Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah
35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN.
Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam
penurunan AKI dan AKB. Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan
beberapa program kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga
yang didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada
dalam Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga
masyarakat yaitu 2 orang kader. Selain Poskesdes juga terdapat program Posyandu,
untuk tenaga yang ada dalam Posyandu ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan
dan tenaga masyarakat yaitu minimal 5 orang kader.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan
agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang
lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkan dan memperdayakan masayarakat
agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat terutama pada Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
Masalah yang terdapat di Desa Buniasih adalah masih kurangnya jumlah dan
partisipasi kader pada setiap masing-masing posyandu. Di RW 06 Desa Buniasih
terdapat 3 kader aktif.. Kurangnya kader posyandu mengakibatkan pelayanan
posyandu tidak berjalan sesuai dengan standar ketentuan posyandu. Banyak kegiatan-
kegiatan posyandu yang tidak dapat terlaksana karena kurangnya tenaga kader.
Penyebab kurangnya kader posyandu di Desa Buniasih adalah masih kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya peran kader dan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat dan keuntungan menjadi kader. Faktor advokasi dari
petugas kesehatan kepada masyarakat juga menyebabkan banyak masyarakat yang
tidak mau menjadi kader.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan
yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat,
baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi
masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah
kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu
sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta
masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya
sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan
oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran
serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan Upaya Pembinaan Pada Kader
untuk meningkatkan keselamatan ibu dan anak, serta mensejahterakan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai