Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti


“ras” dan warga yang berarti “anggota”. Keluarga adalah lingkungan di mana
terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara
individu tersebut.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten di mana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-
negara maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertensi masih rendah
presentasinya. Walaupun demikian bukan berarti ancaman penyakit hipertensi
diabaikan begitu saja. Bagi masyarakat golongan atas hipertensi benar-benar
menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu : 2000).
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-
rata 20 %.Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat.
Di negara Indonesia rata-rata 6-15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena
jumlah anak di bawah 15 tahun di negara Indonesia lebih kurang 15 % dari
populasi (Rahayu : 2000).
Hipertensi merupakan faktor risiko, primer yang menyebabkan penyakit
jantung dan stroke. Hipertensi disebut juga sebagai The Silent Disease karena
tidak ditemukan tanda –tanda fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin: 1991).
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai
Heterogenus Group of Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak
terkontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan
jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering
adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati: 2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi
sering ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun ke atas (Sri Rahayu:
2000: 7).
Untuk mencegah komplikasi diatasi sangat diperlukan perawatan dan
pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit
kardiovaskular dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang
kurang sehat dalam mengonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya
hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta merubah kebiasaan hidup
lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok,
minum-minuman beralkohol. Adapun faktor dietik dan kebiasaan makan yang
mempengaruhi tekanan darah yang meliputi, cara mempertahankan berat badan
ideal, Natrium klorida, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan Alcohol. (Dr.
Wendra Ali. 1996: 3, 20, 21).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti:
1. Ke tidak patuthan diit rendaah garam dan
rendah lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita.
3. Sumber daya keluarga kurang.
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan
tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran
dan berkurangnya pendapatan. Keluarga).
Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul,
bagaimana manifestasinya, dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan
untuk kasus ini masih memerlukan kajian yang lebih mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KELUARGA
1. Pengartian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis
Maglaya 1989).
2. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya ,
ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan
peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, social dan spiritual.

B. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai
berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

C. Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
1. Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam
keluarga dan sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma
atau budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang
sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan
keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :
sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah
yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,
mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber-
sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial),
mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga
4. Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5. Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
D. Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana
keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola
otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
 Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di
sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediaman kaum kerabat istri.
 Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum
kerabat suami.
 Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
 Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat
suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum
kerabat istri pada masa tertentu pola (bergantian).
 Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata
tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri.
 Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang
suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara
laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami.
 Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan
istri masing-masing hidup terpisah dan masing-masing dari
mereka juag tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
 Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-
laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).
 Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
 Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.

E. Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem
suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-
adik). Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan
perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit membangun
keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan
yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem
tersebut dari yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan
dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk
sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi
transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab
terkait dengan relasi orang tua dan anak.

F. Deskripsi Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan
sistolik dan diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya
kompilikasi penyakitt kardiovaskuler. (Soekarsohardi, 1999: 151).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di
atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan
diastolic diatas standar dihubungkan dengan usia. (Gede Yasmin,
1993: 191).
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik diatas normal sesuai umur dan merupakan salah
satu factor resiko terjadinya kompilkasi penyakit kardiovaskuler.
2. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori:
a. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang
jelas. Berbagai faktor yang turut berperan sebagai
penyebab hipertensi seperti berrtambahnya usia , factor
psikologis , dan keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti
stenosis arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio
aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian
oral kontrasepsi. Adapun factor pencetus hipertensi seperti,
keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan,
pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi
Purwati, 2000 : 25 )
3. Patofisiologi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk
memompakan darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung
pada factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan
normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh
yang meningkat diperlukan peningkatan kardiak output dan
tekanan perifer menurun.
Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan
kardiak ouput. Dalam sistem Renin – Angiotensien – aldosterone
pada pathogenesis hipertensi, glandula supra renal juga menjadi
faktor penyebab oleh karena faktor hormon. Sistem Renin
mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angiotensin
I menjadi angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus
pereifer yang mengaktifkan sistem simpatik dan menyebabkan
retensi vaskuler perifer meningkat. Disamping itu angiotensin II
mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk
mengeluarkan aldosteron yang akan meningkatkan extra Fluid
volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan
meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan kardiak output.
(Jurnlistik international cardiovaskuler,1999).

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Edward K Chung, 1995
adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan artei tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini
meruapakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan. Peninggian tekanan darah kadang-
kadang merupakan satu-satunya gejala . Bila demikian gejala
baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak,
atau jantung,. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan mata,
dan kerusakan pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2000: 22,23 dan
patologi penyakit jantung RSUD. dr Soetomo,1997).
Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan diit
b. Berolah raga
c. Obat-obatan penurun takanan darah antara lain : ga secara
teratur
d. Menghilangkaan rasa takut
a) Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
b) Betabloker :Proparnolol, dll.
c) Alfabloker : Prazosin dll.
d) Penghambat ACE : Kaptopril dll.
e) Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi
FKUI,1995)
5. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita
hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu
keadaan berat badan, derajat hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya
komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi,
diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam
bahan makanan. Makan biasa (untuk orang sehat rata-rata
mengandung 2800 - 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium
berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu
memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan
sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk
menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah
yaitu:
a. Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet
dengan mengkonsumsi Makanan tanpa garam.Garam dapur
mempunyai kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya
antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan
atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam
saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan
diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut:
1) Jangan menggunakan garam dapur
2) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie,
mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis,
sosis dan lain-lain.
3) Hindari bahan makanan yang diolah dengan
menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap
rasa seperti saos.
4) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan
yang mengandung sodium. Batasi minuman yang bersoda
seperti cocacola, fanta, sprite.
b. Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol,
trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol
berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan
dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung
kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning
telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah
kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero serta
menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
1) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine
dan mentega.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
3) Gunakan susu full cream.
4) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir
per minggu.
5) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis
kacang-kacang lainnya.
6) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-
manis seperti sirup, dodol.
7) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah –
buahan.
c. Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan
akan beresiko tinggi terkena hypertensi. Salah satu cara untuk
menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar
berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan
nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan
energi atau 500 kalori untuk penurunan 0,5kg berat
badab per minggu.
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi
kebutuhan zat gizi.
3) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Dampak masalah.
1. Terhadap individu.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan
klien terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul
tanpa gejala yang khas.
b) Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan
kepala pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-
mual dan muntah.
c) Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan
tersinggung.
d) Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering
terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher
bagian belakang.
e) Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan
prosedur pengobatan yang lama ,diet, olah raga, merokok,
minuman beralkohol.
f) Pada pola tata nilai dan kepercayaan.
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya
dan merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.
2. Terhadap keluarga
a) Merepotkan dalam memberikan perawatan,
pengaturan diet, mengantar kontrol dan manambah beban
biaya hidup yang terus - menerus.
b) Produktifitas menurun.
Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan
sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, maka
akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk kegiatan
seperti semula.
c) Psikologi
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.
3. Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan
terjadi perubahan peran dalam masyarakat Selain itu akan
menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya.
4. Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin
meningkat,maka akan terjadi beban pelayanan kesehatan di
masa yang akan datang.

G. Pengkajian
Anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan
pemeriksaan fisik. Metode pengkajian yang digunakan untuk
mengoptimalkan hasil yang diperoleh meliputi beberapa cara di
antaranya head to toe, teknik persistem, maupun berdasarkan atas
Pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan berbagai metode
pengkajian seperti kebutuhan dasar manusia.
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan
penanggungjawabnya.
2. Keluhan utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasa nya sering
mengalami sakit kepala, mengeluh sakit pada tengkuk kepala, mata
berkunang-kunang. Biasanya dibawa kepelayanan kesehatan atau
puskesmas.
3. Riwayat penyakit
Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena riwayat
kesehatan terutama berhubungan dengan hipertensi sangat
membantu dalam menentukan diagnosa.
4. Data Bio-Psiko-Sosial-Spritual
Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan berbagai
metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara umum
menjadi data subjektif dan objektif.
5. Data subjektif
Adanya keluhan tentang penyakit hipertensi. Seperti mengeluh
pusing, sakit kepala, sakit pada tengkuk kepala dll.
6. Data objektif: factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis
kelamin, umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok,
alcohol dan social ekonomi, tampak gelisah, terlihat lemah,
penurunan kesadaran,.

H. Rencana asuhan keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan
diet pada klien hipertensi adalah:
1. Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai
salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2. Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang
tepat dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar.
3. Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi
klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
tepat.
4. Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah
garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
5. Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang
manfaat tanaman obat tersebut.

I. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi. (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan
khusus diet pada klien hipertensi adalah:
1. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
a. Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas
pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
2) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan
sesuai anjuran.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang
benar bagi penderita hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya
menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi.

d. Rasional
1) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga
menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan
motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi untuk
klieh hiperetensi.
2) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan
makanan yang rendah garam.
2. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet
terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari
pengaturan diet.
a. Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk
klien hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet
bagi klien hiperetensi
2) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien
hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada keluarga
tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada keluarga jenis
untuk klien hipertensi.
d. Rasionalisasi
1) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu
melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi.
2) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita
hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi
penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara
pengolahan makanan dalam jumlah yang benar.
a. Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet
khusus untuk penderita hipertensi.
2) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam
jumlah yang tepat bagi klien hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beriakan penjelasan kepada klien dan
keluarga cara pengolahan makanan untuki klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien
hipertensi.
3) Beri contoh sederhana kepada klien dan
keluarga untuk memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.
d. Rasionalisasi.
1) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga
dapat cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
2) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang
dianjurkan.
3) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan
dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu
menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
4. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
a. Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari
mengkonsumsi makanan yang rendah garam.
b. Kriteria hasil
1) Klien dan keluarga dapat
menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam.
2) Klien dan keluarga dapat
menjelaskan jenis makanan yang banyak mengandung garam.
3) Klien dan keluarga mau berubah
kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
c. Rencana tindakan.
1) Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang pengaruh garan terhadap klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga jenis makana yang banyak mengandung garam.
3) Beri motivasi kepada klien dan
keluarga bahwamereka mampu untuk merubah kebiasaan yang
kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan
untuk merubah.
d. Rasional
1) Diharapkan klien dan keluarga
memahami dan mengerti tentang pengaruh garam terhadap klien
hipertensi.
2) Diharapkan klien dan keluarga
dapat menghindari makanan yang banyak mengandung garam.
3) Dengan diberi motivasi diharapkan
klien dan kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak sehat
menjadi sehat.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman
obat keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari
tanaman obat keluarga.
a. Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber
tanaman obat keluarga.
b. Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat
membantu untuk pengobatan hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat
Toga.
2) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan
jenis tumbuhan/tanaman yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
3) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar
berusaha memiliki tanaman obat keluarga.
d. Rasional
1) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat
Toga.
2) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman
yang dapat menurunkan tekanan darah.
3) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat
mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan.
J. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai
(out put) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga
dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa
dimensi:
a. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari
tindakan keperawatan.
b. Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka
dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c. Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
d. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt
Care, 1989: 97).
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan terapi. Edisi IV: FKUI. 1995. Jakarta

Ir.Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien hipertensi. Jakarta

Jurnalistik Guedilines for the management hipertention:1997

Jurnalistik International of Cardiovasculer Medicine,Surgery and pathology:


1997

Marcia Stanhope dan Ruth N. Knollmueler. 1997. Keperawatan Komunitas dan


kesehatan rumah ,pengkajian intervensi dan penyuluhan: buku kedokteran
EGC. Jakarta

Nasrul Effendi editor Yasmin Asih. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan


Komunitas edisi II: buku kedokteran EGC. Jakarta

Patologi hipertensi Lab. SMF. Penyakit jantung. RSUD. Dr. Soetomo: 1997.
Surbaya

Prof. Dr. Moerdono. 1994. Masalah hipertensi: Penerbit Bhrata Karya Aksara.
Jakarta.

Proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistim kardiovasculer. Editor Ni


Luh Gede Yasmin S.Kp: Penerbit buku kedokteran EGC I: 1993 Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai