Anda di halaman 1dari 3

UMengaji, Bersihkan Hati dan Cintai Negeri Bersama Cak Nun

Antusiasme ribuan mahasiswa dan seluruh civitas akademika Universitas Negeri


Malang, khususnya para mahasiswa baru untuk mempertebal keimanan dan memperkuat
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sangat terasa dalam acara UMengaji, Selasa
(29/11) malam di Graha Cakrawala, yang dihadiri oleh sekitar 10.000 peserta, utamanya
mahasiswa baru dan segenap civitas akademika UM, baik yang berada di dalam Graha
Cakrawala maupun di lapangan parkir Graca. Acara yang tergabung dalam rangkaian
kegiatan penyambutan mahasiswa baru ini bertemakan “Bersihkan Hati dan Cintai Negeri
dengan Mengaji”, yang menghadirkan cendekiawan muslim Muhammad Ainun Nadjib
atau yang biasa disapa dengan Cak Nun, serta grup Gamelan Kiai Kanjeng.

Acara yang dibuka oleh Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd. ini juga
dihadiri oleh segenap wakil rektor serta pejabat struktural di lingkungan UM. Dalam
sambutannya, Rektor menginformasikan bahwa kegiatan tersebut dihelat oleh
Kemahasiswaan, dan sebagai pelaksana adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM,
dan dua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yakni Al Quran Study Club (ASC) serta Badan
Dakwah Masjid (BDM) Al Hikmah. “Kegiatan yang sedang kita lakukan ini adalah dalam
konteks penguatan keimanan dan ketakwaan, khususnya mahasiswa baru dan umumnya
untuk civitas akademika UM,” ungkap Rektor.

Cak Nun membuka kajiannya dengan mengajak segenap peserta UMengaji untuk
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syukur dengan diiringi Gamelan Kiai Kanjeng
sebagai penguatan kembali terhadap rasa nasionalisme dalam menjaga keutuhan NKRI,
terutama menyikapi perbedaan dan masalah. “Kini di negeri ini ada banyak masalah,
banyak perbedaan, dan nanti kalau Anda sudah selesai kuliah Anda akan banyak menemui
hal-hal tadi di masyarakat, di kampus adalah tempat Anda belajar agar dapat bijak
menyikapi perbedaan tadi,” urainya. Setelah itu, Cak Nun meminta sukarelawan 4 orang
untuk dapat maju ke atas panggung dari mahasiswa baru, yang akan diajak berdiskusi
bersama sepanjang acara berlangsung. Keempat mahasiswa itu adalah Faradisa Rizkinara
dari Fakultas Ekonomi, Fanny Hidayana dari Fakultas Sastra, Arvendo Mahardika dari
Fakultas Teknik, dan Rizal Akbar dari Fakultas Ilmu Keolahragaan. Selama sekitar 4 jam,
diskusi yang banyak membahas tentang permasalahan bangsa, akidah, dan akhlak ini
berlangsung sangat menarik dan melibatkan peserta, dengan sesekali diselingi dengan
hiburan dari Gamelan Kiai Kanjeng.

Di awal, Cak Nun menanyakan kepada para sukarelawan tentang perbedaan


antara sekolah seperti ketika mereka masih SMA sederajat, dan kuliah yang baru saja
dimulai oleh mahasiswa baru. Pertanyaan ini mengantarkan pada pemetikan pemahaman
dasar mengenai jenjang dan jenis pendidikan sebagaimana ada dalam khasanah Islam,
sekalipun belum benar-benar menyifati praktik pendidikan Islam saat ini. Dosen Jurusan
Sastra Arab Fakultas Sastra, Drs. Ahmad Fuad Effendy, M.A. yang juga merupakan
kakak Cak Nun diminta untuk mengenalkan pada mahasiswa baru kepada konsep dasar
pendidikan, yakni tadris (madrasah) hingga kulliyah, dari jaami‘ah, kulliyah, hingga
qismun. Cak Nun sendiri menegaskan kuliah yang bermula dari bahasa Arab kulliyah
yang berarti ‘setiap’, dan itu juga berarti ‘semua’. ‘Setiap’ bertitik berat pada detail,
sedangkan ‘semua’ adalah menyeluruh.

Di antara diskusi yang berlangsung, Cak Nun menanyakan dari mana saja para
mahasiswa ini berasal. Sejumlah nama daerah disebut oleh mereka, baik yang dari Jawa
maupun luar Jawa. Begitupun dengan latar belakang agama mereka. Cak Nun membekali
peserta dengan kesadaran utama ke-Indonesiaan dengan pesan agar semuanya dapat
saling mengingatkan, menghormati, mengasihi, tak boleh anti-antian, jangan saling
mengejek, dan bahwa setiap orang memiliki kebebasan penuh untuk memilih
keyakinannya masing-masing. Kesadaran ke-Indonesiaan di awal juga sudah disinggung
oleh Cak Nun apa makna menjadi orang Indonesia dalam hubungan dengan takdir pilihan
Tuhan atas petak tanah di mana manusia dilahirkan.

Salah seorang peserta, Dian Monica dari jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
berpendapat bahwa acara seperti ini sangat ampuh untuk meningkatkan iman dan takwa
serta daya pikir mahasiswa. “Pembawaan materi yang sangat enjoy, diselingi dengan
hiburan dari Kiai Kanjeng, membuat acara ini terasa hidup dan aktif sehingga saya sangat
menikmati,” urainya. Sementara peserta lain, Chandra Wijaya, mengeluhkan
keterlambatan dimulainya acara dan banyaknya peserta yang keluar masuk saat Cak Nun
memberikan kajian. “Semoga tahun depan acara besar seperti ini bisa lebih terstruktur
dengan baik sehingga kita bisa lebih menikmati dan lebih nyaman,” ujar mahasiswa asli
Malang tersebut.
Reporter: Komunikasi/Arvendo Mahardika
Foto: -

Anda mungkin juga menyukai