Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah 35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN. Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam penurunan AKI dan AKB. Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada dalam Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga masyarakat yaitu 2 orang kader. Selain Poskesdes juga terdapat program Posyandu, untuk tenaga yang ada dalam Posyandu ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga masyarakat yaitu minimal 5 orang kader. Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkan dan memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia. Masalah yang terdapat di Desa Buniasih adalah masih kurangnya jumlah dan partisipasi kader pada setiap masing-masing posyandu. Di RW 06 Desa Buniasih terdapat 3 kader aktif.. Kurangnya kader posyandu mengakibatkan pelayanan posyandu tidak berjalan sesuai dengan standar ketentuan posyandu. Banyak kegiatan- kegiatan posyandu yang tidak dapat terlaksana karena kurangnya tenaga kader. Penyebab kurangnya kader posyandu di Desa Buniasih adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peran kader dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan keuntungan menjadi kader. Faktor advokasi dari petugas kesehatan kepada masyarakat juga menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mau menjadi kader. Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat. Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan Upaya Pembinaan Pada Kader untuk meningkatkan keselamatan ibu dan anak, serta mensejahterakan masyarakat.