Anda di halaman 1dari 7

EKSPERIMEN FISIKA I

LABORATORIUM FISIKA LANJUT

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017-2018
MODUL 02
INFERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET
Alfonsa Hans, Adolf Yoshua Marbun, Rafi Chandra
10215091, 10215026, 10215038
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: alfonsa711@gmail.com

Asisten: Nabilah Calista Balqis Aprillia / 10214063


Tanggal Praktikum: (07-09-2017)

Abstrak
Tujuan modul praktikum ini adalah menentukan rasio pergeseran interferometer dan ketebalan rambut.
Interferensi cahaya adalah fenomena superposisi dua gelombang cahaya monokromatik dan koheren yang
menghasilkan pola gelap terang akibat superposisi konstruktif dan superposisi destruktif. Interferometer
Michelson-Morley menggunakan metode pembagian amplitudo dengan beam splitter untuk memperoleh dua
sumber koheren. Cahaya pantul pada layar oleh beam splitter akan mengalami superposisi destruktif dan
konstruktif yang membentuk pola interferensi bergantung beda fasa dari dua berkas yang tiba di layar.
Difraksi adalah fenomena pembelokan gelombang ketika melalui celah sempit maupun penghalang.
Ketebalan rambut dapat diukur dengan memanfaatkan prinsip Babinet, yaitu pola difraksi dari cahaya yang
melewati celah sempit sama dengan pola difraksi dari komplemen pengganti celah itu yaitu rambut.
Percobaan pertama mengukur delta x dari 10 kali putaran mikrometer sekrup sebanyak 10 data. Percobaan
kedua adalah mengukur 5 jarak antargelap pertama ke kiri dan ke kanan pada pola difraksi yang dihasilkan
dari cahya laser yang melewati rambut. Nilai rasio pergeseran pada percobaan Interferometer Michelson-
Morley adalah 1084,34 nm/mm sedangkan nilai ketebalan rambut adalah 0,06931 mm untuk rambut A dan
0,1136 mm untuk rambut B.
Kata kunci : Babinet, Difraksi, Interferensi, Interferometer, Koheren

I. Pendahuluan Metode pembagian amplitudo menggunakan


Tujuan dari modul praktikum ini adalah beam splitter untuk memperoleh dua berkas
untuk menentukan rasio pergeseran cahaya yang memiliki porsi yang sama dari
interferometer dan ketebalan rambut dengan pembagian sumber cahaya.
menggunakan prinsip Babinet. Interferometer merupakan alat yang
Interferensi cahaya adalah fenomena digunakan untuk menghasilkan pola
superposisi dua gelombang cahaya interferensi dari dua atau lebih gelombang.
monokromatik dan koheren yang Salah satu jenis interferometer adalah
menghasilkan pola terang gelap akibat Interferometer Michelson-Morley.
superposisi konstruktif dan superposisi Interferometer ini memanfaatkan metode
destruktif[1]. Cahaya monokromatik adalah pembagian amplitudo dengan beam splitter.
cahaya yang memiliki satu panjang Interferometer ini tersusun dari satu beam
gelombang. Dua gelombang cahaya disebut splitter yang berfungsi membagi berkas
koheren jika amplitudo dan frekuensi sama sumber cahaya (source), dua buah cermin
serta memiliki beda fase yang konstan. yang berfungsi memantulkan cahaya dari
Salah satu contoh cahaya koheren beam splitter, dan detector yang berfungsi
adalah LASER (Light Amplication by menerima cahaya pantulan dari beam splitter
Stimulated Emission of Radiation). Laser dan menampilkan pola yang terbentuk akibat
adalah suatu berkas yang dikuatkan oleh interferensi dua gelombang cahaya pantulan
emisi radiasi yang simultan[2]. Ada dua itu. Interferometer Michelson-Morley
metode pembagian sumber cahaya untuk menggunakan laser sebagai sumber cahaya
memperoleh cahaya koheren yaitu metode yang dibagi oleh beam splitter menjadi dua
pembagian muka gelombang dan metode cahaya koheren, cahaya pertama diteruskan
pembagian amplitudo. Metode pembagian ke cermin M1 dan cahaya kedua dipantulkan
muka gelombang memanfaatkan prinsip ke cermin M2. Kedua cahaya itu dipantulkan
Huygens, yaitu muka gelombang satu sumber balik menuju beam splitter oleh masing-
cahaya yang melewati celah akan masing cermin dan beam splitter meneruskan
memproduksi gelombang-gelombang baru dua cahaya pantul yang menghasilkan pola
dengan panjang gelombang yang sama[3]. interferensi pada layar. Skema sederhana
rangkaian interferometer Michelson-Morley Keterangan :
ditunjukkan oleh gambar berikut. L : Jarak celah ke layar (cm)
d : Lebar celah sempit (mm)
λ : Panjang gelombang laser (nm)
ΔX : Jarak antara pola gelap (mm)
Persamaan (3) dapat disamakan dengan
persamaan regresi linear dan gradiennya
merupakan rasio dari lebar celah sempit
dengan panjang gelombang cahaya sebagai
berikut.
𝐿 = 𝑃1∆𝑋 + 𝑃2 (4)
𝑑 = 𝑃1𝜆 (5)
Keterangan :
L : Jarak celah ke layar (cm)
d : Lebar celah sempit (mm)
Gambar 1. Skema Sederhana Rangkaian λ : Panjang gelombang laser (nm)
Interferometer Michelson-Morley[4] Δ𝑋 : Jarak antara pola gelap rata-rata
Rasio pergeseran pada interferometer (mm)
merupakan nilai satu skala nanometer pada P1 : Gradien regresi
alat yang berhubungan dengan pergeseran P2 : Konstanta regresi
cermin sebesar satu milimeter. Besar rasio Skema sederhana rangkaian prinsip
pergeseran berhubungan dengan perubahan Babinet ditunjukka oleh gambar berikut.
pola interferensi terang gelap atau frinji.
Rasio pergeseran dapat dinyatakan dengan
persamaan matematis sebagai berikut.
𝑁𝜆
𝑘 = 2𝛥𝑋 (1)
Keterangan :
k : Rasio pergeseran (nm/mm)
N : Jumlah pergerakan frinji
λ : Panjang gelombang laser (nm)
ΔX : Perubahan lintasan optik (mm)
Difraksi adalah fenomena pembelokan
gelombang ketika melalui celah sempit yang Gambar 2. Skema Sederhana Rangkaian Prinsip
dapat menyebabkan terjadinya pola terang Babinet[5]
gelap. Persamaan matematis untuk
menentukan lebar celah sempit diberikan II. Metode Percobaan
sebagai berikut. Praktikum modul ini dilakukan dua
𝑛𝜆 = 𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 (2) macam percobaan. Percobaan pertama adalah
Keterangan : mengamati pola interferensi cahaya dari
n : Pola gelap ke-n interferometer Michelson-Morley untuk
λ : Panjang gelombang laser (nm) menentukan rasio pergeseran. Percobaan
d : Lebar celah sempit (mm) kedua adalah mengamati pola difraksi
θ : Sudut difraksi (°) dengan prinsip Babinet untuk menentukan
Prinsip Babinet yaitu prinsip yang ketebalan rambut. Kedua percobaan
menyatakan pola difraksi dari cahaya yang menggunakan laser He-Ne sebagai sumber
melewati celah sempit (lebar d) sama dengan cahaya karena laser ini bersifat koheren dan
pola difraksi dari komplemen pengganti monokromatik.
celah tersebut (yang memiliki lebar sama d). Percobaan pertama dimulai dengan
Prinsip ini digunakan untuk mengukur objek mempersiapkan alat inferterometer yang
yang sangat kecil. Jika jarak layar ke celah telah tersusun, kemudian mempersiapkan
difraksi adalah L dan sudut difraksi yang laser yang ditaruh di atas tumpukan buku
terjadi sangat kecil sehingga sinθ ≅ tanθ, yang telah diatur ketinggiannya dan
maka persamaan (2) menjadi seperti berikut. mengatur posisi alat-alat tersebut seperti
𝑑
𝐿 = 𝜆 Δ𝑋 (3) skema pada gambar 1. Lalu mengaktifkan
laser dengan kunci dan mengatur posisi laser 11 14,26 3,26 970,86
sehingga sinar laser masuk lensa divergen. 14,26 17,66 3,4 930,88
Langkah selanjutnya mengatur knop cermin 17,66 20,5 2,84 1114,44
M1 yang movable dengan memutar 15 18,15 3,15 1004,76
mikrometer sekrup agar terbentuk pola 18,15 20,61 2,46 1286,59
interferensi di layar. Setelah pola interferensi 17 19,6 2,6 1217,31
terbentuk, nilai dari mikrometer sekrup 𝑘 (nm/mm) 1084,34
dibaca dan dicatat sebagai nilai awal. k referensi (nm/mm) 1140
Kemudian memutar mikrometer sekrup Nilai k pada tabel 1 diperoleh dengan
sampai 10 kali dengan acuan pola interferensi menggunakan persamaan (1).
nilai awal. Setelah dilakukan pemutaran 10
kali, catat nilai yang tertera pada mikrometer Tabel 2. Tabulasi Data Percobaan Interferometer
Michelson-Morley untuk N=5
sekrup. Perbedaan nilai dari pola interferensi
Xi Xf ΔX λ
ke 10 dengan pola interferensi awal ini N k
(mm) (mm) (mm) (nm)
menjadi nilai ΔX. Pengambilan data diulang 15,5 16,84 1,34 1180,97
hingga diperoleh 10 data. Hipotesis dari 16,84 18,14 1,3 1217,308
percobaan ini adalah nilai ΔX semua bernilai 18,14 19,26 1,12 633 5 1412,946
sama sehingga nilai rasio pergeserannya 13 14,86 1,86 850,8065
konstan. 14,86 16,91 2,05 771,9512
Percobaan kedua dimulai dengan 𝑘 (nm/mm) 1086,796
mempersiapkan laser dan rambut yang telah k referensi (nm/mm) 1140
berada di bangku optik. Kemudian layar Nilai k pada tabel 2 diperoleh dengan
berupa kertas HVS dipersiapkan untuk menggunakan persamaan (1).
menangkap hasil difraksi dan bersama laser
dan rambut A diatur posisinya seperti skema 2. Percobaan Difraksi Cahaya dengan
pada gambar 2. Lalu laser diaktifkan dan Prinsip Babinet
diatur posisinya sehingga mengenai rambut Panjang gelombang referensi (λref) =
akibatnya tampak pola difraksi pada layar. 633 nm
Penggambaran garis pada pola gelap untuk 5 Nilai ketebalan rambut referensi (dref) =
gelap pertama ke kiri dan ke kanan dari pusat 0,06 – 0,08 mm
dilakukan untuk memperjelas pola difraksi a. Rambut A
dan jarak antargelap itu diukur dan dicatat Tabel 3. Tabulasi Data Percobaan Prinsip
nilainya dengan 5 variasi jarak antara layar Babinet untuk Rambut A
dengan rambut dari 40-120 cm dengan ΔX (mm) 𝛥𝑋
L 𝛥𝑋
interval 20 cm. Percobaan ini dilakukan 2 n tiap n
(cm) Kiri Kanan (mm)
kali dengan 2 rambut yang berbeda yaitu (mm)
rambut A dan rambut B. Hipotesis dari 1 3 3 3
percobaan ini adalah rambut A dan rambut B 2 3 3 3
40 3 4 3 3,5 3,2
memiliki ketebalan yang berbeda.
4 3 4 3,5
5 3 3 3
III. Data dan Pengolahan data 1 5 4 4,5
1. Interferensi Cahaya dengan 2 5 5 5
Interferometer Michelson-Morley 60 3 5 5 5 4,8
Panjang gelombang referensi (λref) = 4 5 4 4,5
633 nm 5 5 5 5
Rasio pergeseran referensi (kref) = 1140 1 8 5 6,5
nm/mm 2 10 6 8
Tabel 1. Tabulasi Data Percobaan Interferometer 80 3 8 7 7,5 7,2
Michelson-Morley untuk N = 10 4 7 7 7
Xi Xf ΔX λ 5 7 7 7
N k
(mm) (mm) (mm) (nm) 1 8 7 7,5
7 10,44 3,44 920,06 2 7 8 7,5
10,44 12,55 2,11 1500,00 100 3 10 9 9,5 8,3
633 10
12,55 16,76 4,21 751,78 4 8 9 8,5
16,76 19,43 2,76 1146,74 5 9 8 8,5
1 10 8 9 5 5 5 5
2 11 10 10,5 1 6 4 5
120 3 11 11 11 10,5 2 6 5 5,5
4 12 10 11 100 3 6 6 6 5,5
5 10 12 11 4 5 6 5,5
Dari data L dan ∆𝑋 pada tabel 3, dilakukan 5 5 6 5,5
regresi linear sehingga didapat grafik L 1 7 5 6
terhadap ∆𝑋 untuk rambut A sebagai berikut. 2 8 6 7
120 3 6 6 6 6,6
4 7 8 7,5
5 6 7 6,5
Dari data L dan ∆𝑋 pada tabel 4, dilakukan
regresi linear sehingga didapat grafik L
terhadap ∆𝑋 untuk rambut B sebagai berikut.

Gambar 3. Grafik L terhadap ∆𝑋untuk Rambut A

Gambar 5. Grafik L terhadap ∆𝑋untuk Rambut B

Gambar 4. Data Grafik L terhadap ∆𝑋untuk


Rambut A

Ketebalan rambut A dapat diperoleh dengan


menggunakan persamaan (5) dan panjang
gelombang referensi (633 nm) sehingga
rambut A memiliki ketebalan 0,06931 mm. Gambar 6. Data Grafik L terhadap ∆𝑋untuk
Rambut B
b. Rambut B
Tabel 4. Tabulasi Data Percobaan Prinsip Ketebalan rambut B dapat diperoleh dengan
Babinet untuk Rambut B menggunakan persamaan (5) dan panjang
ΔX (mm) 𝛥𝑋 gelombang referensi (633 nm) sehingga
L 𝛥𝑋
n tiap n rambut B memiliki ketebalan 0,1136 mm.
(cm) Kiri Kanan (mm)
(mm)
1 2 2 2 IV. Pembahasan
2 2 2 2 a. Analisis
40 3 2 2 2 2,1 Mikrometer sekrup dapat menyebabkan
4 2 2 2 pola interferensi bergerak karena mikrometer
5 3 2 2,5 sekrup berhubungan dengan salah satu
1 3 3 3 cermin yang dapat bergerak / movable mirror
2 3 3 3
pada set alat interferometer. Apabila sekrup
60 3 4 4 4 3,4
bergeser akibat diputar, cermin juga akan
4 4 3 3,5
5 3 4 3,5
ikut bergeser dan menyebabkan perubahan
1 5 3 4 panjang lintasan gelombang cahaya antara
2 5 4 4,5 movable mirror dengan beam splitter.
80 4,6 Apabila panjang lintasan diperpanjang
3 4 5 4,5
4 5 5 5 dengan menambah pergeseran sekrup maka
pola cincin interferensi pada layar akan Kuantitas jumlah pergerakan pola frinji
bergerak masuk ke pusat lingkaran. (N) pada mikrometer sekrup yang berbeda
Perbedaan rasio pergeseran hasil (selain 10 kali) seharusnya tidak memiliki
percobaan dengan rasio pergeseran referensi pengaruh yang signifikan terhadap rasio
dapat disebabkan oleh mikrometer sekrup pergeseran (k). Rasio pergeseran yang ideal
yang belum terkalibrasi dimana penentuan haruslah memiliki nilai yang konstan
satu skala mikrometer dianggap setara walaupun jumlah pergerakan pola frinji
dengan panjang gelombang laser. Penyebab berbeda karena untuk satu jumlah pergerakan
lain yaitu nilai perubahan lintasan yang tidak pola frinji yang ideal haruslah memiliki nilai
tetap dan antara satu sama lain memiliki perubahan lintasan yang selalu sama (sama
perbedaan yang kontras yang seharusnya dengan jarak 2 terang berdekatan). Nilai rasio
bernilai sama atau mendekati karena pergeseran untuk jumlah pergerakan pola
dilakukan pemutaran sekrup yang sama yaitu frinji sebanyak 5 pada tabel 2 diperoleh nilai
10 kali. Selain itu, cahaya laser yang rasio pergeseran 1086,796 nm/mm yang tidak
melewati beam splitter yang terdapat kaca jauh berbeda dengan nilai rasio pergeseran
memungkinkan terjadinya perubahan panjang untuk jumlah pergerakan pola frinji sebanyak
gelombang karena cahaya laser melewati 10 pada tabel 1 yaitu 1084,34 nm/mm dari
medium yang berbeda. hasil percobaan.
Ketebalan rambut A hasil perhitungan
sebesar 0,06931 mm telah sesuai dengan nilai b. Pertanyaan
referensi 0,06 – 0,08 mm sedangkan Pola interferensi terang-gelap terjadi
ketebalan rambut B hasil perhitungan sebesar karena dua gelombang cahaya koheren dan
0,1136 mm berbeda dari nilai referensi yang monokromatik mengalami superposisi yang
sama. Ketebalan rambut B tidak sama dengan mengalami perbedaan panjang lintasan yang
referensi kemungkinan disebabkan oleh ditempuh. Perbedaan panjang lintasan
keadaan bangku optik rambut B yang tidak menyebabkan perbedaan fasa antara kedua
baik saat percobaan dimana keadaan bangku gelombang cahaya itu. Pola terang terjadi
optik bagian atas terdapat selotip yang karena kedua gelombang cahaya mengalami
merekatkan yang memungkinkan posisi interferensi konstruktif sedangkan pola gelap
rambut tidak tepat seperti posisi rambut A terjadi karena kedua gelombang cahaya
pada bangku optiknya sehingga hal itu mengalami interferensi destruktif.
menyebabkan gangguan pada pengukuran Makna fisis dari rasio pergeseran adalah
jarak ke layar. Hal ini didukung oleh data seberapa jauh cermin bergeser ketika sekrup
percobaan pada tabel 4 yang dapat dilihat diputar sama dengan jarak yang ditempuh
perbedaannya dengan rambut A (yang telah cahaya sepanjang satu panjang gelombang.
sesuai dengan hasil referensi) yaitu data jarak Prinsip Huygens menjelaskan bahwa
antargelap. Jarak antargelap yang diperoleh muka gelombang satu sumber cahaya yang
dari rambut B relatif lebih kecil dibanding melewati celah akan memproduksi
rambut A, sesuai dengan persamaan (3) jarak gelombang-gelombang baru dengan panjang
antargelap berbanding terbalik dengan gelombang yang sama yang menyebar.
ketebalan rambut sehingga ketebalan rambut Prinsip Babinet menjelaskan bahwa pola
B memiliki nilai di atas nilai referensi. difraksi menggunakan celah sempit akan
Ketebalan rambut A berbeda dengan menghasilkan pola difraksi yang sama
ketebalan rambut B karena kemungkinan apabila celah sempit itu diganti dengan
rambut yang tidak sama tebalnya secara komplemennya berupa penghalang yang
homogen sehingga ketebalan rambut yang memiliki ketebalan yang sama dengan lebar
diperoleh tidak sama. Selain itu, kondisi celah sempit tersebut. Prinsip Huygens dan
bangku optik rambut B saat praktikum yang prinsip Babinet berkaitan dalam pola difraksi
kurang baik juga mempengaruhi perbedaan yaitu dengan prinsip Babinet, celah sempit
ketebalan rambut A dan rambut B. dapat diganti dengan komplemennya
Garis-garis tipis yang terdapat pada pola misalnya rambut yang menjadi tempat muka
difraksi yang dihasilkan karena pada proses gelombang cahaya untuk memproduksi
difraksi di suatu titik terang tidak hanya gelombang-gelombang baru sesuai dengan
terjadi efek difraksi, namun di sana terjadi prinsip Huygens sehingga gelombang-
juga efek interferensi.
gelombang baru itu bersuperposisi dan
tampak pola terang gelap pada layar.
Cahaya refleksi yang masuk ke dalam
cavity laser mempengaruhi stabilitas
intensitas keluaran cahaya laser karena laser
rentan atau susceptible terhadap refleksi
tersebut. Cahaya refleksi mengganggu osilasi
gelombang berdiri pada cavity laser sehingga
meningkatkan noise efektif dari laser bahkan
dapat membuat laser memberi respon yang
non linear.

V. Kesimpulan
Rasio pergeseran interferometer dari
percobaan yang dilakukan diperoleh nilai
1084,34 nm/mm yang berbeda dengan hasil
rasio pergeresan interferometer refensi yaitu
1140 nm/mm.
Penentuan tebal rambut dilakukan
dengan prinsip Babinet menghasilkan tebal
rambut A sebesar 0,06931 mm dan tebal
rambut B sebesar 0,1136 mm. Hasil tebal
rambut A telah sesuai dengan hasil pada
referensi yaitu pada rentang 0,06 – 0,08 mm
sedangkan rambut B tidak sesuai.

VI. DaftarPustaka
[1] http://physics.bu.edu/~duffy/sc545_no
tes09/interference_conditions.html
(akses pada tanggal 08 September
2017 pukul 14:38)
[2] Krane, K, Modern Physics, 3rd ed.,
John Wiley & Sons, Inc, 248-249,
2012.
[3] Serway, R.A.& Vuille, C., College
Physics, 9th ed., Brooks/Cole, 775-
776, 2012.
[4] http://myslu.stlawu.edu/~jmil/physics/
labs/104_lab/inactive/michelson.shtml
(akses pada tanggal 08 September
2017 pukul 20:08)
[5] http://physicsed.buffalostate.edu/pubs/
StudentIndepStudy/EURP09/Young/
Young.html
(akses pada tanggal 08 September
2017 pukul 21:11)

Anda mungkin juga menyukai