Dalam bab ini, akan membahas tentang simulasi arus hubung singkat,
perhitungan setting relay proteksi generator dan trafo generator serta simulasi
relay proteksi. Simulasi hubung singkat dan simulasi relay proteksi akan
disimulasikan pada software ETAP 12.6.0.
Tabel 4.1. Hasil simulasi arus gangguan hubung singkat pada ETAP 12.6.0
Isc Max (A) Isc Min (A)
Unit
LLL LL LLG LG LLL LL LLG LG
Unit 1
Bus 150 39569 35260 35261 4 27901 28958 28958 4
Bus 146 39565 35256 35257 4 27899 28955 28956 4
Bus 153 1898 1674 2342 2435 1505 1475 1941 2188
Unit 2
Bus 137 39569 35260 35261 4 27901 28958 28958 4
Bus 118 39565 35256 35257 4 27899 28955 28956 4
Bus 155 1898 1674 2342 2435 1505 1475 1941 2188
Unit 3
Bus 139 39569 35260 35261 4 27901 28958 28958 4
Bus 120 39565 35256 35257 4 27899 28955 28956 4
Bus 156 1898 1674 2342 2435 1505 1475 1941 2188
Unit 4
Bus 140 58792 51933 51935 8 40625 41625 41627 8
Bus 124 58785 51926 51929 8 40621 41621 41622 8
Bus 158 3222 2821 3808 3977 2588 2486 3207 3584
72
73
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai arus gangguan
hubung singkat pada Generator unit 1, unit 2 dan unit 3 sama. Hal ini dikarenakan
spesifikasi pada Generator unit 1, unit 2 dan unit 3 sama. Sedangkan pada
Generator unit 4, nilai arus hubung singkatnya lebih besar dibandingkan
Generator unit 1, unit 2 dan unit 3, dikarenakan kapasitas Generator unit 4 lebih
besar yaitu 237,5 MVA. Nilai arus hubung singkat pada Tabel 4.1 diatas akan
digunakan untuk perhitungan seting relay arus lebih dan seting relay diferensial.
mengalami pergeseran fasa sebesar 330o. Oleh karena itu untuk mengembalikan
sudut fasa arus yang tergeser tersebut, hubungan trafo arus (CT) di buat berbeda.
Berdasarkan Gambar 4.1 maka CT1 dan CT2 dihubung bintang (Y) sedangkan
CT3 dihubung delta (Δ).
Pada CT yang terhubung delta (Δ) yaitu CT3 menghasilkan arus urutan nol
yang dapat menyebabkan relay diferensial salah kerja atau beroperasi pada saat
gangguan luar. Untuk menghilangkan arus urutan nol dan menyamakan fasa maka
dipasang auxillary CT (ACT) pada CT3.
Contoh perhitungan akan dilakukan pada relay diferensial yang terpasang
pada trafo generator unit 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung arus nominal sisi tegangan 11,5 kV dan sisi tegangan 150 kV.
𝑆 145 𝑀𝑉𝐴
𝐼𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑖 11,5 𝑘𝑉 = = = 7279,634 𝐴
𝑉𝑙𝑙 × √3 11,5 𝑘𝑉 × √3
𝑆 145 𝑀𝑉𝐴
𝐼𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉 = = = 558,105 𝐴
𝑉𝑙𝑙 × √3 150 𝑘𝑉 × √3
2. Menghitung arus rating disisi tegangan 11,5 kV dan disisi tegangan 150 kV.
Transformator dapat menarik beban lebih hingga 110% dari
kapasitasnya, selama temperatur belitan dibawah temperatur maksimumnya.
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 = 110% × 𝐼𝑛
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑇 𝑠𝑖𝑠𝑖 11,5 𝑘𝑉 = 110% × 7279,634 = 8007,597 𝐴
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑇 𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉 = 110% × 558,105 = 613,916 𝐴
Maka rasio CT3 disisi tegangan 150 kV saat beban maksimum adalah
766,67 : 5 A. Rasio CT yang digunakan di sisi 150 kV adalah 800 : 5 A,
sedangkan idealnya CT untuk sisi 150 kV adalah 766,67 : 5 A. Maka error
mismatch didapat dari perbandingan antara CT ideal dengan CT yang ada
dipasaran. Error mismatch sesuai Persamaan (2.36) untuk relay diferensial
adalah :
𝐶𝑇𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 766,67
%=
𝐶𝑇3 800
𝐶𝑇𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
% = 0,958 %
𝐶𝑇3
Untuk menghitung nilai tap ratio dari Auxillary CT di mulai dari arus
nominal sekunder CT yang tidak dihubungkan Δ, yang untuk transformator
ini ada di sisi 11,5 kV (CT1 dan CT2). Pada sisi tegangan 11,5 kV ini
menggunakan rasio CT1=10000:5 dan CT2=10000:5 sehingga arus yang
mengalir disisi primer CT3 adalah:
𝑉𝑙𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑖 11,5 𝑘𝑉
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝐶𝑇3) = × 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟𝐶𝑇1 𝑑𝑎𝑛 𝐶𝑇2
𝑉𝑙𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉
11,5 𝑘𝑉
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝐶𝑇3) = × 10000 𝐴
150 𝑘𝑉
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝐶𝑇3) = 766,67 𝐴
= 4,792 𝐴 × √3
= 8,299 𝐴
Maka tap auxillary yang dipilih adalah 8,299 : 5 A.
hubung singkat di sisi primer CT, sedangkan arus hubung singkat yang
mengalir pada relay diferensial disisi tegangan 11,5 kV:
𝐶𝑇𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 11,5 𝑘𝑉
𝐼𝑝 = (𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡 3 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑖 11,5 𝑘𝑉) × ( )
𝐶𝑇𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 11,5 𝑘𝑉
5
𝐼𝑝 = (39565) × ( )
10000
𝐼𝑝 = 19,7825 𝐴
Arus hubung singkat yang mengalir pada relay diferensial disisi
tegangan 150 kV:
𝐶𝑇𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 150 𝑘𝑉
𝐼𝑠 = (𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡 3 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉) × ( )
𝐶𝑇𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 150 𝑘𝑉
5
𝐼𝑠 = (2435) × ( )
800
𝐼𝑠 = 15,2188 𝐴
𝐼𝑠𝑒𝑡 = 20 𝐴
Tabel 4.2. Hasil perhitungan setting relay diferensial PLTGU Tambak Lorok Blok 1
Keterangan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
In tegangan rendah (A) 7279,634 7279,634 7279,634 9623
In tegangan tinggi (A) 558,105 558,105 558,105 962,3
Irating tegangan rendah (A) 8007,597 8007,597 8007,597 10585,3
Irating tegangan tinggi (A) 613,916 613,916 613,916 1058,53
CT1 (A) 10000 / 5 10000 / 5 10000 / 5 12000 / 5
CT2 (A) 10000 / 5 10000 / 5 10000 / 5 12000 / 5
CT3 (A) 800 / 5 800 / 5 800 / 5 1100 / 5
Error mismatch (%) 0,958 0,958 0,958 1,091
Rasio ACT (A) 8,299 / 5 8,299 / 5 8,299 / 5 9,448 / 5
Ip (A) 19,7825 19,7825 19,7825 24,4937
Is (A) 11,8625 11,8625 11,8625 14,6454
Ir (A) 19,7825 19,7825 19,7825 24,4937
Isetting gangguan dalam (A) 5 5 5 6
Isetting gangguan luar (A) 20 20 20 25
Waktu operasi (detik) 0,04 0,04 0,04 0,04
Keterangan :
In = Arus nominal.
Irating = Arus rating.
Ip = Arus hubung singkat yang mengalir pada relay diferensial dari sisi tegangan rendah trafo
generator.
Is = Arus hubung singkat yang mengalir pada relay diferensial dari sisi tegangan tinggi trafo
generator.
Ir = Arus restraint / arus penahan.
79
Pada generator unit 1, unit 2 dan unit 3 relay ini memiliki rasio CT
10000:5 A dan rasio PT 12000:120 Volt, sedangkan pada generator unit 4, relay
ini memiliki rasio CT 12000:5 A dan rasio PT 16000:120 Volt. Contoh
perhitungan akan dilakukan pada relay keseimbangan tegangan yang terpasang
pada unit 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Hasil perhitungan setting relay keseimbangan tegangan di PLTGU Tambak
Lorok Blok 1
Parameter Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
Vrelay (V) 115 115 115 112,5
Inominal (A) 7199 7199 7199 9141
Irelay (A) 3,5995 3,5995 3,5995 3,809
Vpickup (%) 15 15 15 15
Vpickup (V) 17,25 17,25 17,25 16,88
Tabel 4.4. Data daya motoring berbagai tipe prime mover [8]
Tipe prime mover Daya motoring dalam %
Gas turbine 50
Diesel engine 25
81
Contoh perhitungan akan dilakukan pada relay daya balik yang terpasang
pada generator unit 1. Langkah-langkah dalam perhitungan setting relay daya
balik adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5. Hasil perhitungan setting relay daya balik pada PLTGU Tambak Lorok Blok 1
Keterangan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
Arus beban penuh (A) 7199 7199 7199 9141
Rasio CT (A) 10000 / 5 10000 / 5 10000 / 5 12000 / 5
Rasio PT (V) 12000 / 120 12000 / 120 12000 / 120 16000 / 120
Daya motoring primer (MW) 57,36 57,36 57,36 0,95
Daya motoring sekunder (Watt) 286,8 286,8 286,8 5,938
Time delay (detik) 30 30 30 30
Gambar 4.3. Diagram satu garis letak relay arus lebih pada unit 1
5
𝑇𝑎𝑝 = 80000 ×
10000
𝑇𝑎𝑝 = 40 𝐴
Dengan cara yang sama, kita dapat menentukan nilai setting relay arus
lebih yang terpasang pada unit 2, unit 3 dan unit 4. Hasil perhitungan seting relay
tersebut disajikan dalam Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7. Hasil perhitungan setting relay arus lebih PLTGU Tambak Lorok Blok 1
Keterangan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
Arus nominal (A) 7199 7199 7199 9141
Rasio CT (A) 10000 / 5 10000 / 5 10000 / 5 12000 / 5
I relay (A) 3,5995 3,5995 3,5995 3,8088
Iset time overcurrent (A) 8000 8000 8000 10000
Tap time overcurrent 4 4 4 5
TMS (detik) 1 1 1 1
Iset instantaneous overcurrent (A) 80000 80000 80000 100000
Tap instantaneous overcurrent 40 40 40 42
Tabel 4.8. Arus urutan negatif yang diijinkan mengalir pada generator [8]
I2 yang diijinkan (%)
Salient pole Cylindrical rotor
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, arus urutan negatif yang diijinkan mengalir
pada generator di PLTGU Tambak Lorok Blok 1 yaitu sebesar 8% dari arus
nominal generator. Hal ini dikarenakan generator di PLTGU Tambak Lorok Blok
1 merupakan generator dengan tipe cylindrical rotor pendingin langsung dengan
kapasitas 143,4 MVA.
Pada laporan Tugas Akhir ini contoh perhitungan setting relay urutan
negatif (46) akan dilakukan pada relay urutan negatif yang terpasang pada
generator unit 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Arus pada relay sebesar 3,60 A dan berdasarkan Tabel 4.9 maka
dipilih setting tap switch sebesar 3,7 A, karena nilai setting ini yang paling
mendekati dengan arus yang mengalir pada relay.
Arus sebesar 0,296 A ini merupakan batas arus urutan negatif yang
diijinkan mengalir pada relay. Jika relay mendeteksi arus urutan negatif
melebihi 0,296 maka relay akan memerintahkan CB untuk trip sesuai setting
waktu.
6. Menghitung arus fasa urutan negatif yang mengalir pada relay dalam per unit.
𝐼2 0,296
𝐼2 (𝑝𝑢) = = = 0,08 𝑝𝑢
𝐼𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 3,7
Tabel 4.10. Hasil perhitungan setting relay urutan negatif PLTGU Tambak Lorok Blok 1
Keterangan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
Arus nominal (A) 7199 7199 7199 9141
Rasio CT (A) 10000:5 10000:5 10000:5 12000:5
Arus pada relay (A) 3,60 3,60 3,60 3,81
Tap Switch (A) 3,7 3,7 3,7 3,9
I2 relay (A) 0,296 0,296 0,296 0,312
I2 relay (pu) 0,08 0,08 0,08 0,08
waktu operasi relay (detik) 990 990 990 990
(11,5)2 (10000⁄5)
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑒 (𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = ×
143,4 (12000⁄120)
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑒 (𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 18,445 𝑜ℎ𝑚
Berdasarkan pada nilai offset tap yang telah dihitung yaitu sebesar 2,38 dan
menyesuaikan dengan offset tap yang tersedia pada relay maka dipilih offset
tap 2,5 ohm.
𝑂𝑓𝑓𝑠𝑒𝑡 = 𝑇𝑎𝑝 ℎ𝑖𝑔ℎ − 𝑇𝑎𝑝 𝑙𝑜𝑤 , sehingga:
𝑇𝑎𝑝 ℎ𝑖𝑔ℎ = 2,5 𝑇𝑎𝑝 𝑙𝑜𝑤 = 0
Dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas, maka seting relay 40
pada generator unit 2, unit 3, dan unit 4 dapat dihitung. Hasil setting relay tersebut
ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil perhitungan setting relay hilangnya eksitasi di PLTGU Tambak Lorok
Blok 1
No Keterangan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
1. Zbase sekunder (Ω) 18,445 18,445 18,445 17,05
2. X’d sekunder (Ω) 4,759 4,759 4,759 3,84
3. Xd sekunder (Ω) 37,683 37,683 37,683 29,84
4. 1 pu (Ω) 18,445 18,445 18,445 17,05
H Tap (Ω) 2,5 2,5 2,5 2,5
5. Offset Tap
L Tap (Ω) 0 0 0 0,5
6. Diameter 1 (Ω) 18 18 18 17
7. Diameter 2 (Ω) 38 38 38 30
115 𝑉
𝑉 ⁄𝐻𝑧 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 =
50 𝐻𝑧
𝑉 ⁄𝐻𝑧 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 = 2,3 𝑉/𝐻𝑧
Dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas, maka dapat dihitung
seting relay eksitasi lebih pada Generator unit 2, unit 3 dan unit 4 yang
ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil perhitungan setting relay eksitasi lebih PLTGU Tambak lorok Blok 1
Keterangan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4
Rasio PT (V) 12000/120 12000/120 12000/120 16000/120
Tegangan relay (V) 115 115 115 112,5
V/Hz nominal (V/Hz) 2,3 2,3 2,3 2,25
V/Hz time trip pickup (V/Hz) 2,53 2,53 2,53 2,48
Waktu operasi (detik) 6 6 6 6
Setting relay frekuensi yang ada di PLTGU Tambak Lorok Blok 1 ditunjukkan
pada Tabel 4.13 berikut.
a) Bus 150
Gangguan hubung singkat 3 fasa diberikan pada Bus 150 untuk melihat
relay manakah yang bekerja dalam mengisolir gangguan hubung singkat 3 fasa
ini dan CB manakah yang trip. Simulasi ini ditunjukkan pada Gambar 4.5,
sedangkan hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.6. Pada hasil simulasi
Gambar 4.6 ini dapat dilihat urutan kerja dan waktu operasi relay.
96
Gambar 4.5. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 150.
Gambar 4.6. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 150.
97
b) Bus 146
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa yang diberikan
pada Bus 146 dapat dilihat pada Gambar 4.7, sedangkan hasil simulasi
ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.7. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 146.
98
Gambar 4.8. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 146.
c) Bus 153
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa yang diberikan
pada Bus 153 dapat dilihat pada Gambar 4.9, sedangkan hasil simulasi
ditunjukkan pada Gambar 4.10.
Berdasarkan Gambar 4.10, Relay 87T_1 sebagai relay proteksi utama
bekerja lebih cepat dibandingkan Relay 50/51_1. Relay 87T_1 mendeteksi
ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay, melebihi settingnya. Relay
87T_1 bekerja dengan waktu operasi sebesar 40 ms dan kemudian
99
Gambar 4.9. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 153.
100
Gambar 4.10. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 153.
a) Bus 150
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa yang diberikan
pada Bus 150 dapat dilihat pada Gambar 4.11, sedangkan hasil simulasi
ditunjukkan pada Gambar 4.12.
Berdasarkan Gambar 4.12, Relay 46_1 bekerja lebih cepat
dibandingkan Relay 50/51_1. Relay 46_1 mendeteksi arus urutan negatif pada
gangguan hubung singkat 2 fasa sebesar 20,528 kA dan bekerja dengan waktu
operasi sebesar 1299 ms. Relay 46_1 ini kemudian memerintahkan CB 52A 1
dan 52AB 1 untuk trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar
1309 ms.
Jika Relay 46_1 ini gagal kerja maka Relay 50/51_1 menjadi backup.
Relay 50/51_1 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 2 fasa sebesar
35,492 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 3948 ms. Relay 50/51_1
ini kemudian memerintahkan CB 52A 1 dan 52AB 1 untuk trip, sehingga
diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 3958 ms.
101
Gambar 4.11. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 150.
Gambar 4.12. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 150.
102
b) Bus 146
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa yang diberikan
pada Bus 146 dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut ini.
Gambar 4.13. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 146.
Gambar 4.14. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 146.
c) Bus 153
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa yang diberikan
pada Bus 153 dapat dilihat pada Gambar 4.15, sedangkan hasil simulasi relay
ditunjukkan pada Gambar 4.16 berikut ini. Berdasarkan Gambar 4.16 dibawah
ini, Relay 87T_1 sebagai relay proteksi utama bekerja lebih cepat
dibandingkan Relay 50/51_1 dan Relay 46_1. Relay 87T_1 mendeteksi
ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay, melebihi settingnya. Relay
87T_1 bekerja dengan waktu operasi sebesar 40 ms dan kemudian
104
Gambar 4.15. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 153.
105
Gambar 4.16. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 153.
a) Bus 150
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 150 dapat dilihat pada Gambar 4.17, sedangkan hasil
simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Berdasarkan Gambar 4.18, Relay 46_1 bekerja lebih cepat
dibandingkan Relay 50/51_1. Relay 46_1 mendeteksi arus urutan negatif pada
gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah sebesar 20,528 kA dan bekerja
dengan waktu operasi sebesar 1299 ms. Relay 46_1 ini kemudian
memerintahkan CB 52A 1 dan 52AB 1 untuk trip, sehingga diperoleh waktu
pemutusan gangguan sebesar 1309 ms.
Jika Relay 46_1 ini gagal kerja maka Relay 50/51_1 menjadi backup.
Relay 50/51_1 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah
sebesar 35,491 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 3949 ms. Relay
50/51_1 ini kemudian memerintahkan CB 52A 1 dan 52AB 1 untuk trip,
sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 3959 ms.
106
Gambar 4.17. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 150.
Gambar 4.18. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 150.
107
b) Bus 146
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 146 dapat dilihat pada Gambar 4.19 berikut ini.
Gambar 4.19. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 146.
Gambar 4.20. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 146.
c) Bus 153
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 153 dapat dilihat pada Gambar 4.21, sedangkan hasil
simulasi relay ditunjukkan pada Gambar 4.22 berikut ini. Berdasarkan Gambar
4.22 dibawah ini, Relay 87T_1 sebagai relay proteksi utama bekerja lebih cepat
dibandingkan Relay 50/51_1 dan Relay 46_1. Relay 87T_1 mendeteksi
ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay, melebihi settingnya. Relay
87T_1 bekerja dengan waktu operasi sebesar 40 ms dan kemudian
109
Gambar 4.21. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa ke tanah pada Bus 153.
110
Gambar 4.22. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 153.
a) Bus 150
Hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 150 tidak menyebabkan Relay
50/51_1 dan Relay 46_1 pickup, karena arus gangguan hubung singkat 1 fasa
ketanah yang terjadi sangat kecil yaitu sebesar 4 A. Hal ini seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1. Arus sebesar 4 A ini lebih kecil dari Isetting Relay
50/51_1 dan Relay 46_1. Isetting Relay 50/51_1 adalah 8000 A dan setting I2
Relay 46_1 adalah 586 A atau 0,08 pu.
Arus hubung singkat 1 fasa ketanah ini kecil karena generator di
PLTGU Tambak Lorok Blok 1 terutama unit 1 menggunakan pentanahan
dengan trafo distribusi dan disisi sekunder trafo distribusi ini terdapat resistor
sebesar 1,45 ohm, sehingga arus hubung singkat 1 fasa yang terjadi langsung
dialirkan ke pentanahan generator ini.
b) Bus 146
Hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 146 seharusnya tidak
menyebabkan Relay 87T_1 pickup karena arus gangguan hubung singkat 1
fasa ketanah yang terjadi sebesar 4 A. Arus sebesar 4 A ini lebih kecil dari arus
111
setting Relay 87T_1. Relay 87T_1 ini disetting dengan Isetting sisi sekunder
sebesar 5 A atau jika dilihat dari sisi primer sebesar 10000 A.
Pada simulasi relay di ETAP 12.6.0 ini Relay 87T_1 pickup, hal ini
dikarenakan pada relay diferensial di ETAP tidak terdapat inputan arus setting
relay diferensial. Sehingga relay diferensial pada ETAP ini bekerja hanya
dengan mendeteksi adanya ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay
tersebut.
c) Bus 153
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 153 dapat dilihat pada Gambar 4.23.
Gambar 4.23. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 153.
112
Gambar 4.24. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 153.
Hasil simulasi relay dalam ganguan hubung singkat 1 fasa ketanah pada
Bus 153 ditunjukkan pada Gambar 4.24 diatas. Berdasarkan Gambar 4.24,
Relay 87T_1 sebagai relay proteksi utama bekerja lebih cepat dibandingkan
Relay 50/51_1 dan Relay 46_1. Relay 87T_1 mendeteksi ketidakseimbangan
arus yang mengalir pada relay, melebihi settingnya. Relay 87T_1 bekerja
dengan waktu operasi sebesar 40 ms dan kemudian memerintahkan CB 52A 1
dan CB 52AB 1 untuk trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan
sebesar 50 ms.
Jika relay 87T_1 ini gagal kerja, maka Relay 46_1 dan Relay 50/51_1
menjadi backup. Relay 46_1 mendeteksi arus urutan negatif pada gangguan 1
fasa ketanah sebesar 9,083 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 6636
ms. Relay 46_1 ini kemudian memerintahkan CB 52A 1 dan 52AB 1 untuk
trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 6646 ms.
Relay 50/51_1 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 1 fasa
ketanah sebesar 15,714 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 14020
ms. Relay 50/51_1 ini kemudian memerintahkan CB 52A 1 dan 52AB 1 untuk
trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 14030 ms.
a) Bus 140
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa yang diberikan
pada Bus 140 dapat dilihat pada Gambar 4.25, sedangkan hasil simulasi
ditunjukkan pada Gambar 4.26.
Gambar 4.25. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 140.
114
Gambar 4.26. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 140.
b) Bus 124
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa yang diberikan
pada Bus 124 dapat dilihat pada Gambar 4.27, sedangkan hasil simulasi
ditunjukkan pada Gambar 4.28.
Berdasarkan Gambar 4.28, Relay 87T_4 sebagai relay proteksi utama
bekerja lebih cepat dibandingkan Relay 50/51_4. Relay 87T_4 mendeteksi
ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay, melebihi settingnya. Relay
87T_4 bekerja dengan waktu operasi sebesar 40 ms dan kemudian
memerintahkan CB 52A 4 dan CB 52AB 4 untuk trip, sehingga diperoleh
waktu pemutusan gangguan sebesar 50 ms.
Jika relay 87T_4 ini gagal kerja, maka Relay 50/51_4 menjadi backup.
Relay 50/51_4 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 3 fasa sebesar
56,412 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 3668 ms. Relay 50/51_4
ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip, sehingga diperoleh waktu
pemutusan gangguan sebesar 3736 ms.
115
Gambar 4.27. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 124.
Gambar 4.28. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 124.
116
c) Bus 158
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa yang diberikan
pada Bus 153 dapat dilihat pada Gambar 4.29.
Gambar 4.29. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 158.
Hasil simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa pada Bus
158 ditunjukkan pada Gambar 4.30. Berdasarkan Gambar 4.30 dibawah ini,
Relay 87T_4 sebagai relay proteksi utama bekerja lebih cepat dibandingkan
Relay 50/51_4. Relay 87T_4 mendeteksi ketidakseimbangan arus yang
mengalir pada relay, melebihi settingnya. Relay 87T_4 bekerja dengan waktu
117
Gambar 4.30. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 3 fasa pada Bus 158.
a) Bus 140
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa yang diberikan
pada Bus 140 dapat dilihat pada Gambar 4.31, sedangkan hasil simulasi
ditunjukkan pada Gambar 4.32.
Berdasarkan Gambar 4.32, Relay 46_4 bekerja lebih cepat
dibandingkan Relay 50/51_4. Relay 46_4 mendeteksi arus urutan negatif pada
gangguan hubung singkat 2 fasa sebesar 29,023 kA dan bekerja dengan waktu
118
operasi sebesar 1040 ms. Relay 46_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G
untuk trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 1108 ms.
Jika Relay 46_4 ini gagal kerja maka Relay 50/51_4 menjadi backup.
Relay 50/51_4 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 2 fasa sebesar
50,285 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 4251 ms. Relay 50/51_4
ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip, sehingga diperoleh waktu
pemutusan gangguan sebesar 4319 ms.
Gambar 4.31. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 140.
119
Gambar 4.32. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 140.
b) Bus 124
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa yang diberikan
pada Bus 124 dapat dilihat pada Gambar 4.33 berikut ini.
Gambar 4.33. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 124.
120
Hasil simulasi relay proteksi ketika gangguan 2 fasa diberikan pada Bus
124 ditunjukkan pada Gambar 4.34 berikut ini.
Gambar 4.34. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 124.
c) Bus 158
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa yang diberikan
pada Bus 158 dapat dilihat pada Gambar 4.35.
121
Gambar 4.35. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 158.
Gambar 4.36. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 158.
122
Hasil simulasi relay proteksi pada unit 4 ketika Bus 158 diberikan
gangguan hubung singkat 2 fasa ditunjukkan pada Gambar 4.36 diatas.
Berdasarkan Gambar 4.36 tersebut, Relay 87T_4 sebagai relay proteksi utama
bekerja lebih cepat dibandingkan Relay 50/51_4 dan Relay 46_4. Relay 87T_4
mendeteksi ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay, melebihi
settingnya. Relay 87T_4 bekerja dengan waktu operasi sebesar 40 ms dan
kemudian memerintahkan CB 52A 4 dan CB 52AB 4 untuk trip, sehingga
diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 50 ms.
Jika relay 87T_1 ini gagal kerja, maka Relay 46_4 dan Relay 50/51_4
menjadi backup. Relay 46_4 mendeteksi arus urutan negatif pada gangguan
hubung singkat 2 fasa sebesar 15,688 kA dan bekerja dengan waktu operasi
sebesar 3559 ms. Relay 46_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip,
sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 3627 ms.
Relay 50/51_4 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 2 fasa sebesar
31,276 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 8424 ms. Relay 50/51_4
ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip, sehingga diperoleh waktu
pemutusan gangguan sebesar 8492 ms.
a) Bus 140
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 140 dapat dilihat pada Gambar 4.37, sedangkan hasil
simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.38.
Berdasarkan Gambar 4.38, Relay 46_4 bekerja lebih cepat
dibandingkan Relay 50/51_4.
123
Jika Relay 50/51_4 ini gagal kerja maka Relay 46_4 menjadi backup.
Relay 46_4 mendeteksi arus urutan negatif pada gangguan hubung singkat 2
fasa ketanah sebesar 29,023 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar
1040 ms. Relay 46_1 ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip,
sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 1108 ms.
Relay 50/51_4 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 2 fasa
ketanah sebesar 50,284 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 4252 ms.
Relay 50/51_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip, sehingga
diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 4320 ms.
Gambar 4.37. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 140.
124
Gambar 4.38. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasaketanah pada Bus 140.
b) Bus 124
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 124 dapat dilihat pada Gambar 4.39, sedangkan hasil
simulasi relay ditunjukkan pada Gambar 4.40.
Berdasarkan Gambar 4.40 dibawah ini, Relay 87T_4 sebagai relay
proteksi utama bekerja lebih cepat dibandingkan Relay 50/51_4 dan Relay
46_4. Relay 87T_4 mendeteksi ketidakseimbangan arus yang mengalir pada
relay, melebihi settingnya. Relay 87T_4 bekerja dengan waktu operasi sebesar
40 ms dan kemudian memerintahkan CB 52A 4 dan CB 52AB 4 untuk trip,
sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 50 ms.
Jika relay 87T_4 ini gagal kerja, maka Relay 46_4 dan Relay 50/51_4
menjadi backup. Relay 46_4 mendeteksi arus urutan negatif pada gangguan
hubung singkat 2 fasa ketanah sebesar 29,019 kA dan bekerja dengan waktu
operasi sebesar 1040 ms. Relay 46_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G
untuk trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 1108 ms.
Relay 50/51_4 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 2 fasa
ketanah sebesar 50,277 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 4252 ms.
Relay 50/51_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip, sehingga
diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 4320 ms.
125
Gambar 4.39. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 124.
Gambar 4.40. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 124.
126
c) Bus 158
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 2 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 158 dapat dilihat pada Gambar 4.41.
Gambar 4.41. Simulasi relay dalam hubung singkat 2 fasa pada Bus 158.
Gambar 4.42. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 2 fasa ketanah pada Bus 158.
a) Bus 140
Hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 140 tidak menyebabkan Relay
50/51_4 dan Relay 46_4 pickup. Hal ini dikarenakan arus gangguan hubung
singkat 1 fasa ketanah sangat kecil yaitu sebesar 8 A seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4.1. Arus sebesar 8 A ini lebih kecil dari setting arus pickup pada
128
Relay 50/51_4 dan Relay 46_4 karena setting arus pickup Relay 50/51_4
adalah 10000 A dan relay urutan negatif adalah 748,8 A.
Arus hubung singkat 1 fasa ketanah ini kecil karena generator unit 4
menggunakan pentanahan dengan trafo distribusi dan disisi sekunder trafo
distribusi ini terdapat resistor sebesar 0,41 ohm, sehingga arus hubung singkat
1 fasa yang terjadi langsung dialirkan ke grounding generator ini.
b) Bus 124
Hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 124 seharusnya tidak
menyebabkan relay diferensial pickup karena arus gangguan hubung singkat 1
fasa ketanah yang terjadi sebesar 8 A. Arus sebesar 8 A ini lebih kecil dari arus
setting Relay 87_4. Relay 87_4 ini disetting dengan arus 6 A atau dilihat dari
sisi primer CT sebesar 14400 A.
Pada simulasi relay di ETAP 12.6.0 ini Relay 87_4 pickup, hal ini
dikarenakan pada relay diferensial di ETAP tidak terdapat inputan arus setting
relay diferensial. Sehingga relay diferensial pada ETAP ini bekerja dengan
mendeteksi adanya ketidakseimbangan arus yang mengalir pada relay tersebut.
c) Bus 158
Simulasi relay terhadap gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah yang
diberikan pada Bus 158 dapat dilihat pada Gambar 4.43, sedangkan hasil
simulasi relay ditunjukkan pada Gambar 4.44.
Berdasarkan Gambar 4.44 dibawah ini, Relay 87T_4 sebagai relay
proteksi utama bekerja lebih cepat dibandingkan Relay 50/51_4 dan Relay
46_4. Relay 87T_4 mendeteksi ketidakseimbangan arus yang mengalir pada
relay, melebihi settingnya. Relay 87T_4 bekerja dengan waktu operasi sebesar
40 ms dan kemudian memerintahkan CB 52A 4 dan CB 52AB 4 untuk trip,
sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 50 ms.
Jika relay 87T_4 ini gagal kerja, maka Relay 46_4 dan Relay 50/51_4
menjadi backup. Relay 46_4 mendeteksi arus urutan negatif pada gangguan
hubung singkat 1 fasa ketanah sebesar 11,246 kA dan bekerja dengan waktu
129
operasi sebesar 6925 ms. Relay 50/51_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G
untuk trip, sehingga diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 6993 ms.
Relay 50/51_4 mendeteksi arus gangguan hubung singkat 1 fasa
ketanah sebesar 19,501 kA dan bekerja dengan waktu operasi sebesar 21618
ms. Relay 50/51_4 ini kemudian memerintahkan CB 52G untuk trip, sehingga
diperoleh waktu pemutusan gangguan sebesar 21686 ms.
Gambar 4.43. Simulasi relay proteksi dalam hubung singkat 1 fasa pada Bus 158.
130
Gambar 4.44. Urutan kerja relay dalam hubung singkat 1 fasa ketanah pada Bus 158.
Berdasarkan Gambar 4.47 diatas dapat kita lihat bahwa pada 0,2 detik,
generator unit 4 kehilangan eksitasinya. Hal ini akan menyebabkan daya balik
mengalir ke generator 4. Daya balik yang terjadi melebihi setting relay daya balik,
sehingga relay daya balik yang terpasang pada unit 4 ini akan mendeteksi
gangguan ini dan akan membuat CB 52G trip pada 30,268 detik. Dengan
demikian waktu pemutusan gangguan adalah sebesar 30,068 detik.
Tabel 4.14. Perbandingan setting relay proteksi antara eksisting dan hasil perhitungan
Eksisting Hasil perhitungan
Uraian
Unit 1, 2, 3 Unit 4 Unit 1, 2, 3 Unit 4
Relay diferensial (87T)
% Slope gangguan didalam (%) 25 25 25 25
Isetting gangguan didalam (A) 5 6 5 6
% Slope gangguan diluar (%) 100 100 100 100
Isetting gangguan diluar (A) 20 25 20 25
Relay keseimbangan tegangan (60)
Vpickup (%) 15 15 15 15
Relay daya balik (32)
Daya motoring (MW) 57,36 57,36 57,36 0,95
Time delay (detik) 30 30 30 30
Relay arus lebih (51)
Tap time overcurrent (A) 4 5 4 5
TMS (detik) 10 1 1 1
Tap instantaneous overcurrent (A) 40 42 40 42
Relay urutan negatif (46)
Setting I2 (pu) 0,08 0,049 0,08 0,08
Waktu operasi relay (detik) 990 990 990 990
Relay hilangnya eksitasi (40)
Offset tap (Ω)
Tap high 2,5 2,5 2,5 2,5
Tap low 0 0,5 0 0,5
Diameter 1 (Ω) 18 17 18 17
Diameter 2 (Ω) 38 30 38 30
Relay eksitasi lebih (24)
V/Hz time trip pickup (V/Hz) 2,53 2,48 2,53 2,48
Waktu operasi (detik) 6 6 6 6
Relay frekuensi (81)
Under frequency
Fpickup (Hz) 48,80 49,49
Time delay (detik) - 1,8 - 1,8
Over frequency
Fpickup (Hz) 50,51 50,51
Time delay (detik) 1 1
134
(a)
(b)
Gambar 4.48. Kurva setting relay arus lebih unit 1 (a) sebelum dilakukan evaluasi (eksisting); (b)
setelah dilakukan evaluasi (hasil perhitungan)
136
Berdasarkan pada Gambar 4.48 (a) diatas, kurva setting eksisting Relay
50/51 _1 disetting diatas damage curve generator, sehingga bila terjadi hubung
singkat di Bus 150, Bus 146 dan Bus 153 maka relay ini tidak mampu
mengamankan Generator, akibatnya dapat menyebabkan generator rusak.
Setelah dilakukan evaluasi setting Relay 50/51 _1, maka didapatkan kurva
setting Relay 50/51 _1 yang ditunjukkan pada Gambar 4.48 (b). Berdasarkan
Gambar 4.48 (b) tersebut, setelah dilakukan evaluasi setting relay, maka
didapatkan setting Relay 50/51 _1 dibawah damage curve generator. Dengan
setting demikian bila terjadi hubung singkat di Bus 150, Bus 146 dan Bus 153
maka Relay 50/51 _1 ini mampu mengamankan Generator dari kerusakan yang
disebabkan arus hubung singkat.
Pada setting under frequency relay terdapat perbedaan antara Fpickup
eksisting dan Fpickup hasil perhitungan. Fpickup eksisting sebesar 48,80 Hz
sedangkan Fpickup hasil perhitungan sebesar 49,49 Hz. Berdasarkan standar IEEE
C37.106-1987 [9], besarnya frekuensi yang diperbolehkan adalah ±1% dari
frekuensi referensi. Frekuensi referensi yang digunakan di PLTGU tambak Lorok
yaitu 50 Hz sehingga range frekuensi normal yang diijinkan yaitu 49,5-50,5 Hz.
Jika Fpickup eksisting sebesar 48,80 Hz tetap digunakan maka, jika terjadi
penurunan frekuensi antara 49,49 Hz sampai 48,81 Hz maka under frequency
relay ini tidak akan bekerja. Oleh karena itu, setting Fpickup under frequency relay
ini sebaiknya disesuaikan dengan Fpickup hasil perhitungan yaitu sebesar 49,49 Hz.
(a)
(b)
Gambar 4.49. Kurva koordinasi relay pada unit 1, 2, 3 (a) sebelum dilakukan evaluasi (eksisting);
(b) setelah dilakukan evaluasi (hasil perhitungan)
140
(a)
(b)
Gambar 4.50. Kurva koordinasi relay pada unit 4 (a) sebelum dilakukan evaluasi (eksisting); (b)
setelah dilakukan evaluasi (hasil perhitungan)
143
Berdasarkan kurva (a) pada Gambar 4.50, relay urutan negatif unit 4 atau
Relay 46_4 (garis warna hijau) disetting dengan arus pickup I2 yang terlalu rendah
dari thermal capability generator 4. Thermal capability generator 4 ini
ditunjukkan melalui damage curve generator tersebut (garis warna merah),
sehingga bila terjadi hubung singkat 2 fasa, 2 fasa ketanah dan 1 fasa ketanah
maka Relay 46_4 akan trip pada nilai I2 yang sebenarnya masih aman untuk
generator.
Setelah dilakukan evaluasi maka kurva koodinasi relay akan menjadi
seperti pada kurva (b) Gambar 4.50. Berdasarkan kurva tersebut Relay 46_4
disetting dengan I2 sebesar 0,08 pu atau 0,312 A, dengan demikian Relay 46_4
tidak akan trip pada nilai I2 yang sebenarnya masih aman untuk generator.
Berdasarkan tabel diatas, arus gangguan hubung singkat terbesar adalah
pada hubung singkat 3 fasa di Bus 140 yaitu sebesar 56,419 kA. Arus hubung
singkat sebesar 56,419 kA ini masih dibawah dari nilai arus hubung singkat
maksimum yang dapat ditahan oleh CB 52G, CB 52A_4, CB 52AB_4 dan kabel
4. Arus hubung singkat maksimum (Iwithstand) yang dapat ditahan oleh CB 52A dan
CB 52AB pada unit 4 sebesar 100 kA [27], Arus hubung singkat maksimum
(Iwithstand) yang dapat ditahan oleh CB CB 52G pada unit 4 sebesar 300 kA,
sedangkan arus hubung singkat maksimum (Iwithstand) yang dapat ditahan oleh
kabel pada unit 4 sebesar 152,5 kA [26]. Sehingga kabel dan CB masih aman,
karena arus hubung singkat maksimum yang terjadi masih dibawah dari nilai arus
hubung singkat maksimum yang dapat ditahan oleh kabel dan CB tersebut.
146