Anda di halaman 1dari 9

us dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas

furunkel, abses, scarlet fever, atau sepsis.


a. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita
immunokompromis, dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi,
Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe
terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-opak pada
kedua paru.
b. Reye sindrom
letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan
perubahan sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau
ensefalitis. Reye sindrom terutama terjadi pada pasien yang
menggunakan salisilat, sehingga pada varisela penggunaan varisela
harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan SGOT, SGPT serta amonia.
c. Ensefalitis
Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas.
Dijumpai 1 pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala
ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya
ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3
tahun dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah
tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala.
19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid lengan dan
tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari perawatan.
d. Hemorrargis varisela
terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi
hemorrargis varisela dapat menyebabkan idiopatik koagulasi
intravaskuler diseminata (purpura fulminan).

A. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada anamnesis ditemukan adanya kontak dengan penderita
varisela atau herpes zoester. Pada anak-anak gejala prodromal adalah
ringan, terdiri atas malaise, nyeri kepala dan demam timbul sebelum
erupsi keluar. Pada orang dewasa gejala prodromal lebih berat dan
lebih lama. Tingginya demam sesuai dengan luasnya lesi bahkan
terkadang mencapai 40-41°C selama 4-5 hari. Pada beberapa penderita
juga sering disertai rasa gatal.
Pada pemeriksaan fisik lokalis, lesi menyebar di seluruh tubuh
dimulai dari suatu vesikula dan akan berkembang lebih banyak
diseuruh tubuh. Sering terdapat vesikula pada mukosa lain seperti pada
konjungtiva. Setelah 5 hari kebanyakan lesi mengalami krustasi dan
lepas dalam waktu 1-3 minggu. Penyakit ini dianggap dapat menular
sejak 4 hari sebelum erupsi timbul sampai 5 hari sesudah erupsi
timbul. Ciri khas infeksi virus pada vesikula adalah terdapat bentukan
umbilikasi (delle) yaitu vesikula dimna bagian tengahnya cekung ke
dalam.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal sekunder dari
kerusakan saraf perifer kulit.
b. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur
kulit.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidakadekuat sumber
informasi, risiko penularan, ketidaktahuan program perawatan dan
pengobatan.

3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal sekunder dari
kerusakan saraf perifer kulit.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau
teradaptasi
Kriteria evaluasi :
 Secara subjektif ,melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4)
 Dapat mengidentifikasi aktivitas yag meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
 Pasien tidak gelisah
INTERVENSI RASIONAL
Menjadi parameter dasar untuk
1. Kaji nyeri dengan pendekatan mengetahui sejauh mana intervensi
PQRST yang perlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi
manajemen nyeri keperawatan.

ii
Pendekatan dengan menggunaan
2. Jeleskan dan bentu pasien relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
dengan tindakan pereda nyeri telah menunjukkan kefektifan dalam
nonfarmakologidan non-invasif. mengurangi nyeri

Posisi fisiologis akan meningkatkan


3. Lakukan manajemen nyeri asupan oksigen ke jaringan yang
keperawatan : mengalami iskemia.
Atur posisi fisiologis

Istirahat akan menurunkan kebutuhan


Istirahatkan pasien oksigen jarigan perifer dan akan
meningkatakan suplai darah ke
jaringan yang mengalami
peradangan.
Lingkungan tenang akan menurunan
Manajemen lingkungan: stimulus nyeri eksternal dan
lingkungan tenang dan batasi pembatasan pengunjung akan
pengunjung. membantu meningkatkan oksigen
ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan.

Ajarkan tehnik relaksasi Meningkatkan asupan oksigen


pernafasan dalam. sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari iskemia jaringan
Ajarkan tehnik distraksi padasaat Distraksi (pengalihan perhatian)
nyeri dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan presepsi nyeri.

Lakukan manejemen sentuhan Manejemen sentuhan pada saat nyeri


berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan oksigen ke area nyeri
dan menurunkan sensasi nyeri.
4. Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan yang akan dirasakan
sebaba-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya dan
menghubungkan berapa lama dapat membantu mengembangkan
nyeri akan berlangsung kepatuhan pasien terhadap rencana

iii
terapeutik.

5. Kolaborasi dengan dokter: Analgetik memblok lintasan


Pemberian analgetik nyerisehingga nyeri akan berkurang.

b. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik


Tujuan : dalam waktu 1x24 jam perawatan suhu tubuh menurun
Kreteria evaluasi :
 Suhu tubuh normal 36-37°C

INTERVENSI RASIONAL
Peningkatan suhu tubuh yang
1. Monitor suhu tubuh pasien berkelanjutan pada pasien varisela akan
memberikan komplikasi pada kondisi
penyakit yang lebih parah (seperti
ensefalitis pascavarisela dan pneumonia
pascavarisela) efek sekunder dari
peningakatan tingkat metabolism umum
dan dehidrasi akibat hipertermi.

2. Beri kompres dingin di Memberikan respon dingin pada pusat


kepala dan aksila pengatur panas pada pembuluh darah
besar.

3. Pertahankan tirah baring total Mengurangi peningkatan proses


selama fase akut metabolism umum.

4. Pertahankan asuapan cairan Selain sebagai pemenuhan hidrasi tubuh,


minimal 2.500 ml sehari juga akan meningkatkan pengeluaran
panas tubuh melalui sistem perkemihan,
maka panas tubuh juga dapat keluar
melalui urine.

iv
5. Kolabolasi pemberian Analgetik diperlukan untuk penurunan
analgetik-antipiretik respon nyeri. Antipiretik diperlukan
untukmenurunkan panas tubuh dan
memberikan umtuk menurunkan panas
tubuh dan memberikan perasaan nyaman
pada pasien.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur


kulit.
Tujuan : dalam 1x24 jam citra tubuh pasien meningkat.
Kriteria evaluasi :
 Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
 Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji perubahan dari gangguan Menetukan bantuan individual dalam
persepsi dan hubungan dengan menyusun rencana perawatan dan
derajat ketidakmampuan pemilihan intervensi

2. Identifikasi arti dari kehilangan Bebrapa pasien dapat menerima


atau disfungsi pada pasien secara efektif kondisi perubahan
fungsi yang dialaminya, sedangkan
yang lain mempunyai kesulitan
dalam menerima perubahan fungsi
yang dialaminya sehingga
memberikan dampak pada kondisi
koping maladaptif
3. Anjurkan orang yang terdekat Menghidupkan kembali perasaan
untuk mengizinkan pasien kemandirian dan membantu
melakukan hal-hal sebanyak- perkembangan harga diri, serta
banyaknya untuk dirinya memengaruhi proses rehabilitas

4. Dukung perilaku atau usaha Pasien dapat beradaptasiterhadap


seperti peningkatan minat atau perubahan dan pengertian tentang
partisipasi dalam aktivitas peran individu masa mendatang
rehabilitasi

5. Monitor gangguan tidur Dapat mengindikasikan terjadinya


peningkatan kesulitan depresi yang umumnya terjadi di
konsentrasi, latergi, dan mana keadaan ini memerlukan
withdrawl intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

v
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidakadekuat sumber
informasi, risiko penularan, ketidaktahuan program perawatan dan
pengobatan.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksankan apa
yang telah diinformasikan
Kriteria evaluasi :
 Pasien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan
penyakit yang ditujukan oleh kegagalan kontak paien.

INTERVENSI RASIONAL
1. Mengidentifikasi orang lain yang Orang yang terpajan ini perlu
beresiko. Contoh anggota rumah, program terapi obat untu mencegah
sahabat penyabaran infeksi

2. Kaji tindakan. Kontrol infeksi Dapat membantu menurunkan rasa


sementara, contoh keberdsihan terisolasi pasien dengan membuang
diri dan kontak langsung kulit stigma sosial sehubungan dengan
penyakit menular

3. Identifikasi faktor risiko individu Pengetahuan tentang faktor ini


terhadap peningkatan berulang membantu pasien untuk mengubah
virus pola hidup dan menghindari insiden
eksaserbasi yang bisa menyebabkan
kondisi herpes zoster

4. Tekankan pentingnya tidak Periode singkat berakhir 2 sampai 3


menghentikan terapi obat hari sedangkan risiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 1
bulan

5. Anjurkan intervensi untuk Intervensi mencegah infeksi


mencegah infeksi sekunder sekunder dilakukan untuk
menurunkan invasi bakteri terhadap
adanya pintu masuk kuman melalui
lesi kulit varisela, melalui tindakan
berikut:
 Membersihkan kulit sesering
mungkin dengan air bersih dan
sabun
 Menjaga kebersihan tangan
 Memotong kuku pendek
 Menggunakan pakaian tetap
kering dan bersih.

vi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster ini
pada dasarnya menyerang kepada tubuh orang yang belum pernah
terserang oleh virus tersebut, namun apabila tubuh orang tersebut pernah
terinfeksi virus varicella zoster maka tubuh orang tersebut akan
membentuk anti body terhadap virus varicella zoster sehingga dimasa
mendatang tidak akan terserang penyakit tersebut lagi, namun jika
kekebalan tubuh orang tersebut sedang tidak baik dan ketika pengobatan
tidak tuntas maka virus tersebut dapat hidup kembali dalam tubuh
penderitanya.
Menjaga kebersihan tubuh juga sangat dianjurkan sebagai
pencegahan terhadap virus tersebut seperti menjaga kebersihan tangan,

vii
memotong kuku dan mandi dan berganti pakain, Pemberian vaksin efektif
melindungi 80-85% terhadap penyakit varicella dan efektif 95% mencegah
varicella yang berat.

B. Saran
Dikarenakan virus ini lebih banyak menyerang anak-anak,
sebaiknya bagi ibu-ibu jangan panik terlebih dahulu apabila buah hatinya
mengalami gejala terserang infeksi virus varicella, berikan pertolongan
kepada anak dengan melakukan kompres dingin pada kulit yang terkena
agar rasa gatal berkurang dan mengurangi garuk-garuk yang dapat
menyebabkan infeksi, biarkan agar seluruh macula keluar dengan
sendirinya dan pecah dengan sendirinya pula.
Jangan lupa berikan vaksin kepada buah hati anda pada usia 5
tahun atau ketika anak baru memasuki pendidikan Taman Kanak-kanak,
dan bagi orang dewasa jangan lupa menjaga kebersihan diri agar tidak
terserang virus varicella tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amin HN. Hardi K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA (North American Nursing Dioagnosis Association) NIC NOC.
Yogyakarta: MediAction.

Arif Muttaqin. Kumala Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Integumen. Salemba Medika.

Arif Mansjoer. Suprohaita. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapis

http://www.kerjanya.net/faq/6610-varicella.html

http://referensikedokteran.blogspot.co.id/2010/07/varicella.html

viii
http://perawat93.blogspot.co.id/2015/09/varisela-cacar-air.html

ix

Anda mungkin juga menyukai