
Cak Nun membuka kajiannya dengan mengajak segenap peserta UMengaji untuk
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syukur dengan diiringi Gamelan Kiai Kanjeng
sebagai penguatan kembali terhadap rasa nasionalisme dalam menjaga keutuhan NKRI,
terutama menyikapi perbedaan dan masalah. “Kini di negeri ini ada banyak masalah,
banyak perbedaan, dan nanti kalau Anda sudah selesai kuliah Anda akan banyak menemui
hal-hal tadi di masyarakat, di kampus adalah tempat Anda belajar agar dapat bijak
menyikapi perbedaan tadi,” urainya. Setelah itu, Cak Nun meminta sukarelawan 4 orang
untuk dapat maju ke atas panggung dari mahasiswa baru, yang akan diajak berdiskusi
bersama sepanjang acara berlangsung. Keempat mahasiswa itu adalah Faradisa Rizkinara
dari Fakultas Ekonomi, Fanny Hidayana dari Fakultas Sastra, Arvendo Mahardika dari
Fakultas Teknik, dan Rizal Akbar dari Fakultas Ilmu Keolahragaan. Selama sekitar 4 jam,
diskusi yang banyak membahas tentang permasalahan bangsa, akidah, dan akhlak ini
berlangsung sangat menarik dan melibatkan peserta, dengan sesekali diselingi dengan
hiburan dari Gamelan Kiai Kanjeng.
Di antara diskusi yang berlangsung, Cak Nun menanyakan dari mana saja para
mahasiswa ini berasal. Sejumlah nama daerah disebut oleh mereka, baik yang dari Jawa
maupun luar Jawa. Begitupun dengan latar belakang agama mereka. Cak Nun membekali
peserta dengan kesadaran utama ke-Indonesiaan dengan pesan agar semuanya dapat
saling mengingatkan, menghormati, mengasihi, tak boleh anti-antian, jangan saling
mengejek, dan bahwa setiap orang memiliki kebebasan penuh untuk memilih
keyakinannya masing-masing. Kesadaran ke-Indonesiaan di awal juga sudah disinggung
oleh Cak Nun apa makna menjadi orang Indonesia dalam hubungan dengan takdir pilihan
Tuhan atas petak tanah di mana manusia dilahirkan.
Salah seorang peserta, Dian Monica dari jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
berpendapat bahwa acara seperti ini sangat ampuh untuk meningkatkan iman dan takwa
serta daya pikir mahasiswa. “Pembawaan materi yang sangat enjoy, diselingi dengan
hiburan dari Kiai Kanjeng, membuat acara ini terasa hidup dan aktif sehingga saya sangat
menikmati,” urainya. Sementara peserta lain, Chandra Wijaya, mengeluhkan
keterlambatan dimulainya acara dan banyaknya peserta yang keluar masuk saat Cak Nun
memberikan kajian. “Semoga tahun depan acara besar seperti ini bisa lebih terstruktur
dengan baik sehingga kita bisa lebih menikmati dan lebih nyaman,” ujar mahasiswa asli
Malang tersebut.
Reporter: Komunikasi/Arvendo Mahardika
Foto: -