PENDAHULUAN
1
3. Kesulitan menggunakan metode analitik untuk mencari solusi exact dengan
jumlah data yang besar, diperlukan perhitungan komputer, metode numerik
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
4. Pemakaian metode analitik terkadang sulit diterjemahkan ke dalam algoritma
yang dapat dimengerti oleh komputer. Metode numerik yang memang
berangkat dari pemakaian alat bantu hitung merupakan alternatif yang baik
dalam menyelesaian persoalan-persoalan perhitungan yang rumit.
2
Selain mempercepat perhitungan numerik, dengan komputer dapat dicoba
berbagai kemungkinan solusi yang terjadi akibat perubahan beberapa parameter
tanpa menyita waktu dan pikiran. Solusi yang diperoleh juga dapat ditingkatkan
ketelitiannya dengan mengubah-ubah nilai parameter (Susy, 2006).
Dengan adanya permasalahan yang muncul, maka tujuan dari makalah ini
adalah mengetahui perbedaan kecepatan dan tingkat kemudahan dalam
menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari berbagai metode yang
digunakan.
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. Bagi dua interval [a,b] dan evaluasi nilai f(x) pada titik tengah interval.
2. Apabila f(m) = 0 berarti x = m, bila tidak sama dicari posisi nilai m apakah
berada pada interval [a,m] atau interval [m,b] ; yaitu dengan memeriksa
perbedaan tanda :
4
a. Jika f (a) dan f(m) berbeda tanda berarti di [a,m]
b. Jika f(a) dan f(m) mempunyai tanda sama berarti di [n,b] proses
pembagian interval dapat diulang sampai ditemukan nilai yang
memberikan f( ) = 0.
Pada bab ini dibahas solusi dari persamaan non linear yang banyak
dijumpai dalam formulasi kasus-kasus fisika, yaitu pencarian akar persamaan
(finding roots). Disajikan beberapa metode yang biasa digunakan, dan inti
pembahasan terletak beberapa metode komputasi numerik yang akan dibahas,
yaitu metode Successive Substitution, metode Secant, metode Newton Raphson,
dan metode Regula Falsi beserta cara menangani berbagai kasus yang disertakan.
nilai dari dg ( x )
1 , pada nilai tebakan awal xo.
dx
5
Gambar 2.2 Grafik Direct Substitution (Convergence)
Ketika lereng dg (x)/dx < 1, maka metode tersebut konvergen seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
Ketika lereng dg (x) / dx> 1, maka metode tersebut divergen seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.2.
Contoh:
1. Tentukan nilai x dari persamaan berikut:
2
𝑥 3 + 2𝑥 + 2 = 10𝑒 −2𝑥
Jawab:
Ubah persamaan menjadi bentuk X = g(x)
6
1 𝑥 3 +2𝑥+2
X = g(x) = √− 2 ln( )
10
Misalkan x0 = -0.5
Penyelesaian iterasi dapat dilihat pada tabel.
X g(x)
-0.5 1.103657
1.103657 0.542445
0.542445 0.750208
0.750208 0.684039
0.684039 0.706208
0.706208 0.698905
0.698905 0.701325
0.701325 0.700525
0.700525 0.700789
0.700789 0.700702
0.700702 0.700731
0.700731 0.700721
0.700721 0.700724
0.700724 0.700723
0.700723 0.700724
7
Di coba subtitusi x0= π/8=0,3927 atau 22,5 derajat sebagai nilai tebakan
awal
Maka menghasilkan
x1=2,4142 atau 0,7 π, sehingga berada di luar range 0 < x < π/2 atau
divergen
untuk g(x) yg lain:
x=tan-1(1/x)
dg ( x )
Cek konvergensi, ternyata <1 maka dijamin konvergen.
dx
Di coba subtitusi x0= π/8=0,3927 atau 22,5 derajat sebagai nilai tebakan
awal.
Maka menghasilkan table iterasi
X g(x)
0.3927 1.196599
1.196599 0.696135
0.696135 0.962669
0.962669 0.804416
0.804416 0.893368
0.893368 0.841657
0.841657 0.871166
0.871166 0.854142
0.854142 0.863902
0.863902 0.858286
0.858286 0.861511
0.861511 0.859657
0.859657 0.860722
0.860722 0.86011
0.86011 0.860462
0.860462 0.86026
0.86026 0.860376
8
0.860376 0.860309
0.860309 0.860348
0.860348 0.860326
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 + 𝑣𝑟
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑥𝑟−1 = 𝑥𝑟 −
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
dan
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 − 𝑣𝑟
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑦𝑟−1 = 𝑦𝑟 −
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Pembuktian rumus:
9
Gambar 2.4 Gradien suatu kurva
atau
Maka untuk 2 persamaan non linier dengan 2 variabel misal u(x,y) dan
v(x,y), maka analog seperti diatas:
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟+1 = 𝑢𝑟 + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 ) + (𝑦𝑟+1 − 𝑦𝑟 )
𝜕𝑥 𝜕𝑦
dan
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑣𝑟
𝑣𝑟+1 = 𝑣𝑟 + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 ) + (𝑦𝑟+1 − 𝑦𝑟 )
𝜕𝑥 𝜕𝑦
10
Dengan sedikit manipulasi aljabar, kedua persamaan terakhir ini menjadi
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 + 𝑣𝑟
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑥𝑟+1 = 𝑥𝑟 −
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Dan
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢
𝑢𝑟 − 𝑣𝑟 𝑟
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑦𝑟+1 = 𝑦 + 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Terbukti!
Start
Diperoleh hasil
Finish
11
Contoh Soal :
Soal 1 :
Penyelesaian
𝜕𝑓1
= 2𝑥1
𝜕𝑥1
𝜕𝑓1
= 2𝑥2
𝜕𝑥2
b. Kita buat turunan parsial dari fungsi kedua
𝑓2 (𝑥) = 𝑥12 + 3𝑥2 − 16 = 0
𝜕𝑓2
= 2𝑥1
𝜕𝑥1
𝜕𝑓2
= −3
𝜕𝑥2
c. Kita susun persamaan nonlinier kembali menjadi,
𝜕𝑓1 𝜕𝑓1
𝑑1 + 𝑑 = −𝑓1 (𝑥)
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 2
12
𝜕𝑓2 𝜕𝑓2
𝑑1 + 𝑑 = −𝑓2 (𝑥)
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 2
𝑒2 = 3,21
Soal 2 :
r1
A 2B
r2
A C
r3
r4
B D+C
13
Dimana
r1 = k1 CA (gmol/liter sekon)
3/2
r2 = k 2 CA
r3 = k 3 CC2
r4 = k 4 CB2
k1 = 1,0 sec −1
Dimana
ri = gmol⁄liter sec
Reaktor tangki berpengaduk digunakan untuk suatu sistem reaksi seperti pada
gambar dibawah. Volume reaktor (VR) adalah 100 liter dan laju alir umpan Q
sebanyak 50 liter/sec dengan konsentrasi komponen A = 1 mol/liter. Reaktor
tangki berpengaduk di atur pada kondisi steady state dan sistem diasumsikan
berada pada kondisi isotermal. Neraca massa dari sistem reaksi tersebut yaitu:
14
Q
CAO
Q
VR
Inilah rumus iterasi untuk sistem persamaan non linier 2 persamaan 2 variabel.
15
Start
Diferensiasi parsialkan
semua persamaan untuk
setiap variabel
Diperoleh hasil
Finish
Contoh Soal :
𝑓1 (𝑥. 𝑦) = 𝑢 = 𝑥 2 + 𝑥𝑦 − 10 = 0
𝑓2 (𝑥, 𝑦) = 𝑣 = 𝑦 + 3𝑥𝑦 2 − 57 = 0
Penyelesaian:
Rumus:
16
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 + 𝑣𝑟
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑥𝑟+1 = 𝑥𝑟 − (3.14)
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Dan
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 − 𝑣𝑟
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + (3.15)
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Langkah 1.
Langkah 2.
Lalu cari nilai dari semua komponen determinan jacobi-nya pada titik tebakan
awal.
𝜕𝑢0
= 2𝑥 + 𝑦 = 2(1,5) + 3,5 = 6,5
𝜕𝑥
𝜕𝑢0
= 𝑥 = 1,5
𝜕𝑦
𝜕𝑣0
= 3𝑦 2 = 3(3,5)2 = 36,75
𝜕𝑥
𝜕𝑣0
= 1 + 6𝑥𝑦 = 1 + 6(1,5) = 32,5
𝜕𝑦
Langkah 3.
17
∂ur 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
Det. Jacobi = − (3.16)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
= 156.125
Langkah 4.
Lakukan iterasi untuk menemukan persamaan newton utk sistem persamaan non
linier
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 + 𝑣𝑟
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑥𝑟+1 = 𝑥𝑟 − (3.14)
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Dan
𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 − 𝑣𝑟
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + (3.15)
𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟
−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
(2.5)(36.75) (1.625)(6.5)
y1 3.5 3.5 (0.656125) 2.84388
det . jacobi
Coba teruskan!
18
sulit ditemukan, metode newton tidak dapat dipakai. Solusinya, bahwa sebetulnya
f’(x) pada hakekatnya merupakan suatu slope atau gradien.
19
Sebuah peluru bermassa 2 gram ditembakkan vertikal ke udara dan
bergerak turun setelah mencapai batas kecepatan. Batas kecepatan ditentukan oleh
mg=Ftarik, dimana m=massa dan g = percepatan gravitas i. Persamaan lengkap
adalah sebagai berikut:
dimana v adalah kecepatan batas, m/det. Suku pertama pada ruas kanan
menyatakangesekan tarik (friction drag), dan suku kedua menyatakan tekanan
tarik (pressure drag). Tentukan batas kecepatan dengan metode secant. Nilai coba
awal v @ 30 m/det
Solusi:
diset vo=30 dan v1=30,1 didasarkan pada nilai coba awal, dimana y0 dan y1
dihitung dengan persamaan (2.12). Iterasi penyelesaian dengan persamaan (2. 11)
sebagai berikut:
20
2.6 Regula Falsi
Sesi metode numerik ini membahas salah satu metode penyelesaian sistem
persamaan non linier, yaitu dengan metode pencarian akar persamaan dengan
memanfaatkan kemiringan dan selisih tinggi dari dua titik batas range. Dua titik a
dan b pada fungsi f(x) digunakan untuk mengestimasi posisi c dari akar interpolasi
linier, dikenal dengan metode False Position atau metode regula falsi.
21
3. Tentukan toleransi error (e) dan iterasi maksimum (n)
4. Hitung Fa = f(a) dan Fb = f(b)
5. Untuk iterasi I = 1 sampai n atau error > e
𝑓𝑏.𝑎−𝑓𝑎.𝑏
•𝑥= 𝑓𝑏−𝑓𝑎
• Hitung Fx = f(x)
• Hitung error = |Fx|
• Jika Fx.Fa < 0 maka b = x dan Fb = Fx jika tidak a = x dan Fa = Fx
6. Akar persamaan adalah x
Contoh Soal :
𝜋
𝑓(𝑧) = 𝑧 tan 𝑧 − 1, jika 0 < z <
2
Penyelesaian:
𝑓(0) = −1
𝜋
𝑓 ( ) = +∞
2
𝜋
Tetapi x2 = tidak dapat digunakan karena nilainya tak terhingga. Jadi kita harus
2
menggunakan nilai yang lebih kecil dari (𝜋/2), yaitu 0.7(𝜋/2), sehingga
𝜋
𝑓 (0.7 ) = 1.158
2
Hasil aplikasi dari metode Regulasi Falsi dapat dilihat pada tabel berikut.
22
x1 x2 𝒇(x1) 𝒇(x2) x3 𝒇 (x3)
-1.000 -7.151 x
1.100 0.0000 1.158 0.5097
10-1
-7.151 x -3.354 x
1.100 0.5097 1.158 0.7351
10-1 10-1
-3.354 x -1.296 x
1.100 0.7351 1.158 0.8170
10-1 10-1
-1.296 x -4.620 x
1.100 0.8170 1.158 0.8455
10-1 10-2
-4.620 x -1.600 x
1.100 0.8455 1.158 0.8553
10-2 10-2
-1.600 x -5.482 x
1.100 0.8533 1.158 0.8586
10-2 10-3
-5.482 x -1.872 x
1.100 0.8586 1.158 0.8597
10-3 10-3
-1.872 x -6.383 x
1.100 0.8597 1.158 0.8601
10-3 10-4
-6.383 x -2.196 x
1.100 0.8601 1.158 0.8603
10-4 10-4
-2.196 x -7.492 x
1.100 0.8603 1.158 0.8603
10-4 10-5
-7.492 x -2.556 x
1.100 0.8603 1.158 0.8603
10-5 10-5
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, S.C., and Canale, R.P. 1998, “Numerical Methods for Engineers”.
McGraw-Hill.
Riggs, James B. “An introduction to numerical methods for chemical engineer 2nd
edition”. USA : Texas Tech University Press
25