Anda di halaman 1dari 9

A.

DEFINISI
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara
bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok
dan mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atau
berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi
orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang
sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang
yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah
sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran
mikroba patogen ini.

Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu


yang rentan (suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara.
1. Transmisi langsung (direct transmission)

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (port d’entrée)


yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan,
ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau
saat transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)

Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukan adanya “media


perantara” baik berupa barang / bahan, udara, air, makanan / minuman,
maupun vektor.

B. MEDIA PERANTARA

Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan


mikroba patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:
1. MEKANIS

1
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu
hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran
cerna pejamu.

Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu


hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran
cerna pejamu.
2. CARA BIOLOGIS

Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus


perkembangbiakkan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya mikroba
dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.

Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan berinterksi


dengan mikroba patogen yang secara alamiah akan melewati 4 tahap:

1. Tahap Rentan

Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka atau
labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit
seperti umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan
lain-lain. Faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba
patogen untuk berinteraksi dengan pejamu

2. Tahap Inkubasi

Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namun


tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya mikroba
patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala
penyakit disebut inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan
penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang
bertahun-tahun.

3. Tahap Klinis

2
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya,
penyakit akan berjalan secara bertahap Pada tahap awal, tanda dan gejala
penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas
sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Tahap Akhir Penyakit


Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:
 Sembuh sempurna

Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi


sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.

 Sembuh dengan cacat

Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan.


Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.

 Pembawa ( carrier )

Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan


menghilangnya tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen
penyebab penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai sumber
penularan.

 Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang
tetap atau tidak berubah.
 Meninggal dunia.

Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi–fungsi


organ.

C. SIFAT-SIFAT PENYAKIT INFEKSI

Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat–


sifat khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit

3
8
lainnya. Sebagai makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri–ciri
kehidupan, yaitu :

A. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang


biak.
B. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.
C. Bergerak dan berpindah tempat

D. CARA MENYERANG/INVASI KE PEJAMU/ MANUSIA MELALUI


TAHAPAN SEBAGAI BERIKUT.
 Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen hidup

dan berkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan, benda–


benda lain).
 Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya
mekanisme penyebaran.
 Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba patogen
memerlukan pintu masuk (port d’entrée) seperti kulit/mukosa yang
terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya.Adanya tenggang
waktu saat masuknya mikroba patogen melalui port d’entrée sampai
timbulnya manifestasi klinis, untuk masing – masing mikroba
patogen berbeda–beda.
 Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang
oleh mikroba patogen, namun berbeda mikroba patogen secara
selektif hanya menyerang organ–organ tubuh tertentu dari
pejamu/target organ.
 Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis
dari mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa
faktor berikut.

E. FAKTOR HOSPES PADA INFEKSI


Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang
menular harus mampu Melekat, Menduduki atau memasuki hospes dan
Berkembang biak paling tidak sampai taraf tertentu.

4
Karena itu tidaklah mengeherankan bila dalam perjalanan evolusi, spesies
hewan termasuk manusia sudah mengembangkan mekanisme pertahanan
tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan :
1. Kulit dan mukosa orofaring
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit
yang utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan
luar dan epitel berlapis gepeng sebagai barier meanis yang baik sekali
terhadap infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi
(seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen
menular masuk.
Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi
terhadap dirinya sendiri. Pada dekontaminasi fisik, organisme yang
melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa mereka tidak
mati kalau menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit
mengelupas. Dekontaminasi kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat
dan sekresi kelenjar sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman.
Flora normal yang terdapat pada kulit menimbulkan dekontaminasi
biologis dengan menghalangi pembiakan organisme – organisme lain
yang melekat pada kulit.

2. Saluran pencernaan
Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier
mekanis yang baik. Sering terjadi defek – defek kecil atau erosi pada
lapisan lambung, tetapi tidak banyak berarti pada proses infkesi sebab
suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak
mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman
lambung yang tinggi, disamping lambung cenderung memindahkan
isinya ke usus halus dengan proses yang relatif cepat. Lapisan usus halus
juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan secara mudah dapat
ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik untuk
mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri
dalam lumen dipertahankan tetap sedikit.

5
Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini
pendorongan tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus.
Pertahanan utma melawan jasad renik adalah melalui banyaknya flora
normal yang menghuni usus besar dan hidup berdampingan dnegan
hospes. Bakteri normal yang banyak ini berkompetisi untuk mendapatkan
makanan atau mereka benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri
(antibiotik).
3. Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan
nasofaring, trakea dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa
diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi
dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini
bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung
dan keluar tubuh.
Jika jasad renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa
yang dihasilkan dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau
dibatukkan atau ditelan. Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan
adanya antibodi didalam sekresi. Jika beberapa agen menghindar dari
pertahanan ini dan mencapai ruang – ruang udara didalam paru-paru,
maka disana selalu terdapat makrofag alveoler yang merupakan barisan
pertahanan lain.

F. TAHAP PENYEMBUHAN
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit
tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif:
a. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi
sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sediakala.
b. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari sakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat
dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
c. Pembawa (carier)
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai dnegan
menghilangnya tanda dan gejala penyakit. Pada kondisi ini agen
penyebab masih ada dan masih potensial sebagai sumber penularan

6
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap
atau tidak berubah.
e. Meninggal dunia

7
Akhir perjalanan penyakit dengan
adanya kegagagalan fungsi-fungsi
ogan.

8
9

Anda mungkin juga menyukai