4. Stewing (menggulai)
Stewing adalah mengolah bahan makanan dengan cairan berbumbu,
api sedang dan sering diaduk. Cairan yang bisa digunakan seperti: susu,
santan, kaldu. Prinsip dasar Stewing:
Bahan makanan dipotong-potong terlebih dahulu, lalu diblanch
Untuk ikan dimarinate dengan bumbu terlebih dahulu
Bila menggunakan saus, saus dapat dikentalkan dengan tepung
Kriteria hasil masakan yang diolah dengan teknik Stewing:
Bentuk potongan bahan sama dan rapi
Tidak hancur dan keras
Warna tidak luntur
Saus kental (Karina et al,2017)
5. Blanching (blansir)
Blanching adalah memasak dengan cara memasukikan bahan makanan
kedalam cairan mendidih yang diberi garam dan dalam waktu yang singkat. Makanan
setelah diangkat langsung direndam dalam air dingin/air es yang bertujuan untuk
menghentikan proses pemasakan dan untuk mempertahankan warna bahan makanan
agar tidak berubah.
Tujuan Blanching:
a. Membebaskan bahan makanan dari kotoran dan lemak (daging,unggas,
tulang) sebelum diproses.
b. Membuang kulit atau bagian yang tidak diperlukan, misalnya pada waktu
mengupas tomat, mencabut bulu ayam, dll
c. Membuat lapisan pelindung dan memudahkan membuang kotoran. Lapisan ini
berguna untuk melindungi sari makanan yang ada pada tulang, selanjutnya
dicuci dengan air dingin.
d. Contohnya dalam pembuatan stock. Membuat bahan makanan menjadi
setengah matang, kemudian dimatangkan lebih lanjut.
e. Membuat tekstur bahan makanan menjadi lebih kental misalnya otak, sumsum
tulang dll dengan tujuan untuk memudahkan pemotongan.
f. Membunuh atau menghentikan reaksi enzim makanan misalnya sayuran atau
buah yang akan disimpan di dalam freezer untuk menghentikan kerja enzim
sehingga warna dan tekstur sayuran / buah dapat dipertahankan lebih lama
atau mudah rusak dalam penyimpanan.
Blanching selain dilakukan pada media air juga dapat dilakukan dengan minyak
panas. Contoh : blanching yang dilakukan ppada proses awal pembuatan French fried
potatoes sebelum digoreng untuk yang kedua kalinya. Proses ini bertujuan untuk
mendapatkan tekstur yang empuk dibagian dalam dan renyah dibagian lua setelah
penggorengan yang kedua (Karina et al,2017).
Prinsip dasar Blanching:
Cairan (air atau minyak) didihkan sampai suhunya 100ºC, setelah itu bahan
makanan dimasukkan
Bahan makanan harus seluruhnya terendam dalam cairan
Blanching hanya diperlukan pada bahan makanan yang perlu dimasak
terlebih dahulu atau masak setengah matang. Contoh: tomat
Kriteria hasil masakah yang diolah dengan teknik Blanching/Blansir:
Daging/tulang bersih dari kotoran/darah/lemak
Warna sayuran cerah, tekstur agak keras
sayuran tertentu mudah dikupas (Sundari et al, 2015).
Boiling
Simmering
Poaching
Blansing
Stewing
Hal utama yang harus diingat dari terhadap hasil dari memasak ialah
dipengaruhi oleh besarnya pemberian panas, dan lama pemberian panas.
Ketrampilan ini hanya dapat anda peroleh melalui pengalaman praktek yang sering
dilakukan. Pada penjelasan di atas di sebutkan bahwa manfaat memasak salah
satunya adalah merubah nilai gizi, namun terdapat pula teknik masak tertentu dapat
mengurangi nilai gizi. Inilah yang menjadi pembeda anda sebagai ahli gizi
dengan seorang Juru Masak. Konsep penyelamatan Nilai Gizi juga menjadi
perhatian (Karina et al,2017).
Suatu contoh beberapa zat gizi hilang saat makanan dimasak. Menggunakan
metode memasak yang berbeda dapat membantu mengurangi kerugian. Misalnya
mengukus sayuran daripada mendidih. Banyak Vitamin yang sensitif terhadap
berbagai unsur dan mudah hancur saat terkena panas, udara, air, atau minyak goreng.
Pengecualiannya adalah vitaminK dan vitamin B niasin, yang sangat stabil dalam
makanan. Untuk mengurangi hilangnya Vitamin A dan E yang larut dalam lemak,
masak dengan sedikit minyak sedikit menjadi pilihan yang bijak, misalnya
memanggang. Untuk mengurangi hilangnya vitamin C yang larut dalam air dan
mengandung oksigen, buah dan sayuran harus dimasak dengan menggunakan sedikit
air dan waktu memasak yang tidak terlalu lama (Karina et al,2017).
Panas yang berlebihan akan menyebabkan makanan menjadi kering, gosong,
menyusut bahkan hancur, sebaliknya bila panas kurang tepat, menyebabkan lama
memasak, zat gizi berkurang, aroma makanan yang diinginkan tidak timbul,
menyerap minyak, sehingga ketrampilan ini yang membedakan hasil masakan
berbeda satu sama lain(Karina et al,2017).
Metode pemasakan mempengaruhi kandungan antioksidan sayuran baik
secara positif (meningkatkan) atau cara negatif (menurunkan). Namun demikian,
secara umum, pemasakan lebih banyak menurunkan kandungan antioksidan sayuran.
Pengaruh pemasakan pada kandungan antioksidan dari sayur terutama disebabkan
oleh pelunakan atau denaturasi jaringan tanaman atau gangguan seluler dan
pemisahan beberapa senyawa fenolik dari struktur selular. Untuk beberapa sayuran,
metode memasak tidak berpengaruh di mana konten dan aktivitas antioksidan tetap
sama, sebelum dan setelahmemasak. (Ramadhan et al, 2014).