Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT
THALASEMIA
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tinea kapitis merupakan penyakit jamur yang sering terjadi pada anak-
anak dibandingkan orang dewasa.2,5 Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
tinea kapitis adalah higienitas yang buruk, kepadatan penduduk dan status sosial
ekonomi yang rendah.3,5 Di negara-negara maju, Trichophyton tonsurans
merupakan penyebab paling umum, sedangkan di negara-negara berkembang
penyebab paling umum adalah Microsporum canis.5
Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-
merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang disebut
kerion.1 Dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai tiga bentuk yaitu gray
patch, kerion, dan black dot ringworm.1 Untuk menegakkan diagnosis maka
dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti lampu wood, microskopis
menggunakan KOH dengan mengambil sampel dengan kerokan pada lesi.1,2,6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah suatu infeksi pada kulit kepala dan rambut yang
disebabkan oleh spesies dermatofita.1,3 Dermatofita merupakan golongan jamur
yang menyebabkan dermatifitosis yang mempunyai sifat mencerna keratin. 1
2.2 Epidemiologi
Infeksi antropofilik yang menyebar dari satu anak ke anak yang lain dapat
hadir sebagai kasus sporadis. Terjadi penyebaran melalui kontak langsung
atau melalui penyebaran udara dari spora dan penyebaran tidak langsung
yaitu terkontaminasi dari benda-benda seperti sisir , sikat , topi dan lain
sebagainya.
Infeksi menyebar dari hewan ke anak ( infeksi zoofilik ) melalui kontak
langsung maupun dengan lingkungan disekitar hewan yang terinfeksi
seperti karpet, pakaian, furnitur dan lain sebagainya.
3
Infeksi menyebar dari tanah ke manusia ( infeksi geofilik ) namun jarang
terjadi.
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi 9
4
Merupakan varian endothrix yang menyerupai dermatitis seboroik.
Kerion
Favus
2.5 Patogenesis
5
2. Penetrasi melewati dan di antara sel Setelah terjadi perlekatan, spora
berkembang dan menembus stratum korneum dengan kecepatan yang lebih cepat
daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase
dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan
maserasi juga membantu memfasilitasi penetrasi jamur kejaringan. Pertahanan
baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari epidermis.
6
infeksi pada batang rambut namun arthroconidia tetap didalam batang rambut,
menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan korteks yang intak. Hal ini
yang menyebabkan rambut menjadi sangat rapuh dan pada permukaan kulit
kepala akan ditemukan folikel yang hilang, meninggalkan titik hitam kecil “black
dot” serta inflamasi yang parah yang ditemukan pada semua kasus.3,6
Tinea kapitis dapat hadir dengan beberapa gejala klinis, tergantung jenis
organisme, jenis invasi pada rambut, tingkat resistensi dan respon inflamasi.6
Manifestasi klinis tinea kapitis pada tiap negara bervariasi dari rambut kusam,
rambut patah dengan skala ringan sampai berat, nyeri, inflamasi.6 Kelainan pada
tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan
kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang disebut kerion, limfadenopati
servical dan oksipital.1,6
7
Gambar 2.2 Tinea Kapitis “Gray Patch” 3,7
8
Gambar 2.3 Tinea Kapitis “Black Dot” 3,7
Kerion 1,3,6,8
Kerion merupakan jenis tinea kapitis yang bersifat inflamasi dan merupakan
tinea kapitis dengan peradangan yang berat. Hal ini disebabkan oleh organisme
zoofilik seperti T. verrucosum dan T. mentogrophyte atau dermatofit geophilik
semeprti M. Gypseum. Reaksi peradangan berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya
sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan
kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan
parut (sikatriks) dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang
menonjol kadang-kadang dapat terbentuk. Tinea kapitis anthropophilik dapat tiba-
tiba menjadi inflamasi dan berkembang menjadi kerion akibat hipersensitivitas
yang tinggi.
9
Gambar 2.4 Kerion pada Kulit Kepala 3
Favus 3,6,8
10
Gambar 2.5 Tinea Kapitis Favus 3,9
2.7 Diagnosis
Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan pada hasil gejala klinis dan
hasil tes laboratorium. Tes laboratorium yang dapat digunakan yaitu :
Lampu Wood1,6,9
Pemeriksaan KOH1,6,9
11
Pengambilan sampel terdiri rambut sampai akar rambut serta skuama. Setelah
sampel diambil kemudian sampel diletakkan di atas gelas alas, kemuadian
ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan
rambut adalah 10% dan untuk kulit 20%. Setelah sediaan dicampurkan dengan
KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat
pelarutan makan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada
saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasan sudah cukup. Biala terjadi
penguapan, maka akan terbentuk kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan
tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat
warna pada sediaan KOH misalnya tinta Parker super-chroom blue black.
Kultur1,6,9
Dermatitis Seboroik
Peradangan yang erat dengan keativan glandula sebasea yang aktif pada bayi
dan insiden puncak pada usia 18-40 tahun. Manifestasi pada dermatitis seboroik
didapatkan eritema, skuama yang berminyak dan kekuningan dengan batas tidak
tegas, rambut rontok mulai dari verteks dan frontal. Krusta tebal dapat berbau
tidak sedap dan meluas ke dahi, glabela, telinga postaurikular,leher, daerah
12
supraorbital, liang telinga luar, lipatan nasolabial, sternal,payudara,interskapular,
umbilikus, lipat paha dan anogenital
Dermatitis Atopik
Psoriasis
Alopesia Areata
13
Pseudopelade Brocq
2.9 Tatalaksana
Terapi Oral
14
yang dapat digunakan untuk alternatif terapi tinea kapitis adalah flukonazole,
ketokonazole,itrakonazole, dan terbinafine.6
Griseofulvin1,2,4,6,10
Obat ini kontra indikasi pada kehamilan. Griseofulvin tidak larut dalam air
dan absorbsinya buruk dari saluran pencernaan. Sehingga untuk mempertinggi
absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang
banyak mengandung lemak seperti susu, kacang, mentega. Efek samping
griseofulvin jarang dijumpai, namun keluhan utama ialah sefalgia pada 15%
penderita. Efek sampig lainnya dapat berupa gangguan traktus digestinus ialah
nausea, vomitus, dan diare. Griseovulvin juga bersifat fotosensitif dan dapat
mengganggu fungsi hepar.
Untuk tinea kapitis dosis itraconazole umumnya diberikan 3-5 mg / kg/ hari
selama empat sampai enam minggu atau 2 x 100-200 mg/hari. Itraconazole
15
memiliki spektrum yang sangat luas terhadap jamur , termasuk aspergillus dan
dermatofit. Kontraindikasi pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Terbinafine1,2,4,6,10
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Unandar Budimulja. Mikosis: dalam Prof.Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2008; p.92-99
6. Maha A, Dayel, Iqbal Bukhari. Tinea Capitis. The Gulf Journal of Dermatology
and Venereology.Vol.1. No.1. 2004
9. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, dkk. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis
of Cinival Dermatology 5th ed.New York Mc Graw Hill. 2007
18