Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ABORTUS IMMINENS

Bidang Studi : Keperawatan Maternitas

Topik : Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Abortus

Sub topik : Abortus

Sasaran : Ibu Hamil di Ruang Mawar RSUD Dr. Margono Soekardjo

Tempat : Ruang Mawar RSUD Dr. Margono Soekardjo

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Oktober 2017

Waktu : 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah melakukan kegiatan penyuluhan tentang Abortus selama 30 menit,
diharapkan para ibu hamil mampu memahami dan dapat mencegah terjadinya
Abortus pada kehamilan berikutnya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, ibu dapat mengetahui dan mengerti tentang :
A. Pengertian abortus imminens.
B. Penyebab abortus imminens.
C. Tanda dan gejala abortus imminens.
D. Pencegahan abortus imminens.
E. Penanganan yang dilakukan bila ada tanda-tanda abortus imminens.
C. Materi
1. Pengertian abortus imminens
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang
berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500
gram (Manuaba, 2007).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat
500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun
buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur
kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr
(Handono, 2009).
Abortus Imminens (keguguran mengancam) adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilansebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus,dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Penyebab abortus imminens
Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah (Mochtar,
2002):
1) Faktor Maternal
a. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita:
a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-
lain).
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasidari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnyaprogesteron atau
estrogen, endometritis, dan mioma submukosa.
d. Terus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, molahidatidosa).
e. Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
b. Penyakit-penyakit ibu
Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya
meskipun sekarang berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan
kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus.
Misalnya pada:
1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan
sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari
ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
paru berat, anemi gravis.
4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
c. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat
meninggalnya fetus.
d. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya : sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan,
laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga karena trauma langsung terhadap
fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda, dan
obat-obatan.
e. Gangguan Sirkulasi Plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis olehkarena
lues.
f. Usia Ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena padausia
kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih
dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis.
2) Faktor Janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan
abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari1000 abortus spontan,
maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan
oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang
abnormal. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid
vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
3) Faktor Paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus.
Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan
abortus. Saat ini abnormalitas kromosom pada sperma berhubungan dengan
abortus (Carrel, 2003). Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti
TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis (Mochtar,
2002).

3. Patofisiologi abortus imminens


Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam
uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua terlalu
dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak
tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong
ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasentayang telah
lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas
dengan lengkap. Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai
bentuk.Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut
blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed abortion.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka
ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isiuterus dinamakan mola
kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneo apabila pigmen darah diserap
sehingga semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus
karena cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi
tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus. Kemungkinan lain yang
terjadi apabila janinyang meninggal tidak dikeluarkan dari uterus yaitu
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, dan seluruh
janin berwarna kemerah merahan
4. Tanda dan gejala Abortus imminens
a. Perdarahan vagina: merah terang (segar), atau coklat gelap dan dapat
terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu (Varney,
2002).
b. Nyeri kram ringan yang mirip dengan menstruasi atau nyeri pinggang
bawah (Kusmiyati, 2009).
c. Pemeriksaan tes kehamilan positif (Saifuddin, 2002).
d. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah pucat,
berkeringat banyak, tekanan darah menurun (Saifuddin, 2002).
e. Pada Pemeriksaan dalam ditemukan flukus ada (sedikit), ostium uteri
tertutup (Kusmiyati, 2009).

5. Pentalaksanaan abortus imminens


1. Tirah baring
Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar-benar berhenti.
2. Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena padasaat berhubungan seksual, oksitoksin disekresioleh puting atau
akibat stimulasi klitoris,selain itu prostaglandin E dalam semen dapat
mempercepat pematangan serviks danmeningkatkan kolonisasi
mikroorganisme divagina.
3. Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada13-40% wanita dengan
abortus imminens. Progesteron merupakan produk utama korpusluteum
dan berperan penting pada persiapanuterus untuk implantasi,
mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang
tidak adekuat padaawal kehamilan diduga sebagai salah satupenyebab
keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus
imminens diduga dapat mencegah keguguran, karena fungsinya yang
diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum gravidarum dan
membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju namun mereka
yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron.
4. hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam
mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan padaabortus
imminens untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga penelitian
yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang
efektivitas penggunaan hCG pada abortus imminen suntuk
mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak terdapat laporan efek
samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukanpenelitian
lanjutan yang lebih berkualitastentang pengaruh hCG pada keguguran.7
5. Antibiotik hanya jika ada tanda Infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia
awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang(65%) memiliki flora
abnormal vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah
klindamisin dan tiga dari tujuhwanita tersebut mengalami perbaikan, tidak
mengalami nyeri abdomen dan perdarahan vaginal tanpa kambuh.
Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan tidak
menimbulkan anomali bayi.
6. Relaksan otot uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan
sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang
lebih baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian
ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian
tokolisis pada awal terjadinya abortus imminens. Cochrane Library
menyebutkan tidak ada cukup bukti yang penggunaan relaksan otot
uterus dalam mencegah abortus imminens.
7. Profi laksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus
perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan
gejala berat mendekati 12 minggu.
D. Metode
1. Ceramah.
2. Tanya Jawab

E. Media
LEAFLET

F. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 5 menit Pembukaan :
a. Menjawab salam
a) Membuka kegiatan
b. Peserta mendengarkan
dengan mengucapkan
dan memperthatikan
salam.
dengan baik.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan :

a) Mengg a. Peserta mendengarkan,


ali memperhatikan dan
penget mengerti materi yang
ahuan disampaikan.
ibu
b. Peserta memperhatikan
tentang
dan menjawab
abortus
pertanyaan yang
b) Menjel
diajukan para penyuluh
askan
penger
tian
abortus
c) Menjel
askan
penyeb
ab
abortus
d) Menjel
askan
apa
saja
tanda
dan
gejala
Abortu
s
e) Menjel
askan
penceg
ahan
dan
penang
anan
bila
terjadi
abortus

3. 5 menit Evaluasi :

1. M 1. Peserta dapat menjawab


e pertanyaan yang
n diberikan penyuluh.
a
2. Ada respon dari peserta
n dengan menanyakan
y materi yang tidak
a dimengerti dan
k membingungkan.
a
n

k
e
p
a
d
a

p
e
s
e
r
t
a

t
e
n
t
a
n
g

m
a
t
e
r
i

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
b
e
r
i
k
a
n
2. M
e
m
b
e
r
i

k
e
s
e
m
p
a
t
a
n

k
e
p
a
d
a

p
e
s
e
r
t
a

u
n
t
u
k

m
e
n
a
n
y
a
k
a
n

m
a
t
e
r
i

y
a
n
g

t
i
d
a
k

m
e
n
g
e
r
t
i

d
a
n

m
e
m
b
i
n
g
u
n
g
k
a
n
.

4. 5 menit Terminasi :

1. Mengucapkan a. Mendengarkan
terimakasih atas peran
serta peserta. b. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam
penutup

G. Evaluasi
a. Prosedur : Tanya Jawab

LAMPIRAN
1. MATERI PENYULUHAN
2. MEDIA

DAFTAR PUSTAKA

Bluevodka, Aron. (2010). SAP Abortus.

https://id.scribd.com/doc/35908899/SAP-Abortus diakses pada tanggal 18 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai