Anda di halaman 1dari 10

PREPARASI STEM SEL

Stem Cell

Tubuh manusia memilik ratusan jenis sel yang berbeda yang penting untuk kesehatan kita
setiap hari. Sel-sel ini bertanggung jawab untuk menjaga tubuh kita bekerja setiap harinya,
seperti membuat jantung kita berdetak, otak kita berpikir, ginjal membersihkan darah kita,
mengganti kulit yang terkelupas, dan seterusnya. Tugas khusus dari stem cell adalah untuk
menciptakan berbagai jenis sel tersebut. Stem cell adalah sumber untuk sel-sel baru. Pada
saat stem cell membelah, mereka dapat memperbanyak diri sendiri atau menjadi jenis sel
yang lain. Contohnya, stem cell di kulit dapat menciptakan lebih banyak stem cell kulit atau
mereka dapat membuat sel kulit terdiferensiasi yang memiliki tugas spesifik seperti membuat
pigmen melanin.

Pentingnya Stem Cell

Saat kita terluka atau sakit, sel kita juga terluka atau mati. Saat hal ini terjadi, stem cell
menjadi aktif. Stem cell memiliki tugas untuk memperbaiki jaringan yang terluka atau
menggantikan sel lain pada saat mereka mengalami kematian rutin. Dengan cara ini, stem cell
kita menjaga kita tetap sehat dan mencegah kita dari penuaan dini. Stem cell bertindak seperti
pasukan dokter mikroskopis milik kita sendiri.

Preparasi Stem Cell

Peripheral blood stem cell transplantation adalah teknik baru dimana stem cells diperoleh dari
darah pasien dan digunakan dalam transplantasi sumsum tulang (bone marrow).

Stem cells adalah sel-sel yang kecil dan bundar dengan squat nucleus dan scant surrounding
cytoplasm. Meskipun tidak luar biasa dalam penampakannya, stem cells dapat melakukan apa
yang disebut "acts of biological resurrection."

Sementara tipe-tipe lain dari sel-sel dalam tubuh mempunyai jangka hidup yang terbatas dan
mati setelah membelah angka dari waktu-waktu mereka yang diberkati, stem cell dapat
reproduksi selamanya. Stem cell adalah abadi (dalam istilah-istilah cellular). Stem cell dapat
membatalkan keabadiannya dan berubah kedalam sel darah yang biasa, sel darah merah
(erythrocyte), sel darah putih (leukocyte),atau sel yang besar (megakaryocyte) yang
membagi-bagi kedalam platelet-platelet yang diperlukan untuk pembekuan atau
penggumpalan darah.

Jumlah yang relatif kecil dari sel-sel induk (stem cells) dapat dengan ajaib mendiami kembali
seluruh sumsum tulang, menyediakan pasokan yang tak ada habis-habisnya dari stem cells,
membuat kembali seluruh perbendaharaan dari sel-sel darah, dan memugar kembali sistim
imun.
Dibawah keadaan-keadaan yang normal, stem cells jarang terlihat dalam aliran darah. Untuk
merekrut cukup stem cells kedalam darah, stem cells dipancing keluar dari sumsum tulang
dengan regimen khusus dari obat-obat dan dibujuk kedalam memasuki darah tepi (aliran
darah).

Darah disaring melalui mesin dan stem cells diambil. Pengeluaran dari sel-sel diistilahkan
pheresis atau apheresis (dari Greek "aphairesis" untuk mengeluarkan). Stem cells kemudian
mungkin digunakan langsung untuk transplantasi sumsum tulang atau disimpan dalam cairan
nitrogen sampai diperlukan.

Sebelum transplantasi dilakukan, pasien menerima kemoterapi dosis tinggi dan/atau terapi
radiasi untuk menghancurkan sel-sel yang sakit (sel-sel leukemia, sel-sel lymphoma, sel-sel
tumor yang padat, sel-sel sistim imun yang sakit pada scleroderma, dan seterusnya). Stem
cells kemudian dikembalikan pada pasien, dimana mereka dapat menghasilkan darah baru
dan sel-sel imun dan menggantikan sel-sel yang dihancurkan oleh perawatan.
PHLEBOTOMI

Definisi :
Phlebotomy merupakan suatu tindakan menurunkan volume darah dengan cara
mengeluarkannya melalui pembuluh darah vena secara bertahap dan cepat.

Tujuan :
Menghilangkan gejala distress.

Indikasi :
Dilakukan pada klien dengan masalah polistemia vena, eritrositosis, hematokromasis.

Kontra indikasi :
Klien gagal jantung tidak dianjurkan untuk dilakukan prosedur ini.

Persiapan :
Bahan dan alat :
1. Tensimeter dan stetoskop untuk memantau status hemodinamik sebelum, selama, dan
sesudah tindakan serta untuk membendung aliran vena.
2. Set donor, set infuse.
3. Kateter vena.
4. Botol/kantong penampung darah.
5. Cairan plasma atau dekstran.
6. Perangkat antiseptic lain : kasa, iodine povidon, alcohol, plester.

Prosedur :
1. Sebelumnya minta klien untuk BAB/BAK terlebih dahulu sebelum tindakan.
2. Atur klien posisi berbaring.
3. Evaluasi status hemodinamik, ukur tanda-tanda vital.
4. Lakukan tindakan antiseptic dan aseptic pada lokasi penusukan, dilanjutkan dengan
pembendungan vena dengan tensimeter pada tekanan 60 mmHg.
5. Siapkan set donor sambungkan dengan botol/kantong penampung darah.
6. Tusuk vena dengan kateter vena, bila telah masuk sambungkan set donor untuk
mengeluarkan darah.
7. Umumnya klien dapat menerima pengeluaran darah sebanyak tiga unit (450 – 600 cc)
perminggu.
8. Setelah kantong darah penuh dan tercapai target pengobatannya (hematokrit antara 40
– 45%), hentikan tindakan phlebotomy.
9. Tutup area penusukan dengan kasa betadin.
10. Rapikan alat-alat.
11. Evaluasi kondisi klien terhadap tindakan (pusing, berkunang-kunang, ukur tanda-
tanda vital)

Komplikasi :
Komplikasi yang biasa muncul pada tindakan ini adalah perdarahan, hematom, dan
gangguan hemodinamik.
INTERPRETASI CD4

Pemeriksaan CD4

Tes ini adalah tes baku untuk menilai prognosis berlanjut ke AIDS atau kematian, untuk
membentuk diagnosis diferensial pada pasien bergejala, dan untuk mengambil keputusan
terapeutik mengenai terapi antiretroviral (ART) dan profilaksis untuk patogen oportunistik.
Jumlah CD4 adalah indikator yang paling diandalkan untuk prognosis. Jumlah CD8 ternyata
tidak memprediksi perkembangan; sel CD8 HIV-spesifik (sel CD38) adalah penting untuk
mengendalikan tingkat HIV tetapi tidak dapat diukur secara mudah

Teknik Pemeriksaan

Cara baku untuk menentukan jumlah CD4 memakai flow cytometer dan alat analisis
hematologi yang mahal, membutuhkan darah segar (<18 jam), dan umumnya berharga 50-
150 dolar AS. Sebuah sistem alternatif yang memakai teknologi EIA adalah TRAX CD4 Test
kit. Alat ini mungkin cocok untuk daerah terbatas sumber daya, walau kebanyakan dokter
yang tidak mampu menjangkau tes CD4 kemungkinan akan memakai hitung limfosit total
(total lymphocyte count/TLC).

Nilai Rujukan

Nilai normal untuk kebanyakan laboratorium adalah rata-rata 800 hingga 1050 (sel/mm3),
dengan kisaran mewakili dua standard deviation kurang lebih 500 hingga 1400.

Frekuensi Tes

Tes CD4 sebaiknya diulang setiap tiga sampai enam bulan untuk pasien yang belum diobati
dengan ART dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai ART.
Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan kecenderungan sebelumnya.
Frekuensi akan berbeda-beda tergantung keadaan individu. Kalau tidak diobati, jumlah CD4
akan menurun rata-rata 4 persen per tahun untuk setiap log viral load. Dengan terapi awal
atau perubahan terapi, usulan adalah dilakukan tes CD4 (serta viral load) pada 4, 8 sampai 12,
dan 16 sampai 24 minggu.

Peniruan

Baik dokter maupun pasien harus sadar mengenai sifat berbeda-beda pada hasil tes CD4,
terutama bila hasil akan dipakai untuk mengambil keputusan klinis, misalnya memulai ART
atau profilaksis untuk infeksi oportunistik. Misalnya, kisaran confidence 95 persen untuk
jumlah CD4 yang benar 200 adalah 118-337. Hasil yang tidak konsisten dengan
kecenderungan sebelumnya sebaiknya diulang.
Faktor yang mempengaruhi jumlah CD4

Faktor termasuk perbedaan analisis, perbedaan musim dan diurnal (pagi hari sampai malam
hari), beberapa penyakit bersamaan, dan penggunaan kortikosteroid. Perbedaan analisis yang
bermakna, yang bertanggung jawab untuk kisaran yang besar pada nilai normal (umumnya
500-1400), mencerminkan kenyataan bahwa jumlah CD4 dihutung berdasakan tiga variabel:
jumlah sel darah putih, persentase limfosit, dan persentase sel CD4 (sel yang membawa
reseptor CD4). Juga ada perbedaan musim dan perbedaan diurnal, dengan tingkat paling
rendah pada pukul 12:30 dan tingkat puncak pada pukul 20:30; perbedaan ini tidak secara
jelas sesuai dengan ritma circadian kortikosteroid. Sedikit penurunan pada jumlah CD4
dicatat dengan beberapa infeksi akut dan dengan bedah besar. Penggunaan kortikosteroid
dapat menyebabkan dampak yang besar, dengan penurunan dari 900 menjadi di bawah 300
dengan penggunaan akut; penggunaan kronis mengakibatkan perubahan yang tidak sebesar
ini. Perubaan akut kemungkinan diakibatkan redistribusi leukosit antara sirkulasi perifer dan
sumsum tulang, limpa, dan kelenjar getah bening.

Jumlah CD4 yang seakan-akan tinggi dapat terjadi dengan koinfeksi HTLV-1 atau
splenektomi (pencabutan limpa). HTLV-1 terkait erat dengan HTLV-2, dan kebanyakan tes
serologi tidak membedakan antara kedua infeksi, tetapi hanya HTLV-1 menyebabkan jumlah
CD4 yang seakan-akan tinggi. Penelitian serologi di AS menunjukkan angka infeksi
HTLV1/2 7-12 persen pada pengguna narkoba suntikan, dan 2-10 persen pada pekerja seks;
80-90 persen infeksi tersebut adalah HTLV-2 pada kedua kelompok. Angka infeksi HIV dan
HTLV-1 bersamaan yang tinggi telah dilaporkan di Brasil dan Haiti. Analisis terhadap pasien
dengan koinfeksi memberi kesan bahwa jumlah CD4 adalah 80-180 persen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol dengan tingkat penekanan kekebalan yang serupa.
Splenektomi segera menghasilkan peningkatan pada jumlah CD4, yang terus ditahan.
Persentase CD4 mencerminkan kesehatan kekebalan secara lebih tepat.

Yang berikut hanya mempunyai dampak kecil pada jumlah CD4: jender, usia pada orang
dewasa, faktor risiko, stres psikologis, stres fisik, dan kehamilan.

Persentase CD4

Persentase CD4 kadang kala dipakai sebagai pilihan mengganti CD4 mutlak karena hitungan
ini mengurangi perbedaan pada satu ukuran. Pada laboratorium AIDS Clinical Trials Group
(ACTG), koefisien perbedaan pada satu pasien untuk persentase CD4 adalah 18 persen
dibandingkan 25 persen untuk CD4 mutlak. Data dari pangkalan data pengamatan besar
memberi kesan bahwa CD4 mutlak adalah prediktor paling berguna terhadap risiko untuk
perkembangan infeksi oportunistik. CD4 mutlak dan persentase CD4 sesuai dicatat pada table
di bawah.

Tabel: Kebersamaan kurang lebih CD4 mutlak/CD4 persentase

CD4 mutlak CD4 persentase

>500 >29%

200 - 500 14% sampai 28%

<200 <14%
IMUNOFENOTYPING

Definisi Imunofenotyping

Immunophenotyping adalah teknik yang digunakan untuk mempelajari protein diekspresikan


oleh sel. Teknik ini umumnya digunakan dalam penelitian ilmu dasar dan tujuan diagnostik
laboratorium. Hal ini dapat dilakukan pada bagian jaringan (tissue segar atau tetap), suspensi
sel

Sementara beberapa antigen hanya ditemukan pada satu jenis sel, yang lain ditemukan pada
berbagai jenis. Proses ini banyak digunakan untuk mendiagnosis berbagai jenis limfoma dan
leukemia dengan membandingkan sel normal dan sel kanker. Hal ini telah menjadi teknik
umum untuk identifikasi dan klasifikasi leukemia akut, leukemia myeloid akut terutama
(AML).

Penggunaan immunophenotyping

Immunophenotyping banyak digunakan untuk alasan berikut:

Untuk membedakan antara:

- myeloid akut dan leukemia limfoid


- B dan limfoid sel T neoplasma seperti leukemia limfositik kronis dan limfoma
- ekspansi reaktif dan neoplastik limfosit
- Memprediksi prognosis pada limfoma
- Identifikasi subset limfosit

Tes immunophenotyping

Dua jenis tes yang digunakan dalam immunophenotyping:

a. Flowcytometry
b. immunocytochemistry

Pilihan tes didasarkan pada jenis sampel:

- suspensi cairan (sampel): aliran cytometry (metode uji)


- Sel pada slide (sampel): immunocytochemistry (metode uji)

Berikut adalah gambaran singkat dari dua jenis metode uji:

Flowcytometry

Dalam aliran cytometry, sampel dapat berkisar dari darah, cairan dalam rongga tubuh (seperti
peritoneal atau cairan pleura), sumsum tulang, atau jaringan yang solid dalam media cair.
Arus cytometry umumnya digunakan untuk menentukan garis keturunan sel pada leukemia
dan limfoma.
limfoma aliran digunakan dalam kasus neoplasma limfoid atau ketika asal limfoid diduga atas
dasar morfologi sel setelah pewarnaan. Teknik ini membantu dalam ramalan dan juga
digunakan untuk membedakan antara ekspansi neoplastik dan reaktif limfosit.

Mengalir leukemia dapat digunakan dalam kasus berbagai pilihan leukemia yang bisa
myeloid atau limfoid.

immunocytochemistry

Teknik ini melibatkan immunostaining pap cairan dari rongga tubuh atau aspirasi dari
jaringan. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi garis keturunan sel dalam apusan
jaringan yang dicurigai limfoma atau sarkoma histocytic.

Teknik ini juga membantu mengidentifikasi atau mengkonfirmasi sel asal neoplasia non-
hematopoietik. Immunocytochemistry adalah, bagaimanapun, dibatasi oleh kualitas dan
jumlah smear sebagai salah satu antibodi diterapkan ke satu smear.

Hasil flowcytometry atau immunocytochemistry harus selalu ditafsirkan bersama dengan


sejarah yang tersedia medis, tanda-tanda klinis, temuan pencitraan, dan hasil patologis dari
kasus-kasus individu.

Immunophenotyping di AML

Immunophenotyping secara luas digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan


AML. Imunofenotipe adalah parameter kunci yang sangat berharga dalam memprediksi
respon terhadap pengobatan serta tingkat kelangsungan hidup.

Beberapa studi telah mengidentifikasi hubungan antara AML prognosis dan antigen seperti
CD7, CD9, CD11b, CD13, CD14, CD15, CD33, CD34, dan CD56, meskipun beberapa
penelitian lain melaporkan hasil yang bertentangan.

Meskipun klasifikasi WHO AML memperhitungkan fitur akun immunophenotypic, kriteria


yang sama di monocytic AML tidak jelas.

Menurut Kelompok Eropa untuk imunologi Klasifikasi Leukemia (Egil), AML dapat
imunologis ditentukan oleh ekspresi minimal dua penanda myeloid berikut:

CD13
CD33

CDw65

CD117

mieloperoksidase

Berdasarkan klasifikasi ini, sebuah studi meneliti makna prognostik dari berbagai sub
kelompok immunophenotypic pada pasien AML 177 dewasa. Hasil penelitian ini
dibandingkan dengan fitur klinis dan biologis lainnya. Tak satu pun dari antigen yang diuji
terkait dengan hasil pengobatan.

Pasien dengan ekspresi penuh fenotip panmyeloid menyatakan semua lima spidol myeloid,
memiliki tingkat remisi lengkap yang lebih tinggi, dan berbeda secara signifikan dalam
keseluruhan dan kelangsungan hidup bebas penyakit dari mereka yang menyatakan <5 dari
penanda myeloid. mieloblas leukemia menyatakan banyak antigen diferensiasi leukosit,
sehingga mencerminkan hubungan dengan keturunan myeloid dan tingkat kematangan.

Anda mungkin juga menyukai