Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS DAN

ABU KULIT BUAH KAPUK RANDU (SODA QIE) SEBAGAI BAHAN


PEMBUATAN SABUN MANDI ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI
RAMAH LINGKUNGAN

Minyak goreng adalah salah satu bentuk dari minyak nabati, yang berupa
senyawa-senyawa gliserida dan berbagai asam lemak yang terdapat dalam
gliserida itu sendiri. Pemanfaatan minyak goreng baik untuk industri maupun
rumah tangga menghasilkan minyak jelantah yang masih mengandung asam
lemak yang cukup tinggi. Minyak jelantah atau yang biasa dikenal dengan minyak
goreng bekas seperti halnya minyak jagung, dan bila ditinjau dari komposisi
kimianya mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsiogenik yang
terbentuk selama proses penggorengan dan asam lemak tak jenuh. Sehingga
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan.
Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam
linolinat yang terdapat di dalam minyak goreng bekas merupakan trigliserida yang
dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan sabun cair yang
dapat menggantikan asam lemak bebas jenuh yang merupakan produk samping
dari proses pengolahan minyak goreng. Disisi lain Kapuk Randu (Ceiba
pentandra (l)) Gaerin van Indica (D.C) banyak dijumpai di Indonesia terutama
dalam perkebunan yang terdapat di daerah Jawa Tengah. Abu dari kulit buah
kapuk randu tersebut banyak mengandung senyawa Kalium Karbonat (78,95%).
Hasil ekstraksi dari abu kulit buah kapuk randu disebut soda qie. Pelarutan soda
qie akan membuat Kalium Karbonat menjadi Kalium Hidroksida yang dapat
digunakan sebagai sumber alkali (basa) alami dalam pemuatan sabun.
Dalam penelitian ini akan dicoba memanfaatkan minyak goreng bekas dan
soda qie menjadi suatu produk yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas yaitu
sabun mandi melalui reaksi saponifikasi. Minyak goreng bekas yang dihasilkan
masih mengandung asam lemak bebas dalam jumlah besar yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun mandi dengan sumber basa
dari soda qie, melalui reaksi sapoifikasi. Tujuan dari percobaan ini adalah mencari
kondisi optimum dari pembuatan sabun dan mengetahui kinetika reaksinya.
Variabel tetap yang digunakan yaitu volume minyak goreng bekas 100
mL, konsentrasi larutan soda qie 300gr/1000mL, waktu reaksi saponifikasi 60
menit. Variabel bebasnya adalah suhu 30, 60, 90◦C, volume larutan soda qie:
minyak goreng bekas 3:1 ; 4:1 ; 5:1 mL, dan untuk optimasi dilakukan pada
variasi waktu reaksi saponifikasi 30, 60, 90, 120 menit. Respon yang diamati
adalah jumlah Asam Lemak Bebas (ALB), Alkali bebas pada sabun yang
terbrentuk. Hasil yang didapat yaitu bahwa kondisi operasi optimum pembuatan
sabun dari minyak jelantah dan soda qie yaitu pada suhu 90◦C, perbandingan
reaktan 3:1 dan menghasilkan sabun dengan kandungan ALB 0,80%, dan
kandungan alkali bebas sebesar 0,08% serta memenuhi SII. 0005-72. Harga
konstanta kecepetan reaksi yang diperoleh yaitu 0,068/menit.
Secara umum prosedur percobaannya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
persiapan alat dan bahan, penjernihan minyak jelantah, reaksi saponifikasi dan
analisa hasil. Pertama siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, seperti merangkai
alat, membuat larutan soda qie, minyak jelantah dan lainnya. Penjernihan minyak
jelantah ini dapat meliputi beberapa tahap, yaitu: tahap penyaringan, bleaching
(pemucatan) dan deodorasi. Penyaringan minyak goreng bekas dilakukan dengan
memisahkan minyak dari kotorannya menggunakan kertas saring. Proses
bleaching (pemucatan warna) dan deodorisasi dilakukan dengan memasukkan
minyak hasil penyaringan kedalam beker glass yang sudah diisi dengan karbon
aktif, sehingga nantinya pori-pori dari karbon aktif akan menyarap zat pewarna
dan zat impuritis lainnya yang terdapat dalam minyak jelantah.
Proses saponifikasi atau penyabunan dilakukan dengan memanaskan
minyak goreng jelantah yang telah dimurnikan terlebih dahulu sampai suhu yang
telah ditentukan (sesuai variabel). Kemudian memasukkan filtrate abu kulit buah
kapuk dengan suhu yang sama dan sesuai dengan perbandingan variabel, Lalu
melakukan pengadukan selama rekasi penyabunan dengan waktu yang telah
ditentukan (sesuai variabel). Kemudian memasukkan filtrate abu kulit buah kapuk
dengan suhu yang sama dan sesuai dengan perbandingan variabel. Lalu
melakukan pengadukan selama reaksi penyabunan selama waktu yang telah
ditentukan kemudian campuran diendapkan. Terakhir memisahkan endapan dan
cairan yang ada dengan cara dekantasi. Kemudian sabun yang sudah dipisahkan di
anlisa kandugan Asam Lemak Bebas (ALB) dan Alkali Bebas.
Hasil karakterisasi bahan baku antara lain kandungan Asam Lemak Bebas
awal minyak jelantah adalah sebesar 6,89% sedangkan angka penyabunan 279,80
mg KOH/gr minyak, BM minyak adalah sebesar 248,756 gr/mol. Reakasi
pembuatan sabun dengan menggunakan minyak jelantah dan larutan soda qie
(basa) adalah sebagai berikut:
O O H2C ― OH
‖ ‖ │
H2C ― O ― C ― R1 + 3NaOH/KOH → 3R ― OK/Na + H C OH
│ O │
‖ H2C ― OH
H C ― O ― C ― R2
(Lemak/Minyak) (Basa) (Sabun) (Gliserol)

Asam lemak bebas adalah nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak
bebas yang ada di dalam lemak atau jumlah yang menunjukkan berapa banyak
asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak setelah lemak tersebut dihidrolisa.
Tujuan analisa kadar asam lemak bebas (dalam bidang industri sabun) adalah
mengukur seberapa besar banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam
sabun sehingga kita dapat menentukan apakah produk sabun yang terbentuk
sesuai dengan SNI, dimana kadar asam lemak bebas dalam produk harus sebesar
2,5%.
DAFTAR PUSTAKA

Prastiya, N. N. 2013. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah
Kapuk Randu (Soda Qie) Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi
Organik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan: Kajian Pustaka. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. no.2, vol: 2, hal. 275-285

Anda mungkin juga menyukai