Sop PKM Muara Batun-1
Sop PKM Muara Batun-1
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/ perawatan
selama dirawat di Puskesmas.
2. Tujuan untuk regulasi/memberikan kesempatan peran aktif pasien dalam pengambilan
keputusan medis, Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan
dokter, Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan
dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko.
3. Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan No 585 tahun 1989. Persetujuan Tindakan Medik
4. Referensi Guwandi, J. (2004). Informed Consent. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
5. Prosedur 1. Setelah pasien diindikasikan tindakan pembedahan minor oleh dokter,
pasien atau keluarga dijelaskan mengenai:
Pengertian tindakan pembedahan minor
Tujuan pembedahan minor
Indikasi pembedahan minor
Komplikasi pembedahan minor
Prosedur tindakan pembedahan minor
2. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau
perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang merawat.
3. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah:
Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh
Pasangan hidup pasien (istri atau suami)
Orang tua / wali
Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau keluarga terdekat
(penanggung jawab)
4. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan pembedahan minor
yang akan dilakukan, kemudian menandatangani surat persetujuan yang
telah tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan format surat pernyataan.
6. Unit Terkait Seluruh Unit Pelayanan Puskesmas
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Abses intraoral merupakan suatu lesi akibat infeksi gigi yang sulit ditangani,
karena kecenderungannya untuk meluas ke banyak jaringan.
2. Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas khususnya dalam hal
pembedahan minor, mencegah penyebaran infeksi, dan mengurangi rasa sakit pasien.
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .
5. Prosedur 1. Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.
2. Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan
dengan anestesi topikal/ infiltrasi.
3. Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka
direncanakan insisi :
Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.
Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial
pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran
pus sesuai gravitasi.
Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara
estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.
Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat
fluktuasi positif.
4. Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga
abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan
dengan ujung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak
untuk mempermudah pengeluaran pus.
5. Penempatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan
pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak
terlepas.
6. Peresepan antibiotik (perawatan pendukung); peresepan antibiotik penisilin
atau erythromycin serta obat analgesik (kombinasi narkotik/nonnarkotik).
Dapat ditambah dengan kumur larutan saline (1 sendok teh garam + 1 gelas
air) yang dikumurkan setiap setelah makan.
7. Pencabutan gigi penyebab secepatnya.
6. Unit Terkait Poli Gigi
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Ekstraksi gigi permanen adalah salah satu jenis pembedahan minor dengan mencabut gigi
permanen (yang sesuai indikasi pencabutan) dari soketnya dengan minimal trauma dan nyeri.
2. Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas khususnya dalam hal
pembedahan minor, mencegah infeksi yang lebih buruk.
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.
Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .
5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa, menanyakan kelainan/penyakit sistemik, pemeriksaan
fisik, ekstraoral & intraoral dan menegakkan diagnosa.
2. Dokter memberikan penjelasan tentang rencana perawatan, tujuan, indikasi, prosedur,
komplikasi ekstraksi gigi permanen.
3. Pasien memahami dan menandatangani informed consent.
4. Aplikasi larutan antiseptik sebelum injeksi anestesi.
5. Anestesi infiltrasi/blok dilakukan pada daerah sekitar gigi yang akan
diektraksi dengan menyuntikkan jarum, aspirasi, deponir anestetikum
perlahan.
6. Dokter menanyakan pasien apakah sudah merasa tebal/kebas dan
memastikan apakah anestesi sudah bekerja.
7. Ekstraksi gigi dengan melepaskan perlekatan jaringan periodontal dengan
menggunakan bein. Setelah longgar, mulai menggoyangkan gigi menggunakan tang
yang sesuai dengan gerakan rotasi, luksasi dan kombinasi (disesuaikan dengan elemen
gigi yang diekstraksi).
8. Periksa kondisi gigi yang telah dicabut apakah utuh atau fraktur. Periksa soket dan
tulang alveolar yang tajam, apabila ada gunakan knable tang/bone file untuk
menghaluskan. Cek dan kontrol perdarahan pasca ektraksi.
9. Instruksi pasca ekstraksi gigi dan pemberian tampon ganti.
10. Peresepan antibiotik (jika perlu) serta obat analgesik (kombinasi
narkotik/nonnarkotik).
6. Unit Terkait Poli Gigi
MENCUCI TANGAN
SPO No. Kode : Disahkan oleh
Terbitan : 2015 Pimpinan Puskesmas Muara Batun
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku : 21 September 2015
Kec. Jejawi Kab. OKI
Halaman : 1/1
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Membersihkan tangan dari segala kotoran dengan cara tertentu sesuai kebutuhan
menggunakan sabun atau antiseptik saat sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Tujuan 1. Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah kontaminasi
2. Mencegah atau mengurangi infeksi
3. Menjaga kebersihan perorangan
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Infection Control in Dentistry.
5. Prosedur 1. Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan baju sampai
siku.
2. Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka/sayatan
3. Menjaga tangan atau pakaian tidak menyentuh wastafel (jika tangan
menyentuh wastafel cuci tangan diulang)
4. Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian
5. Membasahi tangan dan lengan bawah,mempertahankannya lebih rendah
dari siku
6. Menaruh sabun/antiseptic (2-4 cc)
7. Menggosok kedua lengan selama 10-15 detik
8. Menggosok punggung tangan,sela-sela jari
9. Menggosok sela-sela jari secara melingkar minimal 5 kali
10. Menggosok ujung-ujung jari ketelapak tangan yang lain
11. Membilas lengan dan tangan sampai bersih
12. Menutup kran dengan siku (bila kran harus ditutup dengan tangan,cuci kran
dengan sabun terlebih dahulu sebelum membilas tangan)
13. Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering
6. Unit Terkait Poli Gigi
DEKONTAMINASI
SPO No. Kode : Disahkan oleh
Terbitan : 2015 Pimpinan Puskesmas Muara Batun
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku : 21 September 2015
Kec. Jejawi Kab. OKI
Halaman : 1/1
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Membersihkan dan mensterilkan semua alat/instrumen yang terkontaminasi dengan
cairan tubuh/rongga mulut.
2. Tujuan 1. Mencegah penyebaran infeksi silang melalui alat/ instrumen.
2. Menyiapkan alat sebelum kontak langsung dengan alat sterilisasi.
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Infection Control in Dentistry.
5. Prosedur 1. Memakai rubber glove yang tebal, kacamata dan masker (alat perlindungan
diri).
2. Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan Klorin 0,5%
dengan cara mencampurkan 1 sendok makan Klorin 0,5% dengan 1 liter air
(selain klorin, dapat juga chloroxylenol/dettol®).
3. Mengaduk larutan klorin 0,5% sampai tercampur dengan air.
4. Mencuci semua alat/instrumen dengan menggunakan sabun dan sikat untuk
membuang debris, kemudian bilas bersih dengan air yang mengalir. Sikat
yang digunakan untuk membersihkan debris harus dibersihkan,
dikeringkan dan diautoclave secara teratur.
5. Memasukkan semua alat/instrument yang telah dicuci, ke dalam bak
perendaman yang berisi cairan desinfeksi (klorin/chloroxylenol) satu
persatu dengan korentang.
6. Biarkan selama kurang lebih 10 menit.
7. Keringkan semua alat/instrumen dengan menggunakan handuk bersih yang
kering.
8. Setelah semua alat/instrument benar-benar kering, lakukan sterilisasi
dengan menggunakan autoclave.
6. Unit Terkait Poli Gigi
STERILISASI
SPO No. Kode : Disahkan oleh
Terbitan : 2015 Pimpinan Puskesmas Muara Batun
No. Revisi :
Kec. Jejawi Kab. OKI
Tanggal mulai berlaku : 21 September 2015
Halaman : 1/1
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apathogen beserta
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus,
steem/uap, panas tekanan tinggi atau menggunakan bahan kimia. Metode
pilihan untuk semua alat kedokteran gigi adalah dengan menggunakan autoclave.
2. Tujuan 1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi silang melalui alat/ instrumen.
2. Menyiapkan peralatan/instrumen dalam keadaan siap pakai.
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Infection Control in Dentistry.
5. Prosedur 1. Setelah semua alat/instrument yang didekontaminasi benar-benar kering,
bungkus dengan kain/kertas.
2. Masukkan semua alat/instrument yang telah dibungkus dengan kain/kertas
ke dalam autoclave dan susun dengan rapi. Perhatikan jangan sampai
overload.
3. Tutup pintu autoclave dengan rapat.
4. Lakukan sterilisasi dengan menekan power supply, power supply otomatis
akan mati jika sudah selesai.
5. Setelah selesai tunggu sampai suhu turun, buka pintu sterilisator, keluarkan
alat-alat yang sudah steril dengan korentang dan masukan alat ke dalam
folisil.
6. Beri etiket (tanggal sterilisasi).
7. Alat siap dipakai.
8. Bur juga tidak luput dari sterilisasi, sterilisasi bur mencegah penularan
penyakit berbahaya antarpasien.
6. Unit Terkait Poli Gigi
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Ekstraksi gigi sulung adalah salah satu jenis pembedahan minor dengan mencabut gigi
sulung (yang sesuai indikasi pencabutan) dari soketnya dengan minimal trauma dan nyeri.
2. Tujuan 1. Meningkatkan mutu pelayanan gigi dan mulut khususnya dalam pencabutan gigi
sulung
2. Mencegah maloklusi
3. Mencegah terjadinya infeksi berulang
4. Meningkatkan pengetahuan penderita tentang kesehatan gigi dan mulut.
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.
Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .
5. Prosedur 1. Menjelaskan kepada penderita bahwa akan dilakukan tindakan pencabutan gigi
sulungnya dengan tujuan untuk memberi kesempatan gigi permanen tumbuh
dengan baik.
2. Menjelaskan kepada penderita bahwa sebelumnya pencabutan akan dilakukan
pembiusan dan setelah itu penderita akan merasakan dingin (bila menggunakan
Chlor Ethyl) atau merasa tebal (bila menggunakan suntikan lidocaine).
3. Minta ijin penderita/pengantar untuk dilakukan tindakan (bolehkah saya mulai
sekarang?).
4. Mempersiapkan alat dan obat anastesi dan alat tindakan pencabutan gigi sulung
yang sudah disterilkan.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan memakai sarung tangan steril.
6. Tindakan anastesi, bila sudah goyang menggunakan Chlor Ethyl dan belum
goyang menggunakan lidocaine.
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Pilihan perawatan yang dilakukan pada gigi vital dengan kondisi sakit.
2. Tujuan untuk mengurangi rasa sakit pada pasien
untuk mencegah kerusakan lanjut akibat inflamasi pulpa
untuk melihat dan menunggu perkembangan kondisi gigi yang sakit
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Gunnar Bergenholtz,dkk. 2010. Textbook of endodontology. Blackwell
Publishing : UK.
5. Prosedur 1. Pembuangan jaringan karies dengan eskavator.
2. Preparasi kavitas dengan bur sesuai dengan klasifikasi tumpatan.
3. Sterilisasi kavitas.
4. Pemberian obat (eugenol) sebagai relief of pain (eugenol + kapas).
5. Penambalan sementara dengan fletcher (Powder + Liquid).
6. Instruksi paska penumpatan
a. Tidak boleh digunakan untuk makan selama 1 jam setelah ditumpat.
b. Hati-hati bila menyikat gigi terutama pada gigi dengan tumpatan
sementara.
c. Datang kembali ke klinik untuk dilakukan tumpatan tetap apabila
tidak ada keluhan sakit lagi. Apabila ada keluhan sakit maka
direncanakan perawatan untuk pulpitis irreversibel (pulpotomy,
pulpectomy, perawatan saluran akar). Pada kasus-kasus pulpitis
irreversibel pasien harus diinformasikan mengenai pilihan perawatan
yang lainnya, mengingat perawatan pada tingkat puskesmas tidak
termasuk perawatan saluran akar.
7. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.
6. Unit Terkait Poli Gigi
STERILISASI
SPO No. Kode : Disahkan oleh
Terbitan : 2015 Pimpinan Puskesmas Muara Batun
No. Revisi :
Kec. Jejawi Kab. OKI
Tanggal mulai berlaku : 21 September 2015
Halaman : 1/1
Romlah, SST
NIP. 197305251993012001
PUSKESMAS MUARABATUN
1. Pengertian Hilangnya sensasi pada sebagian area tubuh tertentu, bersifat sementara, tanpa kehilangan
kesadaran.
2. Tujuan Menghilangkan sensasi di bagian tubuh tertentu agar pasien merasa nyaman
saat dilakukan prosedur perawatan gigi dan pembedahan.
3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Referensi Malamed, Stanley S. 1997. Handbook of local anethesia. Mosby: USA.
5. Prosedur 1. Menanyakan kepada pasien apakah memiliki penyakit sistemik dan
riwayat alergi terhadap obat anestesi yang akan diberikan.
2. Mempersiapkan lidokain ampul dan spuit 3 cc yang baru dan tajam,
membuka tutup spuit dan memindahkan lidokain ke dalam spuit dengan
cara menghisap isi ampul sampai habis dan menutup kembali spuit.
3. Membuang udara dalam spuit dengan cara memposisikan spuit dengan
ujung jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan syringe,
kemudian dorong pompa perlahan-lahan sampai udara tidak tampak lagi
dan cairan keluar sedikit di ujung jarum.
4. Posisikan pasien di dental unit sesuai dengan regio kerja yang akan
dianestesi.
5. Mengambil kapas steril untuk mengeringkan jaringan yang akan
dianestesi.
6. Aplikasi larutan antiseptik menggunakan kapas pada gusi yang akan
dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali.
7. Aplikasi topikal anestesi (opsional).
8. Komunikasi dengan pasien dan menjaga agar jarum tidak terlihat oleh
pasien sehingga pasien merasa nyaman.
9. Tusuk jarum ke mukosa hingga menyetuh periosteum, perhatikan sambil
mengajak pasien komunikasi.
10.Aspirasi apabila telah sampai menyentuh periosteum, bila aspirasi negatif
maka deponir perlahan anestetikum sesusai dosis (sekitar 0,5-1cc). Apabila
aspirasi positif, menggeser posisi jarum ke titik lain dan memasukkan
jarum sampai menyentuh tulang. Komunikasi dengan pasien.
11. Menarik syrige perlahan dan observasi pasien setelah injeksi.
12.Membuang spuit pada safety box dengan cara ujung jarum masuk lebih
dulu.
6. Unit Terkait Poli Gigi