Agama
Agama
Agama Islam
3. Contoh Khutbah
Khutbah Singkat
Khutbah Singkat
Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa, adalah ‘perkataan yang disampaikan di atas mimbar’. Sebagian ulama
mendefinisikan “khotbah” sebagai ‘perkataan tersusun yang mengandung nasihat dan informasi.
Khutbah yang disyari’atkan dalam Islam, yaitu khutbah jumat, khutbah, Idul Adha, khutbah Idul
Fitri, khutbah pada shalat istisqa (shalat minta hujan), khutbah nikah dan khutbah tatkala wuquf
di ‘Arafah. Dari sejumlah jenis khutbah yang ada, hal yang paling penting diketahui yaitu
mengenai khutbah jumat. Karena memang, khutbah Jumat itu memerlukan rukun yang harus
terpenuhi, agar bisa sah secara aturan. Bilamana salah satu rukun itu tidak terpenuhi, maka
khutbah tidak sah.
A. Syarat Khatib.
1. Memahami tentang ajaran Islam atau tema yang akan disampaikan di mimbar.
2. Memahami dan mengetahui betul mengenai syarat, rukun dan sunahnya khutbah.
3. Mampu melafalkan syahadat, salawat, Al-Qur’an dan hadis secara baik dan benar.
4. Sudah baligh, berakal sehat dan berakhlak baik.
5. Dipandang sebagai orang terhormat dan disegani
C. Rukun Khutbah
Khutbah memenuhi rukun-rukunnya sebagai berikut :
1. Mengucap hamdalah dan puji-pujian kepada Allah Swt. Khutbah jumat itu wajib
dimulai dengan hamdalah, yaitu lafaz yang memuji Allah Swt.
2. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah. Pendeknya, minimal ada kata
alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.
3. Membaca syahadat tauhid dan syahadat rasul. Misalnya dengan kalimat, “asyhadu
allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhμ wa rasuluh.”
4. Membaca salawat Nabi Muhammad Swt., misalnya “Allahuma shalli ‘ala
Muhammad wa ala ali sayidana Muhammad”
5. Berwasiat memberi nasehat untuk menyampaikan ajaran tentang akidah, ibadah,
akhlak, muamalah yang bersumber dari Allah Swt.
6. Membaca ayat Al–Qur’an pada salah satu dua khutbah.
7. Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz doa yang intinya meminta kepada
Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummagfir lil muslimin wal
muslimat ( Ya Allah, ampunilah orang-orang muslim laki dan wanita). Atau kalimat
Allahumma ajirna minannar ( Ya Allah, selamatkan kami dari api neraka).
1. Khatib berdiri diatas mimbar sebelah kanan tempat berdiri imam salat
2. Mengawali khutbahnya dengan memberikan salam.
3. Khutbah hendaknya jelah, mudah dipahami, tidak telalu panjang atau pendek.
4. Berkhutbah menghadap kepada jamaah khutbah.
5. Menertibkan tiga rukun yaitu puji-pujian, shalawat dan nasihat.
6. Membaca Al Ikhlas ketika duduk diantara dua khutbah.
7. Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dua khutbah.
Contoh Khutbah
Khutbah Pertama:
َ َو لم ۡن،سنَا
،سيلّئ َاتلأ َ ۡع َما للنَا َونَعُ ۡوذُبلاللّٰ له لم ۡنش ُُر ۡو لرأ َ ۡنفُ ل،ـح َم ُدهُ َونَ ۡست َ لع ۡينُهُ َونَ ۡست َ ْغ لف ُر ُه ۡ َن، َب ۡال هعَلَ لمين ُِلل َر ّ ل ۡالـ َح ۡمد ل ّ ه
،ُلي لَه ۡ ۡ ُ َو َم ۡني،ُاِلُ َف ََل ُم لضلَّلَه ّٰ َم ۡن َي ۡه لد له
َ ض للل َف ََل َهاد
،ُسولُه ُ َوأ َ ۡش َه ُدأَنَّ ُمـ َح َّمدًاع َۡب ُده َُو َر،نَلإل هل َه لإ ََّّلاللّٰ ُه َو ۡح َده ََُلش لَر ۡيكَ لَه َّ َ أ َ ۡش َه ُدأ
َ و َم ۡنتَبلعَ ُه ۡم لب لإ ۡح،ين
.سانٍ لإ َلىيَ ۡو لم ال ّد ۡلين َ ص َحابل لهأ َ ۡج َم لع ۡ َ علَىآ لل له َوأ َ س للّ ۡم َعلَى َم َح َّمد ٍَو
َ ص للّ َو َ اللّٰ ُه َّم
. َعتل له لَ َعلَّكُمۡ ت ُۡر َح ُم ۡونَ ىاِلل تَ َع هالى َو َطا ّٰ أ ُ ۡو لص ۡيك ُۡم َونَ ۡفسلي لبت َ ۡق َو،َّٰللالّٰ فَ َيا لع َباد
( َٱِلَ حَقَّ تُقَاتل لۦه َو ََّل ت َ ُموت ُنَّ إل ََّّل َو أَنت ُم ُّم ۡس لل ُمون َّ ) هيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّ لذينَ َءا َمنُوا ٱتَّقُوا:الي فلي ۡالقُ ۡر ها لن ۡالك لَر ۡي لم ّٰ قَا َل
ّٰللاُ ت َ َع ه
ُسولَه َّ ص لل ۡح َلكُمۡ أ َ ۡع َمالَكُمۡ َو َي ۡغ لف ۡرلَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ ۞ َو َم ۡن يُ لط لع
ُ ّٰللاَ َو َر ۡ ُسدليدًا ۞ي َ ٱِلَ َوقُولُوا قَ ۡو ًَّل َّ ) هيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّ لذينَ َءا َمنُوا ٱتَّقُوا
(از فَ ۡو ًزا ع لَظي ًما َ َفَقَ ۡد ف
.س ٍنَ ق َحٍ ُاس بل ُخل
َ َّق الن سنَةَ ت َ ۡم ُح َها َو َخا لل لَ س ّليئ َةَ ۡال َح َّ ّٰللاَ َح ۡيثُما ك ُۡنتَ َوأ َ ۡتبل لع ال
ّٰ ق اتَّ ل:س َّل َم
َ ع َل ۡي له َو ّٰ ص َّلي
َ ُّٰللا َ ّٰللال ُ َوقَا َل َر
ّٰ س ۡو ُل
: أ َ َّما بَ ۡع ُد
“Sesungguhnya hamba yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang
paling bertaqwa.” (QS.al-Hujurat: 13)
"Kalian dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, serta ruku’lah bersama dengan orang-
orang yang ruku’. ” (QS. al-Baqarah: 43)
Inilah salah satu ayat yang menjadi dasar ketegasan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu dalam
menegakkan perintah zakat. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq, orang-orang yang
menolak perintah untuk menunaikan zakat diperangi karena dianggap sebagai tindakan yang mendurhakai
agama bahkan bisa menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, karena hal itu menunjukkan bahwa ia telah
mengingkari salah satu dari syariat Islam.
Kaum Muslimin rahimakumullah ...
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu hablum minallah (ibadah ritual) dan hablum
minannaas (ibadah sosial). Zakat dikatakan ibadah ritual, karena dalam pelaksanaannya menghendaki
adanya pemurnian niat (lillahi ta’ala) dan pembenaran cara (ittiba’ur Rasul). Dengan dua syarat inilah,
niscaya zakat yang kita tunaikan akan diterima di sisi Allah subhanahu wataala. Tanpa niat yang ikhlas
dan cara yang benar, maka zakat yang kita tunaikan akan sia-sia tanpa makna di mata Allah subhanahu
wataala. Dengan demikian, ibadah zakat akan mampu memperkuat tali hubungan antara seorang hamba
dengan Allah subhanahu wataala (hablum minallah).
Zakat dikatakan sebagai ibadah sosial karena ada unsur kepedulian sosial yang sangat kental dalam
pelaksaaannya. Orang yang mengeluarkan zakat berarti ia juga ikut memperhatikan kehidupan sosial,
membantu kaum yang lemah dan sekaligus ikut menanggulangi persoalan-persoalan kemiskinan yang kita
hadapi dewasa ini. Oleh karena itu zakat tidak saja bertujuan untuk membersihkan jiwa dan harta, akan
tetapi juga dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan memperkuat ketahanan ekonomi ummat.
Dengan demikian, ibadah zakat akan mampu memperkuat tali hubungan baik antara seseorang dengan
orang lainnya (hablum minannaas). Maka, orang yang senantiasa menunaikan zakat berarti telah
menebarkan kemanfaatan kepada sesama. Inilah ciri manusia yang terbaik di mata Allah (hablum
minannaas). Rasulullah shallallahu alahi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”(HR.
Tabrani dan Daruquthni).
Pertama, zakat adalah ibadah. Artinya, setiap muslim merdeka yang memiliki harta mencapai nishab dan
haul harus menunaikan zakat dengan niat yang ikhlas hanya mengharap ridha Allah subhanahu wataala,
dan cara yang benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alahi wasallam. Sehingga zakat akan
memberikan dampak (atsar) bagi kemaslahatan individu dan ummat.
Kedua, zakat adalah tazkiyah. Artinya, zakat merupakan sarana untuk pembersihan dan penyucian jiwa
dari segala sifat kikir, pelit dan bakhil. Juga sarana pembersihan dan penyucian harta dari segala syubhat
dan keharaman. Allah subhanahu wataala berfirman:
“Ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka ...” (QS. at-Taubah: 103)
Ketiga, zakat adalah barakah. Artinya, zakat yang dilakukan dengan tepat akan mendatangkan barakah,
yaitu kebaikan-kebaikan yang banyak (ziyadutul khoir), baik kebaikan untuk diri, orang lain dan
lingkungan. Kebaikan diri berupa terbebasnya jiwa dari sifat kikir, kebaikan bagi orang lain dan
lingkungan berupan kesejahteraan dan keamanan.
Keempat,zakat adalah maslahah. Artinya, zakat yang dikelola dengan tepat akan menimbulkan
kemaslahatan yang banyak bagi ummat. Oleh karena itu, zakat harus dikelola dengan menejemen yang
profesional dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam hal pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Zakat harus diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan produktif,
bukan sekedar pemenuhan kebutuhan konsumtif. Program-program pendayagunaan zakat yang inovatif
harus terus dikembangkan. Sebagai contoh, program zakat produktif pembinaan mental spiritual, program
zakat produktif penguatan pendidikan, program zakat produktif pemberdayaan ekonomi ummat, dan
program zakat produktif pemeliharaan kesehatan jiwa raga. Dengan program-program tersebut,
diharapkan zakat benar-benar bermanfaat dan tepat sasaran.
Kelima,zakat adalah ukhuwwah. Artinya, zakat yang tepat akan menumbuhkan ukhuwwah yang kokoh di
antara sesama umat Islam (al-Ukhuwwah al-Islamiyah) dan sesama ummat manusia (al-Ukhuwah al-
Insaniyyah). Dengan zakat, umat Islam yang satu membantu umat Islam yang lain, orang mampu
membantu orang yang lemah, sehingga yang lemah dapat hidup dengan layak. Menurut al-Qur'an, orang
yang tidak menyantuni kaum yang lemah (dhu'afa) dianggap sebagai pendusta agama dan hari
pembalasan (yukadzdzibu biddiin).
Kaum Muslimin rahimakumullah ...
“Zakat Tepat Ummat Kuat”. Zakat yang tepat akan mewujudkan ummat kuat. Dan ummat yang kuat
inilah yang lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah subhanahu wataala dari pada ummat yang lemah,
karena akan mampu memberikan manfaat yang lebih luas kepada ummat. Rasulullah shallallahu alahi
wasallam bersabda:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah,
meskipun pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu,
minta tolonglah kepada Allah dan jangan merasa lemah” (HR. Muslim)
Keempat,kuat jiwa dan fisik.Zakat yang tepat akan melatih jiwa untuk tunduk dan tawadhu’ di hadapan
Allah dan sesama manusia. Rasa kasih sayang akan terwujud, kesombongan akan terhapus dan fisik
menjadi kuat. Karena fisik yang kuat adalah pencerminaan jiwa yang kuat.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.....
Oleh karena itulah jika kesadaran berzakat sudah tumbuh dari setiap jiwa kaum muslimin, maka banyak
persoalan yang dapat kita tanggulangi, baik persoalan kemiskinan, kebodohan, kesenjangan sosial dan
lain sebagainya.
Khutbah Kedua:
َ ُ لليُ ۡظ له َره،ق
َّ َو َكفَ هى بل،علَى ال ّد ۡلي لن ُك للّ له
.اِلل ش لَه ۡيدًا ۡ ۡ
سولَهُ لبال ُهد هَى َو د ۡلي لن ال َح ّ ل ُ س َل َر َ ۡال َح ۡم ُد لللّٰ لهالَّذلي أ َ ۡر
علَي
َ َو،علَ ۡي له َ صلَ َواتُ َر لّبي َو
َ ُس ََل ُمه َ ،ُس ۡولُه ُ َو أ َ ۡش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا ع َۡب ُدهُ َو َر،ُّٰللاُ َو ۡح َدهُ ََّل ش لَر ۡيكَ لَه ّٰ أ َ ۡش َه ُد أَ ۡن ََّل إل هلهَ إل ََّّل
.ان لإ هلي يَ ۡو لم ال ّد ۡلي لن َ َو َم ۡن تَبلعَ ُهمۡ بل لإ ۡح،ص ۡحبل له
ٍ س َ ها لل له َو
. َاز ۡال ُمتَّقُ ۡون ّٰ فَ َيا لع َبادَاللّٰ لهأ ُ ۡو لص ۡيك ُۡم َونَ ۡفسلي لبتَ ۡق َو
َ َىاِلل تَ َع هالى َفقَ ۡد ف
ۦو ََّل ت َ ُم ۡوت ُنَّ لإ ََّّل َو أَنت ُم ُّم ۡس لل ُمونَ ( ّٰللاَ حَقَّ تُقَا لت له َالي لفي ۡالقُ ۡر ها لن ۡالك لَر ۡي لم ):ه ََٰٓيأ َ ُّي َها ٱ َّلذ ۡلينَ َءا َمنُوا اتَّقُوا ّّٰٰللاُ ت َ َع ه قَا َل ّٰ
علَ هيٱلنَّ لب ّي ل هيََٰٓأَيُّ َهاٱلَّ لذينَ َءا َمنُوا
صلُّونَ َ ٱِلَ َو َم ه ََٰٓلئل َكت َ ُهيُ َس ََل ُم ع هَلى ُم َح َّمدٍ،فَ َقا َل تَعَالَى) :إلنَّ َّ ص هلو لة َوال َّ ّٰللاَ يَ ۡأ ُم ُركُمۡ لبال َّ
اعلَ ُم ۡوا أَنَّ ّٰ َو ۡ
ّ
س لل ُموات َ ۡس للي ًما(علي له َو َ ۡ َ صلُّوا َ َ
صلَّ ۡيتَ ع هَلي لإ ۡب هر له ۡي َم و ع هَلي ها لل لإ ۡب هر له ۡي َم ،لإ َّنكَ َح لم ۡي ٌد َم لج ۡيد ،اللّٰ ُه َّم َب لار ۡك ع هَلي ص لّل ع هَلي ُم َح َّم ٍد َوع هَلي ها لل ُم َح َّمدٍَ ،ك َما َ اللّٰ ُه َّم َ
ه
ار ۡكتَ عَلي لإ ۡب هر له ۡي َم و عَلي ها لل لإ ۡب هر له ۡي َم ،لإنَّكَ َح لم ۡي ٌد َم لج ۡيدٌ. ه ه
ُم َح َّم ٍد َو عَلي ها لل ُم َح َّمدَ ،ك َما َب َ
بب ُم لج ۡي ُ س لم ۡي ٌع قَ لر ۡي ٌاۡل ْم َواتل ،إل َّنكَ َ اغ لف ۡر لل ۡل ُم ۡس لل لم ۡينَ َو ۡال ُم ۡس لل َماتلَ ،و ۡال ُم ۡؤ لم لن ۡينَ َو ۡال ُم ۡؤ لم َناتلۡ ،اۡل َ ۡحيَا لَٰٓء لم ۡن ُهمۡ َو ۡ ۡ اللّٰ ُه َّم ۡ
ال َّدع ََواتل.
ف َّر لح ۡي ٌم. انَ ،و ََّل ت َ ۡجعَ ۡل فلي قُلُ ۡو لب َنا لغ اَل لللَّذ ۡلينَ آ َمنُ ۡوا َربَّ َنا لإ َّنكَ َرؤ ُۡو ٌ سبَقُ ۡونَا لب ۡ ل
اِل ۡي َم ل اغ لف ۡرلَ َنا َو ل لِل ۡخ َوانل َنا ا َّلذ ۡلينَ َ َربَّنَا ۡ
سنَا َو لإ ۡن لَّمۡ ت َ ۡغ لف ۡر لَنَا َوت َ ۡر َح ۡمنَا َلنَك ُۡو َننَّ لمنَ ۡال َخا ل
س لر ۡينَ . َربَّنَا َظلَ ۡمنَا أ َ ۡنفُ َ
اج َع ۡلنَا لل ۡل ُمت َّ لق ۡينَ لإ َما ًما. َر َّبنَا َه ۡب لَ َنا لم ۡن أ َ ۡز َو ل
اج َنا َوذُ ل ّر َّياتل َنا قُ َّرةَ أَ ۡع ُي ٍن َو ۡ
عذَ َ
اب ال َّن لار. سنَةً َوقلنَا َ َربَنَا َٰٓ َءاتل َنا فلي الد ُّۡن َيا َح َ
سنَةً َو لفي ۡاۡل َ لخ َر لة َح َ
ع َّم ۡن ل
س َواكَ . امكَ َوأ َ ۡغنل لنى بلفَ ۡ
ض للكَ َ اف َو ۡال لغ هنى ،اللّٰ ُه َّم ا َ ۡك لفنلى بل َح ََل للكَ ع َۡن َح َر لاللّٰ ُه َّم إل َّنا نَ ۡسأَلُكَ ۡال ُه هدى َو الت ُّ هقى َو ۡالعَ َف َ
ب ۡال هعَلَ لمينَ . ،و ۡال َح ۡمد ل ّ ه
ُِلل َر ّ ل س للينَ َ علَى ۡال ُم ۡر َ
س ََل ٌم َع َّما َي لصفُ ۡونَ َ ،و َ ب ۡال لع َّز لة َ س ۡب َحانَ َر لّبكَ َر لُّ
ص ََلة... َوأَقل ۡي ُم ۡوا ال َّ
Fardhu Kifayah
Fardhu Kifayah
Pengertian Fardhu Kifayah
Fardu kifayah (Arab: )فرض كفايةadalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang
wajib dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur.
Contoh aktivitas yang tergolong fardu kifayah:
A. Memandikan Jenazah
Hendaknya yang memandikan jenazah itu orang-orang yang terpercaya. (H.R. Ibnu Majah)
Jenazah laki-laki hendaknya yang memandikan orang laki-laki, kecuali istrinya. Demikian pula
halnya apabila jenazah itu perempuan, hendaknya yang memandikan orang perempuan, kecuali
suaminya.
2. Mengafani Jenazah
Mengafani jenazah maksudnya membungkus jenazah dengan kain kafan. Hukumnya fardu
kifayah. Kain kafan hendaknya diperoleh dari harta yang halal. Harta jenazah itu sendiri atau harta
keluarga yang menanggungnya ketika masih hidup. Ketentuan tenaga mengafani jenazah sama
dengan ketentuan tenaga memandikan jenazah.
1. Disunahkan menggunakan tiga lapis untuk jenazah laki-laki dan lima lapis untuk
jenazah perempuan. Mengenai pembagian kain (untuk sarung, untuk baju, dan sebagainya)
bukan merupakan keharusan. Ini hanyalah masalah teknis semata-mata. Hadis yang
menjelaskan masalah ini tidak ada.
2. Kain kafan hendaknya diusahakan yang berwarna putih dan cukup baik (tidak
terlalu jelek dan tidak pula terlalu baik).
Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
Pakailah diantara pakaian-pakaiannmu yang putih warnanya, karena pakaian putih itu sebaik-
baiknya pakaian, dan kafanilah jenazahmu dengan (warna) itu. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud
dan Ibnu 'Abbas)
Sabda Rasulullah saw. yang lain dalam terjemahannya, "Jika salah satu diantara kamu
menyelenggarakan (mengafani) saudaranya, hendaknya ia memiliki kain kafan yang baik". (H.R.
Ibnu Majjah, Abu Qatadah, dan Tirmizi)
Jangan kamu berlebih-lebihan dalam hal kafan, karena itu (kafan) cepat rusak. (H.R. Abu
Dawud)
Berdasarkan hadis diatas, mengafani jenazah hendaknya diusahakan secukupnya saja, tidak
terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, tidak terlalu mahal, dan tidak pula terlalu murah harganya
agar tidak termasuk dalam perbuatan tabzir.
B. Menyalatkan Jenazah
Seorang muslim yang meninggal, kemudian jenazahnya disalatkan oleh empat puuh orang
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun (orang beriman), niscaya Allah akan
memberinya syafaat pada jenazah itu. (H.R. Ahmad dan Muslim)
Jenazah yang wajib disalatkan adalah jenazah muslim (bukan yang mati syahid, maka tidak perlu
disalatkan). Menyalatkan jenazah kafir atau musyrik haram hukumnya, walaupun mereka itu
masih kerabat sendiri.
Artinya:
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati diantara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir
kepada Allah dan rasul-Nya. (Q.S. At-Taubah: 84.
ن آ َمنُوا َوالَّذينَا للنَّبيا كَانَا َمان قُ ْربَىا أُولي كَانُوا َولَ ْاو ل ْل ُم ْشركينَا يَ ْست َ ْغف ُروا أ َ ْا ص َحابُا أَنَّ ُه ْام لَ ُه ْام تَبَيَّنَا َما بَ ْعدا م ْاْ َ ْال َجحيما أ. كَانَا َو َما
ل ِلَبيها إب َْراه َا
يم اسْت ْغفَ ُا
ار عدُوا أَنَّ اهُ لَ اهُ تَبَيَّنَا فَلَ َّما إيَّااهُ َو َع َدهَا َم ْوع َدةا َع ْا
ن إ َّا ن ۖ م ْن اهُ تَبَ َّراأ َ َّا
َ ّلل َحليما َِل َ َّواها إب َْراه َا
يم إ َّا
Artinya:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah)
bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya),
sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka
jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas
bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (Q.S. At-
Taubah: 113-114)
1. Niat. Orang yang menyalatkan jenazah hendaknya benar-benar mempunyai niat untuk
menyalatkannya. Perlu diingatkan bahwa niat tidak perlu dilafalkan/diucapkan secara
lisan, melainkan cukup dengan hati.
2. Berdiri (jika mampu berdiri).
3. Membaca takbir 4 kali.
4. Membaca Al-Fatihah dan salawat atas Nabi.
5. Membaca do'a untuk jenazah.
Salat jenazah dikerjakan dengan berjama'ah, namun boleh juga dikerjakan dengan munfarid
(sendirian).
Apabila jenazahnya laki-laki hendaknya imam berdiri lurus dekat kepala, sedangkan untuk jenazah
perempuan hendaknya imam berdiri lurus di dekat pinggannya. Sementara itu para makmum
berdiri dibelakang imam. Setelah imam dan makmum merapatkan di posisi yang benar,
selanjutnya salat jenazah dimulai dengan urutan sebagai berikut.
Setelah dimandikan, dikafani, dan disalatkan, maka tahap terakhir dari perawatan jenazah adalah
memakamkannya.
D. Takziyah
Kata takziyah berarti hiburan. Maksudnya mendatangi keluarga yang mendapat musibah kematian
salah satu dari anggota keluarganya, dengan maksud untuk menghibur hatinya. Setidaknya ikut
serta merasakan musibah yang menimpanya.
Seorang mukmin yang datang bertakziyah kepada saudara yang ditimpa musibah, maka akan
diberi pakaian kebesaran Allah pada hari kiamat. (H.R. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Amar
bin Hazm).
Takziyah sebaiknya dilakukan sebelum jenazah dimakamkan. Dengan tujuan agar dapat
membantu merawat jenazah, setidaknya ikut dalam menyalatkan dan menguburkannya.
Takziyah disunatkan hanya satu kali dan sebaiknya dilakukan terhadap seluruh ahli waris mayat.
Namun demikian tidaklah dilarang jika Takziyah dilakukan beberapa kali (misalnya dalam waktu
tiga hari), selama kondisi masih memerlukan dan tidak menimbulkan kerepotan bagi ahli waris itu
sendiri.
E. Ziarah Kubur
Ziarah kubur disunahkan bagi kaum lelaki, berdasarkan hadis riwayat Ahmad, Muslim, dan As-
Habussunan dari Abdullah bin Buraidah yang diterima dari ayahnya, bahwa Nabi saw. bersabda
yang artinya:
Dahulu aku melarang menziarahi kubur, sekarang berziarahlah kepadanya (kubur), karena
yang demikian itu akan mengingatkan kamu akan hari akhirat.
Larangan Rasul untuk ziarah kubur pada awal perkembangan Islam itu ialah karena masih
dekatnya umat Islam kala itu dengan masa jahiliyah, disamping masih belum banyaknya mereka
yang belum mampu meninggalkan ucapan-ucapan keji dan kotor (di saat berziarah). Setelah umat
Islam merasa tenteram (dengan Islam) serta mengetahui aturan-aturannya, maka mereka diizinkan
untuk ziarah kubur.
Tata Caranya:
1. Masuk ke kubur dengan cara yang sopan, tidak melangkahi kuburan seseorang atau duduk
di atasnya. Cara seperti ini sangat tidak etis dan harus dijauhi. Tentang penggunaan alas
kaki yang berupa sepatu atau sandal tidaklah terlarang, demi keselamatan kaki dan
kesehatan.
2. Duduk atau jongkok menghadap wajah mayat serta memberi salam dan mendoakannya.
Diriwayatkan bahwa:
Nabi saw. telah mengajarkan kepada para sahabat ketika mereka pergi menziarahi kubur,
supaya ada yang mengucapkan "Assalamualaikum hai penduduk kubur dari golongan yang
beriman dan beragama Islam. Kami insya Allah juga akan menyusul di belakang. Kami
memohon kepada Allah agar kita semua dilimpahi keselamatan oleh Allah." (H.R. Ahmad,
Muslim dan lain-lain dari Buraidah)
Daftar Pustaka
http://materiku86.blogspot.co.id/2016/10/mengurus-jenazah.html
http://www.bacaanmadani.com/2016/12/pengertian-khutbah-dan-tata-cara.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Fardu_kifayah
http://www.ikadi.or.id/artikel/khutbah/1542-khutbah-jumat-zakat-tepat-ummat-
kuat.html