Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di


Indonesia setelah bencana banjir dan puting beliung. Terdapat beberapa
bencana yang berpotensi terjadi di daerah pegunungan, yaitu gunung api,
erosi, dan tanah longsor. Tanah longsor merupakan salah satu jenis
bencana yang cukup potensial terjadi di Indonesia dengan mengakibatkan
kerugian material ataupun nonmaterial, jika tidak mendapatkan perhatian
dan penanganan yang serius. Menurut Undang - Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana, tanah longsor termasuk kedalam
jenis bencana alam. Bencana tanah longsor ini tidak hanya dipengaruhi
oleh kondisi fisik yang bersifat alamiah, akan tetapi kondisi sosial pun
akanmempengaruhi terjadinya bencana ini sebagai penyebab terjadinya
longsor. Dalam identifikasi bencana, selain aspek fisik ternyata aspek
sosial pun sama - sama penting untuk dikaji. Berikut prosentase bencana
alam yang terjadi di Indonesia

Gambar 1. Persentase bencana alam di Indonesia

1
Arsyad, S. (2010, hlm. 53) mengemukakan bahwa longsor dapat
terjadi apabila tiga keadaan terpenuhi, yaitu (1) lereng yang cukup curam,
(2) terdapat lapisan dibawah permukaan tanah yang kedap air dan lunak
sebagai bidang luncur, dan (3) terdapat cukup air dalam tanah, sehingga
lapisan tanah tepat diatas lapisan kedap air menjadi jenuh. Peristiwa alam
ini dapat berubah menjadi bencana longsor, makalah tanah longsor
tersebut menimbulkan korban jiwa maupun kerugian harta benda.

Masyarakat pegunungan merupakan masyarakat yang sebagian


besar bekerja sebagai petani dan berternak, yang hasil dari kerjanya atau
hasil panenannya disimpan dengan cara dibelikan ternak yang berupa
kambing sapi, dan lain sebagainya. Dengan demikian pasti membutuhkan
yang namanya pakan untuk ternak peliharaanya.

Gambar 2. Masyarakat pegunungan bercocok tanam

Pakan merupakan hal paling utama untuk kehidupan bagi suatu


makluk hidup, maka perlu adanya ketersedian yang cukup dan terus
menerus untuk suatu kehidupan. Maka dengan upaya penanaman kaliandra
di lahan miring dengan harpan akan mengurangi terjadinya tanah longsor
dan upaya peneyedian paakaan ternak yang terus menerus sehingga akan
mewujudkan swasembada pangan di negeri ini.

2
Gambar 3. Ternak kambing, pemberian pakan kaliandra

1.2 Rumusan Masalah


1. Penyebab tanah longsor,
2. Bagaimana cara pohon dapat mengurahi tanah longsor?
3. Kandungan gizi kaliandra untuk pakan ternak ?
1.3 Tujuan
1. Dapat menjaga lingkungan hidup,
2. Dapat mengetahui cara pohon mengurangi tanah longsor,
3. Mengetahui kandungan gizi kaliandra yang digunakan sebgai
pakan ternak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.

Bila kita mengamati kejadian di bumi pertiwi, maka kita akan mengetahui
berapa banyak peristiwa alam, khususnya bencana alam yang menimpa Indonesia.
Mulai dari banjir (baca: jenis banjir), tanah longsor, gempa bumi (baca: macam-
macam gempa bumi), gunung meletus (baca: penyebab gunung meletus), dan
lainnya, Indonesia sangat berpotensi mengalami itu semua. Dan dari beberapa
jenis bencana alam yang telah disebutkan, tanah longsor merupakan salah satu
bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Tanah longsor sering terjadi ketika
musim penghujan tiba, dimana wilayah Indonesia sedang gencar dilanda hujan.

Longsor (landslide) adalah suatu proses perpindahan tanah atau batuan


dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang
mantap karena pengaruh gravitasi dengan gerakan berbentuk rotasi dan translasi,
selain dari pada itu longsor juga biasa diartikan sebagai suatu bentuk erosi yang
pengangkutan dan pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume
yang besar. Longsor ini berbeda dari bentuk bentuk erosi lainnya, pada longsor
pengangkutan tanahnya terjadi sekaligus. Longsor terjadi karena meluncurnya

4
suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air, lapisan
tersebut yang terdiri dari liat atau mengandung kadar liat tinggi yang setelah jenuh
air berfungsi sebagai rel (Arsyad, 2006).

2.1 Penyebab Tanah Longsor

a. Lereng cukup curam, sehingga volume tanah dapat bergerak atau


meluncur ke bawah.
b. Terdapat lapisan di bawah permukaan tanah yang agak kedap air dan lunak
yang berfungsi sebagai bidang luncur.
c. Terdapat cukup air dalam tanah, sehingga lapisan tanah tepat di atas
lapisan kedap air tersebut sehingga lapisan kedap air tersebut menjadi
jenuh. Lapisan kedap air juga biasanya terdiri dari lapisan liat yang tinggi,
atau juga lapisan batuan, napal liat (clay shale) (Arsyad, 2006).

2.2 Penanggulangan tanah longsor

Kejadian tanah longsor seringkali terjadi di beberapa daerah di


Indonesia dan tak sedikit korban yang tewas karenanya. Badan
Penanggulangan Bencana sudah sering melakukan upaya penanggulangan
tanah longsor, namun kita tidak tahu kapan bencana itu akan terjadi. Indonesia
mempunyai rekor masalah bencana longsor salah satu yang terbesar adalah
longsor di Banjarnegara pada 2015 kemarin dan yang terbaru adalah di daerah
Ponorogo. Inilah sebabnya perlu dilakukan upaya dan strategi penanggulangan
tanah longsor antara lain adalah dengan:

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng


yang rawan terjadi tanah longsor.
2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan
terasering di kawasan lereng
3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air
mengalir dari dalam lereng keluar lereng

5
4. Pembuatan bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah
penyebab longsor
5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak
tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman
pendek yang bisa menjaga drainase air.
6. Relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar ini
adalah upaya penting yang harus dilakukan pemerintah ketika
ancaman bencana bisa merenggut nyawa dan kerugian yang besar.
7. Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor dengan
menciptkan alat-alat pendeteksi pergerakan tanah yang berisiko akan
longsor di daerah-dareh longsor. Peringatan sebelum longsor bisa
dilakukan kepada warga untuk melakukan tindakan mitigasi
bencana.

Upaya penanggulangan tanah longsor seperti halnya banjir, harus


terintegrasi antara tindakan masyarakat yang bermukim di area rawan longsor
dengan pemerintah setempat.

2.3 Mekanisme Akar Dalam Mengurangi Terjadinya Tanah Longsor

2.3.1 Proses Akar Dalam Penyerapan Air

Penyerapan air pada tumbuhan dilakukan dengan dua cara yaitu


penyerapan air secara aktif dan penyerapan air secara pasif. Penyerapan air
secara aktif dilakukan oleh sel hidup. Pada penyerapan ini sel memerlukan
energi. Kemampuan penyerapan air ini dipengaruhi oleh kendungan O2.
Apabila akar tanaman mendapat 02 yang cukup proses penyerapan air oleh
akar akan berlangsung sangat lancar. Sebaliknya apabilla 02 sangat kurang,
penyerapan air oleh akar akan sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.
Teori ini didukung oleh beberapa bukti :

a. Akar tanaman yang hidup pada tanah yang aerasinya buruk,


bentuk akarnya menggulung.

6
b. Apabila respirasi dihalangi dengan zat penghalang misalnya KCN,
maka absorpsi air akan berkurang. c. Absorpsi air hanya dilakukan
oleh sel yang hidup. Penyerapan air secara pasif terjadi sebagai
akibat dari proses transpirasi . Semakin lancar transpirasi ,
semakin lancar pula absorpsi air oleh aka

Pemasukan air dari tanah ke dalam sel-sel akar dengan jalan difusi
osmosis dan imbibisi. Ada dua jalur dalam akar untuk menyerap air dari
tanah. Setiap jalur ini mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Jalur
Apoplastik dapat terjadi kalau tidak ada hypodermis . Air bergerak
menembus dinding sel dan rongga-rongga antar sel. Kalau air mengalir, zat
terlarut ikut bergerak bersama aliran atau dengan cara difusi. Jalur ini sangat
efisien. Jalur Symplastik, dapat eterjadi kalau ada hypodermis. Air bergerak
menembus membran sel dan sel-sel hidup. Air bergerak secara osmosis,
sehingga solutes dapat bergerak dari sel ke sel melalui plasmodesmata. Proses
ini lebih lambat dibandingkan dengan jalur apoplastik.

Penyerapan air oleh akar akan dilakukan terutama oleh bulu akar yang
selalu terendam di tanah. Air bedifusi masuk ke bulu akar, pada dinding sel
masuk ruang bebas, melewati membran plasma secara osmosis dan kembali
bedifusi memasuki plasma. Karena organela dibatasi oleh membran yang
differensial permeabel, maka transport air diantaranya harus menggunakan
mekanisme osmosis. Sel akar dapat menyerap air bila mempunyai potensial
air yang negatif lebih besar daripada larutan tanah. Dalam hal ini akar dapat
melakukan penyerapan pasif dengan menyetimbangkan tenaga potensial air,
potensial osmotik (tekanan osmotik), tekanan turgor dan tekanan dinding sel.
Air bergerak ke dalam tumbuhan melalui rambut akar, yang
merupakan tonjolan berupa rambut dari sel epidermis, dan melalui epidermis
akar muda. Mekanisme yang beroperan bagi gerakan air tanah kedalam akar
belum dipahami sepenuhnya. Pada saat ini diduga bahaw air diabsorpsi
melalui dua mekanisme yang berbeda, yaitu Absorbsi Aktif dan Absorbsi
Pasif.

7
a. Absorbsi Aktif
Absorbsi aktif harus dibedakan dari transport aktif
seyawa-senyawa yang terlarut melalui membran. Absorpsi aktif
terjadi bilamana kelembaban tanah itu tinggi dan tumbuhan
melangsungkan transpirasi yang rendah. Dalam kondisi ini,
absorbsi air dinyatakan terutama akibat osmosis, walaupun
mekanisme lain mungkin ikut terlibat. Gerakan air kedalam
tergantung pada konsentrasi solut yang lebih tinggi di dalam
pembuluh xilem yang mati dibandingkan dengan yang ada dalam
larutan tanah. Gerakan tersebut dikenal sebagai absorbsi aktif
karena bergantung pada kandungan solut dan ketetapan
(permeabilitas) sel-sel akar hidup.

b. Absorbsi Pasif
Bila gerakan air ke dalam tumbuhan yang mempunyai laju
transpirasi yang tinggi, menyangkut perbedaan tekanan di dalam
dan di luar tumbuhan, maka kondisi ini dinamakan absorbsi pasif
karena gaya penyebabnya timbul pada puncak tumbuhan bukan
dalam akar. Absorbsi pasif bergantung pada tarikan transpirasi.
Ditinjau dari volume air yang diabsorbsi, absorbsi pasif jauh lebih
penting daripada absorbsi aktif, dan boleh jadi mencakup sekitar
98 % dari jumlah gerakan air ke dalam akar.
Bila tumbuhan mengalami tanspirasi yang tinggi,
pengambilan air berlangsung melalui absorbsi pasif. Pada konsisi
tersebut, absorbsi aktif tidak berfungsi karena gerakan air yang
cepat melalui akar akan menghanyutkan solut yang menentukan
dalam absorbsi aktif. (Sutarmi Tjitrosomo, Siti. 1985)
2.3.2 Faktor – Faktor Yang Memepengaruhi Penyerapan air
Penyerapan air oleh tumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam
dan faktor luar (lingkungan).

8
Faktor dalam (disebut juga faktor tumbuhan) yaitu:
a. Kecepatan Transpirasi
Penyerapan air hampir setara dengan transpirasi (penguapan lewat
daun) bila penyediaan air tanah cukup. Hal itu terjadi karena adanya
transpirasi menyebabkan terbentuknya daya isap daun sebagai akibat
kohesi yang diteruskan lewat sistem hidrostatik pada xilem. Kecepatan
transpirasi antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keaadan
permukaan daun.

b. Sistem Perakaran
Berbagai tumbuhan menunjukan perakaran yang berbeda, baik
pada pertumbuhan maupun kemampuannya menembus tanah. Karena
penyerapan terutama berlangsung di bulu akar yang terutama terjadi akibat
percabangan akar, menentukan penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai
akar dengan percabangan banyak tetapi hanya meliputi daerah perakaran
yang sempit disebut mempunyai perakaran intensif. Sebaliknya yang
akarnya sedikit tetapi tumbuh memanjang dan masuk jauh kedalam tanah
disebut perakaran ekstensif.

c. Pertumbuan Pucuk
Bila bagian pucuk tumbuh baik, akan memerlukan banyak air,
menyebabkan daya serap bertambah.

d. Metabolisme
Karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka
kecepatan metabolisme terutama respirasi akan menentukan besarnya
penyerapan. Metabolisme yang baik juga memungkinkan pertumbuhan
akar yang lebih baik, sehingga semakin banyak cabang akar / bulu akar
yang terbentuk.

9
Faktor luar yaitu:
a) Ketersediaan air tanah
Tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan air tanah
terletak antara kapasitas lapang dan titik layu tetap. Bila air berada pada
keadaan diatas kapaistas lapang, penyerapan akan terhambat karena akar
berada dalam lingkungan anaerob.

b) Konsentrasi / potensial osmotik air tanah


Karena kedalam air tanah terlarut berbagai ion dan molekul maka
potensial osmotiknya kan berubah bila yang larut berkurang atau
bertambah. Bila ion atau molekul yang larut terlalu banyak sehingga
potensial osmotiknya terlalu tinggi, sel tidak akan mampu menyerap, atau
kalau mampu perlu menggunakan energi lebih besar. Tumbuhan halofit
mampu menyerap air dari larutan dengan potensial osmotik yang lebih
besar dari tumbuhan msofit.

c) Temperatur tanah
Temperatur tanah berpengaruh terhadap penyerapan melalu
berbagai cara, yaitu bila temperatur rendah, air menjadi lebih kental
sehingga lebih sukar bergerak, permeabilitas plasma berkurang dan
pertumbuhan akar terhambat.

d) Aerasi
Aerasi yang tidak baik menghambat metabolisme dan
pertumbuhan akar. Kurangnya oksigen akan menghambat respirasi aerob
sehingga energi untuk penyerapan berkurang. Bila respirasi anaerob
terjadi, hasil akhir berupa alkohol yang dapat melarutkan lipoprotein
membran plasma sehingga akar busuk. Aerasi yang jelek juga
menyebabkan kadar CO2 naik dan permeabilitas akar terhadap air
berkurang. (Syahmi Edi. 2014. Fisiologi Tumbuhan)

10
2.4 Penanaman Kaliandra

2.4.1 Morfologi Kaliandra

Klasifikasi Kaliandra merah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Calliandra

Spesies : Calliandra calothyrsus

Calliandra calothyrsus adalah pohon kecil bercabang dengan


ketinggian rata-rata 3 – 5 meter. Meski begitu ia bisa mencapai tinggi
maksimum 12 meter dengan diameter batang bisa mencapai maksimum 20
cm.

Kulit batangnya berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh


lentisel kecil. Makin ke pucuk, batangnya cenderung bergerigi. Pada
pohon yang batangnya berwarna coklat kemerahan, ujung batangnya bisa
berulas merah.

Sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dan akar-akar


yang lebih halus dengan jumlahnya sangat banyak dan menjalar sampai ke
permukaan tanah. Jika di dalam tanah dimana ia tumbuh terdapat rhizobia
dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil
akarnya.

11
Kaliandra memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi
daun-daun kecil. Panjang daun utama bisa mencapai 20 cm dan lebar 15
cm. Pada malam hari, daun-daun ini melipat ke arah batang.

Tangkai daunnya bergerigi dengan semacam tulang di bagian


permukaan atasnya. Namun ia tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada
tulang sekundernya.

Kaliandra tumbuh baik terutama terdapat di daerah yang curah


hujannya berkisar antara 1000 dan 4000 mm per tahun. Meskipun begitu
pada beberapa kasus ia juga dijumpai pada daerah yang curah hujan
tahunannya hanya 800 mm per tahun. Kaliandra banyak terdapat di daerah
yang musim kemaraunya berlangsung selama 2 sampai 4 bulan dengan
curah hujan kurang dari 50 mm per bulan. Namun, pernah juga ditemukan
spesimen yang tumbuh pada daerah yang musim kemaraunya 6 bulan.
Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22°
C. Ia tidak tahan terhadap pembekuan. Ia hidup pada berbagai tipe tanah
dan bisa bertanah pafa tanah yang agak masam dengan pH sekitar
4,5. Namun ia tidak tahan pada tanah yang berdrainase buruk dan
tergenang.

2.4.2 Penanaman

Penanaman dapat dilakukan dengan cara menyemai langsung biji


yang telah diskarifikasi pada kedalaman 1-3 cm atau dengan
memindahtanamkan bibit yang telah mencapai tinggi 20-50 cm dari
tempat pembibitan.

Bibit dapat ditanam berbaris dengan jarak tanam 3-4 m. Bila akan
dimanfaatkan sebagai sumber pakan bisa ditanam dengan jarak 0,5-1
meter secara menyebar.

12
Penggunaan inokulasi mungkin bermanfaat pada daerah baru
ditanami. Pertumbuhan awalnya lambat namun pertumbuhan selanjutnya
sangat cepat. Ia akan mencapai tinggi 3,5 m dalam 6 bulan

2.4.3 Kandungan Gizi Kaliandra

Kaliandra seperti yang kita ketahui merupakan tanaman multiguna


karena mempunyai kegunaan yang bermacam-macam seperti:

 Kaliandra sebagai pakan ternak yang berprotein tinggi


 Sebagai tanaman penghijauan, mencegah erosi tanah, sumber
kayu bakar
 Sebagai tempat pertenakan lebah madu
 Dan tentunya sebagai tanaman yang menyuburkan tanah

Kaliandra mempunyai kandungan protein kasar(PK) sekitar 20%,


sehingga sangat baik sebagai pakan ternak.

2.5 Penarikan Pembahasan

Pada pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa tanaman kaliandra


cocok sebagai salah satu tananam penahan longsor karena memiliki istem
akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dan akar-akar yang lebih halus
dengan jumlahnya sangat banyak dan menjalar sampai ke permukaan tanah.
Jika di dalam tanah dimana ia tumbuh terdapat rhizobia dan mikoriza, akan
terbentuk asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil akarnya. Dan mempunyai
nilai gizi yang yang baik bisa digunakan sebagai ketersediaan pakan ternak
setiap harinya.

13
BAB III

KESIMPULAN

Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di Indonesia


setelah bencana banjir dan puting beliung. Longsor (landslide) adalah suatu proses
perpindahan tanah atau batuan dengan arah miring dari kedudukan semula,
sehingga terpisah dari massa yang mantap karena pengaruh gravitasi dengan
gerakan berbentuk rotasi dan translasi, selain dari pada itu longsor juga biasa
diartikan sebagai suatu bentuk erosi yang pengangkutan dan pemindahan
tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar.

Upaya dan strategi penanggulangan tanah longsor antara lain dengan cara
menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan
terjadi tanah longsor, mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan
lahan terasering di kawasan lereng, menjaga drainese lereng yang baik untuk
menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng, pembuatan
bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah penyebab longsor,
penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bisa
menjaga drainase air, relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar
ini adalah upaya penting yang harus dilakukan pemerintah ketika ancaman
bencana bisa merenggut nyawa dan kerugian yang besar., warning system atau
teknologi peringatan bencana longsor dengan menciptkan alat-alat pendeteksi
pergerakan tanah yang berisiko akan longsor di daerah-dareh longsor.

Peringatan sebelum longsor bisa dilakukan kepada warga untuk


melakukan tindakan mitigasi bencana, kemampuan penyerapan air ini dipengaruhi
oleh kendungan O2. Apabila akar tanaman mendapat 02 yang cukup proses
penyerapan air oleh akar akan berlangsung sangat lancar. Sebaliknya apabilla 02
sangat kurang, penyerapan air oleh akar akan sangat lambat atau tidak terjadi
sama sekali. Dan salah satu dapat dilakukan dengan melakukan penanaman
Kaliandra. Pada Kaliandra Sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dan
akar-akar yang lebih halus dengan jumlahnya sangat banyak dan menjalar sampai
ke permukaan tanah.

14
DAFTAR PUSTKA

Barnett, eds. The container tree nursery manual. Volume 5. USDA Forest Service.
Washington, DC. p. 101-167.

BULO, D., A. PRABOWO dan M. SABRANI. 1992. Pemanfaatan daun kaliandra


sebagai tambahan pakan kambing yang diberi rumput benggala. Prosiding
Saresehan Usaha Ternak domba dan kambing Menyongsong Era PJPT II.
p 56-58

Briscoe CB. 1989. Field trials manual for multipurpose tree species. Multipurpose
tree species network research series; manual no. 3. Winrock International.
Bangkok, Thailand.

Chamberlain, J R (Ed). 2001. Calliandra calothyrsus: an agroforestry tree for the


humid tropics. Tropical Forestry Paper 40. Oxford Forestry Institute,
Oxford, UK.

Hardiyatmoko, Hari C. 2011. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. UGM Press.
Yogyakarta.

KARTASUBRATA, J. 1996. Culture and Uses of Calliandra calothyrsus in


Indonesia. In : D.O. Evans (ed). Proceedings of International Workshop in
the Genus Calliandra. Forest, Farm and Community Tree Research
Reports (Special Issue). Winrock International,

Morrilton Arkansas USA. p 101-107 Pan American Health Organization. 2006.


Bencana Alam, Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Terjemahan oleh
Munaya Fauziah. Jakarta: EGC.

Santoso E.W, Suryanto M., 2010. Laporan Rapid Assessment Bencana Longsor
Di Dusun Mogol, Desa Legoksari, Kecamatan Tawangmangu,Kabupaten

15

Anda mungkin juga menyukai