BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang mendasari dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.3.1 mengetahui pengertian hepatitis;
1.3.2 mengetahui epidemiologi hepatitis;
1.3.3 memahami etiologi hepatitis;
1.3.4 mengetahui tanda dan gejala hepatitis;
1.3.5 memahami patofisiologi hepatitis dan klasifikasi hepatitis;
1.3.6 mengetahui komplikasi dan prognosis hepatitis;
1.3.7 mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan;
1.3.8 mengetahui penatalaksanaan hepatitis;
1.3.9 mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien yang mengalami
insufisiensi pulmonal.
BAB 2. PEMBAHASAN
4
Risiko penularan adalah paling besar jika ibu juga HBeAg positif; 70-90%
dari bayinya menjadi terinfeksi secara kronis bila tidak diobati. Selama periode
neonatal antigen hepatitis pada B ada dalam darah 2,5% bayi yang dilahirkan dari
ibu yang terkena sehingga menunjukkan bahwa infeksi intrauterin terjadi. Pada
kebanyakan kasus antigenemia lebih lambat, memberi kesan bahwa penularan
terjadi pada saat persalinan; virus yang ada dalam cairan amnion atau dalam tinja
atau darah ibu dapat merupakan sumbernya. Walaupun kebanyakan bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi menjadi antigenemik dari usia 2-5 bulan.
Beberapa bayi dari ibu positif-HBsAg tidak terkena sampai usia lebih tua.
Anderson dan Lorraine(1993.:441)
Virus hepatitis A merupakan jenis penyakit paling sering di Amerika
Serikat. Pada tahun 1988, 50% dari kasus hepatitis yang dilaporkan adalah infeksi
HAV. Hepatitis A sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Terdapat
peningkatan insiden pada musim tertentu, yaitu musim gugur dan musim dingin.
Penyakit ini juga terjadi akibat kontak dengan penderita melalui kontaminasi feses
pada makanan atau air minum, atau dengan menelan kerang yang mengandung
virus, yang tidak dimasak dengan baik. Kasus dapat timbul secara sporadis,
sedangkan epidemi dapat timbul pada daerah yang sangat padat seperti pusat
perawatan dan rumah sakit jiwa (Sylvia dan Wilson, 2001: 440).
Bagian dunia yang endemisitasnya tinggi adalah terutama Asia yaitu Cina,
Vietnam, Korea, dimana 50–70 % dari penduduk berusia antara 30 – 40 tahun
pernah kontak dengan HBV, dan sekitar 10 – 15 % menjadi pengidap Hepatitis B
Surfase Antigen (HbsAg) .Menurut WHO, Indonesia termasuk kelompok daerah
dengan endemisitas sedang dan berat (3,5 – 20 %).
Dalam tahun 1972 – 1978 di Amerika angka prevalensi tertinggi pada
golongan umur 15 –29 tahun, namun hal ini belum bisa dianggap sebagai
gambaran usia terjadinya infeksi VHB (Fisher MM, 1983 ). Dari hasil beberapa
penelitian di Indonesia bahwa angka prevalensi VHB tertinggi pada usia
menanjak remaja (12 – 17 tahun) yaitu sebesar 75 % (Budihusodo, 1984).
Infeksi HBV tersebar di seluruh dunia dan menyebar dari individu yang
mengidap infeksi kepada individu lain serta dapat menyebarkan adanya
6
“reservoir” berupa pengidap kronik (chronic reservoir) yang jumlahnya lebih dari
280 juta orang. Dalam populasi manusia banyak terdapat carrier Hepatitis B,
diperkirakan melebihi 200 juta di seluruh dunia. Angka carrier dan distribusi usia
dari antigen permukaan berbeda dalam berbagai daerah. Prevalensi infeksi HBV
berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Prevalensi terendah
didapatkan di Amerika Utara dan Eropa Barat dimana infeksi tersebut didapatkan
pada 0,1-0,5 % penduduk, di Asia Tenggara dan Afrika Sub Sahara 5-20 %
penduduk mengidap infeksi virus ini. Prevalensi infeksi HBV tertinggi terdapat di
pulau Rapa di Samudera Atlantik dimana 50 % dari penduduk jadi pengidap.
Komisi Hepatitis WHO membagi prevalensi infeksi virus B menjadi 3 kelompok
yaitu prevalensi rendah, prevalensi sedang dan tinggi.
2.4.1 Hepatitis B
Secara klinis penyakit ini menyerupai hepatitis A namun masa inkubasinya
jauh lebih lama (1-6 bulan). Angka mortalitasnya cukup besar berkisar dari 1 %
-10 %. Gejala dan tanda-tanda hepatitis B dapat samar dan bervariasi. Smeltzer
(2002:1173)
Gejala paling awal dari hepatitis B dapat samar dan bervariasi. Panas dan
gejala pada pernafasan jarang dijumpai; sebagian pasien mungkin mengeluh
artralgia (yeri pada sendi) dan ruam.Pada pasien hepatitis B dapat mengalami
penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal yang
menimbulkan tidak enak badan dan demam. Biasanya suhu tubuh sedikit
meninggi tapi jarang sampai 39,50C lebih. Gejala ikterus dapat terlihat atau
kadang-kadang tidak tampak. Apabila terjadi ikterus gejala ini akan disertai
dengan tinja yang berwarna cerah dan urin yang berwarna gelap. Hati penderita
hepatitis B mungkin terasa nyeri saat ditekan dan menbesar hingga panjangnya
mencapai 12-14 cm. Limpa membesar dan pada sebagian kecil pasien dapat
diraba.Kelenjar limfe servikal posterior juga dapat membesar.Smeltzer
(2002:1174)
Diperkirakan 30% dari infeksi HBV asimtomatik.Walaupun pasien Non-
ikterik, tetapi menunjukkan gejala gastrointestinal dan mirif influenza.Pasien
demikian biasanya tidak terdiagnosis, kecuali ada riwayat yang jelas suatu
penularan atau pasien memang diikuti sehabis tranfusi darah, lalu dijumpai
11
keadaan-keadaan yang lebih parah dari gejala ikterus sampai Hepatitis viral yang
fulminan dan fatal.
Pada pemeriksaan fisik, kulit dan membrana mukosa tampak ikterik,
terutama sklera dan mukosa di bawah lidah.Hepar biasanya membesar dan nyeri
pada palpasi.Bila hati tidak dapat teraba dibawah tepi kosta, nyeri dapat
diperagakan dengan memukul iga dengan lembut diatas hepar dengan tinju
menggenggam.Sering ada splenomegali dan limfadenopati.(Ranuh, 2001)
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Pada
hepatitis memiliki fase-fase dalam proses penyakitnya, yakni:
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan,
rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
2.6 Klasifikasi
13
2) Diit.
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup
kalori.Pada stadium dini persoalannya ialah bahwa penderita
mengeluh mual, dan bahkan muntah, disamping hal yang menganggu
yaitu tidak nafsu makan.Dalam keadaan ini jika dianggap perlu
pemberian makanan dapat dibantu dengan pemberian infus cairan
glukosa.Bilamana nafsu makan sudah timbul, dan rasa mual sudah
berkurang, makanan penderita sebaiknya diganti dengan makan nasi
dengan diit kaya protein.Pemberian protein sebaiknya dimulai dengan
50 mg/kg BB, kemudian dinaikkan sedikit demi sedikit sampai
mencapai 100 mg/kg BB, dengan maksud untuk membantu
memperbaiki sel-sel parenkim hati.
3) Obat-obatan.
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat
memperbaiki kematian/kerusakan sel hati dan memperpendek
perjalanan penyakit hepatitis virus akut.
2.10 Pencegahan
21
1. Hepatitis A
Mencuci semua peralatan makanan sebelum dipakai
Mencuci sayuran sebelum dimasak dan masaklah sayuran
sampai benar-benar matang
Mencuci tangan sebelum makan
Imunisasi hepatitis
2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis
Melakukan hubungan seksual dengan sehat
Tidak bergantian dalam menggunakan jarum suntik
Hindari kontak dengan darah pasien yang terkena hepatitis B
3. Hepatitis C
Berhubungan seksual secara sehat
Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan masker
jika berkontak langsung dengan darah
Tidak menggunkan jarum suntik secara bergantian
Melakukan imunisasi hepatitis.
Ada beberapa upaya pencegahan umum yang dapat dilakukan untuk
penyakit hepatitis A ini, antara lain:
1. Menjaga kebersihan makanan dan minuman.
Ini dapat dicapai dengan memasak air dan makanan sampai
mendidih selama sekitar 10 menit.Mencuci dan mengupas kulit makanan
terutama yang tidak dimasak seperti buah-buahan sebelum
dihidangkan.Meminum air dalam kemasan dengan kualitas terjamin bila
sekiranya kualitas air minumnya non-kemasan tidak meyakinkan.
3. Mengisolasi penderita.
Disini perlu diingat bahwa virus sudah bisa ditularkan ke orang lain jauh
sebelum anak menunjukkan gejala sehingga mungkin upaya ini tidak
terlalu berhasil.
Selain pencegahan umum terdapat pula upaya pencegahan khusus yang
mencakup imunisasi pasif dan aktif.Imunisasi pasif diberikan sebelum dan setelah
paparan.Imunisasi pasif sebelum paparan diberikan kepada setiap orang yang
datang dari daerah non-endemis ke daerah endemis seperti Indonesia. Sedangkan
yang setelah paparan diberikan pada orang-orang yang tinggal serumah dengan
penderita, staf institusi tempat anak tersebut dititipkan dan pada wabah infeksi
virus Hepatitis A. Bila penderita ornag dewasa, yang perlu diberi imunisasi pasca-
paparan ini adalah kontak seksual mereka.
Pada imunisasi pasif, yang diberikan adalah normal human imunoglobulin
(NHIG) dengan atau tanpa vaksin Hepatitis A virus tergantung usia dan lama
kunjungan. Pada mereka yang telah terpapar virus Hepatitis A, NHIG tidak selalu
berhasil mencegah infeksi tetapi terbukti efektif (80-90%) memodifikasi penyakit
sehingga menjadi lebih ringan atau asimptomatis.Sayangnya, keefektifan ini
hanya bila NHIG diberikan dalam waktu kurang dari dua minggu setelah
terpapar.Bila sudah lewat dari batas waktu tersebut, keefektifannya
berkurang.Padahal kapan sebenarnya seseorang melai menularkan infeksi tidak
bisa diketahui dengan jelas. Kelemahan lain NHIG adalah daya proteksinya
singkat, harganya yang mahal dan sulit didapat.
Imunisasi aktif dilakukan dengan memberikan vaksin Hepatitis A pada
mereka yang termasuk kelompok risiko tinggi.Sasaran utamanya adalah setiap
anak yang berusia dua tahun ke atas.Sasaran lainnya adalah kelompok risiko
tinggi selain anak, yaitu penderita penyakit hati kronis dan kelompok sosial
ekonomi tinggi. Pemberian vaksin Hepatitis A ini bertujuan melindungi anak
terhadap infeksi
Pencegahan penyakit adalah penting sekali.Mengingat negara kita
penyakit HBV merupakan penyakit endemis yang ditemukan sepanjang tahun,
dengan insidensi tergolong tinggi, maka perlu sekali digalakkan pencegahan
23
b) Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif dapat diberikan dengan pemberian partikel HBsAg
yang tidak infeksius. Dikenal 3 jenis vaksin hepatitis B yaitu:
1) Vaksin yang berasal dari plasma
2) Vaksin yang dibuat dengan teknik rekombinan (rekayasa
genetik)
3) Vaksin polipeptida(Isselbacher, et al, Harrison, 2000)
Vaksin yang beredar di Indonesia antara lain:
1) Evvac-B (Aventis Pasteur), dosis dewasa 5ug, dosis anak 2,5 ug pada
ibu HbeAg (+) dosis 2 kali lipat.
24
BAB 3. PATHWAYS
26
27
4.1 Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Identitas klien perlu dikaji pada pasien dengan hepatitis, karena identitas
merupakan dasar dalam pengkajian untuk menggali informasi klien. Pada klien
dengan hepatitis tidak tergantung usia dan jenis kelamin namun biasanya lebih
sering menyer ang anak-anak dan usia dewasa muda karena terkait kebiasaan dan
kontak dengan agen. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat
kontak dengan orang yang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan
atau air minum atau dengan mekan kerang yang mengandung virus yang tidak
dimasak dengan baik. Untuk lingkungan sendiri, harus diketahui sanitasi
lingkungan klien, karena lingkungan yang tidak terjaga akan mejadi faktor resiko
kontak terhadap virus.
B. KELUHAN UTAMA
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu
makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA).Rasa pegal linu dan sakit kepala
pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.Dan ada beberapa tanda dan
gejala yaitu:
1) Meningkatnya suhu tubuh.
2) Anoreksia dan mual
3) Lemas dan cepat lelah
4) Nyeri pada abdomen kuadran kanan atas
5) Sakit kepala dan pusing
6) Kulit dan mata kuning
Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya inflamasi pada hepar karena invasi virus
akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan peregangan kapsula hati yang
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
28
E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Virus hepatitis B mulai menginfeksi janin melalui peredaran darah
2. Intra Natal
Ibu karier terhadap virus hepatitis B. Risiko penularan adalah paling besar
jika ibu juga HBeAg positif; 70-90% dari bayinya menjadi terinfeksi
secara kronis bila tidak diobati. Selama periode neonatal antigen hepatitis
pada B ada dalam darah 2,5% bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena
sehingga menunjukkan bahwa infeksi intrauterin terjadi. Pada kebanyakan
kasus antigenemia lebih lambat, memberi kesan bahwa penularan terjadi
pada saat persalinan; virus yang ada dalam cairan amnion atau dalam tinja
atau darah ibu dapat merupakan sumbernya. Walaupun kebanyakan bayi
yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi menjadi antigenemik dari usia 2-5
bulan. Beberapa bayi dari ibu positif-HBsAg tidak terkena sampai usia
lebih tua. Anderson dan Lorraine(1993.:441)
3. Post Natal (0-7 hari)
29
3. Pola eliminasi
Gejala: urine gelap, feses berubah warna
4. Pola aktifitas / istirahat
Gejala: Kelemahan, Kelelahan, Malaise
5. Pola Istirahat tidur
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Peka terhadap rangsang, Cenderung tidur, Letargi, Asteriksis
7. Pola konsep diri
8.
9. Pola Hubungan – Peran
10. Pola Seksual – seksualitas
Gejala: Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
11. Pola Mekanisme Koping
12. Personal Nilai dan kepercayaan
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan Umum
1 Keadaan Umum Kesadaran
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : menurun mmHg Suhu : ± 390C
Nadi : Bradikardi dan rabaan melemah
RR :- x/mnt
Tanda-tanda vital mengalami perubahan dikarenakan anoreksia dan
asupan nutrisi kedalam tubuh kurang dan tidak sedikit pasien datang dengan
keadaan colaps. Nadi bradikardi berhubungan dengan hiuperbilirubinema berat.
Tinggi badan : normal
Lingkar kepala : normal
Lingkar dada :-
Lingkar lengan atas :-
Berat badan sebelum sakit: normal
31
6. Keadaan punggung: -
7. Ekstremitas :Mengalami kelelahan, kelemahan
8. Genetalia & Anus :Terdapat diare / konstipasi
9. Pemeriksaan Neurologis : -
K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a) Albumin serum : Menurun
b) Darah lengkap : SDM menurun
c) SGOT / SGPT : Meningkat
d) Alkali fosfatase : Agak meningkat
e) Tes fungsi hati : Abnormal
f) Bilirubin serum : Di atas 2,5 mg/100 ml
g) Tes eksresi BSP : Kadar darah meningkat
h) Urinalisa: Peningkatan kadar bilirubin
i) Tinja: Pucat(abolis)
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine
dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2. Pemeriksan Rontgen Foto
Pada hepatitis A dan B berat, akan tampak: hepatomegali dan
splenomegali. Faktor-faktor resiko seperti rokok jamur, kelebihan zat dan
infeksi virus hepatitis B serta alcohol yang mengakibatkan sel-sel pada
hepar rusak serta menimbulkan reaksi hiperplastik yang menyebapkan
neoplastik hepatima yang mematikan sel-sel hepar dan mengakibatkan
pembesaran hati.
3. Biopsi hepar
4. USG Hepar
33
Melalui pemeriksaan USG hati, dapat dilihat adanya pembesaran hati serta
ada tidaknya sumbatan saluran empedu. Pembesaran hati (liver) dilihat
dengan mengamati bagian tepi hati. Tepi hati (liver) yang tumpul
menunjukkan adanya pembesaran hati (liver). Selain untuk melihat ada
tidaknya fibrosis (jaringan ikat), USG juga dapat digunakan untuk melihat
peradangan hati (liver) dengan mengamati densitas (kepadatan) hati (liver)
yang lebih gelap. USG hanya dapat melihat kelainan pada hepatitis kronis
atau sirosis. Pada hepatitis akut atau pada proses awal penyakit yang
belum mengakibatkan kerusakan jaringan, pemeriksaan USG tidak akurat.
Pemeriksan USG juga dapat digunakan untuk mengungkap diagnosis lain
yang terkait kelainan hati (liver), seperti tumor hati (liver), abses hati
(liver), radang empedu, dan lain-lain.
4.2 Diagnosa
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
kekuatan
2. gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat, muntah
3. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
muntahan
4. harga diri rendah berhubungan dengan ikterus
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Data Subjektif:
1. Pernah merasa nyeri kepala, nyeri hepar, dan artralgia.
2. Perubahan pada gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, dispepsia).
3. Berat Badan menurun.
4. Pernah mengalami peningkatan suhu tubuh disertai menggigil.
5. Cepat lelah, kurang enak yang tidak hilang dengan istirahat.
6. Pemajanan potensial pada virus hepatitis (suntikan obat0obatan terlarang,
transfusi darah, kontak seksual).
Data Objektif
1. Ikterik pada kulit dan sklera. Perhatikan ada petekie atau tidak.
2. Pembesaran kelenjar limfe
34
4.3. Perencanaan
1. Dx 1. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
penurunan kekuatan
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas kembali secara normal
Kriteria hasil : Kemampuan untuk melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan tirah baring / duduk 1. Meningkatkan istirahat dan
ketenangan, menyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuhan.
Aktivitas dan posisi duduk tegak di
yakini menurunkan aliran darah ke
kaki yang mencegah sirkulasi optimal
ke sel hati
2. Meningkatkan fungsi pernafasan dan
2. Ubah posisi dengan sering,
menimbulkan pada area tertentu untuk
berikan perawatan kulit yang
menurunkan resiko kerusakan
baik.
jaringan.
3. Memungkinkan periode tembahan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan
istirahat tanpa gangguan.
sesuai toleransi.
Intervensi Rasional
1. keletihan berlanjut menurunkan
keinginan untuk makan
1. Ajarkan dan bantu klien untuk
2. adanya pembesaran hepar dapat
istirahat sebelum makan
menekan saluran gastro intestinal
2. Awasi pemasukan diet/jumlah
dan menurunkan kapasitasnya.
kalori, tawarkan makan sedikit tapi
3. akumulasi partikel makanan di
sering
mulut dapat menambah bau dan
3. Pertahankan hygiene mulut yang rasa tak sedap yang menurunkan
baik sebelum makan dan sesudah nafsu makan.
4. menurunkan rasa penuh pada
makan
4. Anjurkan makan pada posisi duduk abdomen dan dapat
tegak meningkatkan pemasukan
5. glukosa dalam karbohidrat cukup
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah
efektif untuk pemenuhan energi,
lemak
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga
akan membebani hepar
Intervensi Rasional
1. kaji intensitas nyeri pasien 1. mengetahui tingkat keparahan
dari nyeri yang dirasakan pasien
2. berikan posisi myaman pada
2. posisi yang nyaman akan
pasien
membuat nyeri pasien semakin
berkurang
3. ajarkan teknik relaksasi pada 3. teknik relaksasi dilakukan dengan
klien tujuan mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien
4. pemberian analgesik non
4. diskusikan dengan tim
hepatotoksi dilakukan supaya
kesehatan lain tentang
dapat mengurangi nyeri tanpa
pemberian analgesic pada
merusak lebih parah fungsi hati
pasien yang tidak mengandung
hepatotoksi
4.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang ada
4.5 Evaluasi
37
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
38
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang
ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (HAV=Virus
Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya
melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas
sexual atau melalui darah. Sedangkan hepatitis B (HBV) yang dahulu disebut
hepatitis serum adalah suatu proses nekroinflamatorik yang mengenai sel-sel hati
yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).
Gejala hepatitis A biasanya muncul akut, seperti gejala flu, mual, demam
pusing yang terus menerus.Namun pada anak-anak kadang kala tidak timbul
gejala yang mencolok hanya demam tiba-tiba, hilang nafsu makan.Pada pasien
hepatitis B dapat mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen,
pegal-pegal yang menimbulkan tidak enak badan dan demam. Biasanya suhu
tubuh sedikit meninggi tapi jarang sampai 39,5 0C lebih. Gejala ikterus dapat
terlihat atau kadang-kadang tidak tampak. Apabila terjadi ikterus gejala ini akan
disertai dengan tinja yang berwarna cerah dan urin yang berwarna gelap. Hati
penderita hepatitis B mungkin terasa nyeri saat ditekan dan menbesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm. Limpa membesar dan pada sebagian kecil pasien
dapat diraba.Kelenjar limfe servikal posterior juga dapat membesar.Smeltzer
(2002:1174)
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu menggali kembali informasi terkait hepatitis dan
asuhan keperawatan pada pasien hepatitis.
b. Mahasiswa mampu berinovasi dan mengaplikasikan keilmuwannya terkait
penanganan hepatitis
5.2.2 Bagi Perawat
a. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien hepatitis dengan asuhan
yang benar dan sejalan dengan literatur dan informasi yang ada
39
DAFTAR PUSTAKA
40